Atas dasar penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Surakarta, penulis mendapati adanya kelebihan dan kelemahan yang terjadi pada sistem akuntansi penerimaan kas.
A. KELEBIHAN
Penulis mendapatkan beberapa kelebihan setelah menganalisis sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Surakarta antara lain sebagai berikut ini.
1. Perusahaan dalam pelaksanaan sistem penerimaan kas baik tunai maupun dari pelunasan piutang usaha telah mengadakan pemisahan bagian antara bagian kasir, bagian keuangan, dan bagian pengiriman surat penagihan piutang usaha.
2. Perusahaan menggunakan catatan akuntansi dan dokumen yang cukup lengkap serta sudah dibuat rangkap, sehingga informasi tentang penerimaan kas tersedia dengan baik.
3. Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung untuk mendukung kebenaran dokumen.
4. Dalam prosedur sistem penerimaan kas tunai, dibuat kebijakan yang mengharuskan penerimaan uang dalam jumlah lebih dari
commit to user
Rp3.500.000,00 harus segera disetorkan ke bank pada hari yang sama untuk mencegah terjadinya lapping oleh bagian kasir.
5. Pencatatan transaksi penerimaan kas untuk penerimaan kas secara tunai maupun penerimaan dari piutang usaha telah menggunakan sistem komputerisasi dengan program aplikasi khusus yaitu SIMKEU, sehingga pembuatan laporan keuangan lebih cepat dan efisien.
B. KELEMAHAN
Beberapa kelemahan yang penulis temui setelah menganalisis sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Surakarta antara lain sebagai berikut ini.
1. Dalam bagan alir atau flowchart Standar dan Prosedur Operasional (SOP) perusahaan tidak digambarkan pemisahan tiap-tiap bagian yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari pembayaran tunai maupun pelunasan piutang usaha, sehingga informasi yang didapatkan kurang dapat dipahami oleh pihak yang akan menggunakan informasi tersebut. 2. Dokumen sumber bukti penerimaan kas belum bernomor urut tercetak, sehingga memungkinkan terjadinya kesahan dalam pencatatan tanggal dan nomor urut transaksi, misalnya kode yang seharusnya untuk bukti penerimaan kas Bank Mandiri keliru penulisannya menggunakan kode untuk Bank BNI.
3. Tidak terdapat pemeriksaan mendadak (surprised audit) terhadap data akuntansi dan asset perusahaan. Pemeriksaan dilakukan oleh Satuan
commit to user
Pengawas Intern (SPI) dari kantor pusat PT. Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta setelah dilakukan pemberitahuan sebelumnya.
4. Masih terjadi keterlambatan dalam penyusunan laporan bulanan maupun laporan tutup buku akhir tahun 2011, sehingga mengakibatkan terhambatnya penyusunan laporan keuangan untuk bulan selanjutnya.
commit to user
87
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Atas dasar analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai sistem akuntansi penerimaan kas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi penerimaan kas pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Surakarta sudah cukup baik. Hal ini dapat tercermin dari adanya hal-hal berikut ini.
6. Perusahaan dalam pelaksanaan sistem penerimaan kas baik tunai maupun dari pelunasan piutang usaha telah mengadakan pemisahan bagian antara bagian kasir, bagian keuangan, dan bagian pengiriman surat penagihan piutang usaha.
7. Perusahaan menggunakan catatan akuntansi dan dokumen yang cukup lengkap serta sudah dibuat rangkap, sehingga informasi tentang penerimaan kas tersedia dengan baik.
8. Pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung untuk mendukung kebenaran dokumen.
9. Dalam prosedur sistem penerimaan kas tunai, dibuat kebijakan yang mengharuskan penerimaan uang dalam jumlah lebih dari Rp3.500.000,00 harus segera disetorkan ke bank pada hari yang sama untuk mencegah terjadinya lapping oleh bagian kasir.
commit to user
10. Pencatatan transaksi penerimaan kas untuk penerimaan kas secara tunai maupun penerimaan dari piutang usaha telah menggunakan sistem komputerisasi dengan program aplikasi khusus yaitu SIMKEU, sehingga pembuatan laporan keuangan lebih cepat dan efisien.
Selain terdapat kelebihan, sistem akuntansi penerimaan kas pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Surakarta juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut ini.
5. Dalam bagan alir atau flowchart Standar dan Prosedur Operasional (SOP) perusahaan tidak dipisahkan tiap-tiap bagian yang terkait dalam sistem penerimaan kas, sehingga informasi yang didapatkan kurang dapat dipahami oleh pihak yang akan menggunakan informasi tersebut. 6. Dokumen sumber bukti penerimaan kas belum bernomor urut tercetak, sehingga memungkinkan terjadinya kesahan dalam pencatatan tanggal dan nomor urut transaksi, misalnya kode yang seharusnya untuk bukti penerimaan kas Bank Mandiri keliru penulisannya menggunakan kode untuk Bank BNI.
7. Tidak terdapat pemeriksaan mendadak (surprised audit) terhadap data akuntansi dan asset perusahaan. Pemeriksaan dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) dari kantor pusat PT. Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta setelah dilakukan pemberitahuan sebelumnya.
8. Masih terjadi keterlambatan dalam penyusunan laporan bulanan maupun laporan tutup buku akhir tahun 2011, sehingga mengakibatkan terhambatnya penyusunan laporan keuangan untuk bulan selanjutnya.
commit to user
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat penulis sarankan untuk pelaksanaan sistem akuntansi penerimaan kas PT. Angkasa Pura I (Persero) antara lain sebagai berikut ini.
1. Perusahaan sebaiknya membuat pedoman atas prosedur sistem penerimaan kas secara tunai dan penerimaan kas dari pelunasan piutang usaha yang dilaksanakan perusahaan secara lebih terperinci dan terpisah tiap-tiap bagian yang terkait agar mudah dipahami oleh pihak yang akan menggunakannya.
2. Dokumen sumber bukti penerimaan kas dan bukti penerimaan bank harus diberi nomor urut tercetak. Hal ini dapat menghindarkan perusahaan dari kesalahan penulisan dan penyelewengan dalam penggunaan bukti penerimaan kas.
3. Perlu diadakan pemeriksaan mendadak terhadap data akuntansi dan
asset perusahaan. Pemeriksaan mendadak dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan dengan jadwal yang tidak teratur. Hal ini mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
4. Mengoptimalkan kinerja staff di bidang yang terkait dengan keuangan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penyusunan laporan keuangan bulanan maupun tahunan.