• Tidak ada hasil yang ditemukan

(FPI) KOTA BUKITTINGGI

B. Temuan Khusus

1. Konsep Front Pembela Islam (FPI) Tentang Radikalisme di Kota Bukittinggi

Konsep radikalisme berasal dari kata dasar radikal dari bahasa inggris disebut radical, istilah ini diproduksi orang barat, radikal berasal dari bahasa latin yaitu radix yang artinya adalah akar, sehingga radical pada dasarnya mengakar atau hingga ke akar-akarnya. Orang eropa mengartikan radikal yang dilabelkan pada mereka yang memperpegangi atau mendukung perombakan politik secara ekstrem dan menyeluruh. 14

Dari konsep diatas radikalisme ini tidak terlepas dari politik, bahwa suatu yang melakukan perubahan dengan memegang teguh pendirian berdasarkan tujuanya yang dicapainya, dengan itu radikalisme ada kaitan dengan politik. Sebelumnya masuk dalam ranah politik, dalam konsep radikalisme secara sederhana , ada yang mengasumsikan radikalisme merupakan melakukan perubahan dengan cara kekerasan untuk mencapai tujuan dalam suatu kelompok.

14

Syahrin Harahap, Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan Terorisme, ( Depok: Siraja , 2017) , h. 1

Jadi, Radikalisme merupakan suatu yang berfikir yang secara mendalam, jika orang yang berfikir secara mendalam dan mengantikan suatu tatanan baru hal itu dikatakan radikal. Sering kali terdengar radikal ini mengatasnamakan atas nama agama, yang lebih sering di klaim adalah Agama Islam.

Peneliti melakukan wawancara kepada Pak dekha sebagai Informan Ketua Kourbin Ops Intel POLRES Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ Radikalisme merupakan suatu paham yang melakukan perubahan dengan cepat dalam suatu kelompok tersebut, kita tidak bisa melakukan perubahan dengan cepat, tidak bisa suatu kelompok melakukan perubahan dengan cepat, untuk melakukan perubahan butuh proses, ciri-ciri radikalisme seperti tidak mau menerima orang lain dan bersifat ekslusif atau tertutup”15

Pernyataan dari pak dekha, bahwa radikalisme merupakan suatu paham yang melakukan perubahan yang secara cepat yang suatu kelompok yang melakukan perubahan secara cepat, sementara melakukan perubahan secara cepat tidak bisa, karena untuk melakukan perubahan membutuhkan proses yang lama. Dan ciri-ciri radikalisme orang yang tidak mau menerima orang lain dan bersifat ekslusif atau tertutup.

Kemudian peneliti mewawancarai kepada Informan pak Akmal Salim yang menyatakan :

“ radikalisme itu merupakan melakukan kekerasan dengan sesama umat manusia yang seperti, pembantaian, pemboman salah

15

Wawancara Pribadi Kepada Pak Dekha, Ketua Ops Intel Polres Bukittinggi, dilaksanakan Pada Tanggal 10 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

contohnya ISIS, ISIS sebenarnya radikalisme yang melakukan kekerasan ” 16

Berdasarkan pernyataan dengan pak akmal, bahwa radikalisme merupakan yang melakukan kekerasan dengan sesama manusia seperti, pembantaian, pemboman seperti , ISIS, ia menyebut ISIS adalah radikalisme yang melakukan kekerasan. Dengan itu pernyataan dari pak akmal, radikalisme itu melakukan kekerasan sesama manusia tanpa rasa bersalah.

Dan kemudian peneliti melakukan wawancarai kepada informan staf MUI Kota Bukittinggi dengan pak jo yang menyatakan :

“ Radikalisme merupakan suatu melakukan kekerasan yang berbentuk pemboman suatu tempat dan pembantaian dengan sesama manusia, yang seperti ISIS, itu merupakan radikalisme.17

Berdasarkan pernyataan dari pak Jo, konsep radikalisme sama pernyataan dari pak akmal, bahwa radikalisme merupakan suatu orang yang melakukan kekerasan dengan sesama manusia yang tidak bersalah, dan juga pemboman suatu daerah sehingga banyak orang korban berjatuhan.

Sehingga, tragedi pemboman disuatu daerah, sering diklaim atau tuduhan kepada islam, segala suatu yang terjadi dituduh kepada islam yang melakukan kekerasan, dan juga yang seluruh dunia yang tau yang melakukan pemboman merupakan ISIS yang merupakan

16

Wawancara Pribadi Kepada Pak Akmal Malin, Dilaksanakan Pada Tanggal 23 Februari 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

17

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jo, Staf MUI Kota Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 5 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

organisasi yang sering melakukan kekerasan sesama manusia. Jadi, radikalisme merupakan segala suatu yang melakukan kekerasan terhadap sesama manusia

Kemudian peneliti melakukan mewawancarai kepada informan ketua DPW FPI Bukittinggi dengan pak Isyadul Halim menyatakan :

“ kami di FPI tidak ada konsep radikalisme, kami tidak tau apa radikalisme , konsep radikalisme hanya dari orang barat, dan juga didalam Islam tidak ada istilah dari radikalisme “18

Dari pernyataan Pak Irsyadul halim yang mengenai FPI tentang radikalisme, bahwa tidak ada konsep FPI tentang radikalisme, mereka tidak tau arti dari radikalisme dan radikalisme merupakan istilah dari orang barat, maka dengan itu pernyataan pak Irsyadul Halim menolak istilah dari radikalisme.

Kemudian peneliti mewawancarai kepada informan Pak Jasmir sebagai sekretaris DPW FPI Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ kami di FPI tidak ada konsep radikalisme, karena itu istilah dari orang barat. “19

Dari pernyataan pak jasmir, sama hal dengan pak isryadul halim bahwa konsep FPI tidak ada radikalisme, radikalisme merupakan istilah dari orang barat. Selanjutnya peneliti melakukan mewawancarai kepada informan kepada pak Amir sebagai anggota DPW FPI Kota Bukittinggi :

18

Wawancara Pribadi Kepada Pak Isyadul Halim, Ketua DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 20 Maret 2020 Pada Pukul 11.00 Wib

19

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jasmir, Sekretaris DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 24 Maret 2020 Pada Pukul 09.00 Wib

“ konsep FPI tentang radikalisme itu tidak ada, karena radikalisme merupakan istilah dari orang barat, dan apalagi didalam islam tidak ada istilah radikalisme “ 20

Dari pernyataan pak amir, sama hal dengan pak Isyadul Halim dan pak Jasmir, bahwa di FPI tidak ada konsep tentang radikalisme, karena hal itu istilah dari orang barat, dan kemudian peneliti melakukan mewawancarai kepada informan pak abdurahman sebagai anggota DPW FPI Kota Bukittinggi ia menyatakan :

“ kami di FPI tidak ada konsep tentang radikalisme, radikalisme ini kan istilah dari orang barat, dan kami FPI tidak tau radikalisme itu”21

Dari pernyataan pak abdurahman, bahwa FPI tidak ada konsep radikalisme , dan itu merupakan dari istilah orang barat, maka dari pernyataan pak irysadul halim, jasmir, amir, dan abddurahman , bahwa FPI tidak ada mendudukin konsep tentang radikalisme. Jadi , FPI menolak dari konsep radikalisme.

2. Respon Front Pembela Islam (FPI) Di Cap Sebagai Radikal di Kota Bukittinggi

Permasalahan isu-isu radikalisme yang dicap kepada FPI menjadi responsif bagi FPI terutama untuk wilayah di Kota Bukittinggi,yang sering diklaim kepada FPI , FPI tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dianggap radikal, ekstremisme, anarkis, dan garis

20

Wawancara Pribadi Kepada Pak Amir, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 16 Maret 2020 Pada Pukul 13.00 Wib

21

Wawancara Pribadi Kepada Pak Abdurahman, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 18 Maret 2020 Pada Pukul 16.00 Wib

keras. Hal ini menjadi pusat perhatian bagi FPI yang dicap sebagai radikal.

Radikal diidentik dengan kekerasan, segala suatu tindakan yang bernaung dengan kekerasan maka disebut radikal, hal inilah FPI dicap sebagai radikal, karena baik prilaku maupun tindakanya dianggap sebagai radikal, tujuan FPI untuk menegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Kota Bukittinggi, karena di Kota Bukittinggi semakin merejalela tempat maksiat seperti, distotik. Oleh karena itu, FPI melakukan purifikasi dengan sesuai syariat islam dengan mengikuti dari Al-Qur’an dan as-asunnah.

Untuk menelusuri permasalahan isu isu radikal yang dicap kepada FPI sebagai radikal, bagaimana respon FPI dikatakan sebagai radikal, keras, anarkis, dan lain-lain yang ada hubungan dengan kekerasan. Peneliti melakukan wawancarai kepada informan Ketua Ops Intel Polres Kota Bukittinggi dengan pak dekha :

“ Di Kota Bukittinggi FPI belum pernah melakukan kerusuhan dan kekerasan, kami pihak kepolisian selalu mengawasi aksi yang dilakukan FPI di Kota Bukittinggi, agar tidak terjadi bentrok antara FPI dengan masyarakat,aksnya yang dilakukanya untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar ” 22

Dari pernyataan pak dekha diatas, bahwa FPI Kota Bukittinggi belum pernah melakukan kerusuhan dan kekerasan dan pihak kepolisian selalu mengkontrol FPI melakukan aksinya untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar agar tidak terjadi bentrok antara

22

Wawancara Pribadi Kepada Pak Dekha, Ketua Ops Intel Polres Kota Bukittinggi Dilaksanakan Pada Tanggal 10 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

FPI dengan masyarakat, jika terjadi bentrok sangat berbahaya akan terjadinya kekerasan dan kerusuhan.

Berikut ini respon aktivis FPI di cap sebagai radikal sebagai berikut :

a. Tudingan

Respon FPI di cap sebagai radikal salah satu nya adalah Tudingan. Tudingan merupakan orang-orang tidak menyukai terhadap seseorang atau dianggap jelek kepada orang tersebut, tudingan memiliki kesamaan dengan kecemburuan sosial, kecemburuan sosial merupakan orang-orang tidak menyukai atau iri dengan seseorang, dalam konteks ini tudingan tersebut yang FPI yang di cap sebagai radikal.

Peneliti melakukan mewawancarai kepada pak Jo sebagai Staf MUI Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ Persoalan isu isu radikalisme yang dicap kepada FPI, itu hanyalah kecemburuan sosial, FPI hanya menegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Kota Bukittinggi, karena tempat maksiat semakin marejalela , seperti , tempat distotik”23

Dari pernyataan pak jo , persoalan isu isu radikalisme yang dicap kepada FPI karena kecemburuan sosial, FPI hanya untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar. Kemudian peneliti mewawancarai kepada informan pak Isyadul Halim sebagai ketua DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan :

23

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jo, Staf MUI Kota Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 5 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

“ Persoalan isu isu radikalisme kepada FPI yang cap sebagai radikal adalah hanya tudingan, mereka tidak tau proses yang kami lakukan , kami hanya menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, semakin merajalela tempat maksiat seperti, distotik. kami tidak pernah melakukan radikal dan kekerasan, kami hanya menjalankan diperintahkan Allah untuk menegakan Amar Ma;ruf Nahi Mungkar , tugas FPI adalah memberantas semuanya tempat maksiat yang terdapat di kota Bukittinggi adalah distotik , di Bukittinggi distotik masih ada, tetapi FPI masih usaha untuk memberantas semuanya. Dan begitu juga orang pacaran yang di jam gadang setiap awal tahun, kami untuk memisahkanya dan segera pulang rumah masing-masing”24

Dari pernyataan pak Isyadul Halim, persoalan isu isu radikalisme yang dicap kepada FPI hanya tudingan orang yang tidak menyukai kepada FPI, FPI hanya untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar dengan menjalankan diperintahkan oleh Allah Swt untuk mencegah dalam keburukan salah satunya menghentikan tempat distotik dan orang yang sedang pacaran Bukitinggi.

Kemudian peneliti meawancarai kepada informan pak jasmir sebagai sekretaris DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan :

“ persoalan isu isu radikalisme hanya tudingan orang saja, orang-orang yang menyatakan FPI adalah radikal, anarkis, brutal,dan garis keras adalah orang yang sedang berbuat maksiat, mereka tidak tau proses yang kami lakukan , FPI hanya menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak

24

Wawancara Pribadi Kepada Pak Isyadul Halim, Ketua DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 20 Maret 2020 Pada Pukul 11.00 WIb

kebaikan dan mencegah keburukan, untuk membongkar tempat maksiat, agar hal itu tidak terjadi lagi”25

Pernyataan dari pak jasmir, FPI di cap sebagai radikal itu merupakan tudingan orang yang tidak menyukai kepada FPI, orang tersebut adalah orang-orang yang melakukan maksiat. FPI menegakan amar ma’ruf nahi mungkar dengan mengajak orang dalam kebaikan dan mencegah dalam keburukan.

Kemudian peneliti melakukan mewawancarai kepada informan pak amir sebagai anggota DPW FPI Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ FPI dikatakan sebagai radikal, anarkis, ataupun garis keras itu hanya tudingan orang saja dan orang yang tidak menyukai kepada FPI , karena yang kami lakukan di FPI hanya untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar saja di Kota Bukittinggi, karena semakin merajalela tempat maksiat di kota Bukittinggi, seperti, distotik. 26

Dari pernyataan pak amir, bahwa FPI yang dikatakan sebagai radikal, anarkis, dan garis keras ini hanya tudingan orang yang tidak menyukai kepada FPI yang dilakukan FPI untuk menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, karena semakin merajalela tempat maksiat seperti, distotik.

25

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jasmir, Sekretaris DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 16 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

26

Wawancara Pribadi Kepada Pak Amir, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 16 Maret 2020 Pada Pukul 13.00 Wib

Kemudian peneliti melakukan mewawancarai kepada informan pak abdurrahman sebagai anggota DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan :

“ FPI ini selalu dipandang negatif yang terkait radikalisme yang dicapkan kepada FPI, hal itu hanya tudingan orang saja, mereka tidak mengetahui apa yang kami lakukan di FPI, sehingga bagi mereka yang telah kami lakukan di FPI dicap sebagai radikal dalam menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, bagi mereka yang kami lakukan itu dikatakan radikal” 27

Dari pernyataan dari pak abdurahman, bahwa FPI selalu dipandang negatif yang terkait radikalisme yang dicap kepada FPI, FPI dicap sebagai radikalisme hanya tudingan orang, yang tidak mengetahui apa yang dilakukan FPI dalam penegakan amar ma’ruf nahi mungkar , sehingga yang FPI lakukan disebut radikal.

Dari pernyataan pak isyadul halim, jasmir, amir, dan abdurhaman memiliki jawaban yang sama dari respon FPI dicap sebagai radikal, itu merupakan tudingan orang yang tidak menyukai kepada FPI dan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh FPI dalam menegakan amar ma’ruf,orang melihat dari luarnya saja, sehingga FPI dicap sebagai radikal. Jadi, respon FPI dicap sebagai radikal adalah tudingan.

b. Pemberitaan di Media

27

Wawancara Pribadi Kepada Pak Abudrahman, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 18 Maret 2020 Pada Pukul 16.00 Wib

Respon FPI di cap sebagai radikal ialah pemberitaan di media. Media merupakan suatu alat perantara yang menyampaikan pesan yang menyampaikan pesanya yang akhirnya pemberitaan media. Pemberitaan media sangat berpengaruh besar kepada pengguna media sosial yang sifatnya medunia, jika seseorang membagi informasi di media maka orang akan menerima informasi yang telah didapatkan dan hanya orang tertentu saja untuk memilah informasi yang mereka terima, apakah informasi ini benar atau tidak, hal itu disebut berita hoax baik dari media televisi maupun media sosial sepeti, facebook. Berita hoax menjadi pusat perhatian pada banyak orang, segala informasi yang telah didapatkan di media langsung diterima dan dipercaya.

Peneliti melakukan wawancarai kepada informan pak jasmir sebagai sekretataris DPW FPI Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ salah satu FPI dikatakan sebagai radikal adalah media, media ini yang punya orang-orang liberal dan sekuler, orang-orang melakukan pemberitaan media itu orang-orang liberal dan sekuler dan mereka tidak mengetahui proses yang kami lakukan di FPI”28

Dari pernyataan pak jasmir, bahwa media merupakan suatu alat menginformasikan kepada FPI yang dicap sebagai radikal, ia menyebutnya yang melakukan pemberitaan di media adalah

28

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jasmir, Sekretaris DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 16 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

orang-orang sekuler dan liberal, dan ia tidak mengetahui proses yang dilakukan FPI.

Kemudian peneliti mewawancarai kepada informan pak Isyadul Halim sebagai ketua DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan :

“persoalan radikalisme yang dicap FPI adalah berita bohongan yang dari media sosial, kami hanya melakukan penegakan Amar Ma’ruf Nahi mungkar, apalagi nahi mungkar untuk mencegah keburukan” 29

Dari pernyataan dari pak isyadul halim, bahwa FPI yang dicap sebagai radikal yang salah satu pemberitaan meluas itu adalah media , yang telah diberitakan di media l merupakan berita bohongan atau hoax, FPI hanya melakukan penegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, yang paling penting ialah nahi mungkar untuk mencegah dalam keburukan.

Kemudian peneliti mewawancarai kepada informan pak amir sebagai anggota DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan : “ pemberitaan di media sosial yang dicap radikal kepada FPI merupakan berita bohong yang tidak menyukai kepada FPI, hanya satu orang menyebar berita tersebut yang menyatakan FPI adalah radikal, seluruh dunia mudah percaya yang telah diberitakan di media sosial, hanya orang tertentu saja tidak percaya berita hal tersebut, karena memilah terlebih dahulu berita tersebut benar atau tidak”30

29

Wawancara Pribadi Kepada Pak Isyadul Halim, Ketua DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 20 Maret 2020 Pada Pukul 11.00 Wib

30 Wawancara Pribadi Kepada Pak Amir, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 16 Maret 2020 Pada Pukul 13.00 Wib

Dari pernyataan dari pak amir sebagai anggota DPW FPI Bukittinggi, bahwa FPI yang dicap sebagai radikal salah satunya adalah pemberitaan media , pemberitaan hal tersebut berita bohongan atau hoax, hanya satu orang yang menyebar berita, sehingga banyak orang muda percaya pemberitaan di media , hanya orang tertentu yang tidak mudah percaya, hal itu memilah terlebih dahulu, apakah berita ini benar atau tidak.

Kemudian peneliti melakukan mewawancarai kepada informan pak abdurahman sebagai anggota DPW FPI Bukittinggi yang menyatakan :

“ pemberitaan di media yang menyatakan bahwa FPI adalah radikal, itu berita hal tidak benar, yang pemberitaan di media itu kan orang-orang yang tidak menyukai yang kami lakukan, bagi mereka yang kami lakukan dengan kekerasan , sehingga FPI dibilang radikal” 31

Dari pernyataan dari pak abdurahman, bahwa pemberitaan di media yang menyatakan FPI adalah radikal, hal itu berita tidak benar, yang diberitakan di medial adalah orang-orang yang tidak menyukai kepada FPI, bagi mereka yang dilakukan FPI dengan bernaung cara kekerasan dikatakan FPI adalah radikal.

Dari pernyataan pak isyadul halim, jasmir, amir, dan abdurahman, pemberitaan media yang menyatakan FPI adalah radikal hal tidak benar, orang yang menyebar berita tersebut

31

Wawancara Pribadi Kepada Pak Abudrahman, Anggota DPW FPI Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 18 Maret 2020 Pada Pukul 16.00 Wib

orang-orang yang tidak menyukai kepada FPI, apa yang dilakukan FPI dianggap dengan cara kekerasan , sehingga FPI disebut- sebut radikal. Jadi, pemberitaan di media merupakan tidak benar.

3. Bentuk Front Pembela Islam (FPI) Dalam Penegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Kota Bukittinggi

FPI merupakan organisasi keagamaan yang berahlu sunnah wajama’ah yang tujuan utamanya adalah penegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Amar Ma’ruf merupakan penegakan dalam kebaikan, sementara nahi mungkar merupakan mencegah dalam keburukan, maka Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yang dilakukan FPI Kota Bukittinggi tidak lain persoalan akidah islam dan purifikasi sesuai dengan syariat islam, karena di Kota Bukittinggi tidak lagi sesuai dengan syariat islam yang semakin merajalela tempat maksiat di Kota Bukittinggi, seperti, distotik.

Dengan semakin merajalela tempat maksiat seperti, distotik, FPI mengusahakan untuk membongkar semuanya tempat-tempat distotik yang ada di Kota Bukittinggi, karena distotik bukan dari syari’at islam, tujuanya adalah menghilangkan tempat –tempat distotik di Kota Bukittinggi, untuk menjawab persoalan bentuk amar ma’ruf nahi mungkar yang dilakukan FPI di Kota Bukittinggi, maka peneliti melakukan mewawancarai beberapa informan untuk mendapatkan

informasi terkait bentuk amar ma’ruf nahi mungkar dilakukan FPI Kota Bukittinggi.

Peneliti melakukan mewawancarai kepada informan pak jo sebagai Staf MUI Kota Bukittinggi yang menyatakan :

“ FPI tujuan utamanya adalah menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, yang dilakukan FPI tempat tempat maksiat seperti

distotik, agar tidak ada lagi tempat tempat maksiat di kota Bukittinggi, FPI pernah melakukan grebek tempat maksiat di kota Bukittinggi di Hotel Pusako, FPI pernah melakukan grebet tempat tersebut, karena tempat tersebut distotik, karena FPI menganjurkan berdasarkan AL-Qur’an dan As’Sunnah, dan juga Bukittinggi yang bermayoritas Muslim, dengan Adat basandi syarak, syarak Basandi kitabullah, sekarang FPI menegakan amar ma’ruf nahi mungkar di Kota Bukitinggi orang sedang pacaran , setiap awal tahun yang dilakukan FPI”32 Dari pernyataan pak jo, bahwa FPI tujuan pembentukanya adalah penegakan amar ma’ruf nahi mungkar ialah mengajak berbuat kebaikan dan mencegah dalam keburukan, yang paling utama dilakukan FPI adalah mencegah dalam keburukan, dengan membongkar semuanya yang tempat-tempat maksiat yang ada di Kota Bukittinggi, seperti, distotik. Usaha FPI adalah menghilangkan semuanya tempat-tempat maksiat yang terdapat di Kota Bukittinggi, di Kota Bukittinggi merupakan penduduknya bermayoritas islam, kembali dengan visi dan misi FPI adalah penerapan islam secara kaffah, dengan itu FPI melakukan purifikasi islam dan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.

32

Wawancara Pribadi Kepada Pak Jo, Staf MUI Kota Bukittinggi, Dilaksanakan Pada Tanggal 5 Maret 2020 Pada Pukul 10.00 Wib

Terkait bentuk amar ma’ruf nahi mungkar yang dilakukan FPI di Kota Bukittinggi, ada beberapa sayap juang FPI melakukan amar ma’ruf nahi mungkar yang terdapat 3 sayap juang FPI , ialah dakwah, hisbah, dan jihad yang meliputi dibawah ini :

a. Dakwah

Dakwah merupakan penyampaian yang bersifat persuasif baik secara lisan maupun tulisan yang terkait tentang persoalan akidah islam dan hukum-hukum islam. orang yang menyampaikan dakwah disebut pedakwah, orang yang ahli berdakwah hal tersebut ilmu keagamaan sangat tinggi dan

Dokumen terkait