• Tidak ada hasil yang ditemukan

7  7 kemudian saya hitung ketemu 154 dibagi 3,6 hasilnya

B. Temuan Penelitian

Temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: 1. Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut

Taksonomi Bloom umumnya banyak dari siswa yang melakukan kesalahan pada tahap sintesis yakni 100% siswa belum bisa menjawab dengan sempurna (selengkapnya lihat Tabel 4.2)

2. Dari semua siswa yang mengikuti tes tertulis saat mengerjakan sial nomor 3 (tahap aplikasi) dan soal nomor 4 (tahap analisis) dan soal nomor 6 (tahap evaluasi) dalam proses penghitungan selalu menghilangkan unsur satuan tapi di akhir jawaban satuan dimunculkan kembali.

3. Banyak siswa yang kurang bisa menjelaskan pengertian dari busur dan juring pada soal nomor 2 dengan menggunakan pemahaman mereka sendiri namun

mereka bisa menunjukkan letak dari busur dan juring dari gambar secara langsung.

4. Untuk soal nomor-nomor tertentu misalnya nomor 2 dan nomor 5 siswa tidak bisa mengerjakan, namun soal tahap selanjutnya yang lebih tinggi dari soal nomor 2 yakni nomor 3 dan soal nomor 6 yang lebih tinggi dari soal nomor 5 bisa diselesaikan oleh siswa.

5. Pada waktu wawancara dengan bimbingan, pengarahan dan penjelasan dari peneliti ternyata beberapa siswa bisa mengerjakan soal yang sebelumnya pada tes tertulis tidak bisa dikerjakan dan soal wawancara ada beberapa siswa yang sudah mengingat jawaban yang benar dari jawaban mereka yang salah saat tes tertulis.

6. Banyak dari siswa yang mendapat nilai kurang dan banyak melakukan kesalahan karena pada awalnya kurang suka dengan pelajaran matematika.

C. Pembahasan

Pembahasan temuan penelitian yang akan dipaparkan adalah merupakan upaya untuk menjelaskan temuan penelitian terkait kesalahan siswa kelas VIII D dalam menyelesaikan soal lingkaran menurut Taksonomi Bloom. Adapun uraian dari pembahasan temuan penelitian tersebut disajikan sebagai berikut.

1. Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Lingkaran Menurut Taksonomi Bloom pada Umumnya Berada pada Tahap Sintesis

Berdasarkan Tabel 4.2 siswa yang melakukan kesalahan sebanyak 100 %. Prosentase tersebut jumlahnya paling besar jika dibandingkan dengan tahap lain yakni tahap ingatan 4,88%, tahap pemahaman 56,72%, tahap penerapan 21,95%, tahap analisis 46,34% dan tahap evaluasi 80,49%. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami hubungan-hubungan yang terkait antara rumus luas lingkaran dan keliling lingkaran yang terlihat dari jawaban siswa yang hanya melihat bagian-bagiannya secara terpisah.

..Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 12 siswa, mereka merasa kesulitan saat menjawab soal nomor 5 (tahap sintesis) karena sebelumnya belum pernah mengerjakan soal yang menggabungkan unsur-unsur ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh seperti soal nomor 5. Soal yang mereka kerjakan cenderung pada tahap aplikasi dan analisis yang belum sampai pada menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu atau menemukan abstraksi yang berupa integritas.1

2. Semua Siswa Selalu Menghilangkan Unsur Satuan dalam Proses Penghitungan Dari hasil jawaban 41 siswa yang mengikuti tes tertulis selalu menghilangkan unsur satuan dalam proses penghitungan soal nomor 3, 4 dan 6. Namun pada akhir jawaban mereka memunculkan kembali satuannya. Hal ini

1 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 46

disebabkan siswa lupa dalam memberi satuan, mereka terbiasa dengan penyelesaian soal dengan tanpa memberikan satuan.

Adapun teori yang searah dengan kebiasaan siswa menghilangkan unsur satuan adalah teori Pavlov. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning) dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.2 Siswa dengan bantuan guru harus membiasakan menuliskan unsur-unsur satuan pada saat proses penyelesaian soal agar tidak terjadi salah pemaknaan.

3. Sebagian Besar dari Siswa Kurang Bisa Menjelaskan Pengertian dari Busur dan Juring Lingkaran

Berdasarkan Tabel 4.2 sebagian besar dari siswa kurang bisa menjelaskan pengertian dari busur dan juring lingkaran. Sebanyak 82,93% siswa menjawab salah saat menjelaskan pengertian dari busur lingkaran dan 48,78% siswa menjawab salah saat menjelaskan pengertian dari juring lingkaran. Bila dilihat secara rata-rata ada 65,86% siswa menjawab salah saat menjelaskan pengertian dari busur lingkaran dan juring lingkaran. Namun pada saat menunjukkan pada gambar secara langsung sebanyak 36,59% siswa menjawab salah saat menunjukkan gambar dari busur lingkaran dan 58,54% siswa menjawab salah saat menunjukkan gambar juring lingkaran. Bila dilihat secara rata-rata ada 47,57% siswa menjawab salah saat menunjukkan busur dan juring lingkaran pada gambar.

2 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jica-Imstep Project: 2003), hal. 35

Dari prosentase siswa yang melakukan kesalahan saat menjelaskan pengertian busur dan juring lingkaran sebesar 65,86% bila dibandingkan dengan siswa yang menjawab salah saat menunjukkan gambar busur dan juring lingkaran sebesar 47,57% maka terlihat bahwa siswa kurang memahami tentang konsep atau ide abstrak yang berhubungan erat dengan definisi. Dengan adanya definisi siswa dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.3

Namun hal ini berbanding terbalik dengan hasil prosentase siswa yang menunjukkan lebih banyak salah pada saat menjelaskan pengertian dari busur dan juring lingkaran yang seharusnya bisa membantu siswa saat menunjukkan pada gambar.

4. Siswa Salah dalam Menjawab Soal Tahap yang Lebih Rendah tapi Menjawab Benar Tahap yang Lebih Tinggi

Pada soal nomor-nomor tertentu misalnya nomor 2 dan nomor 5 siswa tidak bisa mengerjakannya namun soal tahap selanjutnya yang lebih tinggi dari soal nomor 2 yakni soal nomor 3 dan soal yang yang lebih tinggi tahapannya dari soal nomor 5 yakni soal nomor 6, siswa bisa mengerjakannya meskipun tidak seluruh siswa yang mengikuti tes tertulis bisa menjawab dengan benar.

3 R. Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal. 14

Pada soal pemahaman nomor 2 rata-rata kesalahan siswa adalah sebesar 56,72% sedangkan pada soal penerapan nomor 3 yang tahapannya lebih tinggi kesalahan siswa sebesar 21,95%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang dalam pengetahuan komprehensi terjemahan seperti menjelaskan pengertian dari busur dan juring lingkaran.4 Namun pada saat menjawab soal penerapan mereka justru bisa menjawab dengan benar.

Adapun pada soal sintesis nomor 5 sebanyak 100% dari siswa yang mengikuti tes tertulis belum bisa menjawab dengan benar sedangkan pada soal evaluasi nomor 6 yang tahapannya lebih tinggi, kesalahan siswa sebesar 80,49%. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa masih melihat unsur-unsur dari rumus luas dan keliling lingkaran secara terpisah-pisah. Namun siswa justru ada yang bisa menjawab soal nomor 6 meskipun cara yang dipergunakan berbeda dengan hasil rumus yang seharusnya ditemukan pada soal nomor 5. Setidaknya dari hasil jawaban tes tertulis menunjukkan bahwa mereka tahu suatu lingkaran bisa dikatakan memiliki ukuran yang sama jika memiliki jari-jari yang sama.

5. Kegiatan Wawancara Dapat Membantu Mengurangi Kesalahan Siswa

Selama pelaksanaan wawancara selain mengecek letak kesalahan siswa pada lembar jawaban tes tertulis, peneliti juga memberikan bimbingan kepada subyek wawancara yang melakukan kesalahan dengan cara memberikan pengarahan agar subjek tersebut mengetahui kesalahnnya dan bisa meminimalkan kesalahannya apabila menemui soal yang serupa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Herman Hudojo yang menyatakan bahwa pertanyaan yang tepat dapat mengarahkan siswa untuk menyelesaikan dan dapat memberikan motivasi untuk berfikir.5 Dari beberapa siswa yang mengikuti kegiatan wawancara yang menjawab salah pada lembar jawaban tes tertulis ternyata dengan diberikan pertanyaan yang mengarah bisa menjawab dengan benar. Hal ini diperjelas dengan petikan wawancara peneliti dengan siswa nomor urut 34 (RNS) berikut.

Peneliti : Ok...sekarang nomor 5, jelaskan dengan menggunakan rumus, bagaimana hubungan antara luas dan keliling lingkaran?

Siswa : Ini yang pertama rumus luasnya adalah .r2 kemudian r2

adalah L: jadi rumus jari-jarinya adalah L: Peneliti : Kemudian keliling selain .d rumusnya apa?

Siswa : 2..r

Peneliti : Selanjutnya ini perintahnya masukkan rumus ke-1 ke dalam rumus keliling lingkaran

Siswa : Jadi 2.. L:

Peneliti : Ini coba 2. dipindah ruas.

Siswa : Ehm...   : . 2 L kll

Peneliti : Perintah selanjutnya kuadratkan kedua ruas!

Siswa :   : . 4 2 2 L kll

Peneliti : Berarti kll2 nya? Siswa : .4.2

L

kemudian ini

dicoret hasilnya 4..L

Peneliti : Ini masih kll2, kalau kll bagaimana? Siswa : Diakar Bu

Peneliti : Lalu tulis kembali rumus ke-2 Siswa : Ini Bu akar dari 4..L

Peneliti : Dan yang terakhir cari rumus luas dari rumus ke-2 tersebut. Siswa : (diam terlihat berfikir)...

. 4 2 kll Bu.

5 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang: IKIP MALANG, 1990), hal. 129

Untuk meminimalkan kesalahan siswa, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara merupakan pertanyaan yang harus benar-benar efektif dan proporsional.6 Selain itu untuk meningkatkan kualitas jawaban siswa agar tidak melakukan kesalahan, pengajar harus mengetahui teknik bertanya yang meliputi teknik bertanya untuk menanti jawaban, teknik bertanya untuk penguatan dan teknik bertanya untuk melacak.7

6. Beberapa Siswa Melakukan Kesalahan karena pada Awalnya Kurang Menyukai dengan Pelajaran Matematika

Beberapa siswa berdasarkan data dari angket dan hasil wawancara menyebutkan kurang menyukai pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan mereka menganggap soal-soal pelajaran matematika selalu rumit dan sulit dipecahkan. Menurut teori Zaisa Dienes mengatakan bahwa terdapat siswa yang menyenangi matematika hanya pada permulaan berkenalan dengan matematika yang sederhana, semakin sukar yang dipelajari semakin kurang minat belajar matematika sehingga dianggap matematika itu sebagai ilmu yang sukar dan rumit.8

Masalah rendahnya motivasi belajar matematika siswa dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya karena kegagalan siswa dalam pelajaran matematika, ketidaknyamanan dalam belajar matematika, kurangnya interaksi antara siswa dan guru, kurangnya latihan mengerjakan soal, kurangnya perhatian dari orang tua dan kekeliruan siswa dalam memaknai nilai-nilai matematika. Hal

6 Suherman, Strategi Pembelajaran…, hal. 234 7 Hudojo, Strategi Mengajar…, hal. 131-133

8 Lisnawati Simanjuntak, et. all., Metode Mengajar Matematika, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 72

ini diperjelas dengan transkip hasil wawancara dengan 12 siswa yang tercantum dalam lampiran 6.

Dokumen terkait