• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Uji Stasioneritas

Uji pertama yang dilakukan adalah uji akar unit (unit root test) yang berguna untuk melihat apakah data yang digunakan stasioner atau tidak dan untuk mengetahui derajat integrasi data. Caranya dengan

48

membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis MacKinnon (P-values). Jika nilai ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon menunjukkan data sudah stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF lebih besar dari nilai kritis MacKinnon maka menunjukkan data tidak stasioner.

Tabel 4. 1

Hasil Uji Stasioneritas pada Level Variabel Nilai

ADF

Nilai Kritis MacKinnon Keterangan

1% 5% 10%

Utang Luar Negeri Pemerintah

(Y)

-1.532997 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Tidak stasioner

Inflasi (X1) -2.275800 -3.525618 -2.902953 -2.588902 Tidak stasioner

Kurs / Nilai Tukar (X2)

-1.715629 -3.525618 -2.902953 -2.588902 Tidak stasioner

Suku Bunga (X3)

-1.154061 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Tidak stasioner

Sumber: E-Views 8 (Data diolah)

Tabel 4.1 menjelaskan hasil uji stasioneritas yang diperoleh pada empat variabel tidak stasioner pada level. Semua variabel yang di unit-root test dinyatakan tidak stasioner pada level karena menunjukkan nilai

49

ADF lebih besar dari MacKinnon critical values. Karena tidak stasioner pada level maka perlu di uji lagi pada tingkat first difference untuk memperoleh hasil yang stasioner.

Tabel 4. 2

Hasil Uji Stasioneritas pada First Difference

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon Keterangan

1% 5% 10%

Utang Luar Negeri Pemerintah (Y)

-11.01763 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Stasioner

Inflasi (X1) -6.449630 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Stasioner

Kurs / Nilai Tukar (X2)

-10.14162 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Stasioner

Suku Bunga (X3)

-5.914762 -3.527045 -2.903566 -2.589227 Stasioner

Sumber: E-Views 8 (Data diolah)

Hasil uji stasioneritas pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa semua variabel yaitu utang luar negeri pemerintah, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga sudah stasioner pada first difference. Hal ini dapat dilihat dari nilai ADF yang lebih kecil dari MacKinnon critical values.

2. Uji Kointegrasi

Setelah semua variabel yang diteliti sudah stasioner pada uji stasioneritas, langkah selanjutnya adalah uji kointegrasi. Uji kointegrasi

50

dilakukan dengan menguji residual dari regresi persamaan jangka panjang, residualnya harus stasioner. Jika residual stasioner berarti ada kointegrasi dan terdapat hubungan antar variabel dalam jangka panjang.

Sebaliknya jika tidak stasioner berarti tidak ada kointegrasi dan tidak terdapat hubungan antar variabel dalam jangka panjang.

Tabel 4. 3 Hasil Uji Kointegrasi Nilai ADF Critical Value

(Signifikan Level)

t - Statistic Prob.

-4.151438 1% -3.525618 0.0015

5% -2.902953

10% -2.588902

Sumber: E-Views 8 (Data diolah)

Hasil uji kointegrasi pada tabel 4.3 diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0015. Nilai probabilitas 0.0015 lebih kecil dari α = 10% yang artinya residual terkointegrasi dengan variabel lainnya sehingga terdapat keterkaitan hubungan dalam jangka panjang, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan estimasi dengan menggunakan model ECM.

51 3. Hasil Regresi Jangka Panjang

Dalam penelitian ini hasil regresi jangka panjang yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. 4

Hasil Regresi Jangka Panjang

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 282.7304 41.30516 6.844917 0.0000

INF -7.148993 1.777210 -4.022592 0.0001 KURS 0.035641 0.002696 13.21785 0.0000

SB 1.362366 2.132355 0.638902 0.5250

R2 0.859833

Adj. R2 0.853650 F-statistic 139.0456 Prob (F-statistic) 0.000000

Sumber: E-Views 8 (Data diolah)

Model estimasi jangka panjang yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

ULNPt = 282.7304 – 7.148993INFt + 0.035641KURSt + 1.362366SBt + µ

a) Uji Statistik F

Hasil regresi jangka panjang nilai probabilitas F-statistik diperoleh sebesar 0.000000. Nilai probabilitas F-statistik tersebut kurang dari α = 10% yang artinya dalam jangka panjang keseluruhan variabel independen (inflasi, nilai tukar dan suku bunga) yang diteliti

52

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (utang luar negeri pemerintah).

b) Koefisien Determinasi (R2)

Hasil regresi jangka panjang nilai R2 diperoleh sebesar 0.859833 yang artinya inflasi (X1), kurs / nilai tukar (X2), dan suku bunga (X3) mampu mempengaruhi variabel utang luar negeri pemerintah Indonesia sebesar 85.9833%, sedangkan sisanya sebesar 14.0167%

dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

c) Uji T Statistik

Untuk mengetahui pengaruh signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen dengan α = 0.10. Adapun hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Inflasi

Inflasi memiliki nilai probabilitas t-statistik sebesar 0.0001 <

α = 0.10 yang artinya dalam jangka panjang variabel inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

2) Nilai Tukar

Nilai probabilitas variabel nilai tukar dalam regresi jangka panjang sebesar 0.0000 < α = 0.10 yang artinya dalam jangka panjang variabel nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

53 3) Suku Bunga

Suku bunga memiliki nilai probabilitas sebesar 0.5250 > α = 0.10 yang artinya variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka panjang.

Dari hasil penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka panjang.

Sedangkan variabel suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

Selanjutnya adalah membentuk variabel koreksi kesalahan (error correction) dari residual hasil regresi persamaan jangja panjang yang telah dilakukan. Lalu melakukan regresi persamaan jangka pendek dengan memasukkan variabel residual ke dalam model sebagai variabel independen. Untuk mengetahui apakah model ECM yang digunakan valid atau tidak maka koefisien Resid (-1) harus signifikan.

54 4. Hasil Regresi Jangka Pendek

Dalam penelitian ini hasil regresi jangka pendek yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. 5

Hasil Regresi Jangka Pendek

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.088866 1.060397 -1.026848 0.3082 D(INF) -3.424499 1.834461 -1.866761 0.0664 D(KURS) 0.048873 0.003900 12.53233 0.0000 D(SB) -6.266829 5.015474 -1.249499 0.2159 ECT(-1) -0.167752 0.075716 -2.215532 0.0302

R2 0.763066

Adj. R2 0.748707 F-statistic 53.13973 Prob (F-statistic) 0.000000

Sumber: E-Views 8 (Data diolah)

Model estimasi jangka pendek yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

DULNPt = -1.088866 – 3.424499DINFt + 0.048873DKURSt 6.266829DSBt – 0.167752ECT(-1)t

a) Uji F Statistik

Hasil regresi jangka pendek nilai probabilitas F-statistik diperoleh sebesar 0.000000. Nilai probabilitas F-statistik tersebut kurang dari α = 10% yang artinya dalam jangka pendek keseluruhan variabel independen (inflasi, nilai tukar dan suku bunga) yang diteliti secara

55

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (utang luar negeri pemerintah).

b) Koefisien Determinasi (R2)

Hasil regresi jangka panjang nilai R2 diperoleh sebesar 0.763066 yang artinya inflasi (X1), kurs / nilai tukar (X2), dan suku bunga (X3) mampu mempengaruhi variabel utang luar negeri pemerintah Indonesia sebesar 76.3066%, sedangkan sisanya sebesar 23.6934%

dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

c) Uji T Statistik

Untuk mengetahui pengaruh signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen dengan α = 0.10. Adapun hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Inflasi

Inflasi memiliki nilai probabilitas t-statistik sebesar 0.0664 <

α = 0.10 yang artinya dalam jangka pendek variabel inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

2) Nilai Tukar

Nilai probabilitas variabel nilai tukar dalam regresi jangka pendek sebesar 0.0000 < α = 0.10 yang artinya dalam jangka pendek variabel nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

56 3) Suku Bunga

Suku bunga memiliki nilai probabilitas sebesar 0.2159 > α = 0.10 yang artinya variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka pendek.

5. Pendekatan ECM

Semua data pada uji stasioneritas tidak stasioner pada level dan stasioner pada first difference serta variabel memiliki kointegrasi. Maka untuk metode selanjutnya menggunakan metode ECM (Error Correction Model) dimana regresi ECM mampu menjelaskan hubungan jangka pendek dan jangka panjang pada suatu model.

Tabel 4. 6

Hasil Uji Error Correction Model

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.

RES (-1) -0.167752 0.075716 -2.215532 0.0302

untuk mengetahui model ECM valid atau tidak maka koefisien Resid (-1) harus signifikan. Berdasarkan hasil estimasi model ECM diatas, variabel RES(-1) koefisiennya sebesar -0.167752 dengan nilai probabilitas 0.0302 yang artinya signfikan pada α = 10%. Dapat disimpulkan bahwa inflasi, nilai tukar, dan suku bunga mempengaruhi utang luar negeri pemerintah Indonesia sebesar 16.7752%.

57 C. Pembahasan

Berdasarkan uji F menunjukkan bahwa inflasi, nilai tukar, dan suku bunga secara simultan berpengaruh terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia periode bulanan tahun 2014 – 2019 dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

1. Inflasi

Pada jangka panjang, nilai koefisiennya sebesar -7.148993 artinya jika variabel inflasi naik sebesar 1% maka utang luar negeri pemerintah akan turun sebesar 7.14% dalam jangka panjang. Sedangkan pada jangka pendek nilai koefisiennya sebesar -3.424499, artinya bila inflasi naik sebesar 1%

maka utang luar negeri pemerintah akan turun sebesar 3.4% dalam jangka pendek. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia. Ketika inflasi naik maka dapat menurunkan utang luar negeri pemerintah. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ibrahim et al., 2019) yang menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan yang dilakukan (Septiyanti, 2016) yang menjelaskan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap utang luar negeri, yang dapat digunakan teori imported inflation. Imported inflation yaitu dimana saat Indonesia mengalami inflasi maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan lemah, dan Indonesia masih tergantung produk dari luar baik bahan baku atau bahan setengah jadi di sektor barang dan jasa.

58

Sehingga saat terjadi inflasi, pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang lebih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tersebut dan dibutuhkanlah utang luar negeri. Selain itu hasil penelitian ini sejalan juga dengan (Saputra et al., 2018) yang menyatakan inflasi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Ketika inflasi di dalam negeri tinggi dan tak terkendali menandakan perekonomian tidak baik yang dapat menurunkan kepercayaan dari negara-negara debitur karena mempertimbangkan kemampuan pengembalian utang. Hal ini disebabkan besarnya risiko negara penerima (Indonesia) tidak dapat melunasi utang termasuk bunga dan pokok pinjaman. Dengan demikian, saat tingkat inflasi naik maka jumlah utang luar negeri yang terserap akan menurun atau berkurang dan begitu sebaliknya.

2. Nilai Tukar

Pada jangka panjang, nilai koefisiennya sebesar 0.035641 artinya jika variabel nilai tukar naik sebesar 1 Rupiah maka utang luar negeri pemerintah akan naik sebesar 0.035641 Triliun Rupiah dalam jangka panjang. Sedangkan pada jangka pendek nilai koefisiennya sebesar 0.048873, artinya bila nilai tukar naik sebesar 1 Rupiah maka utang luar negeri pemerintah akan naik sebesar 0.048873 Triliun Rupiah dalam jangka pendek. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widharma et al., 2012) yang

59

menjelaskan bahwa nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Rahman & Gemilang, 2017) yang menjelaskan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia, ia menyimpulkan bahwa ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat maka utang luar negeri juga meningkat dikarenakan Indonesia membayar utang luar negeri menggunakan valuta asing. Selain itu, (Bunescu, 2014) menyatakan terdepresiasinya mata uang domestik terhadap mata uang asing akan meningkatkan utang luar negeri. Menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) di Kementerian Keuangan menyatakan bahwa depresiasi atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya US dollar maka akan menyebabkan utang luar negeri Indonesia membesar karena utang luar negeri yang diambil pemerintah yaitu berbentuk valuta asing sesuai kesepakatan negara atau lembaga pemberi pinjaman. Jika terjadi gejolak terdepresiasi nilai tukar rupiah akan menyebabkan penambahan utang luar negeri, karena nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, serta akan menyebabkan pertambahan beban utang luar negeri, karena pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan mata uang negara peminjam (mata uang asing).

Pengembalian utang luar negeri biasanya menggunakan valuta asing, dapat dikatakan terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan naiknya utang luar negeri pemerintah Indonesia.

60 3. Suku Bunga

Variabel suku bunga yang digunakan pada penelitian ini memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah pada jangka panjang. Nilai koefisien suku bunga pada jangka panjang sebesar 1.362366 artinya jika variabel suku bunga naik sebesar 1% maka utang luar negeri pemerintah akan naik sebesar 1.362366% dalam jangka panjang. Sedangkan pada jangka pendek variabel suku bunga pada penelitian ini memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia. Nilai koefisien suku bunga pada jangka pendek sebesar -6.266829, artinya bila suku bunga naik sebesar 1% maka utang luar negeri pemerintah akan turun sebesar 6.266829% dalam jangka pendek. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel suku bunga tidak signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia, namun berpengaruh positif dalam jangka panjang dan berpengaruh negatif pada jangka pendek. Variabel suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah dalam jangka panjang pada penelitian ini yaitu berpengaruh positif dan tidak signfikan, yang berarti semakin tinggi suku bunga maka jumlah utang luar negeri akan meningkat. Jika suatu negara mengalami krisis pembayaran utang luar negeri salah satunya dengan cara kreditur memperpanjang masa jatuh tempo pembayaran tetapi suku bunga meningkat (Saleh, 2008). Hal itu dapat dikatakan jika suku bunga naik maka utang luar negeri akan meningkat. Sedangkan variabel suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah dalam jangka pendek

61

pada penelitian ini yaitu berpengaruh negatif dan tidak signifikan yang sesuai dengan penelitian (Saputra et al., 2018) yang menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia. Hal ini berarti bahwa ketika tingkat suku bunga pinjaman tinggi, maka Indonesia akan mempertimbangkan ulang keinginan untuk melakukan pinjaman dari negara/lembaga debitur. Sehingga ketika tingkat suku bunga tinggi, maka volume penyerapan utang luar negeri akan menurun atau menahan untuk melakukan peminjaman kembali karena dapat menambah beban pengembalian utang luar negeri. Selain itu ini juga sejalan dengan model neoklasik tentang pinjaman menekankan bahwa ketika pemerintah memulai sebuah proyek yang salah satunya didanai oleh pinjaman, sumber daya-sumber daya dipindahkan dari sektor swasta. Ketika pemerintah meminjam maka yang bersaing untuk dana-dana tersebut yaitu individu atau perusahaan yang menginginkan dana bagi proyek-proyek investasi pribadi (Saleh, 2008). Ketika pemerintah meningkatkan permintaannya untuk pinjaman maka suku bunga meningkat, tetapi jika suku bunga meningkat maka investasi pribadi menjadi lebih mahal dan investasi menurun lalu efek selanjutnya utang luar negeri pemerintah pun menurun. Berarti suku bunga yang digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap tingkat utang luar negeri pemerintah, sehingga naik turunnya suku bunga tidak akan merubah tingkat utang luar negeri yang akan dipinjam oleh pemerintah. Hal ini mungkin disebabkan oleh fasilitas

62

pinjaman internal yang tidak memadai dan meningkatkan peminjaman dari sumber daya eksternal untuk menurunkan suku bunga nominal.

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diatas pada penelitian pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia periode Januari 2014 sampai Desember 2019 dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia periode Januari 2014 – Desember 2019 dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Variabel nilai tukar berpengaruh positif dan signfikan terhadap utang luar negeri pemerinta Indonesia periode Januari 2014 – Desember 2019 dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

3. Variabel suku bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia periode Januari 2014 – Desember 2019 dalam jangka panjang, sedangkan suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia periode Januari 2014 – Desember 2019 dalam jangka pendek.

64 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari adalah sebagai berikut:

1. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki defisit anggaran dan tidak dapat dipisahkan oleh pinjaman atau utang luar negeri sebagai salah satu sumber pembiayaan, maka Pemerintah harus menjaga kestabilan inflasi agar selalu dipercaya negara/Lembaga peminjam dan tidak berdampak besar terhadap utang luar negeri pemerintah.

2. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki defisit anggaran dan tidak dapat dipisahkan oleh pinjaman atau utang luar negeri sebagai salah satu sumber pembiayaan, maka Pemerintah harus mengambil kebijakan yang optimal untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah agar tidak berdampak besar terhadap utang luar negeri pemerintah.

3. Dan Pemerintah harus mengelola dana yang dipinjam dari utang luar negeri dengan baik dan benar.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel lain diluar penelitian ini.

65

DAFTAR PUSTAKA

Alam, N., & Md. Taib, F. (2013). An Investigation Of The Relationship Of External Public Debt With Budget Deficit, Current Account Deficit, And Exchange Rate Depreciation In Debt Trap And Non-Debt Trap Countries. European Scientific Journal, ESJ, 9(22). https://doi.org/10.19044/esj.2013.v9n22p%p Atanta, A., & Rizki, C. Z. (2018). Hubungan Sebab Akibat Utang Luar Negeri Dan

Kurs Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Unsyiah, 3(3), 284–293.

Atmadja, A. (1999). INFLASI DI INDONESIA: SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA. 1(1), 54–67.

Atmadja, A. (2000). UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA:

PERKEMBANGAN DAN DAMPAKNYA. Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 83–94. https://doi.org/https://doi.org/10.9744/jak.2.1.pp.%2083-94

Bunescu, L. (2014). THE IMPACT OF EXTERNAL DEBT ON EXCHANGE RATE VARIATION IN ROMANIA. 7(3), 104–115. https://doi.org/10.14254/2071-789X.2014/7-3/8

CNBC, I. (2020). Tumpukan Utang Luar Negeri Indonesia.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20201014093913-8-194187/tumpukan-utang-luar-negeri-indonesia

Ekananda, M. (2014). Ekonomi Internasional (S. Novietha (ed.)). Erlangga.

Ekananda, M. (2016). ANALISIS EKONOMETRIKA TIME SERIES (2nd ed.). Mitra

66 Wacana Media.

Ekinci, M. B. (2016). External Borrowing and Inflation in Turkey Between 2003 and 2015 : A Simple Linear Regression Analysis. 6(1), 45–54.

Essien, S. N., Agboegbulem, N. T. I., Mba, M. K., & Onumonu, O. G. (2016). An Empirical Analysis of the Macroeconomic Impact of Public Debt in Nigeria.

7(1 (a)), 125–145.

Forgha, N. G., Emmanuel, M., & Ngangnchi, F. H. (n.d.). “ External Debt , Domestic Investment and Economic Growth in Cameroon ” A System Estimation Approach. 4531, 287–303.

Ibrahim, S., Hidayat, W., & Nuraini, I. (2019). PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP UTANG LUAR NEGERI INDONESIA TAHUN 2000-2017. Jurnal Ilmu Ekonomi (JIE), 3(2), 234–246.

Jayani, D. H. (2019). Tren Utang Luar Negeri Indonesia Terus Naik. Databoks Kata Data. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/15/tren-utang-luar-negeri-indonesia

Kemenkeu, D. (2017). Utang Diperlukan agar Pemerintah Bisa Menjalankan Fungsi Penting dan Mendesak. DJPPR KEMENKEU.

Khair, M., & Rusydi, B. U. (2016). Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri (Foreign Debt) Dan Penanaman Modal Asing (Pma) Terhadap Nilai Produk Domestik Bruto (Pdb) Indonesia. Economics, Sosial, and Development, 3(1).

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga.

Malik, A., & Kurnia, D. (2017). Pengaruh Utang Luar Negeri Dan Penanaman

67

Modal asing (PMA) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi-Qu, 3(1), 27–42. https://doi.org/10.35448/jequ.v8i1.4967

Nachrowi, D. N., & Usman, H. (2006). Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Penerbit FE UI. https://doi.org/10.1787/9789264073937-en Perveen, A., & Munir, K. (2017). Impact of Total, Internal and External

Government Debt on Interest Rate in Pakistan. Munich Personal RePEc Archive, 83427, 1–32. https://mpra.ub.uni-muenchen.de/83427/

Purwanti, E. S., Arsinta, Y., Frida, N., Arisanti, D., Azizah, I. N., & Artikel, I.

(2014). Dampak Impor Terhadap Inflasi Indonesia Triwulan I Tahun 2014.

Economics Development Analysis Journal, 3(2), 381–392.

https://doi.org/10.15294/edaj.v3i2.3846

Putra, M. D. K., & Sulasmiyatii, S. (2018). Pengaruh Penanaman Modal Asing Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Studi pada Bank Indonesia Periode Kuartal IV 2008 – 2017). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 58(2), 155–163. administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Rahman, A., & Gemilang, R. (2017). POSISI DEFISIT ANGGARAN DAN KURS DALAM KEBIJAKAN UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA. Jurnal Economix, 5(1), 100–111.

Saleh, S. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri serta Imbasnya terhadap APBN. Unisia, 31(70), 343–363.

https://doi.org/10.20885/unisia.vol31.iss70.art4

Saputra, D., Aimon, H., & Adry, M. (2018). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA.

68 Ecogen, 1(3), 482–493.

Saputro, Y. D., & Soelistyo, A. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Di Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi, X(X), 45–59.

Septiyanti, R. (2016). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Utang Luar Negeri Tahun 1984-2014. Jurnal Ekonomi.

Sukendar, A. (2000). Pengujian Dan Pemilihan Model Inflasi Dengan Non Nested Test Studi Kasus Perekonomian Indonesia Periode 1969-1997. Jurnal I-Lib UGM, 15(2), 164–178.

Suseno, & Astiyah, S. (2009). Seri Kebanksentralan No. 22 - Inflasi. In Bank Indonesia (Issue 22, p. 55).

Syarapuddin, Umiyati, E., & Jaya, K. (2015). PENGARUH HUTANG LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, THAILAND, MALAYSIA, FHILIPINA, VIETNAM DAN BURMA PERIODE 1990-2013. Jurnal Paradigma Ekonomika, 10(1), 206–220.

Widharma, I. W. G., Budhi, I. M. K. S., & Marhaeni, A. A. I. N. (2012). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Kajian terhadap Faktor-Faktor yang Berpengaruh. E-Journal Pascasarjana Univ Udayana, 2(1), 1–20.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/3206

Yeboah, M. A., Mallick, S., & Mohsin, M. (2016). REAL EFFECTS OF INFLATION ON EXTERNAL DEBT IN DEVELOPING ECONOMIES ‡.

https://doi.org/10.1002/ijfe

Yuliadi, I. (2007). Analisis Nilai Tukar Rupiah Dan Implikasinya Pada

69

Perekonomian Indonesia: Pendekatan Error Correction Model (Ecm). Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 8(2), 146–162. https://doi.org/10.23917/jep.v8i2.1038

70 LAMPIRAN

(dengan aplikasi E-views 8)

Tabel 1. Data-data

71

Juni 689.38 7.26 13332.00 7.50

Juli 690.64 7.26 13481.00 7.50

Agustus 725.63 7.18 14027.00 7.50

Sept 787.87 6.83 14657.00 7.50

Okt 725.64 6.25 13639.00 7.50

Nov 741.76 4.89 13840.00 7.50

Des 751.04 3.35 13795.00 7.50

2016 Jan 757.36 4.14 13846.00 7.25

Feb 749.16 4.42 13395.00 7.00

Maret 741.83 4.45 13276.00 6.75

April 745.04 3.60 13204.00 6.75

Mei 755.64 3.33 13615.00 6.75

Juni 735.43 3.45 13180.00 6.50

Juli 726.83 3.21 13094.00 6.50

Agustus 749.33 2.79 13300.00 5.25

Sept 738.89 3.07 12998.00 5.00

Okt 727.20 3.31 13051.00 4.75

Nov 739.30 3.58 13563.00 4.75

Des 729.71 3.02 13436.00 4.75

2017 Jan 728.15 3.49 13343.00 4.75

Feb 735.00 3.83 13347.00 4.75

Maret 731.59 3.61 13321.00 4.75

April 729.62 4.17 13327.00 4.75

Mei 723.44 4.33 13321.00 4.75

72

Juni 721.83 4.37 13319.00 4.75

Juli 729.58 3.88 13323.00 4.75

Agustus 732.37 3.82 13351.00 4.50

Sept 732.46 3.72 13492.00 4.25

Okt 731.02 3.58 13572.00 4.25

Nov 730.03 3.30 13514.00 4.25

Des 738.32 3.61 13548.00 4.25

2018 Jan 746.64 3.25 13413.00 4.25

Feb 771.76 3.18 13707.00 4.25

Maret 773.91 3.40 13756.00 4.25

April 768.11 3.41 13877.00 4.25

Mei 762.41 3.23 13951.00 4.75

Juni 779.81 3.12 14404.00 5.25

Juli 779.71 3.18 14413.00 5.25

Agustus 815.05 3.20 14711.00 5.50

Sept 816.71 2.88 14929.00 5.75

Okt 827.56 3.16 15227.00 5.75

Nov 777.77 3.23 14339.00 6.00

Des 810.20 3.13 14481.00 6.00

2019 Jan 788.66 2.82 14072.00 6.00

Feb 783.33 2.57 14062.00 6.00

Maret 784.08 2.48 14244.00 6.00

April 773.98 2.83 14215.00 6.00

Mei 775.64 3.32 14385.00 6.00

73

Lampiran 1. Hasil Uji Stasioneritas pada Data Level

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: ULNP, INFLASI, KURS, SUKUBUNGA

Date: 01/23/21 Time: 14:48 Sample: 2014M01 2019M12

Exogenous variables: Individual effects Automatic selection of maximum lags

Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 1 Total number of observations: 282

Cross-sections included: 4

Method Statistic Prob.**

ADF - Fisher Chi-square 7.22580 0.5125

ADF - Choi Z-stat -0.29343 0.3846

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Intermediate ADF test results UNTITLED

Series Prob. Lag Max Lag Obs

ULNP 0.5112 1 11 70

INFLASI 0.1825 0 11 71

KURS 0.4191 0 11 71

SUKUBUNGA 0.6897 1 11 70

74

Lampiran 2. Hasil Uji Stasioneritas variabel Y pada Level

Null Hypothesis: ULNP has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.532997 0.5112

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ULNP)

Method: Least Squares Date: 01/23/21 Time: 14:49

Sample (adjusted): 2014M03 2019M12 Included observations: 70 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

Dokumen terkait