• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Perusahaan

Pada penelitian ini nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Price to Book Value (PBV) yang mana untuk mendapatkan nilai perusahaan menggunakan proksi harga pasar saham yang dibagi dengan nilai buku per lembar saham (Book value per share). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham, semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Beberapa variabel yang kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Nilai buku saham

Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paid up capital in excess of per value) dan laba ditahan

PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :

(2)

dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan.

b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation

c. Perusahaan – perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ration (PER) dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).

2. Nilai appraisal

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan pendapatan (earnings). Nilai perusahaan yang berdasarkan appraisal independent juga akan menghasilkan pengurangan Good Will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang bersangkutan. Good Will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.

3. Nilai pasar saham

(3)

Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Faktor analisis berkompetensi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat maupun keputusan pribadi.

4. Nilai “chop – chop”

Pendekatan “chop-chop” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Lawrence S. Speidell, CFA dari lembaga riset dibidang keuangan Batterymarch Financial Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva dibawah harga penempatan mereka.

5. Nilai arus kas

(4)

2.1.1 Teori-teori nilai perusahaan.

(5)

nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya akan ditandai dengan naiknya harga saham dipasar. Ada juga yang mendefenisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan yang dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, makin tinggi kemakmuran pemegang saham.

Menurut Sukamulja (2004) menyatakan bahwa salah satu rasio yang dinilai dapat memberikan informasi yang baik adalah Tobin’s Q. Rasio ini dinilai dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, misalnya terjadi perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antara kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akusisi, dan kebijakan pendanaan, dividen, dan kompensasi. Samuel (2000), menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga dengan nilai perusahaan (firm value) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan.

(6)

2.2 Return on Equity (ROE)

Selain laporan informasi keuangan yang diwajibkan yang didalamnya termasuk return on equity (ROE), return on asset (ROA), perusahaan juga melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan disebut juga corporate social responsibility (CSR) dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut juga good corporate governance (GCG) pada laporan tahunan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menilai perusahaan yang bersangkutan.

Return of equity (ROE) merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memilki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.

(7)

2.3 Profitabilitas (ROA)

Menurut Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit). Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya, profitabilitas merupakan pertimbangan yang penting bagi investor dalam keputusan investasinya. Nilai perusahaan dengan profitabilitas memiliki hubungan yang erat karena profitabilitas merupakan suatu tindakan prestasi perusahaan atas pendapatan laba (profit) perusahaan sehingga dapat mengembangkan perusahaannya ke level yang lebih tinggi lagi.

Profitabilitas secara teoritis menurut Kokobu (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori Agency dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas.

(8)

dalam penelitian ini dihitung dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi pajak dibagi total aktiva.

2.4 Corporate social responsibility (CSR)

(9)

item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan manajemen adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen,1987 dalam Florence,2009).

(10)

Menurut (Daniri,2007 dalam Rahayu et al, 2010), coporate social responsibility lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, menyejahterakan para pemegang saham, dan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya. Pada dasarnya keberadaan perusahaan itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan sosial. Konsep dan praktik CSR saat ini tidak lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi sebagai strategi perusahaan dalam menstabilkan pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena pengungkapkan CSR sangat penting dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Prinsip-prinsip dasar corporate social responsibility yang dapat digunakan perusahaan sebagai acuan dalam pembuatan keputusan menurut ISO 26000 meliputi:

• Kepatuhan terhadap hukum

• Menghormati instrumen / badan-badan Internasional • Menghormati stakeholders dan kepentingannya • Akuntabilitas

• Transparansi

• Perilaku yang beretika

• Melakukan tindakan pencegahan • Menghormati dasar-dasar HAM

(11)

akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statement keuangan. Teori lain yang menjelaskan mengenai Corporate Social Responsibility yaitu :

2.4.1Teori Legimitasi

Dalam legimitacy teori perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice,dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegemitasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga bergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya.Apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legimitasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Haniffa,2005).

(12)

harapan masyarakat. Dan menjelaskan bahwa teori legimitasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari pihak investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto).

2.4.2Teori Stakeholder

Teori Stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi para stakeholder. Perusahaan harus memberikan perhatian kepada kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan korporasi secara luas. Artinya dalam mencapai pengembalian yang menguntungkan bagi pemegang saham, manajer harus memperhatikan adanya batasan-batasan yang timbul dalam lingkungan dimana mereka beroperasi. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Stutedi,2012)

(13)

global, World bank memandang CSR sebagai .’’ the committment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and Good for development’’. Corporate sosial responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefenisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,komunitas setempat ataupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untukmemberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang baik memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya.Masyakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga masyarakat dapat menilai perusahaan tersebut layak dan hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi.

2.4.3 Corporate Social Disclosure index ( CSDI )

(14)

proses pengkonunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut dapat memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Grayet al dalam Sembiring, 2007).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dummy untuk mengukur corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dimana bila perusahaan yang diteliti melakukan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Annual report) melalui websitenya maka mendapat nilai 1 dan sebaliknya bila tidak diungkapkan mendapat nilai 0 dalam skala pengukurannya.

2.5 Good Corporate Goverance (GCG)

(15)

yang semakin menyadari pentingnya menerapkan program good corporate governance (GCG) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Hal tersebut merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada teori agency (agency problem)

2.5.1 Teori Keagenan ( Agency Theory )

Menurut Brigham & Houston ( 2006: 26-31) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana dalam hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

(16)

(pemegang saham/owner) dengan para manajer yang mengelola perusahaan.Menurut Shleifer dan Vishny (1997) corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada pemegang saham. Sedangkan FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (Stakeholder ).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Midiastuti (2003) di Indonesia kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang mampu mengurangi masalah ketidakselarasan kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham atau dapat dikatakan semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja dan nilai perusahaan. Good corporate governace dikatakan dapat menciptakan nilai tambah karena dengan menerapkan good corporate governance diharapkan perusahaan akan memiliki nilai perusahaan dan kinerja yang baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan nilai perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dari para pemegang saham atau pemilik perusahaan

2.5.2 Manfaat Good Corporate Governance

(17)

• Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

• Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

• Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

• Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

• Menghindari penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip good corporate govenance yang konsisten akan menghalangi kemungkinan dilakukannya rekayasa kinerja yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangannya.

• Meningkatkan kualitas laporan keuangan

• Mempermudah proses pengambilan keputusan, sehingga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

(18)

• Meminimalkan Agency cost

Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

• Meminimalkan Cost of capital

Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi positif bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan akan mengajukan pinjaman, selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan yang akan membuat produk perusahaan menjadi lebih kompetitif

• Meningkatkan nilai saham perusahaan

Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. sebuah survei yang dilakukan oleh Russel Reynolds Associates (1977) mengungkapkan bahwa kualitas dewan komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham perusahaan tersebut

(19)

Citra Perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata masyarakat dan khususnya para investor.

2.5.3 Prinsip-Prinsip dalam Good Corporate Governance

Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 oleh kementerian Hukum dan HAM Repuplik Indonesia tentang Perseroan Terbatas dan prinsip tata kelola perseroan yang baik (good corporate governance) dalam menjalankan perusahaan, dan dalam keputusan Menteri BUMN Tahun 2002 tentang prinsip-prinsip good corporate governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :

• Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan

• Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat

(20)

• Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

• Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(21)

2.6 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan ditelaah pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu gambar kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.3.1

Kerangka konseptual

H1

H2

H1

H3 H1

H4

2.7 Penelitian terdahulu

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan sebelumnya dan ditelaah pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Good Corporate Governance (X4) Rasio

Kinerja Keuangan ROE (X1)

Profitabilitas ROA (X2)

Corporate Social Responsibility (X3)

Nilai

Perusahaa

n

(Y)

(22)

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul/ Topik Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

1 Reza (2014) Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan komite audit dengan nilai perusahaan

otomotif yang terdapat di BEI, Variabel Good 2 Anggitasari

(2012)

(23)

moderating

moderating yang mampu

memoderasi hubungan antara ROA dan Tobins

Q dan menunjukkan

pengaruh yang positif signifikan. 3 Rahayu (2010) Pengaruh Kinerja

Keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi (Studi empiris pada perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)

4 Kusumadilaga (2010) (Studi empiris pada

(24)

perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) variabel Moderasi (Studi kasus pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Variabel

6 Fauzi (2010) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap

Manufaktur Go Puplic yang terdaftar di BEI)

(25)

Good Corporate dari nilai pasar perusahaan

8 Carningsih Pengaruh Good

Corporate Governance terhadap hubungan atara kinerja keuangan

dengan Nilai perusahaan (Studi kasus pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Variabel responsibility dan

(26)

Adapun yang membedakan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2010) dan jurnal nasional yang dilakukan oleh Reny Dyah Retno M dan Denies Priantinah M.Si,Ak. Adalah pada penelitian ini penulis menambahkan tiga variabel independen yaitu kinerja keuangan (ROE), profitabilitas (ROA) dan corporate social responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan (PBV). Dan menjadikan good corporate governance sebagai variabel moderasi hubungan antara ketiga variabel tersebut terhadap nilai perusahaan.

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan lagi kebenarannya. “Hipotesa disebut sebagai kesimpulan karena hipotesa ini merupakan kesimpulan dari kegiatan kajian teoritik yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan penelitian” (Hadi, 2006 : 89). Hipotesa atau hipotesis memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesis tersebut atau dapat dikatakan hipotesis merupakan suatu statement sementara tentang keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas penulis akan mencari kebenaran dari hipotesis yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut :

(27)

H2 : Kinerja keuangan dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013

H3 : Profitabilitas dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013

H4 : Corporate social responsibility dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013

Gambar

Gambar 2.3.1
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa: tidak terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan LKS dengan sikap ilmiah siswa

Konsep Skemp (Mitchelmore dan White, 2007) menyebutkan bahwa abstraksi empiris terdiri dari pengakuan kesamaan dan diikuti dengan perwujudan kesamaan dalam sebuah objek

Hasil penelitian siklus II tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran melalui model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media visual perlu untuk dilanjutkan ke siklus III

Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi potensi ekonomi kreatif, menilai potensi ekonomi kreatif unggulan dan memetakan potensi ekonomi kreatif berbasis sistem

This study discusses two approaches in testing the causal ordering of a model, i.e., the Granger and Sim’s tests as well as SCDTs test of causality, which could be either used

Karena biasanya tidak mungkin bagi bayi mengkonsumsi makanan hewani dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi, seng atau kalsium, bila secara ekonomi

Dalam penulisan Ilmiah ini, penulis membahas tentang bagaimana membuat animasi organ tubuh manusia tentang panca indera dengan menggunakan Macromedia Flash MX. Pembuatan animasi

KEENAM : Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 163 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Pemantau Desa Bebas 4 (Empat) Masalah