• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi anggota terhadap kinerja dan karakteristik anggota dalam memilih koperasi konvensional dan baitul maal wa tamwil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi anggota terhadap kinerja dan karakteristik anggota dalam memilih koperasi konvensional dan baitul maal wa tamwil"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA DAN

KARAKTERISTIK ANGGOTA DALAM MEMILIH

KOPERASI KONVENSIONAL DAN BAITUL MAAL WA

TAMWIL

FAQIH AULIA AKBAR RASYID

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan Bitul Maal wa Tamwil adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABTSRAK

FAQIH AULIA AKBAR RASYID. Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan BMT. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan SALAHUDDIN EL AYYUBI.

Salah satu lembaga keuangan non bank yang juga ikut tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan perbankan adalah lembaga keuangan mikro. Diantaranya adalah Baitul Maal wa Tamwil Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa yang berlokasi di Kota Bogor, dengan perkembangan dari segi aset dan anggota yang relatif signifikan dari tahun 2011 hingga 2013. Penelitian ini menganalisis karakteristik yang memengaruhi keputusan anggota dalam memilih koperasi konvensional dan BMT dengan menggunakan metode Regresi Logistik. Persepsi terhadap pelayanan dengan penilaian kinerja yang diberikan koperasi konvensional dan BMT menggunakan analisis deskripstif. Hasil analisis menunjukkan karakteristik yang memengaruhi keputusan anggota memilih BMT adalah jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan perbulan. Ketiga karakteristik tersebut memiliki pengaruh positif terhadap pengaruh keputusan memilih BMT. Sedangkan, karakteristik yang memengaruhi keputusan anggota memilih koperasi konvensional adalah pendidikan. Dari segi persepsi terhadap pelayanan BMT dan koperasi konvensional dapat disimpulkan sudah cukup baik, khususnya terkait dengan kehandalan dan jaminan.

Kata kunci : anggota, baitul maal wa tamwil, industri keuangan syariah, karakteristik, koperasi konvensional, persepsi, regresi logistik

ABSTRACT

FAQIH AULIA AKBAR RASYID. Perceptions of Member on the Performance and Characteristic of Members in Choosing Conventional Cooperative and BMT. Supervised by RINA OKTAVIANI and SALAHUDDIN EL AYYUBI.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA DAN

KARAKTERISTIK ANGGOTA DALAM MEMILIH

KOPERASI KONVENSIONAL DAN BAITUL MAAL WA

TAMWIL

FAQIH AULIA AKBAR RASYID

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota terhadap Kinerja dan Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan Baitul Maal wa Tamwil” dengan waktu penelitian yang dimulai sejak bulan Juni 2014.

Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih untuk orang-orang yang terkasih kepada orang tua penulis Dr. Ir. Fuadi Rasjid, M.Sc (Bapak) dan Upik Kartikha Hanif (Ibu), Annisaa Perica Rasyid, Ikhwan Sulaiman serta keluarga besar Rasyid dan Hanif atas segala teguran, doa, dukungan serta semangat yang telah diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, transfer ilmu dan bimbingannya yang sangat berharga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Seluruh pihak pengurus BMT Wasilah, terutama Pak Roni, Mas Yunus, dan Mas Zaini yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh pihak pengurus Koperasi Mitra Karsa, terutama Pak Rachmat, Pak Wawan, dan Bu Endang yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

6. Teman-teman satu bimbingan yang saling mendukung dan mendoakan, Febrina Mirazdianti, Dwiki Abimanyu, Jamal Berliansyah, Nicco Andrian, Ramdhani Budiman, dan Silvia Sari.

7. Sahabat-sahabat penulis yang saling mendoakan, berbagi keceriaan dan memberikan semangat Erlangga Ryansha, Mufida Amalia, Ardhi Evan, Ghina Zahra Afifah, Muhammad Haris, Myrella Velika Amanta, Zeka Linova, Rahmah Syafira, Putut Adiprestyo, Fithri Tyas Hapsari, Arya Satya Nugraha, Syarifah Mursalina, Sela Dwiyuni Lestari, Fauziyah Adzimatinur dan Wulandari Sangidi. 8. Pendiri Klub Filateli Al-Izhar yang telah mendukung, mendoakan dan menjalin

silaturahim hingga saat ini, Ibu Sri Sumardyani dan Ibu Sri Sedarnawati.

9. Rekan Fasilitator Global Citizen Corps Indonesia yang telah mendoakan dan mendukung, khususnya Kak Rusli, Kak Julisa, Kak Indri , Luciana, Eva, Angelini, Angelina, Roosahandita, Ghassani, Edwin, Selphine, Mutiara, Chairul, Taghsya, Resti, Zulfathia, Julisca, Sihite, Sulistiani, dan rekan GCC lainnya yang menginspirasi.

10. Tim kerja Forum for Indonesia yang telah menginspirasi, menjadi sahabat dan berjuang bersama, khususnya Sari Khairunnisa, Dody Sutrio Darmawan, Zara Fathia, Caesar Pratama, Dhia Adiati, Adi Kurniawan, Ghufron Mustaqim, Togi Pangaribuan dan segenap Tim Kerja FFI.

(12)

Dwi Martha, Anindya Nastiti R, Anggraini Sari Astuti, Johan Albert Piter, Rizky Ashar, Alfrado Raymond S, Muhammad Ami, Faza Fairuza, Diba Safitri, Vania Santoso, Briliansy Mulyanto, Yosea Kurnianto, Gigay Citta Acikgenc, dan Ogi Wicaksana.

12. Seluruh keluarga ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 48 , 49 dan 50 terimakasih atas doa dan dukungannya. Khususnya keluarga besar Ilmu Ekonomi Syariah angkatan 47; Galish, Bani, Geri, Prawito, Yekti, Nadilla, Thony, Ninda, Idhan, Fuad, Lieke, Puspa, Pohan, Riki, Pramono, Putri Eka, Iman, Zulfi, Fakhri, Sarrah, Azizah, Zikra, Hanif, Nadiah, Lia, Intan, Imam, Kartika, Irfan, Putri Monicha, Adik, Aldesta, Nana, Faris, Fitriyanti, Fauzi, Rizqi, Luthfi, Erma dan Cornell.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, mohon maaf tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Namun, yakinilah bahwa segala bentuk dukungan yang diberikan adalah sangat berarti bagi saya. Semoga Allah SWT dapat membalas kebaikan-kebaikan kalian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Baitul Maal wa Tamwil 8

Kinerja 11

Koperasi 11

Faktor Kualitas Pelayanan dan Jasa 11

Citra Lembaga 13

Promosi Lembaga 14

Penelitian Terdahulu 14

Kerangka Pikir 17

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

Analisis Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional

dan Baitul Maal wa Tamwil 19

Analisis Persepsi Anggota terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Mikro 19

Batasan dan Definisi Operasional 20

GAMBARAN UMUM 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

(14)

Laporan Pertanggungjawaban terhadap Anggota 30 Produk Baitul Maal wa Tamwil Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 31 Fasilitas dan Pelayanan Lembaga Keuangan Mikro 33 Pengetahuan Responden terhadap Lembaga Keuangan Mikro 35

Persepsi Responden 36

Hasil Uji Beda 50

Karakteristik yang Memengaruhi Anggota dalam Memilih BMT dan

Koperasi 50

SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 52

Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 58

(15)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan perbankan syariah tahun 2011-2013 di Indonesia 1 2 Industri keuangan non bank syariah tahun 2012 - triwulan I 2014 di

Indonesia 2

3 Jumlah kantor koperasi di Kota Bogor Tahun 2013 3

4 Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor 4

5 Perkembangan anggota BMT Wasilah tahun 2009-2012 5 6 Perkembangan anggota Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012 5 7 Perkembangan kinerja BMT Wasilah tahun 2009-2012 6 8 Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012 6

9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu 15

10 Skala likert 19

11 Kepuasan anggota terhadap produk 32

12 Kepuasan anggota terhadap pelayanan dan fasilitas 33 13 Skor variabel pengetahuan anggota BMT Wasilah 35 14 Skor variabel pengetahuan anggota Koperasi Mitra Karsa 36 15 Skor variabel citra lembaga BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 37 16 Skor variabel reliability kinerja BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 38 17 Skor variabel responsiveness kinerja BMT Wasilah dan Koperasi Mitra

Karsa 40

18 Skor variabel assurance terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 42 19 Skor variabel emphaty terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 43 20 Skor variabel tangible terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 45 21 SSkor variabel akses terhadap BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa 47 22 Skor variabel promosi lembaga terhadap BMT Wasilah dan Koperasi

Mitra Karsa 49

23 Hasil Uji Beda 50

24 Hasil pendugaan parameter model logit 51

25 Hasil olahan regresi karakteristik yang memengaruhi anggota dalam

memilih BMT dan Koperasi Konvensional 51

DAFTAR GAMBAR

1 Gedung Kantor Baitul Maal wa Tamwil Wasilah 21

2 Gedung Kantor Koperasi Mitra Karsa 22

3 Karakteristik responden berdasarkan pengguna jasa 23 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 23

5 Karakteristik responden berdasarkan umur 24

6 Jenjang pendidikan responden anggota 25

7 Jenis pekerjaan responden anggota 25

8 Jumlah tanggungan keluarga responden anggota 26

9 Status pernikahan responden anggota 27

10 Sumber informasi responden anggota 27

11 Lama keanggotaan responden 29

12 Jarak rumah responden dengan lembaga keuangan 30

13 Produk BMT Wasilah 31

(16)

DAFTAR BAGAN

1 Cara Kerja Baitul Maal wa Tamwil 10

2 Kerangka Penelitian 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian Anggota BMT 58

2 Kuesioner Penelitian Anggota Koperasi 70

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan peraturan industri keuangan syariah di Indonesia mengalami kemajuan cukup pesat. Diawali dengan Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No 7 tahun 1992, terkait peraturan yang mengatur dan memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Tabel 1 memperlihatkan perkembangan perbankan syariah secara Nasional dari tahun 2011 hingga 2013:

Tabel 1 Perkembangan perbankan syariah tahun 2011-2013 di Indonesia

Kelompok bank Satuan unit Tahun

2011 2012 2013

Bank Umum Syariah Unit 11 11 11

Unit Usaha Syariah Unit 24 24 23

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Unit

155 158 160

Jumlah Account BUS & UUS Juta

Unit 8.2 10.8 12.3

Jumlah Pekerja Orang 27 660 31 578 42 062

Sumber : Bank Indonesia , 2013-2014 (Diolah)

Berdasarkan data Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan perbankan syariah relatif cukup stabil. Tercatat dari tahun 2011 hingga 2013 terdapat stagnansi 11 Bank Umum Syariah (BUS), turun sebesar satu Unit Usaha Syariah (UUS) dari 24 menjadi 23 UUS dan kenaikan yang relatif stabil sebanyak dua sampai dengan tiga setiap tahunnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang berjumlah 160 di Indonesia pada tahun 2013.

Kestabilan industri perbankan syariah pada tahun 2011-2013, menurut Biro Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI disebabkan masih minimnya komitmen pemerintah, dimana industri perbankan syariah belum terbagi secara merata dana minoritas dari pemerintah seperti dana haji dan BUMN pada rentang tahun 2011-2013. Selain itu, menurut International Center for Development in Islamic Finance-Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (ICDIF-LPPI) kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) syariah sangat menentukan produktivitas, kinerja, dan kontinuitas suatu lembaga. Kekurangan SDM syariah selama ini banyak ditutupi oleh SDM konvensional yang secara keilmuan masih sangat minim terutama dalam bidang syariah hingga saat ini.

(18)

2

Tabel 2 Industri keuangan non bank syariah tahun 2012- triwulan I 2014 di Indonesia

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan , 2014 (Diolah)

Salah satu lembaga keuangan non bank yang juga ikut tumbuh dan berkembang adalah lembaga keuangan mikro syariah yang biasa disebut Baitul Maal wa Tamwil. Keberadaan BMT antara lain didorong oleh keprihatinan terhadap masyarakat bawah yang mengalami kesulitan dalam akses permodalan, sehingga terus berada dalam himpitan kemiskinan bahkan tidak sedikit yang memilih rentenir sebagai alternatif permodalan. Selain itu, BMT berfungsi sebagai alternatif pembiayaan bagi mayarakat terpencil yang sulit memperoleh akses ke lembaga perbankan, baik akses lokasi maupun akses pembiayaan itu sendiri.

Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) sampai dengan akhir tahun 2010 mencatat ada sekitar 3 900 BMT yang beroperasi di Indonesia. Total aset yang dikelola mencapai nilai Rp 5 triliun, nasabah yang dilayani sekitar 3.5 juta orang, dan jumlah pekerja yang mengelola sekitar 20 ribu orang. (PINBUK, 2012). BMT meningkat secara angka berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sampai dengan akhir tahun 2011, unit koperasi secara umum berjumlah 1 807 598 unit dimana 71 365 unit diantaranya merupakan unit koperasi simpan pinjam, dan kurang lebih 5 500 unit diantaranya adalah BMT. (Sekretariat Kabinet, 2013)

Sejak sepuluh tahun terakhir ini, terdapat lebih dari 54 765 lembaga keuangan mikro yang fokus dalam pengentasan kemiskinan atau penguatan ekonomi rakyat dan terdapat lebih dari 3 000 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang bekerja berdasarkan prinsip syariah (Tohir, 2004). Simpanan aset di BMT hingga tahun 2013 sebesar Rp 20.752 miliar (Induk Koperasi Syariah BMT, 2013). Pertumbuhan kelembagaan dan jumlah nasabah membawa perkembangan yang pesat pula dalam kinerja keuangannya. Dana yang bisa dihimpun bertambah banyak, pembiayaan yang bisa dilakukan meningkat, dan pada akhirnya aset akan meningkat hanya dalam beberapa tahun (PINBUK, 2012)

(19)

3 produktif untuk meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan anggota secara merata, khususnya didaerah. Kedua, usaha mikro memiliki salah satu faktor kesulitan untuk melakukan aksesibilitas terhadap permodalan, sementara usaha mikro ini kurang mengenal bank atau lembaga keuangan lainnya dan atau sulit mengaksesnya. Ketiga, bank segan menyentuh usaha mikro dikarenakan biaya bank (over head cost) terlalu tinggi untuk pembiayaan usaha mikro dan banyak jumlahnya secara kuantitas. Keempat, sebagian besar penduduk Indonesia adalah golongan ekonomi lemah dan tertinggal, seringkali banyak yang berada di wilayah pedesaan yang menggunakan jasa rentenir dengan prosedur yang mudah dan sederhana, namun pada akhirnya memberatkan akibat pembebanan bunga pinjaman yang besar. Maka dari itu fungsi serta peran BMT sebagai tandingan terhadap praktek rentenir tersebut. Selain itu fungsi dan peran BMT secara Nasional dapat bersinergi dengan tiga pilar pembangunan lima tahun Indonesia (2010-2014) terkait dengan kesejahteraan rakyat, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan usaha produktif.

Status hukum BMT adalah koperasi, dalam melakukan kegiatan usahanya baik berupa menghimpun dana maupun menyalurkannya mengacu pada peraturan Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang koperasi dan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Dengan tumbuhnya Koperasi di Kota Bogor pada tahun 2013, lembaga BMT menjadi lembaga jasa keuangan yang tumbuh di seluruh kecamatan.

Kota Bogor merupakan kota yang dijadikan proyek utama pada tahun 1994 oleh Yayasan Peramu sebagai tempat tumbuhnya BMT. Dikelola oleh anak-anak muda asuhan Dr. AM Saefuddin dari Universitas Ibn Khaldun, yayasan ini berusaha menyelamatkan para pedagang di area pasar Merdeka dan sekitarnya dari rentenir yang beroperasi seiring liberalisasi ekonomi pada tahun 1980an. Dari kumpulan BMT ini Peramu mampu menggalang dana untuk kemudian mendirikan sebuah Badan Perkreditan Rakyat Syariah (PERAMU, 2008). Tabel 3 menampilkan data BMT dan Koperasi Konvensional yang dibagi dalam beberapa wilayah di Kota Bogor, yakni :

Tabel 3 Jumlah kantor koperasi di Kota Bogor Tahun 2013

No Jenis Selatan Bogor Timur Bogor Bogor Utara Tengah Bogor Bogor Barat Tanah Sareal Bogor Kota

1

Koperasi Jasa

Keuangan Syariah 4 1 1 5 4 8 23

2

Koperasi

Konvensional 91 72 115 194 106 137 715

Sumber : Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor, 2013 (Diolah)

Suatu BMT dapat dikatakan berhasil mendapatkan penghargaan setiap tahunnya apabila sebuah BMT melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu pada rentang waktu antara bulan Januari hingga Maret setiap tahunnya. Selain itu, apabila pertumbuhan anggota, aset dan sisa hasil usaha meningkat setiap tahunnya, untuk itu Dinas Koperasi dan UMKM memberikan penghargaan kepada koperasi yang berprestasi dengan penilaian terhadap institusi tersebut, penilaian dinilai dari aspek organisasi, manajemen dan aspek keuangan.

(20)

4

Sebanyak 168 koperasi memiliki jumlah anggota sebanyak 54 919 orang. Dari 23 buah BMT, secara keseluruhan merupakan koperasi aktif dan melaksanakan RAT tiap tahunnya.

Terdapat beberapa keberhasilan BMT di Kota Bogor, hal tersebut dapat dilihat dari BMT El-Umma, KBMT Amal Atina, BMT Ibadurrahman dan KBMT Wihdatul Ummah. Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel 4, berikut:

Tabel 4 Ringkasan keberhasilan BMT di Kota Bogor Baitul Maal wa

Tamwil Keberhasilan

BMT El-Umma, Ciampea, Bogor

Program utama yayasan ini adalah menyelenggarakan pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan. BMT yang telah memiliki gedung sendiri, dalam waktu yang relatif singkat BMT bisa mendapatkan pendapatan sebesar Rp 270.000.000.

KBMT Amal Atina,

Baranangsiang, Bogor

Tahun 2013 terpilih sebagai koperasi berprestasi, penilaian tersebut dari aspek organisasi, manajemen dan aspek keuangan. BMT Amal Atina menyalurkan Rp 300.000.000 kepada 41 UKM sebagai bentuk pembiayaan.

BMT

Ibadurrahman, Ciawi, Bogor

Perkembangan BMT ini berdiri pada tahun 1995, dengan modal dasar sebesar Rp 5.000.000 dan memiliki SDM sebanyak 20 orang. Pada tahun 2009 memiliki anggota sebanyak 7.000 orang dan omset mencapai Rp 7 miliar

KBMT Wihdatul Ummah, Gunung Batu, Bogor

BMT yang telah memiliki gedung sendiri. Merupakan koperasi sekaligus lembaga keuangan mikro syariah yang berprestasi untuk wilayah Kotamadya Bogor. Lima fokus kegiatan yang ingin diintensifkan, yakni konsolidasi manajemen dengan penambahan staf, peningkatan kualitas sumber daya insani (SDI), penambahan tenaga kerja dan pemetaan pasar.

Sumber : Profil BMT El-Umma, 2011. Profil BMT Al-Hassan, 2011. Lembaga Keuangan Mikro Syariah, 2009. Hayati, 2006. (Diolah)

(21)

5 Tabel 5 Perkembangan anggota BMT Wasilah tahun 2009-2012

Sumber : Profil Usaha Baitul Maal wa Tamwil Wasilah, 2013 (Diolah)

Koperasi yang memiliki kinerja baik yang berada di Kecamatan Bogor Barat bukan hanya BMT Wasilah, hal tersebut terbukti dengan prestasi yang berhasil diraih Koperasi Mitra Karsa, salah satunya yaitu menjadi koperasi terbaik tingkat Kota Bogor dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor untuk keberhasilan kinerja gerakan koperasi pada tahun 2010. Selain itu, seiring dengan penghargaan yang didapat Koperasi Mitra Karsa, jumlah anggota dari tahun ke tahun cenderung turun. Tabel 6 memperlihatkan perkembangan anggota dari tahun 2009 hingga tahun 2012.

Tabel 6 Perkembangan anggota Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012

No Tahun Jumlah Anggota

1 2009 522

2 2010 563

3 2011 571

4 2012 538

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas, 2010-2013 (Diolah)

Rumusan Masalah

Berdasarkan data, tercatat peningkatan yang signifikan terhadap jumlah koperasi konvensional dari tahun 2010 ke 2013, sebanyak 31 koperasi telah berdiri. Jumlah koperasi sebanyak 788 koperasi dan 23 diantaranya adalah BMT.

BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa merupakan dua koperasi yang aktif dalam menjalankan kegiatan perekonomiaannya. Tiap tahun perkembangan anggota dari BMT Wasilah meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 4.2%, dan naik sebesar 3.6% pada tahun 2011 yang selanjutnya meningkat signfikan sebesar 16.4% di tahun 2012. Berbeda dengan BMT Wasilah, perkembangan Koperasi Mitra Karsa cenderung stabil, meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 7.8% dan naik hanya sebesar 1.4% pada tahun 2011 lalu menurun di tahun 2012 sebesar 5.7%. Selain itu tabel 7, memperlihatkan perkembangan kinerja BMT Wasilah dari tahun 2009 hingga tahun 2012 :

No Tahun Jumlah Anggota

1 2009 756

2 2010 788

3 2011 817

(22)

6

Tabel 7 Perkembangan kinerja BMT Wasilah tahun 2009-2012

Sumber : Profil Usaha Baitul Maal wa Tamwil Wasilah, 2013 (Diolah)

Perkembangan kinerja BMT Wasilah dapat dilihat dari jumlah sisa hasil usaha atau laba rugi, pertumbuhan asset dan penyaluran pembiayaan. Terdapat peningkatan tiap tahunnya yang bersifat fluktuasi. Sisa hasil usaha turun signifikan dari tahun 2009 sebesar Rp 61.737 juta menjadi Rp 17.125 juta pada tahun 2010, kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 90% menjadi Rp 32.520 juta. Pertumbuhan asset pada tahun 2009 naik sebesar Rp 1.846 miliar pada tahun 2012, selain itu penyaluran terhadap pembiayaan tertinggi pada tahun 2011 dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp 4.467 miliar naik sebesar Rp 1.207 miliar dari tahun sebelumnya, tahun 2010. Tabel 8, memperlihatkan perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa dari tahun 2009 hingga tahun 2012 : Tabel 8 Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa tahun 2009-2012

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas, 2010-2013 (Diolah)

Perkembangan kinerja Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat dari jumlah sisa hasil usaha atau laba rugi, pertumbuhan asset dan penyaluran pembiayaan. Terdapat peningkatan tiap tahunnya yang bersifat fluktuasi. Sisa hasil usaha naik signifikan dari tahun 2009 sebesar Rp 210.784 juta menjadi Rp 312.783 juta pada tahun 2010, kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 11.09% menjadi Rp 347.103 juta. Pertumbuhan asset pada tahun 2009 naik sebesar Rp 2.302 miliar pada tahun 2012, selain itu penyaluran terhadap pembiayaan tertinggi pada tahun 2010 dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp 6.836 miliar naik sebesar Rp 4.256 miliar dari tahun sebelumnya, tahun 2009.

BMT dan Koperasi memanfaatkan pangsa pasar yang tidak dijadikan target pasar oleh bank, namun BMT serta Koperasi adalah lembaga keuangan mikro yang berbeda. Hal ini dikarenakan BMT dan koperasi berbeda dengan bank atau lembaga keuangan lain dari segi asas ataupun tujuannya. Segmen yang dikuasai (Dalam miliar rupiah)

2009 210.784 5.923 4.256

2010 312.783 9.705 6.836

2011 347.103 10.256 6.279

(23)

7 dan koperasi adalah penyedia sumber dana dari lembaga keuangan lain untuk lembaga non formal, hal ini merupakan keunggulan komparatif sebagai lembaga intermediasi keuangan.

Kondisi ini memungkinkan BMT dapat mendorong perkembangan usaha mikro dan kecil, disebabkan karena layanan keuangan syariah BMT yang mudah diakses berbagai pelaku bisnis usaha mikro dan kecil Oleh karena itu, sebagian besar LKM beroperasi dalam wilayah yang terbatas, atau pada ceruk pasar tertentu dimana dimungkinkan untuk mengenal peminjam secara pribadi (Ghate, 1988 dalam Arsyad, 2008).

Berdasarkan uraian latar belakang terkait dengan perkembangan industri keuangan syariah, pertumbuhan aset dan anggota BMT serta koperasi yang meningkat secara signifikan maka rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana persepsi anggota terhadap kinerja Baitul Maal wa Tamwil Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa?

2. Karakteristik apa saja yang memengaruhi anggota dalam pengambilan keputusan untuk memilih BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusahan masalah yang telah disebutkan maka tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1. Menganalisis persepsi anggota terhadap kinerja BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa

2. Menganalisis karakteristik anggota yang memengaruhi pengambilan keputusan memilih BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan dan mengidentifikasi teori-teori yang telah diperoleh secara langsung ke lapangan.

2. Bagi anggota lembaga keuangan mikro, penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khasanah wawasan dan dapat meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga keuangan mikro.

3. Bagi praktisi, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan yang konstruktif atas kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan baik yang telah lampau maupun dimasa sekarang, selain itu memberikan gambaran pertimbangan anggota lembaga keuangan mikro untuk melakukan transaksi. 4. Bagi pemangku kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

untuk membuat peraturan dan standarisasi yang dapat diimplementasikan oleh lembaga keuangan mikro baik syariah maupun konvensional.

(24)

8

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memfokuskan hasil penelitian ini, maka penelitian akan dibatasi pada pengambilan studi kasus pada BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa. Persepsi anggota terhadap kinerja dan karakteristik anggota dalam memilih BMT dan koperasi, dibatasi di wilayah Kota Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, data primer terdiri dari data anggota BMT dan koperasi. Data anggota BMT dan koperasi diperoleh dari survei langsung sebanyak 62 responden. Lalu data sekunder yang diperoleh dari data BMT dan koperasi, serta literatur dari Pusat Inkubasi Usaha Kecil, Dinas Koperasi dan UMKM, buku serta internet yang menambah kelengkapan data dari skripsi ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Baitul Maal Wa Tamwil

Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil

Baitul Maal wa Tamwil adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya terbagi atas padanan kata bayt al-maal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya (Djazuli, 2002).

Pada umumnya masyarakat lebih mengenal BMT dibandingkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (Undang-Undang, 2007) .

Secara konseptual, BMT sendiri memiliki dua fungsi sekaligus yakni Baitul Tamwil adalah melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif serta investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung serta menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. Baitul Maal adalah menerima titipan dana zakat, infaq dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan amanah yang dipegangnya (Aziz, 2006).

(25)

9 Prinsip Dasar Baitul Maal Wa Tamwil

BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang baik yakni penuh keselamatan, kedamaian serta kesejahteraan. Prinsip dasar BMT diantaranya (Heykal dan Huda, 2010):

1) Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.

2) Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.

3) Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah). 4) Demokratis, partisipatif, dan inklusif.

5) Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non-diskriminatif. 6) Ramah lingkungan.

7) Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.

8) Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.

Tujuan Baitul Maal Wa Tamwil

Tujuan dibentuknya BMT pada dasarnya untuk mewujudkan kehidupan keluarga serta masyarakat di lingkungan sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera. Hal-hal yang dilakukan oleh BMT dalam melakukan usaha adalah dengan mengembangkan kegiatan simpan pinjam dengan prinsip bagi hasil, mengembangkan lembaga serta bisnis kelompok usaha binaan BMT, serta mengembangkan jaringan kerja dan jaringan bisnis BMT dan sektor riil mitranya sehingga menjadi usaha mikro yang tangguh serta mampu mendongkrak kekuatan perekonomiaan bangsa.

Fungsi Baitul Maal Wa Tamwil

Beberapa fungsi BMT, diantaranya (Heykal dan Huda, 2010) :

1) Sebagai penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga dapat menimbulkan unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana), sehingga menjadi jembatan penghubung.

2) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban baik lembaga maupun perseorangan.

3) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan kepada para pegawainya.

4) Pemberi informasi, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

(26)

10

Peranan dan Cara Kerja Baitul Maal Wa Tamwil

Peranan BMT yakni menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non Islam, dengan aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai urgensi sistem ekonomi berbasis Islam. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami. Kedua, dengan melakukan pembinaan serta pendanaan terhadap usaha mikro dan kecil, BMT sudah seharusnya bersikap proaktif dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang dalam pelaksanaannya dapat melakukan pendampingan, pembinaan, penyuluhan serta pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah. Ketiga, melepaskan ketergantungan kepada rentenir, dikarenakan rentenir mampu untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam waktu yang singkat dalam memenuhi dananya; maka dari itu BMT harus dapat melayani masyarakat lebih baik dengan praktiknya selalu menyediakan dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya. Keempat, menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata, fungsi BMT berhadapan langsung kepada masyarakat (peer to peer) dan dituntut dapat bersikap bijak dan juga langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang perlu diperhatikan. Dalam praktiknya BMT perlu memperhatikan kelaikan nasabah dalam hal penggolongan nasabah dan juga jenis pembiayaan yang dilakukan (Heykal dan Huda, 2010).

Adapun cara kerja BMT berdasarkan Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) pada bagan 1 :

Bagan 1 Cara Kerja Baitul Maal wa Tamwil Sumber : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) , 2006

Anggota Baitul Maal Wa Tamwil

Anggota BMT adalah orang-orang yang secara resmi telah mendaftarkan diri sebagai anggota BMT dan dinyatakan telah diterima oleh badan pengelola BMT. Selain hal tersebut, hak untuk mendapatkan keuntungan ataupun menanggung kerugian yang diperoleh oleh BMT, anggota memiliki hak untuk memilih dan dipilih sebagai anggota badan pengawas. Anggota BMT dapat terdiri dari para pendiri dan anggota-anggota biasa yang mendaftarkan diri setelah BMT berdiri dan beroperasi (Soemitro, 2009).

Simpanan Modal Awal

ANGGOTA PEMRAKARSA

BAITUL MAAL WA TAMWIL

PENGURUS PENGELOLA ANGGOTA

PENYIMPAN

ANGGOTA

PEMINJAM

Sisa Hasil

(27)

11 Kinerja

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama (Rivai, 2005). Apabila hal tersebut dikerjakan dengan benar maka para karyawan dan perusahaan akan diuntungkan dengan jaminan bahwa upaya para individu karyawan mampu memberikan kontribusi pada fokus yang strategis dari perusahaan.

Penilaian kinerja adalah upaya sadar untuk membandingkan hasil yang seharusnya dicapai dengan hasil yang nyatanya dicapai dalam rangka pencapaian tujuan suatu organisasi (Siagian, 2008). Pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

Koperasi

Koperasi berasal dari bahasa Latin Coopere, yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, jadi cooperation adalah bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama (Sitio dan Tamba, 2001).

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. (Undang-Undang, 1992).

Prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah yang termuat pada pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun prinsip koperasi sesuai dengan Undang-Undang adalah sebagai berikut :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal 5. Kemandirian

6. Pendidikan koperasi 7. Kerjasama antar koperasi

Faktor Kualitas Pelayanan Jasa

Menurut (Parasuraman et al., 1994) terdapat lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan dalam mengukur kualitas suatu jasa. Kelima dimensi tersebut biasa disebut SERVQUAL yang masing-masing dimensi tersebut, yakni:

1. Responsiveness atau ketanggapan

(28)

12

Dalam Islam, kepercayaan pelanggan merupakan suatu amanah yang hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan secara profesional melalui pegawai yang bekerja sesuai dengan bidangnya dan mengerjakan pekerjaannya secara cepat dan tepat, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya, berkata seseorang: bagaimana caranya menyia-nyiakan amanat ya Rasulullah? Berkata Nabi: apabila diserahkan sesuatu pekerjaan kepada yang bukan

ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. 2. Reliability atau kehandalan

Suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya. Kinerja jasa yang dihasilkan harus sesuai dengan harapan anggota yang artinya dapat berupa ketepatan waktu serta kualitas pelayanan yang prima. Dalam konteks ini, Allah menghendaki umat-Nya untuk menepati janji yang telah dibuat sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 91:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan

janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah sumpah itu), sesungguhnya Allah mengetahui apa yang

kamu perbuat”. 3. Emphaty atau empati

Perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada anggota serta berupaya untuk memahami keinginan anggota.

Kesediaan memberikan perhatian dan membantu akan meningkatkan persepsi dan sikap positif konsumen terhadap layanan lembaga. Hal ini yang akan mendatangkan kesukaan, kepuasan dan meningkatkan loyalitas konsumen. Berkenaan dengan empati, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 90:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

4. Tangibles atau terwujud

(29)

13 Dalam konsep Islam pelayanan yang berkenaan dengan penampilan fisik yang mencerminkan nilai-nilai Islam, mulai dari kenyamanan, ketersediaan fasilitas, kebersihan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan penampilan fisik sebuah organisasi jasa syariah yang dapat membantu setiap muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya. Berkenaan dengan tangible dalam segi pelayanan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang

tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling

bermanfaat bagi manusia.”

Juga dalam segi fasilitas sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan."

5. Assurance atau jaminan

Pengetahuan serta keramahan karyawan dan kemampuan melaksanakan tugas secara spontan dapat menjamin kinerja yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan dan keyakinan oleh anggota. Berkenaan dengan hal ini, Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 menyatakan bahwa:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah mapun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesuangguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal

kepada-Nya”.

Penerapan manajemen profesional pada BMT memberikan layanan yang baik dari usaha dijalankan untuk menjaga kualitas. Dalam Islam, dimensi kualitas pelayanan jasa yang dapat diaplikasikan kedalam suatu organisasi telah tertulis dalam Al-Quran dan Hadis, Rasulullah SAW secara jelas menekankan untuk berbuat baik kepada sesama manusia, dengan memberikan senyuman sebagai manifestasi pelayanan kemanusiaan yang paling dasar selain itu pada hakikatnya kita sebagai khalifah yang tugasnya melayani makhluk allah yang lain sebagaimana Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Sunan Turmudzi:

“Senyum kamu terhadap saudara,mu mempunyai nilai sedekah” Citra Lembaga

(30)

14

Menurut Sutojo, manfaat citra perusahaan yang baik dan kuat yakni:

1. Daya saing jangka menengah dan panjang, perusahaan berusaha menjadi unggul dalam persaingan pasar dengan menyusun strategi pemasaran yang sistematis.

2. Menjadi perisai selama krisis, sebagian masyarakat dapat memahami apabila perusahaan melakukan kesalahan dikarenakan citra baik yang dimiliki. 3. Menjadi daya tarik eksekutif handal, dimana eksekutif handal adalah aset

perusahaan.

4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.

5. Menghemat biaya operasional karena citranya yang baik.

Menurut Sutojo, cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pencitraan agar sesuai dengan visi perusahaan, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya:

1. Membentuk persepsi segmen sasaran

Citra yang ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan yang sebenarnya.

2. Memelihara persepsi

Upaya untuk mempertahankan citra dengan mempertahankan pelaksanaan program sosialisasi, iklan dan relasi publik agar tercapai rencana perusahaan. 3. Mengubah persepsi segmen sasaran yang dinggap kurang menguntungkan

Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha untuk mengubah persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan, dengan melakukan pembenahan diri dari dalam internal perusahaan.

Promosi Lembaga

Promosi adalah forum pertukaran informasi antara organisasi dengan konsumen dan memiliki tujuan utama yakni memberikan informasi tentang produk atau jasa yang disediakan oleh organisasi, sekaligus mempengaruhi konsumen untuk menggunakan atau memakai terhadap produk atau jasa tersebut. Dalam dunia perdagangan promosi adalah usaha untuk memajukan dan meningkatkan popularitas barang atau jasa yang akan dijual (Mustafa, 1996).

Dalam melakukan promosi pihak perusahaan harus mengetahui sasaran untuk melakukan promosi atau pengguna perusahaan yang akan diperkenalkan layanan, fasilitas dan jasa yang diberikan perusahaan untuk penggunanya.

Penelitian Terdahulu

(31)

15 Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu

Peneliti Judul dan Model

Penelitian Hasil Penelitian Ambarfauziah muzaki dalam memilih Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dan menganalisis persepsi muzaki terhadap kinerja OPZ. Metode regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi muzaki dalam memilih OPZ. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi muzaki terhadap OPZ. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi muzaki dalam memilih OPZ adalah pendapatan, tingkat realiability, dan citra lembaga.

Empiris hasil menunjukkan perilaku pelanggan yang mewakili dengan budaya, sosial, pelanggan

karakteristik atau kepribadian, dan faktor psikologis yang signifikan untuk menentukan keputusan beli dari pelanggan menggunakan jasa di perbankan syariah di Padang

munipacility dengan tingkat

(32)

16

Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan) Peneliti Judul dan Model

Penelitian Hasil Penelitian

Ihsan A (2013) Analisis faktor- faktor yang memengaruhi akses dan pembatasan kredit pada UMKM di Kabupaten Bogor Metode : Regresi logistik

Pendidikan, jenis usaha (Jasa dan Industri pengolahan), omset usaha dan

total aset memengaruhi akses responden terhadap lembaga keuangan mikro

syariah. Lama usaha dan frekuensi pinjaman sangat memengaruhi adanya credit rationing. Frekuensi pinjaman akan membentuk credit history yang jasa tamara di KJKS BMT El Amanah Kendal

Metode : Regresi linear

berganda

Ada beberapa nilai yang ingin diwujudkan dari pemilihan terhadap BMT oleh anggota, yakni faktor ketaatan terhadap perintah Allah SWT, faktor produk yang syariah, pelayanan serta faktor promosi untuk mencapai nilai kepuasan dan

ketenangan dalam melakukan muzakki (studi kasus pada Rumah Zakat Indonesia) Metode : Regresi berganda

Kualitas pelayanan zakat dan social marketing secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan berzakat muzaki. Kualitas

pelayanan dibagi kepada beberapa indikator, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang akurat dan terpercaya (Reliability), kebijakan untuk pelayanan yang responsif (Responsiveness), kepercayaan, pengetahuan, dan keramahan karyawan serta kemampuan

melaksanakan tugas secara spontan (Assurance), memberikan perhatian yang bersifat individual (Emphaty), dan penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik

(33)

17 Kerangka Pikir

Keberadaan BMT dan koperasi dapat membantu efisiensi serta efektifitas, selain dalam program pembiayaan juga untuk melakukan monitor serta evaluasi terhadap usaha yang dilakukan oleh anggota. Pelayanan yang diberikan oleh BMT dan koperasi dapat memudahkan untuk melakukan pembiayaan serta memudahkan anggota untuk mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya. Potensi BMT Wasilah sangat besar dimana anggota BMT Wasilah meningkat secara signifikan sebesar 16.4% pada tahun 2012. Namun tidak jauh dari BMT ini, terdapat koperasi yang bekerja pada area Kota Bogor dimana anggota Koperasi Mitra Karsa menurun sebesar 5.7% pada tahun 2012. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis karakteristik yang memengaruhi anggota dalam memilih BMT dan koperasi, dan juga perbandingan persepsi kinerja BMT dan koperasi. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut pada bagan 2:

Bagan 2 Kerangka Penelitian Rekomendasi Peningkatan Kualitas Pelayanan oleh

Baitul Maal Wa Tamwil dan Koperasi

Perkembangan Anggota BMT Wasilah Lebih Cepat dari Perkembangan anggota Koperasi Mitra Karsa

Identifikasi Karakteristik dan Persepsi

Karakteristik Persepsi

Jenis Kelamin Umur

Pengatur Keuangan Pekerjaan

Pendapatan Jarak Pengetahuan

Responsiveness Reliability Citra Lembaga

Assurance Emphaty

Promosi Lembaga Akses Tangibel Pendidikan

Peluang Memilih BMT dan Koperasi

(34)

18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan wilayah BMT dan Koperasi Mitra Karsa berdiri. Pemilihan Kota Bogor tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan beberapa pertimbangan. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 30 anggota BMT yang melakukan kegiatan perekonomiannya di BMT Wasilah dan 32 anggota dari koperasi yang melakukan kegiatan perekonomiannya di Koperasi Mitra Karsa. Data tersebut digunakan untuk mengetahui karakteristik anggota dalam memilih BMT dan Koperasi serta persepsi anggota terhadap kinerja BMT dan koperasi.

Sedangkan data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data primer, yang bersumber dari data lain yang digunakan didapatkan melalui profil BMT Wasilah, profil Koperasi Mitra Karsa, Induk Koperasi Syariah BMT, Pusat Inkubasi Usaha Kecil, buku, jurnal, skripsi, tesis dan internet.

Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diambil dengan metode studi kasus melalui wawancara kepada anggota yang menjadi responden dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan purposive sampling, yaitu prosedur yang dilakukan oleh peneliti dalam memilih contoh berdasarkan pertimbangan terkait dengan karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda, 2009). Karakteristik yang diambil dalam penelitian ini adalah anggota yang melakukan transaksi keuangannya, yakni sebanyak 30 responden anggota BMT yang melakukan transaksi keuangannya di BMT dan 32 responden anggota Non BMT (koperasi) yang melakukan transaksi keuangannya di koperasi.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(35)

19 Analisis Karakteristik Anggota dalam Memilih Koperasi Konvensional dan

Baitul Maal Wa Tamwil

Regresi logistik adalah suatu teknik analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data yang peubah responnya berupa data berskala biner atau dikotom. Peubah penjelas berupa peubah kontinu maupun kategoritik (Hosmer dan Lemeshow, 1989).

Uji beda digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dengan kasus 2 sampel berpasangan. Dengan menggunakan uji beda maka dapat diketahui apakah populasi berdasarkan dua sampel berpasangan tersebut berbeda (Firdaus et al. 2011). Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis karakteristik anggota dalam memilih BMT dan koperasi adalah model logit atau regresi logistik. Model logit digunakan ketika variabel dependen bersifat kualitatif. Jika variabel kualitatif tersebut hanya mempunyai dua kemungkinan nilai maka model yang digunakan adalah binary logistic.

Analisis Persepsi Anggota terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Mikro

Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi anggota terhadap kinerja BMT dan koperasi adalah metode deskriptif, yaitu dengan melihat skor persepsi anggota terhadap kinerja BMT dan koperasi. Sampel dalam analisis ini adalah anggota yang melakukan transaksi keuangannya di BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa di Kota Bogor. Kinerja yang dilihat dalam analisis persepsi ini adalah kualitas pelayanan dan fasilitas yang disediakan oleh BMT.

Pengumpulan data primer mengenai persepsi anggota terhadap kualitas pelayanan BMT dan koperasi diperoleh melalui kuesioner. Kualitas pelayanan yang dimaksud dilihat dari Reliability (kehandalan), Responsiveness (ketanggapan), Assurance (jaminan), Empathy (empati),dan Tangible (wujud sarana dan prasarana fisik). Pengisian kuesioner tersebut akan menghasilkan jawaban, dimana jawaban tersebut masing-masing memiliki bobot penilaian dari setiap pertanyaan yang telah ditentukan. Penilaian atas kepuasan anggota terhadap kinerja BMT dan koperasi dinilai menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang mengenai kejadian atau gejala sosial (Ridwan, 2008). Skala likert digunakan untuk mengukur variabel yang akan dijabarkan menjadi sub variabel yang memiliki indikator terukur, yaitu contoh sebagai berikut (Tabel 10):

Tabel 10 Skala likert

Nilai Keterangan

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Ragu-Ragu

2 Tidak Setuju

(36)

20

Batasan dan Definisi Operasional

Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin : Identitas responden yang dalam penelitian ini menjadi

variabel dummy (1 = laki-laki, 0 = perempuan)

2. Umur : Perhitungan Umur yang dimulai dari saat kelahiran seseorang dan terhitung menggunakan tahun.

3. Lama Pendidikan : Perhitungan pendidikan anggota yang dimulai dari saat Sekolah Dasar dan terhitung menggunakan tahun.

4. Pekerjaan : Status pekerjaan (dalam profesi) yang dikerjakan oleh responden, dalam siklus yang rutin.

5. Pengatur Keuangan : Individu (dalam status) yang mengatur keuangan rumah tangga selama satu bulan.

6. Pendapatan : Jumlah uang (dalam rupiah) yang didapatkan rumah tangga selama satu bulan.

Pada model logit dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik anggota dalam memilih Baitul maal wa Tamwil dan koperasi. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda, 2009):

P i = F(Z i ) = F(α + βX i) = ...(1)

Dengan persamaan odds ratio sebagai berikut :

Keterangan:

P i = Keputusan anggota untuk memilih tempat melakukan transaksi keuangan (1 jika memilih BMT, 0 jika memilih koperasi)

α = Intersep

β i = Parameter peubah X i

X 1 = Dummy Jenis Kelamin; (1 = laki-laki dan 0 = perempuan) X 2 = Umur responden (tahun)

X 3 = Lama pendidikan (tahun) X 4 = Pekerjaan (skor)

X 5 = Pengatur keuangan (skor) X 6 = Pendapatan (rupiah)

Odd Ratio adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 (memilih BMT) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (memilih koperasi). Nilai odds menjadi suatu nilai indikator kecenderungan anggota untuk menentukan pilihan 1 (memilih BMT). Nilai odds semakin besar menandakan bahwa peluang anggota untuk memilih BMT semakin besar. Hubungan antara parameter dan odds ratio, yaitu :

OddsRasio = ...(2) Keterangan:

(37)

21 GAMBARAN UMUM

BAITUL MAAL WA TAMWIL WASILAH

Kondisi perbankan di Indonesia pada tahun 1997 – 1998 memang sangat memprihatinkan, banyak bank yang terkena likuidasi dan rekapitulasi karena tidak mampu melunasi hutang-hutangnya baik pada pemerintah maupun kepada pihak luar negeri dalam jangka waktu yang telah ditentukan, akibat krisis moneter yang berkepanjangan. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi kesejahteraan karyawannya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

Untuk menyikapi hal tersebut, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Yayasan Peramu membuka peluang bagi para karyawan yang terkena PHK dan pengangguran untuk mengikuti suatu program pelatihan yang disebut P4T (Program Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil) dibidang perkoperasian selama 8 Bulan.

Dari pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan dasar ekonomi syariah dan program magang selama 8 bulan telah menumbuhkan motivasi dari para peserta untuk mendirikan suatu lembaga Koperasi syariah (KBMT) yang diberi nama KBMT Wahana Insan Mu’amalah (WASILAH) pada tanggal 19 Mei 1999 dengan Nomor Badan Hukum : 75/BH/KDK-1022/V/1999 yang awal beroperasi di Jl. Paledang No.1 Kota Bogor. Lokasi BMT Wasilah juga sangat strategis, yaitu berada di pusat kawasan Merdeka di Jl Perintis Kemerdekaan No. 18 tepat di sebelah Pusat Grosir Bogor (PGB), sehingga sangat mudah bagi anggota untuk menemukan KBMT Wasilah. Gambar 1 memperlihatkan dokumentasi dari KBMT Wasilah :

Gambar 1 Gedung Kantor Baitul Maal wa Tamwil Wasilah KOPERASI MITRA KARSA

(38)

22

Hasan Mutraram, Ir. Akub J. Abdurahman Ms, Mochamad Bardin dan Tukimin Bc, EK.

Mula-mula Koperasi Mitra Karsa merupakan lingkup Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) yang dibawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sehingga dinamai Koperasi Pegawai Penelitian Hasil Hutan Mitra Karsa. Kemudian pada tanggal 25 September 1981 lingkup anggota Koperasi Mitra Karsa bertambah menjadi tiga, yaitu Balai Penelitian Hasil Hutan (LPHH), Balai Penelitian Hutan (BPH), dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbang Kehutanan). Pada awal tahun 1982 di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, diadakan reorganisasi khusus bidang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Koperasi Mitra Karsa mengajukan permohonan perubahan status, permohonan ini disetujui oleh kantor Kabupaten Bogor dengan surat persetujuan tanggal 25 Januari 1983 No. 32/KK/103/3.1/1983. Selanjutnya atas dasar surat persetujuan tersebut, pengurus koperasi mengadakan perubahan stempel yang tertuang dalam surat Ketua Koperasi Mitra Karsa tanggal 5 Maret 1983 No. 125/KOP/MK/111/1983 yang disampaikan ke berbagai instansi yang erat kaitannya dengan Koperasi Mitra Karsa. Lokasi Koperasi ini juga sangat strategis, yaitu berada di kawasan Gunung Batu di Jl Gunung Batu No. 5 sehingga sangat mudah bagi anggota untuk menemukan Koperasi Mitra Karsa. Gambar 2 memperlihatkan dokumentasi dari Koperasi Mitra Karsa :

Gambar 2 Gedung Kantor Koperasi Mitra Karsa

HASIL DAN PEMBAHASAN

(39)

23

48%

52% BMT

Koperasi

47%

75% 53%

25%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

BMT Koperasi

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan pengguna jasa Berdasarkan keterangan pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pengambilan sampel terhadap anggota BMT Wasilah sebesar 48% atau sebanyak 30 orang dan anggota Koperasi Mitra karsa sebesar 52% atau sebanyak 32 orang. Pengambilan responden diambil sejumlah 62 orang dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu dan biaya, maka peneliti tidak melakukan penelitian kepada seluruh anggota BMT dan Koperasi di Kota Bogor.

Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Responden

Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

(40)

24

Rentang Umur Responden

Data karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 5.

G

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan umur

Data di atas menunjukkan pengguna jasa BMT yang berada pada umur dibawah 30 tahun adalah sebanyak 16.7% atau setara dengan lima orang, selanjutnya pengguna jasa BMT yang berumur pada rentang 30-39 tahun adalah sebesar 36.7% atau sebanyak 11 orang. Selanjutnya, responden yang berumur pada rentang 40-49 tahun adalah sebesar 40% atau sebanyak 12 orang. Walau demikian, masing-masing pada umur rentang diantara 50-59 tahun dan sama dengan atau diatas 60 tahun masing-masing sebesar 3.3% atau hanya satu orang. Tingkat Umur tertinggi pada responden anggota BMT Wasilah adalah 68 tahun dan terendah adalah 21 tahun.

Pada Koperasi Mitra Karsa, pengguna jasa yang berada pada umur dibawah 30 tahun adalah sebanyak 6.3% atau setara dengan dua orang, selanjutnya pengguna jasa koperasi yang berumur pada rentang 30-39 tahun adalah sebesar 9.4% atau setara dengan tiga orang orang. Pada rentang umur 40-49 tahun adalah sebesar 37.5% atau sebanyak 12 orang, selanjutnya pengguna Koperasi yang berumur pada rentang 50-59 tahun adalah sebesar 37.5% atau sebanyak 12 orang, dan yang sama dengan atau di atas 60 tahun adalah sebesar 9.4% atau setara dengan tiga orang. Tingkat umur tertinggi pada responden anggota Koperasi Mitra Karsa adalah 63 tahun dan terendah adalah 27 tahun. Jenjang Pendidikan Responden

Responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan dengan cukup beragam, yakni tidak lulus Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sarjana Strata 1 (S1) hingga pasca-sarjana. Persentase masing-masing jenjang pendidikan pada responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Gambar 6.

16.7

6.3 36.7

9.4 40.0

37.5 3.3

37.5

3.3 9.4

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% 120,0%

BMT Koperasi

Pr

e

sen

tase

di bawah 30 tahun 30-39 tahun

40-49 tahun 50-59 tahun

(41)

25

Gambar 6 Jenjang pendidikan responden anggota

Jenjang pendidikan responden anggota BMT Wasilah yang paling banyak dienyam oleh anggota adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yaitu sebesar 33.3% atau sebanyak 10 orang, sedangkan jenjang pendidikan yang paling sedikit dienyam oleh anggota BMT adalah tidak menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 6.7% atau sebanyak 2 orang. Jenjang pendidikan yang paling mendominasi pada responden anggota Koperasi Mitra Karsa adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebesar 62.5% atau sebanyak dengan 20 orang dan yang paling sedikit dienyam oleh anggota Koperasi adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu sebesar 6.3% atau sebanyak 2 orang.

Jenis Pekerjaan Responden

Responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang variatif, yakni pegawai swasta, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, profesional, dan lainnya. Persentase masing-masing jenis pekerjaan pada responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Jenis pekerjaan responden anggota

Jenis pekerjaan responden anggota BMT Wasilah yang paling banyak dijalankan oleh anggota adalah profesional, yakni sebesar 43.3% atau sebanyak 13 orang, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit dijalankan oleh anggota adalah

(42)

26

3.3 3.1

13.3 18.8

40.0 43.8

23.3 12.5

13.3 15.6

6.7 6.3

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% 120,0%

BMT Koperasi

Per

sen

tase

6 Orang

5 Orang

4 Orang

3 Orang

2 Orang

1 Orang petani, yakni sebesar 3.3% atau hanya satu orang. Jenis pekerjaan yang paling mendominasi responden anggota Koperasi Mitra Karsa adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), yakni sebesar 81.3% atau sebanyak 26 orang dan yang paling sedikit dijalankan adalah pegawai swasta, yakni sebesar 3.1% atau hanya satu orang. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga

Responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga yang beragam mulai dari satu orang tanggungan hingga enam orang tanggungan. Persentase masing-masing tanggungan di dalam keluarga pada pada responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Jumlah tanggungan keluarga responden anggota

Jumlah tanggungan dalam keluarga responden anggota BMT Wasilah yang paling banyak adalah sebanyak tiga tanggungan dalam satu keluarga, yakni sebesar 40% atau sebanyak 12 orang, sedangkan jumlah tanggungan dalam keluarga yang paling sedikit adalah hanya satu tanggungan, yakni sebesar 3.3% atau hanya satu orang. Jumlah tanggungan dalam keluarga responden anggota Koperasi Mitra Karsa yang paling banyak adalah sebanyak tiga tanggungan dalam satu keluarga, yakni sebesar 43.8% atau sebanyak 14 orang, sedangkan jumlah tanggungan dalam keluarga yang paling sedikit adalah hanya satu tanggungan dalam satu keluarga, yakni sebesar 3.1% atau hanya satu orang. Jenis Status Pernikahan Responden

(43)

27

Gambar 9 Status pernikahan responden anggota

Status pernikahan responden anggota BMT Wasilah yang paling banyak adalah menikah, yakni sebesar 80% atau sebanyak 24 orang, sedangkan status yang paling sedikit adalah belum menikah dan atau status janda dan duda dengan presentase masing-masing sebesar 10% atau sebanyak 3 orang. Status pernikahan responden anggota Koperasi Mitra Karsa yang paling banyak adalah menikah, yakni sebesar 94% atau sebanyak 30 orang, sedangkan status yang paling sedikit adalah belum menikah dan atau status janda dan duda dengan presentase masing-masing sebesar 3% atau hanya satu orang.

Sumber Informasi Lembaga Keuangan Mikro

Responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa yang menjadi responden dalam penelitian ini telah terpapar informasi mengenai lembaga keuangan mikro. Responden anggota BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa secara baik langsung maupun tidak langsung mengetahui informasi tentang BMT Wasilah dan Koperasi Mitra Karsa, yakni dari iklan, sosialisasi lembaga keuangan mikro, teman atau keluarga, brosur atau koran, dan internet. Persentase masing-masing sumber informasi pada responden anggota BMT Wasilah dan anggota Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Sumber informasi responden anggota

Sumber informasi yang didapat oleh responden anggota BMT Wasilah mengenai BMT menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang responden anggota BMT Wasilah mengetahui informasi mengenai BMT Wasilah dari teman atau keluarga,

(44)

28

hal ini diungkapkan anggota BMT Wasilah bahwa responden menggunakan produk BMT Wasilah dikarenakan teman atau keluarga telah terlibat secara langsung dalam penggunaan produk. Sebanyak enam orang responden anggota BMT Wasilah mengetahui informasi mengenai BMT Wasilah dari sosialisasi yang BMT inisiasi baik dilingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Pada tingkat presentase yang sama masing-masing sebanyak dua orang responden anggota BMT Wasilah mengetahui informasi mengenai BMT Wasilah dari brosur atau koran serta lainnya, dan hanya satu orang yang menggunakan akses internet melalui situs BMT Wasilah sebagai sumber informasi untuk mengetahui BMT.

Sumber informasi yang didapat oleh responden anggota Koperasi Mitra Karsa mengenai Koperasi menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang responden anggota Koperasi Mitra Karsa mengetahui informasi mengenai Koperasi Mitra Karsa dari sosialisasi, hal ini diungkapkan anggota BMT Wasilah bahwa responden menggunakan produk Koperasi Mitra Karsa dikarenakan promosi dan sosialisasi yang menarik dari koperasi. Sebanyak tujuh orang responden anggota Koperasi Mitra Karsa mengetahui informasi mengenai koperasi dari teman atau keluarga dan sisanya sebanyak dua orang mendapatkan sumber informasi dari media lainnya.

BMT Wasilah maupun Koperasi Mitra Karsa tidak menggunakan media iklan sebagai sumber informasi yang disebarluaskan, penginisiasian sosialisasi serta informasi dari teman atau kerabat dapat menibulkan efek secara luas untuk memaparkan sumber informasi terkait lembaga keuangan mikro. Selain itu, Koperasi Mitra Karsa tidak memiliki situs yang dapat diakses oleh anggota koperasi; hal ini dinyatakan oleh pengurus koperasi bahwa situs yang dimiliki koperasi sudah tidak aktif.

Lama Keanggotaan dan Jarak dari Lembaga Keuangan Mikro

(45)

29

25

5 4

4 0

5 1

4 0

14

0 5 10 15 20 25 30 35

BMT Koperasi

DI BAWAH 50 bulan 51-100 bulan 101-150 bulan

151-200 bulan DI ATAS 200 bulan

Gambar 11 Lama keanggotaan responden

Lama keanggotaan dari responden anggota BMT Wasilah menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang responden anggota BMT telah menjadi anggota pada BMT selama kurang dari 50 bulan, hal ini diungkapkan anggota BMT Wasilah dikarenakan telah melakukan penghimpunan dan penyaluran dana dibawah 50 bulan; maksimal untuk penyaluran dana (pembiayaan) hanya selama 36 bulan dan yang telah melakukan penghimpunan dana kadangkala telah menarik dananya sebelum waktu 50 bulan. Selanjutnya, sebanyak empat orang responden anggota BMT telah menjadi anggota pada BMT dalam rentang 51 hingga 100 bulan, dan hanya satu orang responden anggota BMT yang telah menjadi anggota pada BMT dalam rentang 151 hingga 200 bulan.

Lama keanggotaan dari responden anggota Koperasi Mitra Karsa menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang responden anggota Koperasi telah menjadi anggota pada Koperasi selama lebih dari 200 bulan, hal ini diungkapkan anggota Koperasi Mitra Karsa dikarenakan telah melakukan penghimpunan dan penyaluran dana lebih dari 200 bulan ;merupakan anggota loyal dari Koperasi Mitra Karsa. Selanjutnya, sebanyak lima orang responden anggota Koperasi telah menjadi anggota pada BMT dalam masing-masing pada lama keanggotaan dibawa 50 bulan dan rentang 101 hingga 150 bulan. Lalu, sebanyak empat orang responden anggota Koperasi telah menjadi anggota pada BMT dalam masing-masing pada rentang 51 hingga 100 bulan dan rentang 151 hingga 200 bulan.

Gambar

Tabel 2 Industri keuangan non bank syariah tahun 2012- triwulan I 2014 di Indonesia
Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu
Tabel 9 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan)
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengetahuan anggota koperasi, persepsi anggota tentang pelayanan koperasi, dan motivasi berkoperasi, serta partisipasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh kualitas pelayanan jasa yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness,assurance, empathy

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 pengetahuan anggota koperasi, persepsi anggota tentang pelayanan koperasi, dan motivasi berkoperasi, serta partisipasi berkoperasi siswa

Angket ditujukan kepada anggota Koperasi Mitra Duta Pontianak agar diperoleh data penelitian yang menunjukkan persepsi anggota atas kinerja pengurus dalam

Berdasarkan pernyataan hasil dari berbagai informan berikut, maka hasil analisis dari penelitian mengenai peran aplikasi BMT Permata Mobile terhadap kepuasan

Angket ditujukan kepada anggota Koperasi Mitra Duta Pontianak agar diperoleh data penelitian yang menunjukkan persepsi anggota atas kinerja pengurus dalam

15 Hasil Uji Realibilitas Variabel Cronbach’s Alpha Nilai Batas Status Pendapatan Koperasi 0,720 0,6 Reliable Partisipasi Anggota 0,570 0,6 Reliable Kesejahteraan Anggota 0,910