• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh

Indy Meisyani Boer NIM: 11160840000088

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/2021

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

(5)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Indy Meisyani Boer

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Mei 1998

Alamat : Jl. Pendidikan No.1 RT/RW 06/03 Cinangka, Sawangan – Depok

Telepon : 081807751091

E-mail : indyboer24@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan 1. SDN 09 Pagi Bendhil 2. SMP Negeri 85 Jakarta 3. SMA Negeri 66 Jakarta

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. Pengalaman Organisasi

1. MPK OSIS SMA Negeri 66 Jakarta.

2. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

(7)

vi

3. Anggota Kesekretariatan KPPS Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Anggota Humas PBAK Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Sekretaris Konferensi Mahasiswa Nasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bendahara Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

IV. Pengalaman Kerja dan Magang

1. Voluntir Parade ASEAN 50th Kementerian Luar Negeri.

2. Admin Rafa Kostum.

3. Telemarketing Grab Express Indonesia (Greeting Seller Event).

4. Costumer Service Bonolo.id.

5. Magang Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastuktur - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan.

(8)

vii ABSTRACT

Government external debt is used to finance government spending and state development projects in the public sector. The development of foreign debt in Indonesia tends to increase every year. The purpose of the research is to determine the influence of inflation, exchange rates, and interest rates on foreign debt of the Indonesian government. This study uses time series data with the method used is ECM (Error Correction Model). Data obtained by means of documentation and literature study. The results showed that inflation and the exchange rates had a significant influence in short and long term on the foreign debt of the Indonesian government. While interest rates have no significant influence on the government's external debt.

Keywords: external debt, inflation, exchange rate, interest rates, Indonesia

(9)

viii ABSTRAK

Utang luar negeri pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan proyek-proyek pembangunan negara di sektor publik.

Perkembangan utang luar negeri di Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series dengan metode yang digunakan adalah ECM (Error Correction Model). Data yang diperoleh dengan cara dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi dan nilai tukar berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia. Sedangkan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah.

Kata Kunci: utang luar negeri, inflasi, nilai tukar, suku bunga, Indonesia

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia” dengan segala kelancaran dan kemudahan yang Allah SWT berikan. Tak lupa shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT membalas kebaikannya, memberikan pahala, kesehatan dan keberkahan, dan balasan atas amal kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skrispi ini, diantaranya adalah:

1. Mama dan Papa selaku orang tua penulis yang selalu memberikan doa yang tidak pernah putus serta kasih sayang yang tak terhingga.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M. Si, CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

(11)

x

kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat menempuh Pendidikan di kampus ini.

3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M. Si dan Bu Dr. Fitri Amalia, M. Si selaku ketua prodi dan sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M. Si, Ph. D selaku dosen pembimbing skripsi, penulis ucapkan terima kasih banyak atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis serta telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis secara sabar, tulus, dan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis hanya dapat mendoakan agar Bapak Rizqon dan keluarga selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

5. Bapak Drs. Rusdianto, M. Sc selaku dosen pembimbing akademik penulis selama kuliah yang selalu memberikan semangat dan arahan yang baik dalam menuntun akademik.

6. Kak Intan, Mas Ranan, dan Kakak Ray selaku saudara kandung yang disayangi penulis. Terimakasih sudah mengajarkan caranya berjuang, membimbing penulis sebagai adik terakhir di keluarga, mengajarkan hal yang tidak baik jangan sampai terulang, dan memberikan banyak pelajaran untuk penulis menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lebih kuat.

7. Kak Steven, Kak Farah, dan Bang Ari selaku saudara-saudara ipar penulis yang selalu memberikan dukungan dan menyemangati penulis.

(12)

xi

8. Shine, Rasya, Sky, Alika, dan Arka selaku keponakan-keponakan tercinta penulis yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis dikala sedih.

9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pelayanan yang selama ini diberikan kepada penulis.

10. Wildan selaku orang yang selalu ada untuk penulis disaat susah maupun senang dan selalu menemani terutama saat mencari referensi ke perpusnas, dsb.

11. Putri dan Neira selaku sahabat yang menemani perjalanan hidup penulis dari SMP dan SMA hingga saat ini dan juga selalu memberikan semangat kepada penulis untuk tidak menyerah.

12. Dita, Elma, dan Riri selaku sahabat yang selalu menemani sesama kuliah, selama awal perkuliahan hingga mencapai akhir perkuliahan telah menghabiskan banyak waktu bersama, sebagai tempat berbagi cerita, keluh kesah, saling membantu, dan memberikan saran serta selalu menyemangati dan meyakinkan penulis dikala penulis tidak percaya diri.

13. Bang Azka selaku senior penulis yang sangat membantu penulis dan menyediakan waktunya untuk mengajarkan pelajaran/hal-hal yang penulis tidak mengerti sebelumnya sehingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

(13)

xii

14. Endi selaku sahabat penulis yang mengenal perjalanan hidup penulis dan selalu menyemangati penulis dan meyakinkan bahwa penulis bisa dikala penulis putus asa.

15. Satria, Luqman, dan Zulfy selaku teman-teman di grup “SAG” yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta menghibur.

16. Lissa selaku teman dari awal masuk kuliah yang selalu menghibur dikala sedih dan memberikan semangat.

17. Kak Nadya selaku kakak tingkat penulis yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan kepada penulis agar tidak menyerah dan meyakini penulis bahwa penulis bisa.

18. Kurnia selaku teman dari SMP penulis yang telah membantu dan memberikan dukungan.

19. Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah menjadi keluarga selama dikampus dan berjuang bersama-sama serta saling membantu satu sama lain.

20. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2016 Ekonomi Pembangunan yang telah menjadi keluarga selama dikampus dan telah berjuang bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dari awal perkuliahan hingga akhir.

21. Terima kasih untuk diri saya (penulis) yang sudah kuat sejauh ini (mulai dari tidak tahu sama sekali sampai paham) dan mau terus belajar serta bangkit dari setiap kesalahan dan kegagalan serta selalu sabar.

22. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi

(14)

xiii

ini masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis memohon maaf atas segala kekurangan. Penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun penulisan ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 23 Maret 2021

Indy Meisyani Boer

(15)

xiv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II ... 11

TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

B. Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III ... 33

METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

B. Sumber Data ... 33

C. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Kerangka Berpikir ... 36

(16)

xv

E. Hipotesis Penelitian ... 37

F. Metode Analisis Data ... 37

BAB IV ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

B. Temuan Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 57

BAB V ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 70

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel ... 35

Tabel 4. 1 Hasil Uji Stasioneritas Pada Level ... 48

Tabel 4. 2 Hasil Uji Stasioneritas Pada First Difference ... 49

Tabel 4. 3 Hasil Uji Kointegrasi ... 50

Tabel 4. 4 Hasil Regresi Jangka Panjang ... 51

Tabel 4. 5 Hasil Regresi Jangka Pendek ... 54

Tabel 4. 6 Hasil Uji Error Correction Model ... 56

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Negara Middle – Low Income Di ASEAN dengan Utang Luar

Negeri Terbesar Tahun 2019 ... 2

Gambar 1. 2 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia 2015 -2019 ... 3

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 4. 1 Utang Luar Negeri Indonesia 2014 - 2019 ... 46

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, kebijakan pinjaman luar negeri selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem keuangan suatu negara. Hal ini biasanya terjadi di semua negara di dunia karena utang luar negeri menjadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Utang luar negeri yang dimaksud adalah sebagian dari keseluruhan utang suatu negara yang biasanya didapat dari kreditor di luar negara yang bersangkutan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komitmen untuk mengejar ketertinggalan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dibidang ekonomi. Adanya kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda, misalnya penyediaan fasilitas kesehatan dan ketahahan pangan.

Penundaan pembiayaan justru akan mengakibatkan biaya atau kerugian yang lebih besar di masa mendatang. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut, utang luar negeri dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan untuk pembangunan di Indonesia, seperti untuk pembiayaan belanja negara dan investasi di sektor publik.

(20)

2

Berdasarkan laporan International Debt Statistic dari world bank pada 12 Oktober 2020 Indonesia menjadi negara nomor satu dengan memiliki utang luar negeri terbanyak di Asia Tenggara pada tahun 2019 dalam kategori middle-low income country.

Gambar 1. 1

Negara Middle-Low Income Di ASEAN dengan Utang Luar Negeri Terbesar Tahun 2019

Sumber: International Debt Statistic, World Bank (Diolah, Penulis 2020)

Berdasarkan tabel diatas, Indonesia mempunyai utang luar negeri sebesar US $ 402,08 Miliar atau sekitar Rp 5.900 Triliun. Indonesia juga masuk ke dalam 10 besar dengan utang terbesar di dunia dari 120 negara dalam kategori middle-low income country (CNBC, 2020). Bentuk utang luar negeri dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF (International Monetary Fund), ADB (Asian Development Bank),

402,8

180,23

118,4983,6616,8815,3211,110,203 0

100 200 300 400 500

Jumlah Utang Luar Negeri

Miliar US $

Indonesia Thailand Vietnam Filipina Laos Kamboja Myanmar Timor Leste

(21)

3

dan World Bank. Berdasarkan aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar negeri ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambah modal di dalam negeri, sedangkan dari aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi (Malik & Kurnia, 2017).

Indonesia pada mulanya melakukan utang luar negeri untuk pembangunan, namun di kemudian hari utang luar negeri digunakan sebagai pembiayaan atas defisit anggaran (Saputro & Soelistyo, 2017).

Utang luar negeri berperan dalam pembiayaan defisit anggaran yang disebabkan oleh selisih antara pendapatan dalam negeri dan belanja pemerintah dan belanja pemerintah itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Perkembangan utang luar negeri di Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dapat dilihat perkembangan utang luar negeri Indonesia pada Grafik 1.2 pada Januari 2015 sampai dengan Agustus 2019 yang didapat dari Laporan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) di situs resmi Bank Indonesia.

Gambar 1. 2

Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia 2015 - 2019

(22)

4

Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI-Agustus2019) Bank Indonesia (Diolah, Penulis 2020)

Dilihat dari grafik diatas utang luar negeri Indonesia menunjukkan tren naik. Utang luar negeri Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia dari Januari 2015 hingga Agustus 2019 mencapai US$ 393,5 miliar atau sekitar Rp 5.588 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per dolar AS). Utang luar negeri pada grafik diatas terdiri atas utang pemerintah, utang Bank Indonesia, serta utang swasta (Jayani, 2019).

Dengan mengingat bahwa peran pemerintah Indonesia masih menjadi penggerak ekonomi nasional, menyebabkan pemerintah membutuhkan modal untuk membangun berbagai prasarana. Utang luar negeri pemerintah mampu berperan untuk membiayai defisit anggaran yang tercipta dari selisih antara penerimaan domestik dan belanja

200 250 300 350 400 450

Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli

2015 2016 2017 2018 2019

US $ (Milyar)

Utang Luar Negeri Indonesia

(23)

5

negara. Maka pinjaman luar negeri yang diberikan kepada pemerintah atau utang luar negeri pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan proyek-proyek pembangunan negara di sektor publik. Sektor-sektor pembiayaan belanja negara yaitu, kesehatan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, administrasi pemerintah, pertahanan, jaminan sosial, listrik, dsb (Kemenkeu, 2017)

Terdapat banyak faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi perubahaan posisi utang luar negeri pemerintah suatu Negara, diantaranya adalah tingkat inflasi suatu Negara, tingkat nilai tukar suatu Negara, dan tingkat suku bunga suatu Negara. Ketiga hal ini memiliki keterkaitan dalam pengaruhnya terhadap posisi utang luar negeri suatu pemerintahan.

Menurut penelitian yang dilakukan (Yeboah et al., 2016) dengan menggunakan asumsi ekonomi Cash in Advance (CIA) seorang agen perlu menahan uang riil untuk konsumsi dimasa yang akan datang.

Akibatnya tinggi nya inflasi (depresiasi dari mata uang lokal) menyebabkan konsumsi menjadi relative lebih mahal (dalam konteks konsumsi hal-hal kenyamanan). Sehingga tingkat konsumsi menjadi jatuh.

Untuk memaksimalkan utilitas, seorang agen akan lebih banyak menkonsumsi hal-hal yang memberikan kenyamanan, menyebabkan adanya penuruan daripada supply tenaga kerja. Karena output ekonomi

(24)

6

hanya ditentukan oleh tingkat pekerjaan, sudah pasti tingkat produksi dari ekonomi akan jatuh dalam jangka pendek dan akan terus menurun hingga mencapai titik keseimbangan baru.

Dengan kelayakan kredit ekonomi yang menurun, perekonomian akan menghadapi tingkat suku bunga yang lebih tinggi karena meningkatnya premi risiko. Hal ini akan memaksa perekonomian untuk mengurangi pinjaman, sehingga meningkatkan posisi hutang. Selain itu, penurunan konsumsi lebih besar daripada penurunan output dalam jangka panjang yang mengakibatkan surplus current account.

Dalam kata lain, (Yeboah et al., 2016) menemukan bahwa guncangan inflasi yang mungkin didorong oleh depresiasi nilai tukar menyebabkan penurunan output yang berkontribusi pada penurunan permintaan dan dengan demikian meningkatkan posisi transaksi berjalan dan membantu mengurangi utang luar negeri di negara-negara ini. Sehingga dapat disimpulan bahwa terdapat dua cara untuk menurunkan utang luar negeri pemerintah, yaitu pertama, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan inflasi dan dengan demikian mengurangi permintaan domestik, dan kedua, depresiasi mata uang dapat meningkatkan permintaan eksternal dan dengan demikian meningkatkan neraca perdagangan dan membantu mengurangi kewajiban hutang pada neraca modal.

(25)

7

Tingkat suku bunga pada perekonomian suatu negara juga menjadi hal penting. Bank Indonesia menstabilkan nilai tukar salah satunya dengan cara mengendalikan suku bunga. Tingkat suku bunga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang uang dan juga mempengaruhi stabilitas suatu negara dalam perekonomian negara tersebut. Pinjaman luar negeri yakni menyangkut tingkat suku bunga, masa tenggang waktu (jangka waktu yang tidak perlu dilakukan pencicilan utang), serta jangka waktu dimana pokok utang harus dibayar lunas. Menurut Ganguly (1980) utang pemerintah yang tinggi mempengaruhi tingkat bunga yang dapat mengubah tingkat tabungan, investasi dan konsumsi (Perveen & Munir, 2017).

Terkait dengan pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, walaupun masih terdapat gap dimana terdapat perbedaan diantara hasil penelitian satu sama lain.

Misalnya (Saputra et al., 2018) menemukan bahwa suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan dalam jangka panjang, dan berpengaruh negatif dan signifikan pada jangka pendek. Inflasi pada jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif dan tidak signifikan dalam jangka pendek terhadap utang luar negeri.

Sementara itu (Essien et al., 2016) menemukan bahwa Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap utang luar negeri, suku bunga

(26)

8

pinjaman berpengaruh positif terhadap utang luar negeri. (Forgha et al., n.d.) menemukan bahwa Nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Suku bunga tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap utang luar negeri.

Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini dapat menimbulkan berbagai konsekuensi bagi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, jika tidak dikelola dengan baik dan benar. Pemerintah Indonesia mengambil peran sebagai penggerak ekonomi nasional, hendaknya utang luar negeri pemerintah mendapat perhatian dan penanganan yang serius karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

Berdasarkan penjelasan masalah di atas, serta adanya gap antara hasil penelitian terdahulu, maka peneliti merasa diperlukan adanya penelitian mengenai “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia” dengan menggunakan negara Indonesia sebagai objek penelitian serta periode penelitiannya adalah Januari 2014 hingga Desember 2019. Adapun metodelogi penelitian yang digunakan merupakan model Error Correction Model (ECM).

(27)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh dalam jangka panjang antara variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh dalam jangka pendek antara variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jangka panjang variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jangka pendek variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:

(28)

10

a. Bagi penulis, karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca dan penulis sendiri.

b. Bagi akademik, karya tulis ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian terkait dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lainnya.

c. Bagi pemerintah, karya tulis ini dapat menjadi bahan referensi untuk pengambilan keputusan kebijakan terkait utang luar negeri pemerintah Indonesia terutama dalam bidang moneter.

(29)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Utang Luar Negeri

a. Pengertian Utang Luar Negeri

Menurut Todaro (1998), utang luar negeri merupakan total dari seluruh pinjaman secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun bentuk aktiva lainnya. Selain itu, untuk mengalirkan dana dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang untuk merealisasikan pembangunan untuk mendistribusikan pendapatan.

Sadono Sukirno (1985), mengatakan aliran dana dari luar negeri dinamakan utang luar negeri, apabila memiliki ciri-ciri merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan diberikan dengan syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional (Khair & Rusydi, 2016).

Menurut Surat Keputusan Bersama antara Menteri Keuangan dengan Ketua Bapennas No.459/KMK.03/1999 dan No.

KEP.264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian pinjaman luar negeri

(30)

12

adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

Secara sederhana dapat didefinisikan yaitu utang luar negeri merupakan sebagaian dari keseluruhan utang negara yang didapat dari para kreditor di luar negara yang bersangkutan.

b. Konsep Utang Luar Negeri

Utang luar negeri menjadi salah satu alternatif dari kekurangan sumber daya berupa devisa atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar negeri dua kesenjangan (two-gap model) yang menyatakan bahwa negara berkembang biasanya menghadapi tabungan domestik yang terbatas. Secara umum model ini berasumsi bahwa kekurangan dan kesenjangan tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa (foreign-exchange gap) tidak sama beratnya dan tidak bergantung satu sama lain (Putra & Sulasmiyatii, 2018). Kekurangan tabungan tidak dapat digantikan oleh cadangan devisa begitu pula sebaliknya tabungan dalam negeri tidak dapat menutupi kekurangan devisa. Model dua kesenjangan itu adalah metode pengantar untuk menentukan kebutuhan dan kemampuan relatif setiap negara berkembang untuk menggunakan pinjaman luar negerinya secara efektif (Michael P. Todaro, 1998).

Tidak semua pinjaman diberikan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk pemberian tenaga ahli tertentu maupun dalam bentuk barang.

(31)

13

Negara debitur tidak memberi dana secara cuma-cuma, melainkan juga dilihat dari keamanan dan politik yang menjadi faktor pertimbangan pemberian dana oleh negara kreditur serta ikatan kuat antar negara dalam hal utang piutang.

Bantuan luar negeri dalam bentuk pinjaman (loans) dan hibah (grants). Pinjaman yang disalurkan merupakan bantuan pembangunan resmi atau Official Development Assistance atau disingkat ODA merupakan bantuan secara resmi yang meliputi pinjaman, hibah, bantuan teknis, serta arus dana multilateral lainnya yang disediakan oleh badan-badan multilateral seperti organization for economic cooperation and development (OECD) dengan tujuan meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan di negara-negara debitur (Syarapuddin et al., 2015).

c. Utang Luar Negeri Berdasarkan Kelompok Peminjam

Menurut Metadata Bank Indonesia yang diakses dari situs resmi Bank Indoneisa, utang luar negeri Indonesia dikelompokkan berdasarkan tiga kelompok yaitu pemerintah, bank sentral, dan swasta;

1) Utang luar negeri pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, utang komersial dan leasing, termasuk pula surat berharga negara (SBN).

2) Utang luar negeri bank sentral adalah utang yang dimiliki oleh Bank Indonesia dalam rangka mendukung neraca pembayaran dan cadangan devisa.

(32)

14

3) Utang luar negeri swasta adalah utang luar negeri penduduk kepada penduduk dalam valuta asing dan atau rupiah berdasarkan perjanjian utang atau perjanjian lainnya (meliputi bank, lembaga keuangan bukan bank dan perusahaan bukan lembaga keuangan, serta perorangan).

2. Utang Luar Negeri Pemerintah

Pemerintah sebagai penggerak ekonomi nasional menggunakan utang luar negeri pemerintah untuk menutupi defisit anggaran pada APBN yang digunakaan untuk pengeluaran pemerintah dan menjadi sumber pembiayaan pembangunan perekonomian nasional khususnya di sektor publik. Sektor yang pembiayaannya dari utang luar negeri pemerintah yakni sektor-sektor pembiayaan belanja negara seperti kesehatan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, administrasi pemerintah, pertahanan, jaminan sosial, dsb.

(Atmadja, 2000) mengatakan pinjaman luar negeri kepada pemerintah, baik yang bersifat grant; soft loan; maupun hard loan, telah mengisi sektor penerimaa dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (government budget) yang selanjutnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan proyek-proyek pembangunan negara atau investasi pemerintah di sektor publik.

Menurut (Malik & Kurnia, 2017) sumber-sumber utang luar negeri yang biasa diterima pemerintah Indonesia:

(33)

15 a) Pinjaman Multilateral

Perjanjian luar negeri antara pemerintah dan lembaga keuangan internasional untuk membina beberapa pembangunan proyek.

Pinjaman multilateral ini biasanya diperoleh dari World Bank, Asian Development Bank, IMF, dan beberapa lembaga keuangan internasional lainnya.

b) Pinjaman Bilateral

Pinjaman yang berasal dari pemerintah negara-negara tergabung dalam negara anggota Consultative Group On Indonesia (CGI).

Pinjaman bilateral ini bersumber dari:

1) Pinjaman Lunak, yaitu suatu pinjaman yang diberikan berdasarkan hasil sidang CGI.

2) Kredit Ekspor, yaitu pinjaman yang diberikan oleh negara- negara pengekspor dengan jaminan tertentu dari pemerintah negara-negara donor tersebut untuk meningkatkan ekspornya. Kredit ekspor umumnya disalurkan melalui bank ekspor dan impor negara donor, badan atau lembaga pemerintah yang independen atau lembaga swasta yang ditunjuk oleh pemerintah.

3) Kredit Komersial, yaitu pinjaman yang diberikan oleh bank- bank di luar negeri dengan persyaratan sesuai dengan perkembangan pasar internasional, misalnya London Interbank Offered Rate (LIBOR).

(34)

16

4) Obligasi, yaitu pinjaman yang dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan surat tanda berhutang dari peminjam dengan tingkat bunga tetap. Obligasi pemerintah atau lebih dikenal dengan surat utang negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Menurut artikel Bank Indonesia yang didapatkan melalui web resmi BI, selain menerbitkan SUN di pasar domestik, pemerintah juga menerbitkan SUN dalam valuta asing di pasar perdana internasional dan pasar perdana Jepang.

Utang adalah hal yang baik apabila dikelola dengan baik. Setiap rupiah utang yang dilakukan pemerintah dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang sifatnya produktif dan investasi dalam jangka panjang seperti membangun infrastruktur, membiayai pendidikan dan kesehatan yang dalam jangka panjang akan menghasilkan dampak berlipat untuk generasi mendatang. Dengan demikian utang pemerintah bukanlah tujuan fiskal melainkan merupakan alat fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

(35)

17

3. Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menyebabkan pemerintah kembali harus menjadi penggerak utama untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang terancam kebangkrutan, menggantikan peranan sektor swasta yang merosot setelah beberapa tahun sebelum krisis sempat mendominasi perekonomian nasional (Atmadja, 2000). Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri yang dilakukan pemerintah merupakan setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah dari lender luar negeri yang diikat oleh suatu perjanjian yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu (Kemenkeu, 2017). Sumber utang luar negeri dapat berasal dari bilateral, multilateral dan kreditor swasta asing. Utang luar negeri dimanfaatkan untuk pembiayaan secara umum biasanya pada sektor ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, pertahanan,dsb.

Utang luar negeri Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam kurun waktu 2014 – 2019 mengalami perubahan yang cukup signifikan. Periode pemerintahan tahun 2014 – 2019 merupakan tahun dimana pemerintah fokus mengejar ketertinggalan dalam bidang pembangunan infrastruktur. Berdasarkan data yang didapat dari Bank Indonesia, pada akhir triwulan IV-2014 utang luar negeri yang dimiliki pemerintah yaitu sebesar US$ 129,7 miliar lalu utang luar negeri pemerintah naik terus hingga pada kuartal IV-2019 sebesar US$

202,9 miliar.

(36)

18 4. Inflasi

a. Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Menurut Nopirin (1997) dalam (Sukendar, 2000) mengemukakan bahwa inflasi merupakan proses kenaikan harga secara umum yang berlaku terus menerus. Dengan kata lain bahwa kenaikan harga yang terjadi sekali saja tidak dapat dikatakan inflasi selain itu tingkat harga umum yang dimaksud adalah tingkat harga yang mengalami kenaikan bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja (Purwanti et al., 2014). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dengan jangka waktu yang lama.

b. Perhitungan Inflasi

Menurut (Suseno & Astiyah, 2009), Laju inflasi yang paling umum dan dikenal secara luas oleh masyarakat adalah laju inflasi untuk menghitung perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh suatu masyarakat. Laju inflasi tersebut dihitung berdasarkan angka indeks yang disusun dari harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, dan disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK).

Selain dihitung berdasarkan IHK, inflasi juga dapat dihitung berdasarkan Indeks Biaya Hidup (IBH), Indeks Harga Produsen (IHP), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), atau juga dapat dihitung dengan deflator Produk Domestik Bruto (PDB deflator).

(37)

19 c. Jenis Inflasi

Menurut (Atmadja, 1999) inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokkan tertentu;

1) Menurut Derajatnya:

Inflasi ringan: inflasi yang sifatnya rendah berkisar 0- 10% (dibawah 10%).

Inflasi sedang: inflasi yang sifatnya diambang berkisar 10% - 30%.

Inflasi tinggi: inflasi yang sifatnya tinggi atau berat berkisar 30-100%.

Hyperinflation: yaitu inflasi yang besar nya diatas 100%.

2) Menurut Penyebabnya:

Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang terjadi akibat permintaan barang dan jasa yang lebih tinggi dibandingkan yang dapat dipenuhi oleh produsen (belanja pemerintah naik, permintaan barang ekspor naik, permintaan barang rumah tangga naik, investor sektor swasta naik akibat memperoleh kredit lunak).

Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri di pasar faktor produksi (upah naik, harga minyak naik, bahan baku sulit didapatkan).

3) Menurut Asalnya:

(38)

20

Domestic Inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

Imported Inflation, yaitu inflasi disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara bersangkutan).

5. Hubungan Inflasi dengan Utang Luar Negeri

Pada tahun 1960 yang terjadi hiperinflasi di Indonesia menunjukkan utang luar negeri berpengaruh dan meningkat disaat terjadinya peningkatan inflasi. Namun inflasi memiliki hubungan negatif tidak signifikan terhadap utang luar negeri dalam jangka pendek maupun jangka panjang, ketika inflasi tinggi dan tak terkendali menandakan perekonomian tidak baik yang akan menurunkan kepercayaan dari negara yang akan meminjamkan karena memperhitungkan kemampuan pengembalian utang (Saputra et al., 2018).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Ekinci, 2016) menyatakan bahwa penggunaan external debt atau utang luar negeri mengakibatkan peningkatan inflasi, analisis itu menunjukkan baik dari inflasi harga konsumen dan inflasi harga produsen di Turki. Dalam

(39)

21

artian pada jangka panjang utang luar negeri dapat berpengaruh atau bertambah pada saat inflasi juga meningkat.

6. Nilai Tukar

a. Definisi Nilai Tukar

Menurut Salvatore (1997) nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata utang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain (Mahyus, 2014:168). Nilai tukar dapat didefinisikan sebagai harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Nilai tukar mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

b. Jenis nilai tukar

Para ahli ekonom menyebutkan ada dua nilai tukar, yaitu nilai tukar nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar riil (real exchange rate). Nilai tukar atau kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang diantara dua negara (misalnya, 1 USD = 13.000 Rupiah). Sedangkan

(40)

22

nilai tukar atau kurs riil merupakan harga relatif dari suatu barang diantara dua negara.

c. Kurs Indonesia

Kurs transaksi BI disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas terhadap rupiah, digunakan sebagai acuan Bank Indonesia dengan pihak ketiga seperti pemerintah. Titik tengah Kurs Transaksi Bank Indonesia USD/IDR menggunakan Kurs Referensi (JISDOR).

Menurut Bank Indonesia yang didapat dari web resmi BI, kurs Referensi Bank Sentral Indonesia, yaitu JISDOR atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time. JISDOR mulai diterbitkan sejak 2014 yang dimaksudkan untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.

7. Hubungan Nilai Tukar dengan Utang Luar Negeri

Nilai tukar merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian suatu negara. Kurs atau nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dimana ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar meningkat maka utang luar

(41)

23

negeri juga meningkat dikarenakan Indonesia membayar utang luar negeri dengan valuta asing (Rahman & Gemilang, 2017). Dapat diartikan bahwa terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan naiknya utang luar negeri. Sedangkan menurut (Atanta & Rizki, 2018) berdasarkan hasil estimasi dalam jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi, terlihat bahwa variabel utang luar negeri dan kurs tidak terkointegrasi dan hanya terdapat hubungan satu arah dimana peningkatan utang luar negeri akan berpengaruh secara signifikan terhadap kurs rupiah, sebaliknya kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri.

8. Suku Bunga

a. Definisi Suku Bunga

Menurut Hubbard (2005), suku bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Dengan kata lain suku bunga merupakan pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain yang dinyatakan dengan presentase tertentu dalam rangka peminjaman uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut Boediono (2014:76), suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi. Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.

b. Sifat Suku Bunga

(42)

24

Menurut Ismail (2010:132) berdasarkan sifatnya suku bunga dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1) Bunga Pinjaman (bunga kredit) merupakan tingkat harga tertentu yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya.

2) Bunga Simpanan merupakan tingkat harga tertentu yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah atas simpanan yang dilakukannya.

Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi dan konsumsi nya daripada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga simpanan akan menyebabkan masyarakat akan lebih senang menabung daripada melakukan investasi atau konsumsi (Ekananda, 2014:234).

c. Suku Bunga Indonesia

Berdasarkan sumber dari web situs resmi Bank Indonesia, suku bunga yang dikeluarkan Indonesia yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagain pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI adalah salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.

BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan suku bunga BI satu bulan hasil lelang operasi terbuka berada di sekitar BI rate diharapkan mempengaruhi suku bunga

(43)

25

simpanan dan suku bunga lainnya. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, selain itu tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha khususnya bank dan lembaga keuangan lainnya dan juga akan dapat mempengaruhi jumlah uang beredar.

BI rate adalah suku bunga kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesa dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setaip Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Hasil rapat inilah yang diterjemahkan menjadi kebijakan moneter untuk penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan bank-bank yang lainnya di Indonesia.

Pada 19 Agustus 2016, Bank Indonesia mereformulasikan kebijakan suku bunga BI Rate menjadi 7 Day Rate Repo sebagai suku bunga acuan. Bank Indonesia tidak merubah tingkat suku bunga kebijakan melainkan mengubah tenor suku bunga kebijakan BI rate yang bertenor 360 hari menjadi 7 hari. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter lebih lanjut

(44)

26

9. Hubungan Suku Bunga dengan Utang Luar Negeri

Suku bunga merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Sebagai instrumen moneter suku bunga sangat mempengaruhi pasar uang baik dalam maupun luar negeri.

Pergerakan suku bunga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang uang dan juga mempengaruhi suatu negara dalam menstabilkan perekonomian negara. Jika tingkat suku bunga menurun makan akan meningkatkan permintaan masyarakat akan uang kontan dengan demikian akan mengarah pada penurunan investasi. Suku bunga akan mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Menurut (Perveen & Munir, 2017) menemukan hubungan negatif antara utang luar negeri pemerintah dan tingkat suku bunga dan signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sama halnya yang dilakukan (Saputra et al., 2018) memperlihatkan dalam jangka panjang dan jangka pendek bahwa perubahan suku bunga luar negeri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap utang luar negeri.

(45)

27 B. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti dalam tulisan ini:

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel dan Alat Analisis Hasil Penelitian Perbedaan

1. 1 .

Mehmet Behzat Ekinci (2016)

External Borrowing and Inflation in Turkey Between 2003 and 2015: A Simple Linear Regression Analysis

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri / Pinjaman Luar Negeri, Inflasi, Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen.

Alat Analisis: Linear Regression Analysis

Inflasi dapat meningkat jika utang luar negeri meningkat atau berpengaruh antara inflasi dengan utang luar negeri

Variabel Independen: Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Produsen

Periode: 2003 – 2015 Obyek Penelitian: Turki

(46)

28 2. 2

.

Defrizal Saputra, Hasdi Aimon, Melti Roza Adry (2018)

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri di Indonesia

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga, Inflasi.

Alat Analisis: Error Correction Model dan Ordinary Least Square

Suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan dalam jangka panjang, dan berpengaruh negatif dan

signifikan pada jangka pendek. Inflasi pada jangka panjang berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan berpengaruh negatif dan tidak signifikan dalam jangka pendek terhadap utang luar negeri

Variabel Independen:

Pertumbuhan Ekonomi.

Periode: 1970 – 2017 Obyek Penelitian: Indonesia (sama)

3. 4 .

Fredick Tsofa Mweni, Amos Njuguna,

The Effect of External Debt on

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, Inflasi, PDB, Neraca Perdagangan,

Hubungan utang luar negeri dan inflasi yaitu positif dan signifikan

Variabel Independen: PDB, Neraca Perdagangan, Cadangan Devisa, Total Investasi

(47)

29 Timothy Oketch

(2016)

Inflation Rate in Kenya, 1972-2012

Cadangan Devisa, Total Investasi.

Alat Analisis: Ordinary Least Square (OLS).

Periode: 1972 - 2012 Obyek Penelitian: Kenya

4. 5 .

Sunday N Essien, Ngozi T.

I Agboegbulem, Michael K Mba, Ogochukwu G Onumonu (2016)

An Empirical Analysis of the Macroeconomic Impact of Public Debt in Nigeria

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, PDB riil, Inflasi, Suku Bunga Pinjaman, Utang Dalam Negeri.

Alat Analisis: Vector Autoregressive Model, Granger Causality

Tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap utang luar negeri, suku bunga pinjaman berpengaruh positif terhadap utang luar negeri

Variabel Independen: PDB riil, Utang Dalam Negeri

Periode:

Obyek Penelitian: Nigeria

(48)

30 5. 6

.

Noor Alam, Fauzia Md.

Talib (2013)

An Investigation Of The Relationship Of External Public Debt With Budget Deficit, Current Account Deficit, And Exchange Rate Depreciation In Debt Trap and Non- Debt Trap Countries

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, Defisit Anggaran, Defisit Akun Saat Ini, Nilai Tukar .

Alat Analisis: Panel Ordinary Square

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara nilai tukar dengan utang luar negeri

Variabel Independen: Defisit anggaran, Defisit akun saat ini.

Periode: 1971 – 2000

Obyek Penelitian: India, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Bangladesh, Fiji, Korea, Myanmar, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura

6. 7 .

Abdul Rahman

& Rendy Gemilang (2017)

Posisi Defisit Anggaran dan Kurs Dalam Kebijakan Utang Luar Negeri

Variabel Penelitian: Defisit Anggaran, Kurs, Utang Luar Negeri Pemerintah.

Alat Analisis: Regresi R

Kurs berpengaruh positif dan

signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah

Variabel Independen: Defisit Anggaran

Periode: 2005 – 2014

(49)

31 Pemerintah

Indonesia

Square (R2) / Regresi Linier Berganda

Obyek Penelitian: Indonesia (sama)

7. 8 .

Njimanted G.

Forgha, Mukete Emmanuel Mbella, Forbe H. Ngangchi (2015)

“External Debt, Domestic Invesment and Economic Growth in Cameroon” A System Estimation Approach

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, Nilai Tukar, Suku Bunga, Defisit Fiskal, Tingkat Investasi, Tingkat Tabungan Ekonomi Nasional

Alat Analisis: Two Stage :east Square

Nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri.

Suku bunga tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap utang luar negeri

Variabel Independen: Defisit Fiskal, Tingkat Investasi, Tingkat Tabungan Ekonomi Nasional Periode: 1980 – 2013 Obyek Penelitian: Cameroon

8. Neng Dilah Nur Fadillah AS &

Hady Sutjipto (2018)

Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia

Variabel Penelitian: Utang Luar Negeri, Defisit Anggaran, Nilai Tukar, LIBOR,

Pembayaran Utang Luar Negeri.

Variabel nilai tukar menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap utang luar negeri

Variabel Independen: Defisit Anggaran, LIBOR, Pembayaran Utang Luar Negeri.

Periode: 1986 – 2015

(50)

32 Alat Analisis: Ordinary Least Square (OLS)

(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap utang luar negeri pemerintah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini termasuk dalam penelitian pendekatan kuantitatif.

Data yang dianalisis berupa data runtut waktu (time series). Data time series merupakan sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada waktu yang berbeda dan dikumpulkan secara berkala pada interval waktu tertentu, misalnya harian, bulanan, triwulanan, tahunan, dsb (Ekananda, 2016).

Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu software, yaitu Microsoft Excel, E-views 8 dan Mendeley.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu. Data sekunder dapat berupa catatan, laporan, dokumen, arsip, dan situs-situs resmi instansi yang biasanya dipublikasikan. Data bulanan utang luar negeri pemerintah Indonesia (2014 – 2019) yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Direktorat Jenderal

(52)

34

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan. Sedangkan data inflasi, nilai tukar, dan suku bunga yang digunakan pada penelitian ini yaitu data bulanan pada tahun 2014-2019 atau Januari 2014 sampai Desember 2019 yang bersumber dari situs resmi Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.

Data yang diperoleh dengan cara dokumentasi dan studi kepustakaan.

Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data yang diperoleh data- data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dari berbagai sumber seperti website publikasi baik berupa angka maupun keterangan.

Sedangkan studi kepustakaan yang dimaksud yaitu dengan cara membaca, memahami, dan menganalisis sumber dari berbagai jurnal, buku, literatur, yang berkaitan dengan penelitian ini.

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2008) variabel dalam penelitian terbagi menjadi variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Berdasarkna hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel dependen, atau variabel terikat (dengan simbol Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah utang luar negeri pemerintah (Y).

(53)

35

2. Variabel independen, atau variabel bebas (dengan simbol X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab atas perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi (X1), nilai tukar (X2), dan suku bunga (X3). Inflasi yang sering digunakan dalam menghitung inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rupiah terhadap Dolar AS (USD).

Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu BI Rate dan BI 7 Days Repo Rate.

Tabel 3. 1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Satuan

Utang Luar Negeri Pemerintah

Utang luar negeri pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah pusat yang didapat dari para kreditor diluar negara yang bersangkutan.

Triliun (Rupiah)

Inflasi Kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara umum dan terus menurus

Persen (%)

Nilai Tukar Nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

Rupiah

Suku Bunga Suku bunga Indonesia adalah suku Persen

(54)

36

bunga domestik yang kebijakannya diatur oleh Bank Indonesia sebagai cerminan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan dan diumumkan ke publik

(%)

Sumber: Penulis, Diolah (2020)

D. Kerangka Berpikir

Kerangka dalam penelitian adalah kumpulan konsep yang tersusun secara sistematis dan teratur agar tujuan penelitian yang dilakukan menjadi baik. Kerangka penelitian teoritis dapat disusun sebagai berikut:

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir

Inflasi

Nilai Tukar

Suku Bunga

Utang Luar

Negeri Pemerintah

(55)

37

E.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah khususnya penelitian kuantitatif. Berdasarkan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:

1) Inflasi, nilai tukar, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka pendek.

2) Inflasi, nilai tukar, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia dalam jangka panjang.

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian data time series (bulanan) dengan menggunakan metode analisis data yakni model Error Correction Model (ECM). Penggunaan ECM dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan perilaku jangka pendek dan jangka panjang dari dua variabel atau lebih dalam suatu model dari data time series.

Data time series biasanya tidak stasioner yang dapat mengakibatkan kurang baiknya model yang diestimasi (Ekananda, 2016). Oleh karena itu tahap awal sebelum melakukan analisis lebih lanjut yakni analisis jangka pendek dan jangka panjang perlu dilakukan yaitu pengujian stasioneritas suatu data yaitu dengan melakukan Uji Akar Unit atau Unit Root Test.

1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)

(56)

38

Unit root test yang sangat populer dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan unit root test dengan prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) Test. Pada ADF test mengasumsikan error term saling berkorelasi. Pengujian ADF mengoreksi higher order serial correlation dengan menambahkan lagged differenced pada sisi sebelan kanan variabel (Ekananda, 2016).

Syarat menggunakan model ECM yaitu seluruh variabel yang digunakan harus tidak stasioner pada tingkat level atau level series.

Langkah terpenting dalam unit root test adalah melakukan uji terhadap level series. Selanjutnya bila data yang diuji akar unit ternyata tidak stasioner pada level series maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi pada ditingkat berapa data menjadi stasioner, biasanya pada tingkar first difference atau second difference, dst.

MacKinnon (1991, 1996) mengestimasi respon hasil simulasi yang memungkinkan perhitungan critical values Dickey-Fuller dan p-values untuk arbitraty sampel (Ekananda, 2016). Perhitungan critical value MacKinnon yang lebih baru yang digunakan oleh e-views dalam membangun uji output. Data disebut stasioner apabila hasil nilai t- statistik ADF < MacKinnon critical value. Dan sebaliknya data tidak stasioner jika nilai t-statistik ADF > MacKinnon critical value.

2. Uji Kointegrasi

Menurut (Ekananda, 2016), pada dasarnya kointegrasi adalah bahwa sejumlah data time series yang dapat menyimpang dari rata-ratanya

(57)

39

dalam jangka pendek, namun untuk waktu yang lebih lama data menuju kondisi keseimbangan dalam jangka panjang. Teknik kointegrasi pertama kali diperkenalkan oleh Engle dan Granger dan dikembangkan oleh Johansen. Granger mencatat bahwa kombinasi linier dua atau lebih series yang stasioner disebut persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan jangka panjang diantara series, dimana deviasi dari kondisi equilibrium-nya adalah stasioner meskipun series tersebut bersifat non-stasioner.

Uji kointegrasi dapat dilakukan apabila data yang tidak stasioner telah menjadi data stasioner pada orde integrasi yang sama. Untuk melakukan uji kointegrasi Engle – Granger (EG), terlebih dahulu harus melakukan regresi persamaan jangka panjangnya dan kemudian mendapatkan residualnya. Untuk mengetahui residual dari persamaan stasioner atau tidak, dilakukannya ADF Test. Dari hasil estimasi, nilai probabilitas dari nilai stastistik ADF. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai kritisnya maka memiliki kointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang, begitu pula sebaliknya.

3. Error Correction Model (ECM)

Model koreksi kesalahan atau ECM adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang (Nachrowi & Usman, 2006).

Model ECM dikatakan valid apabila variabel-variabel yang terkointegrasi didukung oleh koefisien ECT (Error Correction Term)

(58)

40

yang signifikan dan bertanda negatif. Koefisien regresi variabel ECT merupakan koefisien penyesuaian (coeficient of adjustment) yang menunjukkan besarnya ketidaksesuaian antara nilai aktual (actual) dengan nilai diinginkan (desired) yang akan dieliminasi dalam satu periode (Yuliadi, 2007).

Berikut adalah model regresi Error Correction Model yang digunakan dalam penelitian:

a. Persamaan Jangka Panjang:

Y = β0 + β1X1t + β2X2t + β3X3t + μt Atau

ULPt = β0 + β1INFt + β2KURSt + β3SBt + ɛt Keterangan:

β0 : konstanta

β1, β2, β3 : koefisien regresi jangka panjang ULNP : Utang Luar Negeri Pemerintah INF : Inflasi

KURS : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar SB : Suku Bunga (BI Rate)

ɛt : Residual

b. Model Jangka Pendek sebagai berikut:

DULNPt = β0 + β1 DINFt + β2 DKURSt + β3 DSBt + β4 ECT(-1) Keterangan:

β0 : Intercept

(59)

41

β1, β2, β3 : Koefisien regresi

β4 : Koefisien error correction term

D : Perubahan

ULNP : Utang Luar Negeri Pemerintah

INF : Inflasi

KURS : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

t : Periode

Setelah melakukan uji kointegrasi, model penelitian memiliki keseimbangan jangka panjang dimana untuk jangka pendeknya terjadi ketidakseimbangan. Teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendeke menuju keseimbangan jangka panjang disebut dengan Error Correction Model (ECM).

4. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) yaitu sebagai persen variasi variabel terikat yang dijelaskan atau diperhitungkan oleh variabel bebas. Ciri- ciri koefisien determinasi sebagai berikut:

1) Jika nilai R2 = 0 berarti tidak ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

2) Jika nilai R2 = 1 berarti turun atau naiknya variabel terikat (Y) 100% dipengaruhi oleh variabel bebas (X).

(60)

42

3) Jika nilai 0 < R2 < 1 berarti besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap naik turunnya variabel terikat (Y) yaitu sesuai dengan R2 itu sendiri dan sisanya berasal dari faktor lain.

b. Uji T Statistik

Uji statistik t diperuntukkan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2009). Terdapat dua kriteria dalam pengambilan keputusan:

1) Berdasarkan Probabilitas;

• Probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

• Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

2) Berdasarkan perbandingan t-statistik dengan t-tabel;

• t-hitung < t-tabel maka H0 diterima dan secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

• t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

c. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk melihat apakah semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang dibentuk yaitu:

H0 = semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

(61)

43

H1 = semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel independen

Kriteria untuk pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:

1) Berdasarkan Probabilitas;

• Probabilitas < 0,05 maka H1 diterima

• Probabilitas > 0,05 maka H1 ditolak 2) Berdasarkan F-hitung dengan F-tabel;

• F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak dimana seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

• F-hitung < F-tabel maka H0 diterima dimana seluruh variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan hasil estimasi yang valid yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heterskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah resiudal berdistribusi normal atau tidak. Pengujian terhadap residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan Jarque-

(62)

44

Bera Test. Pengambilan keputusan uji normalitas ini dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque-Bera (α = 5%);

• Probabilitas Jarque-Bera > 0,05 maka residual terdistribusi normal.

• Probabilitas Jarque-Bera < 0,05 maka residual tidak terdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Breusch Godfrey. Pengambilan keputusan uji autokorelasi ini dengan membandingkan probabilitas Chi-square;

• Prob. Chi-square > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi.

• Prob. Chi-square < 0,05 maka terjadi permasalahan autokorelasi.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui adanya hubungan linear antara variabel independen. Cara mendeteksi multikolinearitas ini yaitu dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF).

Kriteria pada VIF;

• Jika VIF < 10 maka tidak terjadi mulikolinearitas

• Jika VIF > 10 maka terjadinya multikolinearitas d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila variabel pengganggu atau residual tidak mempunyai varian yang sama terhadap semua observasi.

Gambar

Tabel 2. 1   Penelitian Terdahulu  No.  Penulis dan
Gambar 3. 1   Kerangka Berpikir  Inflasi  Nilai Tukar  Suku Bunga  Utang Luar  Negeri Pemerintah
Tabel 1. Data-data  Tahun  Bulan  ULN Pemerintah  (Triliun Rupiah)  Inflasi (%)  KURS  (Rupiah)  Suku Bunga (%)  2014  Jan  718.63  8.22  12226.00  7.50     Feb   686.63  7.75  11634.00  7.50     Maret  669.89  7.32  11404.00  7.50     April  673.74  7.25

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada hari libur (Minggu), berdasarkan analisis program Excel dan KAJI di bawah (Tabel 17 dan Gambar 3) mununjukan bahwa nilai derajat kejenuhan (DS) simpang

Pandu Adi Wibowo. Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Permaian Futsal Melalui Metode TGT pada Siswa Kelas X di SMA Selamat Pagi Indonesia Kota Batu.. 14 | P a g e

Dilihat dari sisi yang berhak mengikuti pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Merubah keseluruhan atau sebagian rancangan dari tata letak berdasarkan proses dalam produksi dan fungsi dari mesin produksi yang sama, merubah rancangan agar

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak pernah melakukan pemeriksan IVA, walaupun sudah ada dukungan dari petugas kesehatan karena wanita usia

n DNG File Handling: If you choose to convert your RAW images to DNG format, you can save your image adjustments in the files themselves, rather than in the Camera Raw database..

(4) Bagan Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana sebagaimana tercantum dalam Lampiran IVB yang

Seluruh komponen ini saling berkaitan dan harus dilaksanakan secara terus menerus dalam suatu organisasi. Penerapan pengendalian intern ini harus dilakukan secara maksimal