• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Dusun Crogol

3. Temuan Hasil Wawancara

Persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal

a. Persepsi atau pandangan masyarakat umur 40-70 tahun tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam Pendidikan formal

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang pentingnya sebuah pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, seperti:

1) ZA (67 Tahun)

“Menurut saya, pendidikan formal itu pendidikan untuk mengetahui ilmu secara luas, sedangkan pendidikan agama Islam untuk mengetahui ilmu tentang Islam. Sehingga pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu sangat penting mbak, sebab disamping untuk memperdalam ilmu pengetahuan, juga untuk melatih kedisiplinan anak, contohnya dalam menghargai waktu”. (W/ZA/P/29-06-18/08.00-08.57)

2) R (50 Tahun)

“Sak ngertose kulo pendidikan formal niku pendidikan ingkang wonten sekolahan, ingkang ndadosaken lare pinter. Kados teng SD niku. Yen pendidikan agami Islam niku ingkang ndadosaken lare saget ngaji lan ngerti babagan agami. Dados pendidikan agami Islam teng pendidikan formal niku penting, supados lare pinter lan ngerti agami. Ananging nasib kulo nopo pripun nggih, lare kulo niku ken sekolah mboten purun. Lare

kulo mawon ingkang lulus SD namong setunggal”. (W/R/P/05 -07-18/17.00-17.35)

Ketidakpahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal mempengaruhi minimnya minat anak untuk melanjutkan sekolah.

3) N (47 Tahun)

“Pendidikan formal itu ya sekolah, tempat untuk berlatih membaca, menulis dan menghitung. Sedangkan pendidikan agama Islam itu untuk mengetahui tentang larangan berbuat dosa. Jadi pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu penting buat anak. Akan tetapi mencari uang juga penting. Sehingga anak tidak perlu sekolah yang tinggi-tinggi, asalkan sudah bisa menghitung, membaca dan menulis itu sudah cukup. Selanjutnya anak membantu orang tua mencari uang dengan cara merantau. Banyak orang kaya walaupun cuma lulusan sekolah dasar bahkan tidak sekolah, asalkan mau kerja keras mencari uang”. (W/N/P/05-07-18/14.00-14.30)

Orientasi orang tua pada harta benda saja, menjadikan minat belajar anak berkurang. Akibatnya anak tidak ada keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4) F (45 Tahun)

“Saya tidak tahu pendidikan formal itu apa, kalau pendidikan agama Islam itu ya pendidikan yang membahas tentang Islam, yang saya tahu itu saja. Sekolah itu penting, agar anak menjadi pandai. Tetapi untuk sekolah yang tinggi itu saya tidak punya biayanya. Jadi anak saya yang perempuan cukup sampai SMP saja, setelah itu saya suruh mondok agar tahu agama dan tidak minta sekolah lagi. Anak perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, yang penting sudah bisa membaca, menulis dan menghitung itu cukup. Untuk anak saya yang laki-laki saya sekolahkan lagi setelah lulus SMP karena dia ingin melanjutkan SMA, awalnya saya tidak mau karena takut tidak bisa membiayai. Karena anak laki-laki saya lumayan pintar dan sering mendapatkan peringkat kelas,

akhirnya saya memenuhi keinginannya untuk sekolah lagi”. (W/F/P/04 -07-18/14.00-14.30)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan FA, bahwa:

“Sesepuh atau orang yang dituakan di dusun Crogol selalu memberikan masukan kepada masyarakat untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren”(W/FA/P/02-07-18/19.00-19.45).

Pernyataan tersebut sudah melekat dipikiran masyarakat Crogol, dan menjadikan orang tua di dusun Crogol lebih mementingkan pendidikan non formal (pesantren) dan melupakan pendidikan formal, padahal di dalam pendidikan formal juga ada pendidikan agama Islam.

Dari keterangan narasumber di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi atau pandangan masyarakat umur 40-70 tahun tentang pentingya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal yaitu Masyarakat sudah mengetahui bahwa pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu penting bagi anak-anak, dimana pendidikan agama Islam itu menjadikan anak tahu bahwa berbuat dosa itu dilarang, hanya saja mereka belum bisa menjadikan pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal sebagai kebutuhan utama anak. Hal ini, disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, orientasi pada harta benda semata, kecenderungan orang tua yang hanya fokus pada pendidikan non formal (pesantren) saja dan pemikiran masyarakat yang cenderung terbelakang.

b. Persepsi atau pandangan masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal

Seperti halnya masyarakat umur 40-70 tahun, masyarakat umur 20-35 tahun juga mempunyai persepsi atau pandangan yang berbeda terhadap pentingnya agama Islam dalam pendidikan formal, yaitu:

1) DM (35 Tahun)

“Pendidikan formal itu ya pendidikan yang mengajarkan cara menulis, berhitung dan membaca. Sedangkan pendidikan agama Islam mengajarkan tentang larangan mencuri, berbohong dan lain-lain. Pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu Penting, karena dengan adanya agama Islam dalam pendidikan formal yang tadinya anak tidak bisa membaca, menulis dan menghitung menjadi bisa dan anak tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik. Saya itu ingin anak saya nantinya sekolahnya itu lebih tinggi dari saya, paling tidak ya sampai SMA, itu juga kalau ada uang mbak. Supaya mudah nantinya mencari pekerjaan dan hidupnya punya pegangan agama yang baik. Tidak seperti saya menjadi petani. Menjadi petani itu susah mbak, kadang kalau lagi musim kemarau harus merantau agar tetap mempunyai uang. Di sini itu kalau musim kemarau sawahnya tidak bisa diolah mbak, gak ada airnya”. (W/DM/P/04-07-18/19.00-19.35)

2) WL (33 Tahun)

“Saya tidak paham mbak pendidikan formal itu apa, yang saya ya sekolah itu. Kalau pendidikan agama Islam itu ya pendidikan yang mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar dan yang mengajarkan yang yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh untuk dilakukan. Pendidikan itu sangat penting mbak untuk anak, supaya anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan mudah dalam mencari pekerjaan. Apalagi seperti sekarang ini, mencari pekerjaan itu sulitnya minta ampun. Jadi saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi-tingginya biar nanti tuanya tidak menyesal seperti saya. Saya itu dulunya selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas. Karena orang tua saya tidak punya uang, akhirnya saya cuma lulusan SD. Giliran anak saya ada uang tetapi disuruh sekolah

itu cuma asal berangkat saja, susah sekali kalau disuruh belajar”. (W/WL/P/02-07-18/15.00-15.45)

3) WR (30 Tahun)

“Setahu saya pendidikan formal itu ya sekolah dari SD sampai kuliah, lebih lanjutnya saya tidak begitu paham. Kalau pendidikan agama Islam itu pendidikan yang mengajarkan tentang pahala dan dosa. Jadi, Pendidikan itu sangat penting untuk anak-anak. makanya saya ingin anak saya itu sekolahnya sampai kuliah. Supaya nantinya jadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk orang lain, mempunyai bekal agama yang kuat saat tua dan tidak seperti saya ini hanya menjadi petani. Yang penghasilannya tidak tetap dan tidak menentu. Masalah berapa biayanya dipikir sambil jalan, insyaallah ada rejekinya”. (W/WR/P/02 -07-18/19.00-19.25)

4) FA (28 Tahun)

“Pendidikan formal itu ya pembelajaran di sekolah yang nantinya sangat berguna bagi penerus bangsa. Sedangkan pendidikan agama Islam itu pembelajaran yang di dalamnya dijelaskan batasan-batasan perbuatan yang boleh kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan. Dimana seperti sekarang ini pergaulan antara perempuan dan laki-laki sudah melampaui batas. Sehingga Pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu sangat penting, sebab maju dan tidaknya suatu Negara tergantung pada pendidikannya. Semakin bagus pendidikan Negara tersebut, maka semakin maju negaranya. Untuk saat ini kan saya belum tahu rasanya menyekolahkan anak itu seperti apa, karena anak saya masih kecil. Akan tetapi saya mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak saya sampai perguruan tinggi. Supaya anak saya itu bisa menjadi contoh untuk anak-anak disini. Diman sampai saat belum belum begitu peduli terhadap pendidika. Rata-rata orang disini itu cuma lulusan SD mbak. Ada beberapa yang lulusan SMP dan SMA, untuk yang lulusan perguruan tinggi itu jarang sekali mbak. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan orang tuanya yang belum begitu tahu pendidikan itu apa, yang mereka tahu hanya bertani dan beribadah. Akibatnya anak-anak di sini itu tidak begitu minat untuk melanjutkan sekolah. Selain itu tokoh masyarakat atau orang yang dituakan di dusun Crogol itu memberikan masukan kepada masyarakat Crogol itu untuk mondok, agar tahu ilmu agama. Tidak ditambahi sekolah, padahal di sekolah juga dijelaskan tentang ilmu agama.”. (W/FA/P/02-07-18/19.00-19.45)

Dari keterangan narasumber di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi atau pandangan masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal yaitu masyarakat lebih menyadari pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal dibandingkan dengan masyarakat umur 40-70 tahun . Hal ini karena pemikiran masyarakat umur 20-35 tahun di dusun Crogol sudah mulai maju, mereka sudah sadar bahwa pendidikan agama Islam itu menjadikan anak-anak mempunyai batasan dalam pergaulan dan menjadikan anak-anak tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hanya saja masalah biaya dan kurang pemahaman mereka tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, sehingga mereka kurang dalam memotivasi anak dalam pendidikan, akibatnya minat belajar anak belum maksimal.

Dokumen terkait