• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN FEMALE DIRECTOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN FEMALE DIRECTOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAN KINERJA

PERUSAHAAN DENGAN

FEMALE DIRECTOR

SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROGRAM STUDI S-1 ALIH JENIS MANAJEMEN

DIAJUKAN OLEH

WINDI RAHMADITA ASTINGKARA

NIM: 041511223026

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan dengan Female Director sebagai Variabel Moderasi”.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Alih Jenis Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bimbingan,

pengarahan, dukungan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., C.M.A., C.A., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.

2. Ibu Dr. Masmira Kurniawati, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi

S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Surabaya.

3. Ibu Chorry Sulistyowati, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang

selalu berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran, dan bantuan selama

proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

(5)

4. Bapak Ida Bagus Gede Adi Permana, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Wali penulis

yang telah memberikan saran dan nasihat dalam masa perkuliahan di

Universitas Airlangga Surabaya.

5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Airlangga Surabaya khususnya Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di kelas

Alih Jenis Manajemen 2015 yang telah memberikan semua ilmu dan

pengetahuannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas

Airlangga.

6. Seluruh staf Departemen Manajemen serta karyawan-karyawan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya yang telah banyak

memberikan informasi dan membantu proses administrasi perkuliahan dari

awal hingga akhir studi penulis.

7. Juniar’s Family, Bapak, Ibu, Dio, Dito, dan Dandi, yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, nasihat, serta motivasi yang tiada henti kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. My Partner in Life, yang selalu menghibur, mengingatkan, serta memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih atas

kesabarannya.

9. Konsultan kedua, Tante Erma dan Bapak Rufi’i, yang sudah membantu

memberikan pengarahan, masukan, dan saran agar skripsi ini dapat

(6)

10.Sahabat-sahabatku, Yoesigta, Dyah, Sandy, dan Andini, yang selalu

membantu di saat-saat genting dan bersedia menjadi pendengar keluh kesah

penulis.

11.Teman seperbimbingan, Jessica, yang sudah berjuang bersama-sama hingga

detik-detik terakhir.

12.Keluarga Cemaraku, Shella, Ella, Devy, Ade Dita, Amour, Reyhan, Fata,

Rifki dan Dimas, terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama masa

perkuliahan.

13.Seluruh teman-teman AJ Manajemen 2015 yang tidak bisapenulis sebut satu

per satu. Terima kasih banyak untuk semua hari-hari yang penuh warna

selama kita menempuh studi di kampus tercinta Universitas Airlangga

Surabaya.

Akhir kata, mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh karena itu, kritik dan

saran sangat diharapkan sebagai masukan terhadap penulisan penelitian yang

lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya.

Surabaya, 26 September 2018

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai variabel moderasi. Kinerja perusahaan pada penelitian ini diproksikan oleh Tobin’s Q (nilai perusahaan) dan ROA (profitabilitas). Sampel penelitian ini berjumlah 28 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013-2017 dengan total observasi sebanyak 99. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah moderated regression analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan baik terhadap Tobin’s Q dan juga ROA. Ada dan tidaknya direksi wanita tidak memperkuat atau memperlemahpengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan karena rata-rata jumlah direksi wanita yang ada pada perusahaan sampel penelitian masih sangat rendah yaitu 9%. Penelitian ini menyarankan agar perusahaan dapat mempertimbangkan setidaknya tiga anggota wanita atau lebih di dalam jajaran direksi.

(8)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance with female directors as moderating variables. The firm's performance in this study was proxied by Tobin’s Q (firm value) and ROA (profitability). The sample of this study amounted to 28 non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013-2017 with a total observation of 99. The analysis technique used to test the hypothesis was moderated regression analysis. The results of the study show that Corporate Social Responsibility (CSR) has a positive and significant influence on the firm’s performance both on Tobin’s Q and ROA. The presence and absence of female directors does not strengthen or weaken the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance because the average number of female directors in the sample companies is still very low at 9%. This study suggests that companies can consider at least three or more female directors in the board of directors.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1.Corporate Social Responsibility (CSR) ... 11

2.1.1.1. Teori Stakeholder ... 16

(10)

2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line ... 19

2.1.2.Kinerja Perusahaan... 21

2.1.2.1. Tobin’s Q ... 21

2.1.2.2. Return On Asset (ROA) ... 22

2.1.3.Board Gender Diversity ... 23

2.1.4.Pengaruh Antar Variabel ... 25

2.1.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ... 25

2.1.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .... 27

2.1.5.Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan .... 28

2.1.5.1. Leverage ... 28

2.1.5.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 29

2.1.5.3. Umur Perusahaan (Firm Age) ... 29

2.1.5.4. Board Size ... 30

2.1.5.5. Board Meeting ... 30

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 31

2.3. Hipotesis ... 33

2.4. Model Analisis ... 34

2.5. Kerangka Penelitian... 35

(11)

2.5.2.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap

Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 37

3.2. Identifikasi Variabel ... 37

3.3. Definisi Operasional ... 38

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 40

3.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 41

3.6. Prosedur Penentuan Sampel ... 41

3.7. Teknik Analisis ... 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis ... 51

4.3.1.Uji Asumsi Klasik ... 51

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 51

4.3.1.2. Uji Autokorelasi ... 52

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52

4.3.1.4. Uji Multikolinearitas ... 53

4.3.2.Pengujian Hipotesis ... 53

(12)

4.3.2.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja PerusahaanDengan ModerasiFemale Director ... 57 4.4. Pembahasan ... 63

4.4.1.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ... 63

4.4.2.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ... 66 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .. 47

Tabel 4.2 Hasil Analisis Regresi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director .... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016 ... 1

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Non Keuangan

Lampiran 2 Daftar Tobin’s Q, ROA, CSRDI, Female Director, Leverage, Firm Size, Firm Age, Board Size, dan Board Meeting Perusahaan Sampel Tahun 2013-2017

Lampiran 3 Output Uji Asumsi Klasik

Lampiran 4 Output SPSS Statistic 23: Hasil Analisis Moderated Regression Analysis

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia kesadaran akan pentingnya merealisasikan program

Corporate Social Responsibility (CSR) semakin tahun semakin meningkat. Para

manajemen perusahaan telah melihat dampak nyata dari program-program CSR

yang telah mereka jalankan yaitu dapat membangun model bisnis yang

berkelanjutan. Program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan kemudian

dilaporkan ke dalam bentuk laporan khusus yang disebut dengan sustainability report. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah publikasi sustainability report perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Tahun 2016 perusahan listing yang menerbitkan sustainability report naik menjadi 43 laporan, dimana tahun 2015 perusahaan

listing yang menerbitkan sustainability report sebanyak 41 laporan.

Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016

25 25 26 28

Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016

(17)

Menurut Elkington (1997), untuk dapat mewujudkan model bisnis yang

berkelanjutan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu selain

mengejar keuntungan (profit) perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat

pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).Pendapat dari Elkington rupanya

telah digunakan oleh Global Reporting Initiative (GRI) sebagai dasar pedoman pelaporan sustainability report yang berlaku secara global.

Selain dapat membangun model bisnis yang berkelanjutan, dampak lain

dari program CSR yang telah dirasakan oleh perusahaan adalah dapat menjaga

hubungan perusahaan dengan para stakeholder. Stakeholder merupakan kelompok

atau individu yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan

dan mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan

yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan (Deegan, 2004).

Dampak-dampak nyata yang dipaparkan diatas, telah merubah

pandangan mengenai CSR dari tahun ke tahun. Yang dahulu CSR dipandang

sebagai suatu tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan kepada para

pemangku kepentingan, namun saat ini pandangan CSR telah berubah menjadi

suatu kebutuhan yang wajib dan investasi bagi perusahaan.

Perusahaan-perusahaan mulai menerbitkansustainability report mereka secara luas dan beragam. Sustainability report merupakan laporan sukarela yang berisikan

informasi kinerja keuangan dan non-keuangan yang mencakup interaksi

perusahaan dengan lingkungan dan sosial di sekitarnya. Perusahaan menggunakan

(18)

perusahaan, meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan serta

menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dengan kata lain, CSR

telah menjadi alat public relation bagi perusahaan dengan mengungkapkan

kegiatan CSR mereka ke dalam media termasuk dalam annual report dan sustainability report. Hal tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan

salah satunya yaitu perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dari

masyarakat sekitar.

Pengungkapan kegiatan CSR dalam sustainability report tentunya tidak

lepas dari pengawasan para manajemen puncak perusahaan. Dewan direksi

mempunyai peranan penting dalam menentukan praktik pengungkapan CSR

(Barako dan Brown, 2008; Jo dan Harjoto, 2011), mereka memiliki keleluasaan

atas item apa saja untuk diungkapkan dalam sustainability report (Luo et al., 2012). Selain itu, dewan direksi juga bertanggung jawab atas pengelolaan serta

pelaporan risiko perusahaan (Desjardins dan Willis, 2009), yang mana peran

tersebut dapat meringankan kekhawatiran perusahaan tentang risiko reputasi dan

finansial terkait dengan masalah sosial dan lingkungan (Cheng dan Courtenay,

2006). Peran penting selanjutnya dari dewan direksiadalah meyakinkan para

pemegang saham bahwa partisipasi mereka dalam kegiatan CSR dapat

memberikan keuntungan bagi perusahaan (Hafsi & Turgut, 2013). Peran-peran

dewan direksi yang telah disebutkan diatas telah diatur dalam pedoman tata kelola

(19)

Di era milenial ini, isu mengenai keberagaman gender masih menjadi

topik yang hangat untuk diperbincangkan. Di Indonesia, jumlah direksi wanita di

perusahaan publik setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada Gambar

1.2 dapat dilihat bahwa tahun 2015 persentase direksi wanita mengalami

peningkatan sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan

meningkatnya kesempatan untuk wanita menduduki posisi dalam perusahaan.

Menurut Langdon et al. (2002), keberagaman gender dalam dewan direksi di perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang, ditandai dengan lebih

banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar belakang

etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda.

Gambar 1.2 Persentase Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015 Sumber: Bursa Efek Indonesia diolah Riset SWA

Dari beberapa penelitian, keberagaman gender pada dewan direksi dapat mendorong efektifitas direksi dalam menyediakan sumber daya yang luas dan

juga dapat mengurangi masalah keagenan. Sebagian besar perusahaan yang

memiliki Good Corporate Governance (GCG) merupakan perusahaan-perusahaan

(20)

yang mempunyai manajemen puncak wanita di dalamnya. Hal tersebut

dikarenakan direksi wanita cenderung lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang

ada di dalam perusahaan salah satunya adalah kegiatan CSR. Selain itu, dewan

direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi karena mereka

tertarik pada semua masalah ekonomi, sosial dan masyarakat (Bear, Rahman, &

Post, 2010; Handajani, Subroto, Sutrisno, & Saraswati, 2014; Huse et al., 2009; Isidro & Sobral, 2015; Liao, Lin, & Zhang, 2016; Miller & Triana, 2009; Post,

Rahman, & Rubow, 2011). Mereka lebih etis (Arun, Almahrog, & Aribi, 2015),

lebih kooperatif, dan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial dan filantropi

(Huse et al., 2009; Bear et al., 2010; Hafsi & Turgut, 2013; Handajani et al.,

2014; Isidro & sobral, 2015; Liao et al., 2016). Jadi, dengan adanya keberagaman gender pada jajaran direksi dapat mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan serta meningkatkan keterbukaan publik dan pribadi kepada investor melalui

pemantauan yang lebih baik, dan juga dapat membuat harga saham lebih

informatif (Gul, Srinidhi, & Ng, 2011).

Selain itu, adapun penelitian yang berfokus pada peran direktur wanita

dalam pengungkapan kegiatan sosial, lingkungan dan/atau keberlanjutan. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh McGuinness et al. (2016), mereka melakukan

penelitian di perusahaan yang terdaftar di China mengenai dewan direksi wanita

dan investor ekuitas asing terhadap kinerja CSR perusahaan. Hasil penelitian

McGuinness mengungkapkan bahwa dengan adanya kehadiran wanita pada

(21)

CSR perusahaan dan dengan adanya kepemimpinan wanitamerupakan hal yang

sama pentingnya dengan keberagaman gender dalam mendorong perubahan CSR. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Nekhili et al. (2017), mereka

melakukan penelitian di perusahaan yang terdaftar di Prancis mengenai perbedaan

karakteristik perusahaan. Sampel perusahaan yang diambil yaitu perusahaan yang

memiliki anggota wanita pada jajaran direksi dan perusahaan yang hanya

memiliki anggota laki-laki pada jajaran direksi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perusahaan dengandewan direksi yang beragam memilikipelaporan CSR

yang lebih tinggidaripada perusahaan yang hanya diduduki oleh direktur laki-laki

saja. Dan penelitian ini juga menyarakan agar perusahaan setidaknya memiliki

dua dan/atau tiga direktur wanita untuk dapat menghasilkan pelaporan CSR yang

lebih tinggi.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Hafsi dan Turgut (2013), mereka

melakukan penelitian mengenai karakteristik dewan direktur seperti gender, umur, etnisitas, masa jabatan, serta pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keberagaman gender dapat meningkatkan kinerja sosial menjadi lebih baik. Menurut Miller & Triana (2009), keberagaman gender pada manajemen puncak dapat memberi sinyal komitmen pada perusahaan terhadap undang-undang dan

nilai sosial, serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan para pemangku

kepentingan. Selain itu, direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan

kredibilitas informasi CSR secara bermakna dengan mencegah adanya kecurangan

(22)

relevan. Perusahaan yang memiliki jumlah manajemen puncak wanita yang lebih

tinggi juga dapat memberikan hasil keuangan yang lebih baik.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja

perusahaan karena saat ini para pekerja wanita di Indonesia juga sudah mulai

menduduki jajaran dewan direksi baik pada perusahaan publik, BUMN,

perbankan maupun perusahaan swasta.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?

2. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?

3. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?

4. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.

2. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan variabel Return On Asset.

3. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q dan ROA) yang dimoderasi oleh female director.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

yaitu :

1. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dalam mengukur keefektifan dan pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan penerapan CSR di perusahaanserta

mempertimbangkan adanya kehadiran wanita dalam jajaran direksi untuk

meningkatkan kinerja perusahaan dan pelaporan CSR.

2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasimengenai dampak adanya kehadiran wanita dalam jajaran

(24)

perusahaan, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk para investor dalam melakukan investasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi dan menjadi referensi untuk penyusunan penelitian selanjutnya

mengenai topik CSR.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

CSR, kinerja perusahaan, board gender diversity, serta penjelasan mengenai hubungan antar variabel. Selain itu, bab ini juga memuat hasil

penelitian sebelumnya, perumusan hipotesis, model analisis, serta

kerangka pemikiran.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan uraian mengenai pendekatan penelitian, identifikasi

variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur

(25)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh CSR

terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai variabel

moderasi, yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, deskripsi

hasil penelitian, analisis model dan pengujian hipotesis, dan pembahasan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan pembahasan

sebelumnya yaitu pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan dengan

female director sebagai variabel moderasi, serta saran yang ditujukan

kepada pihak-pihak yang sekiranya dapat mengambil manfaat dari

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Hingga saat ini belum ada definisi tunggal mengenai CSR karena setiap

perusahaan memiliki penjabaran dan penerapan yang berbeda-beda. Namun secara

umum, CSR merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap sosial, lingkungan,

dan pemangku kepentingannya. Berikut ini merupakan beberapa definisi CSR

yang menunjukkan keragaman pengertian CSR:

1. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),

pengungkapan CSR adalah komitmen yang dilakukan secara terus menerus

oleh kalangan bisnis atas perusahaan untuk memberikan dampak pada

kondisi ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup pekerja, komitmen

lokal dan masyarakat luas.

2. World Bank, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk

berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan

guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi

bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, maupun masyarakat pada

umumnya.

3. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal satu butir tiga

(27)

komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya.

4. International Standard Organization (ISO) 2600:2010, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab suatu organisasi atas dampak

dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan,

melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan

kepentingan dari para stakeholder, sesuai hukum yang berlaku dan

konsisten dengan norma-norma internasional, dan terintegrasi di seluruh

aktivitas organisasi baik kegiatan, produk maupun jasa.

Menurut Kotler dan Lee (2005), Corporate Social Responsibility (CSR)

didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan

komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian

sumber daya perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta

berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada

karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007). Sedangkan menurut

Schermerhorn (1993), CSR merupakan suatu kepedulian organisasi bisnis untuk

bertindak dengan para pemangku kepentingan dalam melayani kepentingan

(28)

Jadi, berdasarkan beberapa macam definisi diatas, dapat disimpulkan

bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep dimana organisasi

khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki suatu tanggung jawab

terhadap sosial, karyawan, pemegang saham, komunitas, konsumen, dan

lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang bertujuan untuk

menciptakan kesejahteraan masyarakat dan perusahaan serta pembangunan yang

berkelanjutan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga merupakan suatu bentuk perwujudan komitmen perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat atas

dasar kesadaran bahwa perusahaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

masyarakat.

Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi suatu aset yang

strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah kompetisi persaingan bisnis

yang semakin ketat. Berbagai keuntungan dapat diperoleh perusahaan melalui

kegiatan CSR yaitu (1) peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja

finansial yang lebih baik; (2) menurunkan risiko benturan dengan komunitas

masyarakat sekitar; dan (3) meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat

dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan yang merupakan bagian dari corporate image building (Susiloadi, 2008).

Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan kemudian diungkapkan ke

dalam laporan khusus yaitu sustainability report dan dapat dilihat bahwa kegiatan

(29)

mencakup keseluruhan aktivitas perusahaan di lingkungan, masyarakat, tempat

kerja, konsumen dan tindakan tersebut harus dapat diterima oleh semua

stakeholder agar perusahaan dapat terus berkembang dan tumbuh secara

berkesinambungan (Pratten, 2009; Safitri, 2016). Pengungkapan kegiatan CSR

secara sukarela dalam sustainability reportmerupakan salah satu cara perusahaan

untuk menghindari risiko dan sebagai alat komunikasi dalam mengelola hubungan

dengan para stakeholder. Setiap perusahaan harus memiliki kebijakan mengenai CSR dan memilih informasi apa saja yang ingin diungkapkan dalam sustainability report.

Untuk menilai pengungkapan CSR dalam sustainability report adalah

dengan menggunakan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). CSRDI merupakan indeks yang diukur berdasarkan jumlah informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang

diungkapkan dalam sustainability report perusahaan. Standar pengungkapan CSR merujuk pada standar yang diterapkan oleh Global Reporting Initiative(GRI). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi yang menyediakan

kerangka kerja untuk pelaporan keberlanjutan yang dapat diadopsi oleh semua

jenis organisasi di semua negara. Pada indikator GRI terdapat tiga fokus

pengungkapan yaitu:

1. Ekonomi, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak

(30)

laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan setiap tahunnya

oleh perusahaan.

2. Lingkungan, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang

berdampak pada kondisi lingkungan sekitar seperti ekosistem, tanah, air, dan

udara. Indikator ini terkait dengan input (bahan, energi, air) serta output

(emisi atau gas, limbah sungai, limbah kering atau sampah). Selain itu juga

berkaitan dengan dampak dari produk dan jasa serta keanekaragaman hayati.

3. Sosial, indikator ini menyangkut dengan beberapa aspek seperti karyawan

atau tenaga kerja, pemasok, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung

jawab atas produk.

Indeks GRI ini dipilih karena merupakan pedoman internasional yang telah

memiliki reputasi di dunia dan banyak digunakan pada penelitian sebelumnya

karena memiliki item checklist yang lebih komprehensif (Sudana dan Arlindania,

2011; Cheng dan Christiawan, 2011; Ananda, 2018; Purnomo, 2018).

Pada penelitian ini, indeks GRI yang digunakan adalah indeks GRI G4

yang berjumlah 91 item (Lampiran 4). Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) pada dasarnya dihitung dengan menggunakan skor, yaitu setiap item CSR akan di beri skor 1 jika diungkapkan dan diberi skor 0 jika tidak

diungkapkan. Selanjutnya, skor dari item-item CSR tersebut dijumlahkan untuk

memperoleh keseluruhan nilai kegiatan CSR yang diungkapkan melalui

sustainability report. Semakin tinggi skor CSRDI maka semakin banyak bentuk

(31)

Apabila skor CSRDI semakin rendah maka semakin sedikit bentuk

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan.

2.1.1.1. Teori Stakeholder

Pergeseran filosofi mengenai pengelolaan entitas bisnis yang didasarkan

pada teori keagenan yaitu tanggung jawab perusahaan yang berorientasi kepada

pengelola (agent) dan pemilik (principle) telah mengalami perubahan pandangan manajemen modern yang didasarkan pada teori stakeholder (Hidayati dan Murni, 2009). Hal tersebut berkaitan dengan perluasan tanggung jawab perusahaan yaitu

kepada lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada.

Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun

individu yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu perusahaan.

Dengan kata lain, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal seperti karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah, pemegang saham, komunitas,

perusahaan pesaing, konsumen, dan lainnya yang berhubungan dengan

perusahaan.

Ghazali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus

memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor,

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Kelompok

stakeholder inilah yang mempengaruhi dan dipengaruhi secara langsung atau

tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan

perusahaan, seperti dalam mengungkapkan atau tidak suatu informasi di dalam

(32)

Teori stakeholder menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang menuntut suatu perusahaan mempertimbangkan semua

kepentingan berbagai pihak yang terkena pengaruh atas tindakannya (Riyadi,

2008). Dengan melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkannya ke dalam

annual report atau sustainability report merupakan salah satu cara perusahaan

untuk mengelola hubungan dengan para stakeholder yang diharapkan dapat memberikan respon positif oleh pasar.

Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori

ini berkaitan dengan indicator ekonomi dan indicator sosial karena kedua

indikator tersebut juga memperhatikan mengenai hubungan dan tanggung jawab

perusahaan kepada pemegang saham, karyawan atau tenaga kerja, masyarakat

lokal, serta pemasok.

2.1.1.2. TeoriLegitimasi

Teori legitimasi berfokus pada hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat sekitar. Legitimasi lebih dianggap sebagai menyamakan persepsi atau

asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan

tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,

kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam

Rosita Candra 2009). Dengan kata lain, teori ini mengungkapkan bahwa

perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas

dan norma-norma dalam masyarakat agar aktivitasnya dapat diterima oleh

(33)

Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang penting

bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan

nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis

perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.

Teori legitimasi berpendapat bahwa manajemen perusahaan mempunyai

strategi khusus untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan dapat

memenuhi harapan masyarakat (Chan et al, 2014). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi dan kepercayaan masyarakat kepada

perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke

depannya.

Tobin (2002) berpendapat bahwa legitimasi perusahaan akan diperoleh,

jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari

perusahaan, sehingga tidak akan ada tuntutan dari masyarakat. Dengan kata lain,

jika perusahaan mampu memenuhi seluruh harapan masyarakat kepada

perusahaan, maka posisi perusahaan akan menjadi kuat (legimate) di masyarakat.

Hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti masyarakat

tidak akan menolak keberadaan perusahaan dan operasional yang dilakukan oleh

perusahaan karena masyarakat sekitar merasa bahwa keberadaan perusahaan dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat.

Untuk tetap mendapatkan legitimasi dari masyarakat maka perusahaan

harus mengkomunikasikan aktivitas lingkungan dengan melakukan pengungkapan

lingkungan sosial (Berthelot dan Robert, 2011). Pengungkapan lingkungan dinilai

(34)

yang telah diterima (Hadjoh dan Sukartha, 2013).Selain itu pelaksanaan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan pengaruh

positif terhadap reputasi perusahaan dan memberikan keuntungan secara ekonomi

(Sun et al, 2010).

Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori

ini berkaitan dengan indikator sosial khususnya aspek masyarakat dan tanggung

jawab produk karena aspek tersebut berfokus pada hubungan dan tanggung jawab

perusahaan dengan masyarakat lokal seperti keterlibatan masyarakat lokal dalam

pengembangan program dan kepuasan pelanggan.

2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line

Teori triple bottom line pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1988. Dimana sebelumnya perusahaan berpijak pada pemahaman

single bottom line yang hanya berorientasi pada laba dan menaikkan nilai

perusahaan dengan cara mensejahterakan para pemegang saham (shareholder), namun perusahaan masa kini tidak bias sekadar memperhatikan dari sisi financial

saja. Teori ini mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan

kepentingan stakeholder daripada kepentingan shareholder.

Triple bottom line memberikan pandangan bahwa jika perusahaan ingin

mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus

memperhatikan “3P” yaitu profit, people, and planet. Jadi selain mengejar

(35)

dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Ketiga prinsip tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Profit

Profit atau keuntungan selalu menjadi fokus utama dan yang terpenting

dalam setiap kegiatan usaha. Salah satunya adalah agar perusahaan dapat

terus menerus beroperasi dan berkembang, selain itu profit juga merupakan bentuk tanggung jawab ekonomi perusahaan yang paling essensial untuk

para shareholder.Tetapi definisi profit yang sebenarnya adalahlebih dari

sekadar keuntungan yaitu bagaimana perusahaan menciptakan fair trade dan ethical trade dalam berbisnis. Prinsip ini berhubungan atau berkaitan

dengan salah satu indikator yang ada pada pedoman GRI G4 yaitu indikator

ekonomi.

2. People

People berkaitan dengan kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan

manusia. Disini people lebih menekankan akan pentingnya praktik bisnis

suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja. Bagaimana

perusahaan melindungi kepentingan tenaga kerja dengan cara menentang

adanya eksplorasi yang mempekerjakan anak di bawah umur, melakukan

pembayaran upah yang wajar, memiliki lingkungan kerja yang aman dan

jam kerja yang dapat ditoleransi serta memperhatikan kesehatan dan

(36)

3. Planet

Planet berkaitan dengan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Bagaimana perusahaan mengelola

dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam yang tidak

dapat diperbarui. Beberapa hal yang banyak dilakukan oleh perusahaan

yaitu seperti mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali

menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi CO2

ataupun pemakaian energi. Pada prinsip ini, planet dapat dihubungkan

dengan salah satu indikator yang ada pada pedoman GRI G4 yaitu indikator

lingkungan.

Pendekatan triple bottom linetelah banyak digunakan sejak awal tahun 2007 dan penerapan CSR merupakan salah satu bentuk dari implementasi teori

ini.

2.1.2. Kinerja Perusahaan 2.1.2.1. Tobin’s Q

Pengukuran ini dikembangkan oleh James Tobin pada tahun 1969.

Tobin’s Q merupakan rasio yang menunjukkan nilai kapitalisasi pasar saham. Rasio ini menggambarkan nilai sebuah perusahaan bukan nilai aset perusahaan.

Menurut Sudana (2012), nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus

pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa mendatang, yang dapat

tercermin dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham perusahaan

(37)

Hayashi (1982) mendefinisikan Tobin’s Q sebagai rasio dari nilai pasar (market value) perusahaan dengan biaya penggantian modal yang dibutuhkan. Nilai Q yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan di masa

mendatang juga akan tinggi berdasarkan harapan investor. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat keuntungan tinggi yang diperkirakan oleh investor akan

meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya juga meningkatkan rasio Q

perusahaan tersebut.

Rasio Tobin’s Q yang mencapai nilai diatas 1 (satu) menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki kapitalisasi pasar saham yang lebih besar daripada biaya

untuk mengganti aset perusahaan. Artinya, perusahaan tersebut berhasil

menciptakan nilai perusahaan. Tetapi jika rasio Tobin’s Q diantara nilai 0-1 maka perusahaan tersebut memiliki nilai saham yang undervalued dimana nilai buku perusahaan lebih rendah dari pada nilai sahamnya dan artinya perusahaan tersebut

telah gagal dalam menciptakan nilai perusahaan.

2.1.2.2. Return On Asset (ROA)

Dalam penelitian ini, pengukuran selanjutnya adalah dengan

menggunakan Return On Asset (ROA). Rasio ini merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. ROA

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak

dengan menggunakan seluruh aktiva atau aset yang dimiliki. Rasio ini penting

bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen

perusahaan dalam mengelola seluruh asetnya untuk menghasilkan laba bersih

(38)

penggunaan aset perusahaan. Dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama

perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya. Rasio ini

juga merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas

sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan (Munawir, 2002).

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan dituntut untuk

mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan

dalam persaingan yang semakin ketat. Dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR ke

dalam annual report atau sustainability report cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

mengungkapkan CSR.

2.1.3. Board Gender Diversity

Diversitas erat kaitannya dengan jenis kelamin, ras, gaya hidup, dan usia.

Definisi dari diversity atau keragaman itu sendiri adalah segala hal yang membuat orang berbeda (Daft, 2014). Pada penelitian ini, diversity yang digunakan adalah

jenis kelamin atau gender pada jajaran dewan direksi karena direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas untuk melakukan dan melaksanakan operasional

serta kepengurusan perusahaan. Menurut pasal 1 nomor 5 UUPT, direksi adalah

organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi perseroan terdiri atas satu orang

(39)

Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau

mengelola dana masyarakat, wajib memiliki paling sedikit dua orang anggota

direksi.

Tugas dari dewan direksi adalah bertanggung jawab penuh atas segala

bentuk operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan

kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu juga bertanggung

jawab terhadap urusan perusahaan yang berhubungan dengan pihak eksternal.

Dalam menjalakan tugasnya, dewan direksi memiliki hak atas pengendalian yang

signifikan dalam mengelola sumber daya perusahaan dan dana dari investor.

Peran-peran dewan direksi dalam keterbukaan pengambilan keputusan telah diatur

dalam pedoman tata kelola perusahaan yang baik di seluruh dunia (Lim et al., 2007). Pedoman tersebut dibuat agar dewan direksi dapat mewakili kepentingan

pemegang saham atau shareholders (Fama dan Jensen, 1983) dan pemangku

kepentingan atau stakeholders (Hill dan Jones, 1992).

Board gender diversity merujuk pada perbedaan peran serta karakteristik

antara direksi pria dan direksi wanita dalam memberikan opini yang akan

mempengaruhi pengambilan keputusan. Direktur wanita cenderung memiliki

pemahaman yang lebih baik atas segmen pasar perusahaan dan hal ini dapat

mengembangkan kualitas dalam proses pengambilan keputusan perusahaan (Singh

dan Vinnicombe, 2004). Selain itu, sifat wanita yang tidak terburu-buru dan

menganalisis masalah sebelum keputusan dibuat serta memantau bagaimana

keputusan tersebut dilaksanakan mampu menurunkan risiko perusahaan (Gupta

(40)

bahwa perusahaan tidak melakukan diskriminasi dan memberikan kesempatan

yang sama dalam berkarir.

Adanya keberagaman gender dalam jajaran direksi dipercaya mampu

meningkatkan nilai pemegang saham dan melindungi kepentingan semua

stakeholder. Keragaman dewan dianggap mempu meningkatkan efektivitas

pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) karena dewan direksi dan dewan komisaris wanita dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman

perusahaan mengenai pasar dan konsumen sehingga dapat meningkatkan reputasi

dan memaksimalkan nilai perusahaan (Brammer dkk., 2007; Ararat dkk., 2010).

Manfaat lainnya yang akan didapatkan dari keragaman dewan direksi dan

komisaris yaitu (1) dapat meningkatkan pengambilan keputusan dan inovasi; (2)

menghasilkan penyelesaian masalah yang lebih baik karena semakin banyak ide

dan alternatif; (3) mampu meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap

isu sosial serta lingkungan (Carter dkk., 2003).

2.1.4. Pengaruh Antar Variabel

2.1.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan alat untuk dapat

mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan profit dan nilai perusahaan. Menurut Adam (2002), perusahaan yang meningkatkan komunikasi atau

hubungannya dengan pemangku kepentingan mengenai kegiatan CSR dapat

berkontribusi untuk membangun citra yang positif. Selain itu, perusahaan yang

(41)

para regulator (Aerts dan Cormier, 2009) dan hal tersebut dapat membangun

corporate branding serta memperbaiki reputasi perusahaan (Bebbington et al., 2008). Perusahaan yang memiliki citra dan reputasi yang baik dengan para

pemangku kepentingan dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan

(Gray, 2006) melalui harga saham yang semakin naik setiap tahunnya. Apabila

citra dan reputasi yang dimiliki oleh perusahaan itu buruk maka akan berdampak

juga pada menurunnya harga saham perusahaan dari waktu ke waktu. Hal itu

dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Kusumadilaga (2010) dan Gusti (2013) bahwa CSR berpengaruh postif terhadap

Tobin’s Q, dimana perusahaan bukanlah hanya entitas yang hanya berjalan untuk

kepentingan sendiri namun juga untuk kepentingan stakeholder-nya.

Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan baik internal maupun eksternal

dinilai dapat meningkatkan produktivitas karyawan, minat masyarakat untuk

membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, serta meningkatkan

loyalitas pelanggan.Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Waddock dan

Graves (1997), kegiatan CSR yang diungkapkan perusahaan dalam annual reportberpengaruh postif terhadap ROA dan ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan menurut pendapat dari Nekhili et al. (2017), meningkatkan

skor CSR lebih mungkin untuk meningkatkan kinerja pasar perusahaan daripada

untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan,

memaksimalkan nilai pasar adalah tujuan yang berlaku dari kebijakan pelaporan

(42)

2.1.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan ModerasiFemale Director

Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tidak lepas dari

pengawasan para manajemen puncak karena dewan direksi bertanggung jawab

dalam menentukan praktik pengungkapan CSR. Peran-peran dewan direksi dalam

keterbukaan pengambilan keputusan dan pengungkapan CSR ini telah diatur

dalam pedoman tata kelola perusahaan yang baik di seluruh dunia (Lim et al., 2007).Keragaman gender, dan khususnya kehadiran direksi perempuan, identik

dengan kualitas selama diskusi, yang meningkatkan kemungkinan bahwa

perspektif dan gagasan yang berbeda akan dipertimbangkan dalam proses

pengambilan keputusan (Huse et al., 2009; Post et al., 2011). Direksi wanita lebih berhati-hati mengungkapkan poin dalam sustainability report, hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan pihak eksternal bahwa perusahaan telah bertanggung

jawab atas lingkungan dan sosial perusahaan serta menjamin mutu dan kualotas

produk (Jinakoplos & Bernasek, 1996).

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Coffey dan Wang

(1998) dan Rahindayati (2015) membuktikan bahwa jumlah presentase anggota

dewan perempuan dan ras minoritas pada anggota dewan dengan nilai Tobin’s Q

mempunyai hubungan positif dan signifikan. Hal itu dikarenakan dewan

perempuan cenderung meminta pertanyaan lebih lanjut dan menjadi lebih banyak

berbicara jika ada tiga atau lebih dewan perempuan. Selain itu, hasil penelitian

(43)

averse dan menerapkan prinsip kehati-hatian dan hal ini secara tidak langsung

memberikan dampak terhadap kinerja internal perusahaan.

Namun, hasil yang sebaliknya dikemukakan oleh Handajani dkk. (2014),

mereka menemukan hubungan negatif dan signifikan antara keragaman gender dan pengungkapan CSR di Indonesia sesuai dengan pedoman GRI karena jumlah

direktur wanita tanpa keahlian atau pengalaman yang memadai masih tergolong

rendah.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Adhriani (2015) juga

menunjukkan bahwa keragaman gender tidak berpengaruh terhadap ROA karena

keberadaan direksi wanita masih relatif rendah. Hasil penelitian tersebut sejalan

dengan penelitian sebelumnya adalah Post et al. (2011), Fernandez-Feijoo et al.

(2012), dan Nekhili et al. (2017),dimana mereka menemukan hubungan yang positif antara direktur wanita dan praktik pelaporan CSR bergantung pada

kehadiran tiga atau lebih wanita di dewan direksi. Semakin banyak wanita dalam

dewan maka semakin tinggi pengungkapan CSR dalam sustainability report karena memberikan lebih banyak informasi dan juga jaminan.

2.1.5. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan 2.1.5.1. Leverage

Tingkat penggunaan hutang merupakan risiko tambahan bagi pemegang

saham akibat dari keputusan penggunaan hutang. Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan

hutang. Rasio ini juga memberikan gambaran mengenai struktur modal yang

dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tak tertagihnya suatu hutang.

(44)

perusahaan semakin rendah.Besar kecilnya leverage yang dimiliki perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja

keuangan yang buruk dan berisiko mengalami kebangkrutan. Hal tersebut

dikarenakan barang-barang modal yang digunakan perusahaan memiliki nilai

yang sangat besar sehingga wajar saja jika perusahaan juga memiliki leverage

yang besar.

2.1.5.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan

yangdapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar

jumlah aset yang dimiliki maka semakin besar ukuran perusahaan sehingga dapat

dijadikan sebagai modal internal dalam meningkatkan pendapatan. Selain itu

ukuran perusahaan juga bisa menjadi faktor penentu bagi investor untuk

melakukan investasi. Perusahaan besar akan lebih mudah memasuki pasar modal

dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki aset yang lebih

banyak untuk dijadikan jaminan dalam memperoleh pinjaman. Menurut Waddock

dan Graves (1997), ukuran perusahaan berkorelasi positif dengan profitabilitas

perusahaan karena dengan tingkat penjualan yang tinggi akan disertai juga dengan

peningkatan profitabilitas.

2.1.5.3. Umur Perusahaan (Firm Age)

Umur perusahaan menunjukkan usia perusahaan sejak didaftarkan

menjadi perusahaan publik. Selain itu, umur perusahaan juga menunjukkan bahwa

perusahaan mampu untuk bertahan, bersaing, dan memanfaatkan peluang.

(45)

lebih dapat dipercaya oleh para investor dengan cara menanamkan sahamnya

kepada perusahaan tersebut.

2.1.5.4. Board Size

Ukuran dewan perusahaan adalah jumlah anggota dewan direksi dalam

perusahaan. Jumlah anggota dewan direksi tersebut akan meningkatkan kinerja

perusahaan, namun semakin banyak jumlah anggota dewan direksi juga dapat

mengurangi keefektifan dalam berdiskusi, mereka akan lebih sulit untuk

melakukan koordinasi (Forbes dan Millike,1999). Namun pendapat sebaliknya

dikemukakan oleh Barka dan Dardour (2015), ukuran dewan mempunyai kaitan

yang erat dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar cenderung mempunyai

sumber daya yang lebih banyak sehingga mereka mampu berkinerja yang lebih

baik karena lebih banyak keahlian dan pengalaman. Semakin banyak jumlah

anggota dewan direksi maka perusahaan juga akan semakin banyak menarik

investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.

2.1.5.5. Board Meeting

Board meeting merupakan pertemuan formal atau rapat direksi yang

biasanya diadakan pada interval tertentu untuk mempertimbangkan masalah

kebijakan dan masalah utama perusahaan. Efektivitas dewan direksi dalam

melaksanakan kegiatan operasional dan kepengurusan perusahaan memerlukan

(46)

2.2. Penelitian Sebelumnya

Nekhili et al. (2017) melakukan penelitian mengenai perbedaan karakteristik antara perusahaanyang memiliki direksi wanita dan perusahaan yang

hanya memiliki direksi laki-laki di Prancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perusahaan dengan dewan direksi yang beragam memiliki pelaporan CSR yang

lebih tinggi daripada perusahaan yang homogen. Direktur wanita meningkatkan

kredibilitas informasi yang diungkapkan, sehingga pelaporan CSR menjadi lebih

ekonomis dan nilai perusahaan lebih tinggi. Manfaat dari pengangkatan direksi

wanita tidak terletak pada peningkatan nilai pasar secara langsung, namun secara

signifikan juga meningkatkan relevansi nilai dari pelaporan sukarela mengenai

informasi terkait CSR. Selain itu, adanya direktur wanita juga meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan, yaitu return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Namun, peningkatan pelaporan CSR yang lebih tinggi cenderung

mendorong kinerja pasar keuangan daripada memperbaiki kinerja keuangan

perusahaan. Penelitian ini menyarakan agar perusahaan setidaknya memiliki dua

dan/atau tiga dewan direktur wanita untuk dapat menghasilkan pelaporan CSR

yang lebih tinggi.

McGuinness et al. (2016) melakukan penelitian di China mengenai

dewan direksi wanita dan investor ekuitas asing terhadap kinerja CSR perusahaan.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan adanya keberagaman gender pada

manajemen puncak akan mendukung kinerja CSR yang lebih kuat dan hal tersebut

ditemukan pada perusahaan dengan CEO dan/atau wakil CEO wanita di

(47)

dengan keberagaman gender dalam membentuk kualitas dan isi kegiatan pelaporan CSR.

Nathania (2014) juga melakukan penelitian pada perusahaan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 mengenai komposisi

dewan perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa female director berpengaruh signifikan terhadap ROA. Wanita cenderung bersifat risk averse dan menerapkan prinsip kehati-hatian dan hal ini secara tidak langsung memberikan dampak terhadap kinerja internal

perusahaan. Sehingga, sistem pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien

oleh manajemen perusahaan akan mampu meningkatkan nilai ROA. Namun hal

tersebut tidak ditemukan pada ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwafemale director tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal tersebut dikarenakan investor yang akan menanam sahamnya pada sebuah perusahaan yang nantinya

menjadi ekuitas perusahaan, seringkali tidak akan terpengaruh dan memperhatikan

komposisi dewan perusahaan.Sehingga komposisi dewan perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau penurunan ROE.

Sudana dan Arlindania (2011) melakukan penelitian pada perusahaan

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 mengenai pengaruh

tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan

proksi dewan direksi wanita, dewan direksi asing, dan komposisi komisaris

independen sebagai variabel dari tata kelola perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dewan direksi wanita secara parsial memiliki pengaruh

(48)

Indonesia belum berperan secara optimal dalam pengambilan keputusan mengenai

CSR dan faktor budaya di Indonesia yang umumnya pria memiliki peranan yang

lebih besar dalam pengambilan keputusan dibandingkan wanita. Sedangkan

dewan direksi asing dan komposisi komisaris independen secara parsial

berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR karena warga negara

asing telah memilki kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap CSR yang di

bawa dari negara asalnya serta komisaris independen merupakan perwakilan dari

masyarakat dalam mengawasi kinerja perusahaan.

Ramadhani dan Adhriani (2015) melakukan penelitian pada perusahaan

yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 mengenai keberagaman

gender terhadap kinerja keuangan perusahaan dan efisiensi investasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Salah satu

kemungkinan penyebabnya adalah jumlah dewan komisaris dan dewan direksi

wanita yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan dewan komisaris dan

dewan direksi pria. Selain itu juga, keberagaman gender terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi investasi.

2.3. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan landasan teori yang

telah dikemukakan, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah

(49)

1. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q.

2. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap ROA.

3. Female director memoderasi secara positif pengaruh CSR terhadap Tobin’s Q.

4. Female director memoderasi secara positif pengaruh CSR terhadap ROA.

2.4. Model Analisis

Berdasarkan hipotesis diatas, maka persamaan regresi yang digunakan

untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

Tanpa moderasi :

... (2.1)

... (2.2)

Dengan moderasi :

... (2.3)

... (2.4)

Keterangan :

= Tobin’s Q perusahaan i pada tahun t

= Return On Asset perusahaan i pada tahun t

(50)

,…, = Koefisien regresi

= CSR perusahaan i pada tahun t

= Interaksi antara CSR dan female director perusahaan i pada tahun

t. (perkalian antara CSR dan female director)

= Female director perusahaan i pada tahun t

= Leverage perusahaan i pada tahun t

= Ukuran perusahaan i pada tahun t

= Umur listing perusahaan i pada tahun t

= Jumlah dewan direksi perusahaan i pada tahun t

= Jumlah rapat direksi tahunan perusahaan i pada tahun t

= error

2.5. Kerangka Penelitian

2.5.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director

Variabel Independen

CSR

Variabel Kontrol

1. Leverage

2. Firm Size

3. Firm Age

4. Board Size

5. Board Meeting

Variabel Dependen

1. Tobin’s Q

(51)

2.5.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director

Variabel Independen

CSR

Variabel Kontrol

1. Leverage

2. Firm Size

3. Firm Age

4. Board Size

5. Board Meeting

Variabel Dependen

1. Tobin’s Q

2. ROA

Variabel Moderasi

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

metode moderatedregression analysis (MRA) yang menitikberatkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang terukur dan software SPSS.

Karena dalam hubungan tersebut terdapat variabel moderasi yang memperkuat

atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

3.2. Identifikasi Variabel

Berdasarkan model analisis dan hipotesis yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q

dan ROA.

2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility(CSR).

3. Variabel moderasi (moderate variable) dalam penelitian ini adalah female director.

(53)

3.3. Definisi Operasional

Untuk memberikan gambaran jelas terhadap variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini, maka definisi dari variabel-variabel tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Tobin’s Q merupakan rasio yang mengukur kinerja perusahaan khususnya

nilai perusahaan. Rasio ini menunjukkan nilai kapitalisasi pasar saham

terhadap nilai buku hutang atas total aset perusahaan. Dalam penelitian ini,

Tobin’s Q akan dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.1)

2. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan seluruh aktiva atau aset

yang dimiliki. Dalam penelitian ini, ROA akan dihitung dengan menggunakan

rumus :

... (3.2)

3. Corporate Social Responsibility (CSR) akan diukur dengan memberikan skor, jika ada item CSR yang diungkapkan maka diberi skor atau nilai 1, tetapi jika

tidak ada item yang diungkapkan maka diberi nilai 0. Dalam penelitian ini,

CSR akan dihitung dengan menggunakan rumus :

(54)

Keterangan :

= Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j.

= item CSR perusahaan j tahun i ; 1 jika item diungkapkan dan 0 jika

item tidak diungkapkan.

= jumlah item pengungkapan CSR untuk perusahaan j ;

4. Female director merupakan proporsi jumlah direksi wanita pada jajaran

direksi perusahaan. Pengukuran female director akan dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.4)

5. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar aktiva

perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang. Dalam penelitian ini,

leverage akan dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.5)

6. Firm size merupakan satuan yang menunjukkan besar kecilnya suatu

perusahaan. Firm size dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.6)

7. Firm age merupakan usia perusahaan sejak terdaftar menjadi perusahaan

publik. Firm age dapat diukur dengan menggunakan rumus :

(55)

8. Board size menunjukkan seberapa banyak jumlah dewan direksi yang ada di perusahaan. Dalam penelitian ini, board size dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.8)

9. Board meeting merupakan pertemuan formal atau rapat direksi yang biasanya diadakan pada interval tertentu untuk mempertimbangkan masalah kebijakan

dan masalah utama perusahaan. Dalam penelitian ini, board meetings dihitung dengan menggunakan rumus :

... (3.9)

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu annual report dan sustainability report perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2017. Laporan tahunan perusahaan yang

diperlukan harus memuat informasi tentang total aset, total kewajiban, anggota

direksi, serta jumlah rapat internal. Sumber data annual report dan sustainability report perusahaan dapat diperoleh dengan cara mendownload dari website

masing-masing perusahaan sample, dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu

www.idx.co.id, dan dari website Global Reporting Initiative (GRI) yaitu

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016 Sumber: GRI Database yang diolah
Gambar 1.2 Persentase Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015 Sumber: Bursa Efek Indonesia diolah Riset SWA
Tabel 4.1
Hasil Analisis Regresi Tabel 4.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan dengan kinerja perusahaan sebagai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.. Sedangkan corporate social responsibility disclosure

bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price to Earning Ratio pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Coperate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.”...

(2012) Pengaruh Kinerja keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Struktur Good Corporate Governance sebagai variabel

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap return saham

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh CSR (Corporate Social Responsibility) terhadap nilai perusahaan juga telah dilakukan oleh Retno dan Priantinah (2012)

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Indeks Sri- Kehati Bursa Efek