CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DAN KINERJA
PERUSAHAAN DENGAN
FEMALE DIRECTOR
SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S-1 ALIH JENIS MANAJEMEN
DIAJUKAN OLEH
WINDI RAHMADITA ASTINGKARA
NIM: 041511223026
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan dengan Female Director sebagai Variabel Moderasi”.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Alih Jenis Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bimbingan,
pengarahan, dukungan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., C.M.A., C.A., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Dr. Masmira Kurniawati, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi
S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Surabaya.
3. Ibu Chorry Sulistyowati, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang
selalu berkenan memberikan waktu, bimbingan, saran, dan bantuan selama
proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
4. Bapak Ida Bagus Gede Adi Permana, S.E.,M.Sc., selaku Dosen Wali penulis
yang telah memberikan saran dan nasihat dalam masa perkuliahan di
Universitas Airlangga Surabaya.
5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga Surabaya khususnya Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di kelas
Alih Jenis Manajemen 2015 yang telah memberikan semua ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas
Airlangga.
6. Seluruh staf Departemen Manajemen serta karyawan-karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya yang telah banyak
memberikan informasi dan membantu proses administrasi perkuliahan dari
awal hingga akhir studi penulis.
7. Juniar’s Family, Bapak, Ibu, Dio, Dito, dan Dandi, yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, nasihat, serta motivasi yang tiada henti kepada penulis
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. My Partner in Life, yang selalu menghibur, mengingatkan, serta memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih atas
kesabarannya.
9. Konsultan kedua, Tante Erma dan Bapak Rufi’i, yang sudah membantu
memberikan pengarahan, masukan, dan saran agar skripsi ini dapat
10.Sahabat-sahabatku, Yoesigta, Dyah, Sandy, dan Andini, yang selalu
membantu di saat-saat genting dan bersedia menjadi pendengar keluh kesah
penulis.
11.Teman seperbimbingan, Jessica, yang sudah berjuang bersama-sama hingga
detik-detik terakhir.
12.Keluarga Cemaraku, Shella, Ella, Devy, Ade Dita, Amour, Reyhan, Fata,
Rifki dan Dimas, terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama masa
perkuliahan.
13.Seluruh teman-teman AJ Manajemen 2015 yang tidak bisapenulis sebut satu
per satu. Terima kasih banyak untuk semua hari-hari yang penuh warna
selama kita menempuh studi di kampus tercinta Universitas Airlangga
Surabaya.
Akhir kata, mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diharapkan sebagai masukan terhadap penulisan penelitian yang
lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya.
Surabaya, 26 September 2018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai variabel moderasi. Kinerja perusahaan pada penelitian ini diproksikan oleh Tobin’s Q (nilai perusahaan) dan ROA (profitabilitas). Sampel penelitian ini berjumlah 28 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013-2017 dengan total observasi sebanyak 99. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah moderated regression analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan baik terhadap Tobin’s Q dan juga ROA. Ada dan tidaknya direksi wanita tidak memperkuat atau memperlemahpengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan karena rata-rata jumlah direksi wanita yang ada pada perusahaan sampel penelitian masih sangat rendah yaitu 9%. Penelitian ini menyarankan agar perusahaan dapat mempertimbangkan setidaknya tiga anggota wanita atau lebih di dalam jajaran direksi.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance with female directors as moderating variables. The firm's performance in this study was proxied by Tobin’s Q (firm value) and ROA (profitability). The sample of this study amounted to 28 non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2013-2017 with a total observation of 99. The analysis technique used to test the hypothesis was moderated regression analysis. The results of the study show that Corporate Social Responsibility (CSR) has a positive and significant influence on the firm’s performance both on Tobin’s Q and ROA. The presence and absence of female directors does not strengthen or weaken the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) on firm performance because the average number of female directors in the sample companies is still very low at 9%. This study suggests that companies can consider at least three or more female directors in the board of directors.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Sistematika Penulisan ... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1.Corporate Social Responsibility (CSR) ... 11
2.1.1.1. Teori Stakeholder ... 16
2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line ... 19
2.1.2.Kinerja Perusahaan... 21
2.1.2.1. Tobin’s Q ... 21
2.1.2.2. Return On Asset (ROA) ... 22
2.1.3.Board Gender Diversity ... 23
2.1.4.Pengaruh Antar Variabel ... 25
2.1.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ... 25
2.1.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .... 27
2.1.5.Faktor-Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan .... 28
2.1.5.1. Leverage ... 28
2.1.5.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 29
2.1.5.3. Umur Perusahaan (Firm Age) ... 29
2.1.5.4. Board Size ... 30
2.1.5.5. Board Meeting ... 30
2.2. Penelitian Sebelumnya ... 31
2.3. Hipotesis ... 33
2.4. Model Analisis ... 34
2.5. Kerangka Penelitian... 35
2.5.2.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ... 37
3.2. Identifikasi Variabel ... 37
3.3. Definisi Operasional ... 38
3.4. Jenis dan Sumber Data ... 40
3.5. Prosedur Pengumpulan Data ... 41
3.6. Prosedur Penentuan Sampel ... 41
3.7. Teknik Analisis ... 42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46
4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis ... 51
4.3.1.Uji Asumsi Klasik ... 51
4.3.1.1. Uji Normalitas ... 51
4.3.1.2. Uji Autokorelasi ... 52
4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 52
4.3.1.4. Uji Multikolinearitas ... 53
4.3.2.Pengujian Hipotesis ... 53
4.3.2.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja PerusahaanDengan ModerasiFemale Director ... 57 4.4. Pembahasan ... 63
4.4.1.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa ModerasiFemale Director ... 63
4.4.2.Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director ... 66 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director .. 47
Tabel 4.2 Hasil Analisis Regresi Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director .... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016 ... 1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Non Keuangan
Lampiran 2 Daftar Tobin’s Q, ROA, CSRDI, Female Director, Leverage, Firm Size, Firm Age, Board Size, dan Board Meeting Perusahaan Sampel Tahun 2013-2017
Lampiran 3 Output Uji Asumsi Klasik
Lampiran 4 Output SPSS Statistic 23: Hasil Analisis Moderated Regression Analysis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia kesadaran akan pentingnya merealisasikan program
Corporate Social Responsibility (CSR) semakin tahun semakin meningkat. Para
manajemen perusahaan telah melihat dampak nyata dari program-program CSR
yang telah mereka jalankan yaitu dapat membangun model bisnis yang
berkelanjutan. Program-program CSR yang dilakukan oleh perusahaan kemudian
dilaporkan ke dalam bentuk laporan khusus yang disebut dengan sustainability report. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah publikasi sustainability report perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Tahun 2016 perusahan listing yang menerbitkan sustainability report naik menjadi 43 laporan, dimana tahun 2015 perusahaan
listing yang menerbitkan sustainability report sebanyak 41 laporan.
Gambar 1.1 Grafik Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016
25 25 26 28
Sustainability Report Perusahaan Listing di BEI Tahun 2013-2016
Menurut Elkington (1997), untuk dapat mewujudkan model bisnis yang
berkelanjutan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu selain
mengejar keuntungan (profit) perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat
pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).Pendapat dari Elkington rupanya
telah digunakan oleh Global Reporting Initiative (GRI) sebagai dasar pedoman pelaporan sustainability report yang berlaku secara global.
Selain dapat membangun model bisnis yang berkelanjutan, dampak lain
dari program CSR yang telah dirasakan oleh perusahaan adalah dapat menjaga
hubungan perusahaan dengan para stakeholder. Stakeholder merupakan kelompok
atau individu yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan
dan mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai aktivitas perusahaan
yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan (Deegan, 2004).
Dampak-dampak nyata yang dipaparkan diatas, telah merubah
pandangan mengenai CSR dari tahun ke tahun. Yang dahulu CSR dipandang
sebagai suatu tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan kepada para
pemangku kepentingan, namun saat ini pandangan CSR telah berubah menjadi
suatu kebutuhan yang wajib dan investasi bagi perusahaan.
Perusahaan-perusahaan mulai menerbitkansustainability report mereka secara luas dan beragam. Sustainability report merupakan laporan sukarela yang berisikan
informasi kinerja keuangan dan non-keuangan yang mencakup interaksi
perusahaan dengan lingkungan dan sosial di sekitarnya. Perusahaan menggunakan
perusahaan, meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan serta
menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dengan kata lain, CSR
telah menjadi alat public relation bagi perusahaan dengan mengungkapkan
kegiatan CSR mereka ke dalam media termasuk dalam annual report dan sustainability report. Hal tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan
salah satunya yaitu perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dari
masyarakat sekitar.
Pengungkapan kegiatan CSR dalam sustainability report tentunya tidak
lepas dari pengawasan para manajemen puncak perusahaan. Dewan direksi
mempunyai peranan penting dalam menentukan praktik pengungkapan CSR
(Barako dan Brown, 2008; Jo dan Harjoto, 2011), mereka memiliki keleluasaan
atas item apa saja untuk diungkapkan dalam sustainability report (Luo et al., 2012). Selain itu, dewan direksi juga bertanggung jawab atas pengelolaan serta
pelaporan risiko perusahaan (Desjardins dan Willis, 2009), yang mana peran
tersebut dapat meringankan kekhawatiran perusahaan tentang risiko reputasi dan
finansial terkait dengan masalah sosial dan lingkungan (Cheng dan Courtenay,
2006). Peran penting selanjutnya dari dewan direksiadalah meyakinkan para
pemegang saham bahwa partisipasi mereka dalam kegiatan CSR dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan (Hafsi & Turgut, 2013). Peran-peran
dewan direksi yang telah disebutkan diatas telah diatur dalam pedoman tata kelola
Di era milenial ini, isu mengenai keberagaman gender masih menjadi
topik yang hangat untuk diperbincangkan. Di Indonesia, jumlah direksi wanita di
perusahaan publik setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pada Gambar
1.2 dapat dilihat bahwa tahun 2015 persentase direksi wanita mengalami
peningkatan sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan
meningkatnya kesempatan untuk wanita menduduki posisi dalam perusahaan.
Menurut Langdon et al. (2002), keberagaman gender dalam dewan direksi di perusahaan-perusahaan besar semakin berkembang, ditandai dengan lebih
banyaknya jumlah wanita yang berperan dalam perusahaan dengan latar belakang
etnis, suku, dan gaya hidup yang berbeda-beda.
Gambar 1.2 Persentase Direksi Perusahaan Publik Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011-2015 Sumber: Bursa Efek Indonesia diolah Riset SWA
Dari beberapa penelitian, keberagaman gender pada dewan direksi dapat mendorong efektifitas direksi dalam menyediakan sumber daya yang luas dan
juga dapat mengurangi masalah keagenan. Sebagian besar perusahaan yang
memiliki Good Corporate Governance (GCG) merupakan perusahaan-perusahaan
yang mempunyai manajemen puncak wanita di dalamnya. Hal tersebut
dikarenakan direksi wanita cenderung lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang
ada di dalam perusahaan salah satunya adalah kegiatan CSR. Selain itu, dewan
direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi karena mereka
tertarik pada semua masalah ekonomi, sosial dan masyarakat (Bear, Rahman, &
Post, 2010; Handajani, Subroto, Sutrisno, & Saraswati, 2014; Huse et al., 2009; Isidro & Sobral, 2015; Liao, Lin, & Zhang, 2016; Miller & Triana, 2009; Post,
Rahman, & Rubow, 2011). Mereka lebih etis (Arun, Almahrog, & Aribi, 2015),
lebih kooperatif, dan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial dan filantropi
(Huse et al., 2009; Bear et al., 2010; Hafsi & Turgut, 2013; Handajani et al.,
2014; Isidro & sobral, 2015; Liao et al., 2016). Jadi, dengan adanya keberagaman gender pada jajaran direksi dapat mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan serta meningkatkan keterbukaan publik dan pribadi kepada investor melalui
pemantauan yang lebih baik, dan juga dapat membuat harga saham lebih
informatif (Gul, Srinidhi, & Ng, 2011).
Selain itu, adapun penelitian yang berfokus pada peran direktur wanita
dalam pengungkapan kegiatan sosial, lingkungan dan/atau keberlanjutan. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh McGuinness et al. (2016), mereka melakukan
penelitian di perusahaan yang terdaftar di China mengenai dewan direksi wanita
dan investor ekuitas asing terhadap kinerja CSR perusahaan. Hasil penelitian
McGuinness mengungkapkan bahwa dengan adanya kehadiran wanita pada
CSR perusahaan dan dengan adanya kepemimpinan wanitamerupakan hal yang
sama pentingnya dengan keberagaman gender dalam mendorong perubahan CSR. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Nekhili et al. (2017), mereka
melakukan penelitian di perusahaan yang terdaftar di Prancis mengenai perbedaan
karakteristik perusahaan. Sampel perusahaan yang diambil yaitu perusahaan yang
memiliki anggota wanita pada jajaran direksi dan perusahaan yang hanya
memiliki anggota laki-laki pada jajaran direksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perusahaan dengandewan direksi yang beragam memilikipelaporan CSR
yang lebih tinggidaripada perusahaan yang hanya diduduki oleh direktur laki-laki
saja. Dan penelitian ini juga menyarakan agar perusahaan setidaknya memiliki
dua dan/atau tiga direktur wanita untuk dapat menghasilkan pelaporan CSR yang
lebih tinggi.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Hafsi dan Turgut (2013), mereka
melakukan penelitian mengenai karakteristik dewan direktur seperti gender, umur, etnisitas, masa jabatan, serta pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberagaman gender dapat meningkatkan kinerja sosial menjadi lebih baik. Menurut Miller & Triana (2009), keberagaman gender pada manajemen puncak dapat memberi sinyal komitmen pada perusahaan terhadap undang-undang dan
nilai sosial, serta kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan para pemangku
kepentingan. Selain itu, direksi wanita juga berkontribusi dalam meningkatkan
kredibilitas informasi CSR secara bermakna dengan mencegah adanya kecurangan
relevan. Perusahaan yang memiliki jumlah manajemen puncak wanita yang lebih
tinggi juga dapat memberikan hasil keuangan yang lebih baik.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja
perusahaan karena saat ini para pekerja wanita di Indonesia juga sudah mulai
menduduki jajaran dewan direksi baik pada perusahaan publik, BUMN,
perbankan maupun perusahaan swasta.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?
2. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)?
3. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q?
4. Apakah female director memoderasi pengaruh CSR terhadap kinerja
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.
2. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan variabel Return On Asset.
3. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q dan ROA) yang dimoderasi oleh female director.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
yaitu :
1. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dalam mengukur keefektifan dan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan penerapan CSR di perusahaanserta
mempertimbangkan adanya kehadiran wanita dalam jajaran direksi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan pelaporan CSR.
2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasimengenai dampak adanya kehadiran wanita dalam jajaran
perusahaan, selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk para investor dalam melakukan investasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan menjadi referensi untuk penyusunan penelitian selanjutnya
mengenai topik CSR.
1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu
CSR, kinerja perusahaan, board gender diversity, serta penjelasan mengenai hubungan antar variabel. Selain itu, bab ini juga memuat hasil
penelitian sebelumnya, perumusan hipotesis, model analisis, serta
kerangka pemikiran.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan uraian mengenai pendekatan penelitian, identifikasi
variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh CSR
terhadap kinerja perusahaan dengan female director sebagai variabel
moderasi, yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, deskripsi
hasil penelitian, analisis model dan pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan pembahasan
sebelumnya yaitu pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan dengan
female director sebagai variabel moderasi, serta saran yang ditujukan
kepada pihak-pihak yang sekiranya dapat mengambil manfaat dari
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Hingga saat ini belum ada definisi tunggal mengenai CSR karena setiap
perusahaan memiliki penjabaran dan penerapan yang berbeda-beda. Namun secara
umum, CSR merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap sosial, lingkungan,
dan pemangku kepentingannya. Berikut ini merupakan beberapa definisi CSR
yang menunjukkan keragaman pengertian CSR:
1. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
pengungkapan CSR adalah komitmen yang dilakukan secara terus menerus
oleh kalangan bisnis atas perusahaan untuk memberikan dampak pada
kondisi ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup pekerja, komitmen
lokal dan masyarakat luas.
2. World Bank, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk
berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan
guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi
bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan, maupun masyarakat pada
umumnya.
3. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal satu butir tiga
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.
4. International Standard Organization (ISO) 2600:2010, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab suatu organisasi atas dampak
dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan,
melalui perilaku yang transparan dan etis, yang konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan
kepentingan dari para stakeholder, sesuai hukum yang berlaku dan
konsisten dengan norma-norma internasional, dan terintegrasi di seluruh
aktivitas organisasi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Menurut Kotler dan Lee (2005), Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian
sumber daya perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta
berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada
karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007). Sedangkan menurut
Schermerhorn (1993), CSR merupakan suatu kepedulian organisasi bisnis untuk
bertindak dengan para pemangku kepentingan dalam melayani kepentingan
Jadi, berdasarkan beberapa macam definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep dimana organisasi
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
terhadap sosial, karyawan, pemegang saham, komunitas, konsumen, dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat dan perusahaan serta pembangunan yang
berkelanjutan. Corporate Social Responsibility (CSR) juga merupakan suatu bentuk perwujudan komitmen perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat atas
dasar kesadaran bahwa perusahaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi suatu aset yang
strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah kompetisi persaingan bisnis
yang semakin ketat. Berbagai keuntungan dapat diperoleh perusahaan melalui
kegiatan CSR yaitu (1) peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja
finansial yang lebih baik; (2) menurunkan risiko benturan dengan komunitas
masyarakat sekitar; dan (3) meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat
dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan yang merupakan bagian dari corporate image building (Susiloadi, 2008).
Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan kemudian diungkapkan ke
dalam laporan khusus yaitu sustainability report dan dapat dilihat bahwa kegiatan
mencakup keseluruhan aktivitas perusahaan di lingkungan, masyarakat, tempat
kerja, konsumen dan tindakan tersebut harus dapat diterima oleh semua
stakeholder agar perusahaan dapat terus berkembang dan tumbuh secara
berkesinambungan (Pratten, 2009; Safitri, 2016). Pengungkapan kegiatan CSR
secara sukarela dalam sustainability reportmerupakan salah satu cara perusahaan
untuk menghindari risiko dan sebagai alat komunikasi dalam mengelola hubungan
dengan para stakeholder. Setiap perusahaan harus memiliki kebijakan mengenai CSR dan memilih informasi apa saja yang ingin diungkapkan dalam sustainability report.
Untuk menilai pengungkapan CSR dalam sustainability report adalah
dengan menggunakan Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). CSRDI merupakan indeks yang diukur berdasarkan jumlah informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang
diungkapkan dalam sustainability report perusahaan. Standar pengungkapan CSR merujuk pada standar yang diterapkan oleh Global Reporting Initiative(GRI). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi yang menyediakan
kerangka kerja untuk pelaporan keberlanjutan yang dapat diadopsi oleh semua
jenis organisasi di semua negara. Pada indikator GRI terdapat tiga fokus
pengungkapan yaitu:
1. Ekonomi, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang berdampak
laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan setiap tahunnya
oleh perusahaan.
2. Lingkungan, indikator ini menyangkut keberlanjutan organisasi yang
berdampak pada kondisi lingkungan sekitar seperti ekosistem, tanah, air, dan
udara. Indikator ini terkait dengan input (bahan, energi, air) serta output
(emisi atau gas, limbah sungai, limbah kering atau sampah). Selain itu juga
berkaitan dengan dampak dari produk dan jasa serta keanekaragaman hayati.
3. Sosial, indikator ini menyangkut dengan beberapa aspek seperti karyawan
atau tenaga kerja, pemasok, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung
jawab atas produk.
Indeks GRI ini dipilih karena merupakan pedoman internasional yang telah
memiliki reputasi di dunia dan banyak digunakan pada penelitian sebelumnya
karena memiliki item checklist yang lebih komprehensif (Sudana dan Arlindania,
2011; Cheng dan Christiawan, 2011; Ananda, 2018; Purnomo, 2018).
Pada penelitian ini, indeks GRI yang digunakan adalah indeks GRI G4
yang berjumlah 91 item (Lampiran 4). Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) pada dasarnya dihitung dengan menggunakan skor, yaitu setiap item CSR akan di beri skor 1 jika diungkapkan dan diberi skor 0 jika tidak
diungkapkan. Selanjutnya, skor dari item-item CSR tersebut dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan nilai kegiatan CSR yang diungkapkan melalui
sustainability report. Semakin tinggi skor CSRDI maka semakin banyak bentuk
Apabila skor CSRDI semakin rendah maka semakin sedikit bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan.
2.1.1.1. Teori Stakeholder
Pergeseran filosofi mengenai pengelolaan entitas bisnis yang didasarkan
pada teori keagenan yaitu tanggung jawab perusahaan yang berorientasi kepada
pengelola (agent) dan pemilik (principle) telah mengalami perubahan pandangan manajemen modern yang didasarkan pada teori stakeholder (Hidayati dan Murni, 2009). Hal tersebut berkaitan dengan perluasan tanggung jawab perusahaan yaitu
kepada lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada.
Stakeholder adalah suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun
individu yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu perusahaan.
Dengan kata lain, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal seperti karyawan, masyarakat sekitar, pemerintah, pemegang saham, komunitas,
perusahaan pesaing, konsumen, dan lainnya yang berhubungan dengan
perusahaan.
Ghazali dan Chariri (2007:409) menyatakan bahwa perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus
memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Kelompok
stakeholder inilah yang mempengaruhi dan dipengaruhi secara langsung atau
tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan
perusahaan, seperti dalam mengungkapkan atau tidak suatu informasi di dalam
Teori stakeholder menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang menuntut suatu perusahaan mempertimbangkan semua
kepentingan berbagai pihak yang terkena pengaruh atas tindakannya (Riyadi,
2008). Dengan melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkannya ke dalam
annual report atau sustainability report merupakan salah satu cara perusahaan
untuk mengelola hubungan dengan para stakeholder yang diharapkan dapat memberikan respon positif oleh pasar.
Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori
ini berkaitan dengan indicator ekonomi dan indicator sosial karena kedua
indikator tersebut juga memperhatikan mengenai hubungan dan tanggung jawab
perusahaan kepada pemegang saham, karyawan atau tenaga kerja, masyarakat
lokal, serta pemasok.
2.1.1.2. TeoriLegitimasi
Teori legitimasi berfokus pada hubungan antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar. Legitimasi lebih dianggap sebagai menyamakan persepsi atau
asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,
kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam
Rosita Candra 2009). Dengan kata lain, teori ini mengungkapkan bahwa
perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas
dan norma-norma dalam masyarakat agar aktivitasnya dapat diterima oleh
Menurut Dowling dan Pfeffer (1975), legitimasi adalah hal yang penting
bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan
nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
Teori legitimasi berpendapat bahwa manajemen perusahaan mempunyai
strategi khusus untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan dapat
memenuhi harapan masyarakat (Chan et al, 2014). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi dan kepercayaan masyarakat kepada
perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke
depannya.
Tobin (2002) berpendapat bahwa legitimasi perusahaan akan diperoleh,
jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari
perusahaan, sehingga tidak akan ada tuntutan dari masyarakat. Dengan kata lain,
jika perusahaan mampu memenuhi seluruh harapan masyarakat kepada
perusahaan, maka posisi perusahaan akan menjadi kuat (legimate) di masyarakat.
Hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti masyarakat
tidak akan menolak keberadaan perusahaan dan operasional yang dilakukan oleh
perusahaan karena masyarakat sekitar merasa bahwa keberadaan perusahaan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Untuk tetap mendapatkan legitimasi dari masyarakat maka perusahaan
harus mengkomunikasikan aktivitas lingkungan dengan melakukan pengungkapan
lingkungan sosial (Berthelot dan Robert, 2011). Pengungkapan lingkungan dinilai
yang telah diterima (Hadjoh dan Sukartha, 2013).Selain itu pelaksanaan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan pengaruh
positif terhadap reputasi perusahaan dan memberikan keuntungan secara ekonomi
(Sun et al, 2010).
Jika ditinjau dengan aspek-aspek yang ada pada pedoman GRI G4, teori
ini berkaitan dengan indikator sosial khususnya aspek masyarakat dan tanggung
jawab produk karena aspek tersebut berfokus pada hubungan dan tanggung jawab
perusahaan dengan masyarakat lokal seperti keterlibatan masyarakat lokal dalam
pengembangan program dan kepuasan pelanggan.
2.1.1.3. Teori Triple Bottom Line
Teori triple bottom line pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1988. Dimana sebelumnya perusahaan berpijak pada pemahaman
single bottom line yang hanya berorientasi pada laba dan menaikkan nilai
perusahaan dengan cara mensejahterakan para pemegang saham (shareholder), namun perusahaan masa kini tidak bias sekadar memperhatikan dari sisi financial
saja. Teori ini mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan
kepentingan stakeholder daripada kepentingan shareholder.
Triple bottom line memberikan pandangan bahwa jika perusahaan ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus
memperhatikan “3P” yaitu profit, people, and planet. Jadi selain mengejar
dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Ketiga prinsip tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Profit
Profit atau keuntungan selalu menjadi fokus utama dan yang terpenting
dalam setiap kegiatan usaha. Salah satunya adalah agar perusahaan dapat
terus menerus beroperasi dan berkembang, selain itu profit juga merupakan bentuk tanggung jawab ekonomi perusahaan yang paling essensial untuk
para shareholder.Tetapi definisi profit yang sebenarnya adalahlebih dari
sekadar keuntungan yaitu bagaimana perusahaan menciptakan fair trade dan ethical trade dalam berbisnis. Prinsip ini berhubungan atau berkaitan
dengan salah satu indikator yang ada pada pedoman GRI G4 yaitu indikator
ekonomi.
2. People
People berkaitan dengan kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan
manusia. Disini people lebih menekankan akan pentingnya praktik bisnis
suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja. Bagaimana
perusahaan melindungi kepentingan tenaga kerja dengan cara menentang
adanya eksplorasi yang mempekerjakan anak di bawah umur, melakukan
pembayaran upah yang wajar, memiliki lingkungan kerja yang aman dan
jam kerja yang dapat ditoleransi serta memperhatikan kesehatan dan
3. Planet
Planet berkaitan dengan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Bagaimana perusahaan mengelola
dengan baik penggunaan energi terutama atas sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui. Beberapa hal yang banyak dilakukan oleh perusahaan
yaitu seperti mengurangi hasil limbah produksi dan mengolah kembali
menjadi limbah yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi CO2
ataupun pemakaian energi. Pada prinsip ini, planet dapat dihubungkan
dengan salah satu indikator yang ada pada pedoman GRI G4 yaitu indikator
lingkungan.
Pendekatan triple bottom linetelah banyak digunakan sejak awal tahun 2007 dan penerapan CSR merupakan salah satu bentuk dari implementasi teori
ini.
2.1.2. Kinerja Perusahaan 2.1.2.1. Tobin’s Q
Pengukuran ini dikembangkan oleh James Tobin pada tahun 1969.
Tobin’s Q merupakan rasio yang menunjukkan nilai kapitalisasi pasar saham. Rasio ini menggambarkan nilai sebuah perusahaan bukan nilai aset perusahaan.
Menurut Sudana (2012), nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus
pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa mendatang, yang dapat
tercermin dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham perusahaan
Hayashi (1982) mendefinisikan Tobin’s Q sebagai rasio dari nilai pasar (market value) perusahaan dengan biaya penggantian modal yang dibutuhkan. Nilai Q yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang juga akan tinggi berdasarkan harapan investor. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan tinggi yang diperkirakan oleh investor akan
meningkatkan nilai perusahaan dan akhirnya juga meningkatkan rasio Q
perusahaan tersebut.
Rasio Tobin’s Q yang mencapai nilai diatas 1 (satu) menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kapitalisasi pasar saham yang lebih besar daripada biaya
untuk mengganti aset perusahaan. Artinya, perusahaan tersebut berhasil
menciptakan nilai perusahaan. Tetapi jika rasio Tobin’s Q diantara nilai 0-1 maka perusahaan tersebut memiliki nilai saham yang undervalued dimana nilai buku perusahaan lebih rendah dari pada nilai sahamnya dan artinya perusahaan tersebut
telah gagal dalam menciptakan nilai perusahaan.
2.1.2.2. Return On Asset (ROA)
Dalam penelitian ini, pengukuran selanjutnya adalah dengan
menggunakan Return On Asset (ROA). Rasio ini merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. ROA
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak
dengan menggunakan seluruh aktiva atau aset yang dimiliki. Rasio ini penting
bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen
perusahaan dalam mengelola seluruh asetnya untuk menghasilkan laba bersih
penggunaan aset perusahaan. Dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama
perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya. Rasio ini
juga merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas
sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan (Munawir, 2002).
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan dituntut untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan
dalam persaingan yang semakin ketat. Dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang mengungkapkan CSR ke
dalam annual report atau sustainability report cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
mengungkapkan CSR.
2.1.3. Board Gender Diversity
Diversitas erat kaitannya dengan jenis kelamin, ras, gaya hidup, dan usia.
Definisi dari diversity atau keragaman itu sendiri adalah segala hal yang membuat orang berbeda (Daft, 2014). Pada penelitian ini, diversity yang digunakan adalah
jenis kelamin atau gender pada jajaran dewan direksi karena direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas untuk melakukan dan melaksanakan operasional
serta kepengurusan perusahaan. Menurut pasal 1 nomor 5 UUPT, direksi adalah
organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi perseroan terdiri atas satu orang
Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, wajib memiliki paling sedikit dua orang anggota
direksi.
Tugas dari dewan direksi adalah bertanggung jawab penuh atas segala
bentuk operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan
kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu juga bertanggung
jawab terhadap urusan perusahaan yang berhubungan dengan pihak eksternal.
Dalam menjalakan tugasnya, dewan direksi memiliki hak atas pengendalian yang
signifikan dalam mengelola sumber daya perusahaan dan dana dari investor.
Peran-peran dewan direksi dalam keterbukaan pengambilan keputusan telah diatur
dalam pedoman tata kelola perusahaan yang baik di seluruh dunia (Lim et al., 2007). Pedoman tersebut dibuat agar dewan direksi dapat mewakili kepentingan
pemegang saham atau shareholders (Fama dan Jensen, 1983) dan pemangku
kepentingan atau stakeholders (Hill dan Jones, 1992).
Board gender diversity merujuk pada perbedaan peran serta karakteristik
antara direksi pria dan direksi wanita dalam memberikan opini yang akan
mempengaruhi pengambilan keputusan. Direktur wanita cenderung memiliki
pemahaman yang lebih baik atas segmen pasar perusahaan dan hal ini dapat
mengembangkan kualitas dalam proses pengambilan keputusan perusahaan (Singh
dan Vinnicombe, 2004). Selain itu, sifat wanita yang tidak terburu-buru dan
menganalisis masalah sebelum keputusan dibuat serta memantau bagaimana
keputusan tersebut dilaksanakan mampu menurunkan risiko perusahaan (Gupta
bahwa perusahaan tidak melakukan diskriminasi dan memberikan kesempatan
yang sama dalam berkarir.
Adanya keberagaman gender dalam jajaran direksi dipercaya mampu
meningkatkan nilai pemegang saham dan melindungi kepentingan semua
stakeholder. Keragaman dewan dianggap mempu meningkatkan efektivitas
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) karena dewan direksi dan dewan komisaris wanita dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman
perusahaan mengenai pasar dan konsumen sehingga dapat meningkatkan reputasi
dan memaksimalkan nilai perusahaan (Brammer dkk., 2007; Ararat dkk., 2010).
Manfaat lainnya yang akan didapatkan dari keragaman dewan direksi dan
komisaris yaitu (1) dapat meningkatkan pengambilan keputusan dan inovasi; (2)
menghasilkan penyelesaian masalah yang lebih baik karena semakin banyak ide
dan alternatif; (3) mampu meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap
isu sosial serta lingkungan (Carter dkk., 2003).
2.1.4. Pengaruh Antar Variabel
2.1.4.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan alat untuk dapat
mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan profit dan nilai perusahaan. Menurut Adam (2002), perusahaan yang meningkatkan komunikasi atau
hubungannya dengan pemangku kepentingan mengenai kegiatan CSR dapat
berkontribusi untuk membangun citra yang positif. Selain itu, perusahaan yang
para regulator (Aerts dan Cormier, 2009) dan hal tersebut dapat membangun
corporate branding serta memperbaiki reputasi perusahaan (Bebbington et al., 2008). Perusahaan yang memiliki citra dan reputasi yang baik dengan para
pemangku kepentingan dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan
(Gray, 2006) melalui harga saham yang semakin naik setiap tahunnya. Apabila
citra dan reputasi yang dimiliki oleh perusahaan itu buruk maka akan berdampak
juga pada menurunnya harga saham perusahaan dari waktu ke waktu. Hal itu
dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Kusumadilaga (2010) dan Gusti (2013) bahwa CSR berpengaruh postif terhadap
Tobin’s Q, dimana perusahaan bukanlah hanya entitas yang hanya berjalan untuk
kepentingan sendiri namun juga untuk kepentingan stakeholder-nya.
Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan baik internal maupun eksternal
dinilai dapat meningkatkan produktivitas karyawan, minat masyarakat untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, serta meningkatkan
loyalitas pelanggan.Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Waddock dan
Graves (1997), kegiatan CSR yang diungkapkan perusahaan dalam annual reportberpengaruh postif terhadap ROA dan ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan menurut pendapat dari Nekhili et al. (2017), meningkatkan
skor CSR lebih mungkin untuk meningkatkan kinerja pasar perusahaan daripada
untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan,
memaksimalkan nilai pasar adalah tujuan yang berlaku dari kebijakan pelaporan
2.1.4.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan ModerasiFemale Director
Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tidak lepas dari
pengawasan para manajemen puncak karena dewan direksi bertanggung jawab
dalam menentukan praktik pengungkapan CSR. Peran-peran dewan direksi dalam
keterbukaan pengambilan keputusan dan pengungkapan CSR ini telah diatur
dalam pedoman tata kelola perusahaan yang baik di seluruh dunia (Lim et al., 2007).Keragaman gender, dan khususnya kehadiran direksi perempuan, identik
dengan kualitas selama diskusi, yang meningkatkan kemungkinan bahwa
perspektif dan gagasan yang berbeda akan dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan (Huse et al., 2009; Post et al., 2011). Direksi wanita lebih berhati-hati mengungkapkan poin dalam sustainability report, hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan pihak eksternal bahwa perusahaan telah bertanggung
jawab atas lingkungan dan sosial perusahaan serta menjamin mutu dan kualotas
produk (Jinakoplos & Bernasek, 1996).
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Coffey dan Wang
(1998) dan Rahindayati (2015) membuktikan bahwa jumlah presentase anggota
dewan perempuan dan ras minoritas pada anggota dewan dengan nilai Tobin’s Q
mempunyai hubungan positif dan signifikan. Hal itu dikarenakan dewan
perempuan cenderung meminta pertanyaan lebih lanjut dan menjadi lebih banyak
berbicara jika ada tiga atau lebih dewan perempuan. Selain itu, hasil penelitian
averse dan menerapkan prinsip kehati-hatian dan hal ini secara tidak langsung
memberikan dampak terhadap kinerja internal perusahaan.
Namun, hasil yang sebaliknya dikemukakan oleh Handajani dkk. (2014),
mereka menemukan hubungan negatif dan signifikan antara keragaman gender dan pengungkapan CSR di Indonesia sesuai dengan pedoman GRI karena jumlah
direktur wanita tanpa keahlian atau pengalaman yang memadai masih tergolong
rendah.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Adhriani (2015) juga
menunjukkan bahwa keragaman gender tidak berpengaruh terhadap ROA karena
keberadaan direksi wanita masih relatif rendah. Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian sebelumnya adalah Post et al. (2011), Fernandez-Feijoo et al.
(2012), dan Nekhili et al. (2017),dimana mereka menemukan hubungan yang positif antara direktur wanita dan praktik pelaporan CSR bergantung pada
kehadiran tiga atau lebih wanita di dewan direksi. Semakin banyak wanita dalam
dewan maka semakin tinggi pengungkapan CSR dalam sustainability report karena memberikan lebih banyak informasi dan juga jaminan.
2.1.5. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan 2.1.5.1. Leverage
Tingkat penggunaan hutang merupakan risiko tambahan bagi pemegang
saham akibat dari keputusan penggunaan hutang. Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan
hutang. Rasio ini juga memberikan gambaran mengenai struktur modal yang
dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tak tertagihnya suatu hutang.
perusahaan semakin rendah.Besar kecilnya leverage yang dimiliki perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja
keuangan yang buruk dan berisiko mengalami kebangkrutan. Hal tersebut
dikarenakan barang-barang modal yang digunakan perusahaan memiliki nilai
yang sangat besar sehingga wajar saja jika perusahaan juga memiliki leverage
yang besar.
2.1.5.2. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan
yangdapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar
jumlah aset yang dimiliki maka semakin besar ukuran perusahaan sehingga dapat
dijadikan sebagai modal internal dalam meningkatkan pendapatan. Selain itu
ukuran perusahaan juga bisa menjadi faktor penentu bagi investor untuk
melakukan investasi. Perusahaan besar akan lebih mudah memasuki pasar modal
dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki aset yang lebih
banyak untuk dijadikan jaminan dalam memperoleh pinjaman. Menurut Waddock
dan Graves (1997), ukuran perusahaan berkorelasi positif dengan profitabilitas
perusahaan karena dengan tingkat penjualan yang tinggi akan disertai juga dengan
peningkatan profitabilitas.
2.1.5.3. Umur Perusahaan (Firm Age)
Umur perusahaan menunjukkan usia perusahaan sejak didaftarkan
menjadi perusahaan publik. Selain itu, umur perusahaan juga menunjukkan bahwa
perusahaan mampu untuk bertahan, bersaing, dan memanfaatkan peluang.
lebih dapat dipercaya oleh para investor dengan cara menanamkan sahamnya
kepada perusahaan tersebut.
2.1.5.4. Board Size
Ukuran dewan perusahaan adalah jumlah anggota dewan direksi dalam
perusahaan. Jumlah anggota dewan direksi tersebut akan meningkatkan kinerja
perusahaan, namun semakin banyak jumlah anggota dewan direksi juga dapat
mengurangi keefektifan dalam berdiskusi, mereka akan lebih sulit untuk
melakukan koordinasi (Forbes dan Millike,1999). Namun pendapat sebaliknya
dikemukakan oleh Barka dan Dardour (2015), ukuran dewan mempunyai kaitan
yang erat dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar cenderung mempunyai
sumber daya yang lebih banyak sehingga mereka mampu berkinerja yang lebih
baik karena lebih banyak keahlian dan pengalaman. Semakin banyak jumlah
anggota dewan direksi maka perusahaan juga akan semakin banyak menarik
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan.
2.1.5.5. Board Meeting
Board meeting merupakan pertemuan formal atau rapat direksi yang
biasanya diadakan pada interval tertentu untuk mempertimbangkan masalah
kebijakan dan masalah utama perusahaan. Efektivitas dewan direksi dalam
melaksanakan kegiatan operasional dan kepengurusan perusahaan memerlukan
2.2. Penelitian Sebelumnya
Nekhili et al. (2017) melakukan penelitian mengenai perbedaan karakteristik antara perusahaanyang memiliki direksi wanita dan perusahaan yang
hanya memiliki direksi laki-laki di Prancis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan dengan dewan direksi yang beragam memiliki pelaporan CSR yang
lebih tinggi daripada perusahaan yang homogen. Direktur wanita meningkatkan
kredibilitas informasi yang diungkapkan, sehingga pelaporan CSR menjadi lebih
ekonomis dan nilai perusahaan lebih tinggi. Manfaat dari pengangkatan direksi
wanita tidak terletak pada peningkatan nilai pasar secara langsung, namun secara
signifikan juga meningkatkan relevansi nilai dari pelaporan sukarela mengenai
informasi terkait CSR. Selain itu, adanya direktur wanita juga meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan, yaitu return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Namun, peningkatan pelaporan CSR yang lebih tinggi cenderung
mendorong kinerja pasar keuangan daripada memperbaiki kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian ini menyarakan agar perusahaan setidaknya memiliki dua
dan/atau tiga dewan direktur wanita untuk dapat menghasilkan pelaporan CSR
yang lebih tinggi.
McGuinness et al. (2016) melakukan penelitian di China mengenai
dewan direksi wanita dan investor ekuitas asing terhadap kinerja CSR perusahaan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan adanya keberagaman gender pada
manajemen puncak akan mendukung kinerja CSR yang lebih kuat dan hal tersebut
ditemukan pada perusahaan dengan CEO dan/atau wakil CEO wanita di
dengan keberagaman gender dalam membentuk kualitas dan isi kegiatan pelaporan CSR.
Nathania (2014) juga melakukan penelitian pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 mengenai komposisi
dewan perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa female director berpengaruh signifikan terhadap ROA. Wanita cenderung bersifat risk averse dan menerapkan prinsip kehati-hatian dan hal ini secara tidak langsung memberikan dampak terhadap kinerja internal
perusahaan. Sehingga, sistem pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
oleh manajemen perusahaan akan mampu meningkatkan nilai ROA. Namun hal
tersebut tidak ditemukan pada ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwafemale director tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal tersebut dikarenakan investor yang akan menanam sahamnya pada sebuah perusahaan yang nantinya
menjadi ekuitas perusahaan, seringkali tidak akan terpengaruh dan memperhatikan
komposisi dewan perusahaan.Sehingga komposisi dewan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau penurunan ROE.
Sudana dan Arlindania (2011) melakukan penelitian pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 mengenai pengaruh
tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan
proksi dewan direksi wanita, dewan direksi asing, dan komposisi komisaris
independen sebagai variabel dari tata kelola perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dewan direksi wanita secara parsial memiliki pengaruh
Indonesia belum berperan secara optimal dalam pengambilan keputusan mengenai
CSR dan faktor budaya di Indonesia yang umumnya pria memiliki peranan yang
lebih besar dalam pengambilan keputusan dibandingkan wanita. Sedangkan
dewan direksi asing dan komposisi komisaris independen secara parsial
berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR karena warga negara
asing telah memilki kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap CSR yang di
bawa dari negara asalnya serta komisaris independen merupakan perwakilan dari
masyarakat dalam mengawasi kinerja perusahaan.
Ramadhani dan Adhriani (2015) melakukan penelitian pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 mengenai keberagaman
gender terhadap kinerja keuangan perusahaan dan efisiensi investasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Salah satu
kemungkinan penyebabnya adalah jumlah dewan komisaris dan dewan direksi
wanita yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan dewan komisaris dan
dewan direksi pria. Selain itu juga, keberagaman gender terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi investasi.
2.3. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan landasan teori yang
telah dikemukakan, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah
1. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q.
2. Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap ROA.
3. Female director memoderasi secara positif pengaruh CSR terhadap Tobin’s Q.
4. Female director memoderasi secara positif pengaruh CSR terhadap ROA.
2.4. Model Analisis
Berdasarkan hipotesis diatas, maka persamaan regresi yang digunakan
untuk menguji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
Tanpa moderasi :
... (2.1)
... (2.2)
Dengan moderasi :
... (2.3)
... (2.4)
Keterangan :
= Tobin’s Q perusahaan i pada tahun t
= Return On Asset perusahaan i pada tahun t
,…, = Koefisien regresi
= CSR perusahaan i pada tahun t
= Interaksi antara CSR dan female director perusahaan i pada tahun
t. (perkalian antara CSR dan female director)
= Female director perusahaan i pada tahun t
= Leverage perusahaan i pada tahun t
= Ukuran perusahaan i pada tahun t
= Umur listing perusahaan i pada tahun t
= Jumlah dewan direksi perusahaan i pada tahun t
= Jumlah rapat direksi tahunan perusahaan i pada tahun t
= error
2.5. Kerangka Penelitian
2.5.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Tanpa Moderasi Female Director
Variabel Independen
CSR
Variabel Kontrol
1. Leverage
2. Firm Size
3. Firm Age
4. Board Size
5. Board Meeting
Variabel Dependen
1. Tobin’s Q
2.5.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Moderasi Female Director
Variabel Independen
CSR
Variabel Kontrol
1. Leverage
2. Firm Size
3. Firm Age
4. Board Size
5. Board Meeting
Variabel Dependen
1. Tobin’s Q
2. ROA
Variabel Moderasi
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
metode moderatedregression analysis (MRA) yang menitikberatkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang terukur dan software SPSS.
Karena dalam hubungan tersebut terdapat variabel moderasi yang memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
3.2. Identifikasi Variabel
Berdasarkan model analisis dan hipotesis yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Tobin’s Q
dan ROA.
2. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility(CSR).
3. Variabel moderasi (moderate variable) dalam penelitian ini adalah female director.
3.3. Definisi Operasional
Untuk memberikan gambaran jelas terhadap variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, maka definisi dari variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Tobin’s Q merupakan rasio yang mengukur kinerja perusahaan khususnya
nilai perusahaan. Rasio ini menunjukkan nilai kapitalisasi pasar saham
terhadap nilai buku hutang atas total aset perusahaan. Dalam penelitian ini,
Tobin’s Q akan dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.1)
2. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan seluruh aktiva atau aset
yang dimiliki. Dalam penelitian ini, ROA akan dihitung dengan menggunakan
rumus :
... (3.2)
3. Corporate Social Responsibility (CSR) akan diukur dengan memberikan skor, jika ada item CSR yang diungkapkan maka diberi skor atau nilai 1, tetapi jika
tidak ada item yang diungkapkan maka diberi nilai 0. Dalam penelitian ini,
CSR akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
= Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j.
= item CSR perusahaan j tahun i ; 1 jika item diungkapkan dan 0 jika
item tidak diungkapkan.
= jumlah item pengungkapan CSR untuk perusahaan j ;
4. Female director merupakan proporsi jumlah direksi wanita pada jajaran
direksi perusahaan. Pengukuran female director akan dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.4)
5. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang. Dalam penelitian ini,
leverage akan dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.5)
6. Firm size merupakan satuan yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Firm size dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.6)
7. Firm age merupakan usia perusahaan sejak terdaftar menjadi perusahaan
publik. Firm age dapat diukur dengan menggunakan rumus :
8. Board size menunjukkan seberapa banyak jumlah dewan direksi yang ada di perusahaan. Dalam penelitian ini, board size dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.8)
9. Board meeting merupakan pertemuan formal atau rapat direksi yang biasanya diadakan pada interval tertentu untuk mempertimbangkan masalah kebijakan
dan masalah utama perusahaan. Dalam penelitian ini, board meetings dihitung dengan menggunakan rumus :
... (3.9)
3.4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu annual report dan sustainability report perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2017. Laporan tahunan perusahaan yang
diperlukan harus memuat informasi tentang total aset, total kewajiban, anggota
direksi, serta jumlah rapat internal. Sumber data annual report dan sustainability report perusahaan dapat diperoleh dengan cara mendownload dari website
masing-masing perusahaan sample, dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
www.idx.co.id, dan dari website Global Reporting Initiative (GRI) yaitu