BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan
pada kesimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Dapat juga dikatakan bahwa corporate social responsibility
merupakan tindakan nyata yang dilaksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk
pertanggungan jawabnya terhadap beberapa aspek, yakni aspek ekonomi,sosial,
dan lingkungan.
Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia juga telah diatur
dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007 yang
terdiri dari 4 (empat) ayat, yaitu:
Ayat 1: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan.
Ayat 2: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran.
Ayat 3: Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
Ayat 4: Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari Undang-Undang tersebut ialah
bahwa perseroan diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan dan adanya sanksi bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
tersebut. Akan tetapi, Undang-Undang tersebut hanya terbatas pada perusahaan
bisnis yang berbasis sumber daya alam, seperti yang tertulis pada ayat 1. Pasal ini
banyak menimbulkan masalah terutama stakeholder yang terpengaruh dengan
pengertian perusahaan yang hanya terbatas pada bidang sumber daya alam saja.
Untuk mengurangi masalah tersebut, sebaiknya pemerintah segera mengeluarkan
Undang-Undang Perseroan Terbatas yang lebih aplikatif dan konstruktif, sehingga
pengaturan CSR tidak merugikan stakeholder.
2.1.1 Komponen Dasar Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social
Responsibility)
John Elkington (1997) yang dikutip oleh Hasibuan dan
Sedyono(2006: 73), menyatakan bahwa corporate social responsibility
dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu: people, profit, dan planet.
Ketiga komponen inilah yang dijadikan sebagai dasar perencanaan,
implementasi, dan evaluasi program corporate social responsibility yang
kemudian dikenal dengan triple bottom line.Triple bottom line merupakan
sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari
pelaksanaan dasar Corporate Social Responsibility. Triple bottom line
Teguh Prambudi (2006: 13), menyebutkan program-program Corporate
Social Responsibility dapat dikelompokkan atas tiga aspek, yaitu: 1) Program Sosial
Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukankegiatan
kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf
hidup manusia. Di dalam program sosial ada berbagai macam program
yang dapat dijalankan oleh perusahaan, diantaranya: sumbangan kepada
korban bencana alam, beasiswa pendidikan, dan pelayanan kesehatan
umum.
2) Program Lingkungan
Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan untuk
menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan
meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan. Program
lingkungan memiliki berbagai program yang dapat dijalankan oleh
perusahaan, yaitu penanaman pohon, kampanye lingkungan hidup, dan
menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
3) Program Ekonomi
Pada saat ini, perusahaan pada aktivitasnya tidak lagi berusaha untuk
meningkatkan nilai keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi harus dapat
memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholdernya. Program
ekonomi merupakan program perusahaan yang melakukan tindakan untuk
ketahanan ekonomi dan menjadikan masyarakat yang tangguh dan
mandiri.
Saat ini, sudah banyak perusahaan yang menerapkan tanggung
jawab sosial perusahaan. Sebab kewajiban pelaksanaan CSR telah diatur
dalamUndang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pasal 74 ayat 1 yaitu “ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal juga mengatur tentang
kewajiban untuk melaksanakan CSR bagi semua perusahaan yang
menanam modal di Indonesia. Undang-Undang No.25 Tahun 2007
tentang penanaman modal Pasal 15 menyebutkan bahwa setiap penanam
modalberkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
b. Melaksnakan tanggung jawab sosial perusahaan.
c. Memnuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal.
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudian, ada sanksi yang diterima perusahaan yang mengabaikan
pelaksanakan tanggung jawab sosial tersebut. Sanksi tersebut terdapat
dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada yat (1) dikenai sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pemberian sanksi juga diatur
dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal
dalam pasal 34yang menyebutkan bahwa Badan usaha atau usaha
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi
administrative berupa:
a. Peringatantertulis.
b. Pembatasan kegiatan usaha.
c. Pembekuan kegiatan usaha dan/ atau fasilitas penanaman modal atau
d. Pencabutan kegiatan usaha dan/ atau fasilitas penanaman modal.
2.1.2 Prinsip-Prinsip CSR
Untuk memudahkan memahami CSR, ada beberapa prinsip yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Siagian (2011 : 59), ada tiga prinsip
CSR yaitu:
a. Sustainability
Perusahaan memperhatikan upaya menjaga kelangsungan bisnis dalam
jangkapanjang.
b. Accountibility
Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai strategi untuk emmbangun citra
c. Transparancy
Prisip ini bermanfaat untuk mengurangi asimetri informasi,
keslahpahaman, khususnya informasi dan pertanggung jawaban berbagai
dampak dari lingkungan.
2.1.3 Manfaat-manfaat corporate social responsibility
Manfaat-manfaat yang diterima dari pelaksanaan CSR adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat secara financial
a. Memperluas area pemasaran produk perusahaan dan meningkatkan
kuantitas penjualan di setiap periode.
b. Meningkatkan nilai saham agar terjadi pertumbuhan yang
signifikan dan menguntungkan.
c. Karyawan merasakan kesejahteraan.
d. Mampu memikat calon investor agar bergabung dalam perusahaan
untuk mencapai profit.
e. Menjadi suatu tindak preventif dari dampak sosial yang
ditimbulkan.
f. Menjadi suatu tindak preventif dari dampak alam yang
2. Manfaat secara non-financial
Manfaat yang dimaksudkakn adalah manfaat yang tidak bersangkutan
dengan uang atau financial melainkan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas perusahaan secara kualitatif. Manfaat tersebut merupakan
Reputasi Perusahaan dengan item-item sebagai berikut :
a. Kepercayaan
Kepercayaan akan membantu perusahaan untuk menjalankan bisnis
yang berkesinambungan. Prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk
membangun kepercayaan adalahtransparancy, kode etik, keterbukaan,
proses bisnis yang beretika dan mekanisme audit yang melibatkakn
stakeholders.
b. Kredibilitas
Kredibilitas uang dimaksud adalah kredibilitas sosial, finansial dan
lingkungan.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab yang dapat dilihat daricara perusahaan tersebut
mengelola dampak negative dari kegiatan bisnis yang berlangsung
akanmenjadi penilaian bagi perusahaan.
d. Akuntabilitas
Akuntabilitas melalui pelaporan program pelaksanaak CSR terhadap
stakeholder akn memperkuat akuntabilitas perusahaan.
Menurut Untung (2008 : 6) manfaat CSR adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merk perusahaan.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial,
3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
4. Melebatkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja keungan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber dayanya maka kinerja menjadi hal penting yang
harus dicapai setiap perusahaan. Pengertian kinerja keuangan sutau perusahaan
menunjukkan kaitan yang cukup erat dengan penilaian mengenai sehat atau tidak
sehatnya suatu perusahaan tersebut. Pendapatan yang dimiliki oleh suatu
perusahaan bank dilihat dari sumbernya maupun fungsinya terangkum dalam
laporan keuangan yang meliputi neraca, laba rugi, dan laporan posisi keuangan
dan catatan atas laporan keuangan.
Pada lembaga perbankan memiliki sedikit perbedaan dengan pengukuran
kinerja suatu perusahaan secara umum sebagaimana telah dijelaskan pada
macam-macam rasio keuangan dan rumusnya. Sedangkan kinerja keuangan bank yang
diukur dengan menggunakan rasio keuangan bank dapat diuraikan sebagai
berikut:
A. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal adalah sesuatu yang digunakan oleh perbankan dalam
menjalankan kegiatan operasi. Perbankan yang menjalankan kegiatan operasi
pinjam meminjam cenderung memiliki risiko tinggi. Oleh karena, dibutuhkan
dana yang akan digunakan untuk menutupi risiko yang memungkinkan akan
terjadi. CAR adalah rasio yang dapat menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menutupi kerugian atau risiko yang dialami selama kegiatan
Rumus mencari Capital Adequecy Ratio (CAR)adalah :
Modal
CAR = x 100 %
Aset Tertimbang Menurut Risiko
B. Non Performing Loan (NPL)
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup risiko kegagalan pengembalian kredit oleh
debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil
pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Ketentuan Bank Indonesia
ialah bahwa bank harus menjaga NPL nya dibawah 5%. Halini sejalan dengan
ketentuan Bank Indonesia. Apabila bank mampu menekan risiko NPL 5%,
maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena
bank-bank akan menghemat uang yang diperlukan untuk membentuk
cadangan kerugian kredit bermasalah atau Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP). Rendahnya PPAP yang dibentuk oleh bank-bank maka
profitabilitas akan semakin besar sehingga kinerja bank secara keseluruhan
akan menjadi baik.
Rumus mencari Non Permorfing Loan (NPL)adalah :
Kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet
NPL = x100 %
C. Net Interest Margin (NIM)
Pengertian Net Interest Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah “Net Interest Margin
(NIM) merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap
rata-rata aktiva produktifnya.” Rasio NIM digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga
dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat
pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit
yang disalurkan. Perusahaan mengharapkan penerimaan bunga yang tinggi
sehingga dapat menambah profit. Semakin tinggi nilai NIM, semakin baik
karena semakin banyak profit yang diperoleh.
Rumus mencari NIM adalah :
Pendapatan Bunga Bersih
NIM = x 100%
Aset Produktif
D. Return On Equity (ROE)
ROE adalah rasio yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan
modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi
pemegang saham. Apabila nilai ROE naik, maka semakin tinggi keuntungan
yang akan diperoleh pemegang saham. Tentu saja pihak pemegang saham
Rumus mencari Return on Equity (ROE) adalah :
Laba Setelah Pajak
ROE = x 100%
Total Ekuitas
2.3 Nilai Perusahaan (Firm Value)
Nilai perusahaan adalah keadaan perusahaan yang menggambarkan
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut sejak perusahaan itu
berdiri. Setiap pemilik tentu akan terus meningkatkan nilai perusahaan
tersebut.nilai perusahaan selalu dikaitkan dengan kesejahteraan para pemilik
saham. Jika nilai perusahaan tinggi, maka nilai saham juga akan tinggi. Tentu
saja akan memberi keuntungan kepada para pemegang saham.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. “Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat
saham vang diperdagangkan di pasar” (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai
perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price tobook value
yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal
itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan
yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha &
Taswan, 2002). Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga
saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor
untuk membelinya. Itulah sebabnya, harga saham harus dapat dibuat seoptimal
tertalu rendah (murah). Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk
pada citra perusahaan di pemandangan para investor. Harga saham yang optimal
dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman
perusahaan dalam menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik
dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga
sahamnya, demikian juga sebaliknya.
Salah satu rasio yang menunjukkan nilai perusahaan adalah Price Earning
Ratio (PER). PER menjadi salah satu ukuran untuk menganalisis saham. Setelah ini PER diketahui, dapat dilakukan analisis tingkat kewajaran harga saham.
Caranya adalah dengan membandingkan dengan perusahaan lain dalam sector
yang sama dan melihat kinerja perusahaan diperiode yang lalu. Untuk mencari
nilai PER , maka harga saham dibandingkan dengan laba yang diperoleh dari
perlembar saham. Semakin tinggi nilai PER, maka semakin mahal hargasaham
perusahaan tersebut. Rumus untuk mencari PER adalah sebagai berikut :
Share Price Price Earning Ratio =
2.4 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul penelitian Variabel Hasil
1 Gamayuni
(2015)
The Effect Intangible Asset, Financial Performances And Financial Policies On The
Firm Value
Aktiva tak berwujud, kebijakan keuangan, kinerja keuangan memunyai pengaruh yang signifikan secara simultan.
Aktiva tak berwujud tidak berpengaruh keuangan ROA) dan nilai perusahaan.. Kebijakan utang dan kinerja keuangan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.
2 Malik and
Nadeem (2014)
Impact Of Corporate Social Responsibility On The Financial Performance Of Banks In Pakistan
Independent: positif terhadap kinerja keuangan (EPS, ROA,ROE, Net Profit)
3 Murtaza
(2014)
Impact Of Corporate Social Responsibility On
Firm Financial Performance: A Case
Study Of Pakistan
Independent:
The Impact Of Corporate Social Responsibility On Firm Financial
Performance In South Africa
No Peneliti Judul penelitian Variabel Hasil
5 Kanwal,
Khanam (2013)
Impact Of Corporate Social Responsibility On The Firm Financial Performance
signifikan dan positif terhadap CSR
6 Muliani dan
Yuniarta (2014)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate
(1) kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan secara positif, (2) corporate social responcibility mampu memoderasi kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan secara positif, (3) good corporate governance mampu memoderasi kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan ke arah negatif.
7 Ardimas dan
Wardoyo (2014)
Pengaruh Kierja Keuangan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Bank Go PublicYang Terdaftar Di BEI
Independent:
2.5 Kerangka Konseptual
Di dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu
kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban
ilmiah terhadap masalah-maslah penelitian yang menjelaskan tentang
variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang berhubungan
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang memberi
pengaruh terhadap faktor-faktor yang diukur, atau ditentukan oleh penliti untuk
menentukan hubungan antara masalah yang diteliti. Varibel independen disebut
juga variabel eksogen. Sedangkan variabel terikat atau variabel dependen adalah
faktor-faktor yang diteliti dan menentukan pengaruh yang diberikan oleh variabel
bebas. Variabvel dependen disebut juga variabel indogen.
Berdasarkan latar belakang masalah, hasil penelitian terdahulu dan
tinjauan pustakaan maka kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh
Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan terhadap nilai perusahaan
ditunjukkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Pengungkapan CSR (X1)
CAR (X2)
NPL (X3)
NIM (X4)
ROE (X5)
2.6 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Corporate Social Responsibility (CSR), CAR,NPL, NIM, dan ROE
berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perbankan.
H2 : Corporate Social Responsibility (CSR), CAR,NPL, NIM, dan ROE
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan