• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Penelitian

1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh Tim Dosen Mata ajar

commit to user

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan oleh Ketua Program studi dan Pembantu Ketua I Bidang Akademik bersama- sama dengan Koordinator Blok Mata kuliah sistem Pencernaan yang berdasarkan kurikulum AIPNI 2010 dan silabus mata kuliah. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat persemester dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (2) menentukan indikator; (3) menentukan metode dan teknik pembelajaran; (4) menentukan materi pembelajaran; (5) menyusun daya dukung lainnya; dan (6) menyusun evaluasi pembelajaran ( Buku pedoman 3 ; penyusunan RPP Stikes Annur Purwodadi, hal : 8 tahun 2009 ). Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dengan mengacu pada Standar yang dikeluarkan oleh AIPNI dan BPPSDM Depkes RI Jakarta Pusat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan target yang hendak dicapai pada akhir pembelajaran. Standar kompetensi tersebut merupakan ukuran dari keberhasilan proses pembelajaran yang selanjutnya diuraikan dalam bentuk kompetensi dasar. Dari kompetensi dasar tersebut merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran.. Semua RPP yang disusun oleh Dosen Blok sistem pencernaan menunjukkan identitas yang meliputi mata kuliah, Tingkat program, semester, dan tahun ajaran.

Identitas tersebut bertujuan untuk mengetahui mata kuliah apa yang akan diuraikan di dalam RPP. Dengan adanya identitas mata kuliah tersebut

commit to user

selanjutnya Dosen merinci dalam satuan-satuan mata kuliah pokok blok yang sesuai di dalam identitas tersebut, sekaligus dicantumkan kelas atau tingkat, semester, dan tahun ajaran. Hal ini bertujuan agar Dosen dapat mengetahui dengan mudah jenis RPP yang akan dibuat (CL.5)

Terkait dengan identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut Etika Dwi Winahyu, Ns ( Wawancara 25 April 2009) mengatakan bahwa :

… sebelum menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar merumuskan indikator tujuan pembelajaran metode dan lain sebagainya terlebih dahulu setiap Dosen diwajibkan menuliskan identitas yang meliputi mata Kuliah, Tingkat, semester dan tahun ajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat membantu dosen dalam membuat rincian RPP. Penyusunan RPP di STIKes Annur Purwodadi dilakukan terlebih dulu sebelum tahun ajaran dimulai dengan rapat koordinasi Team teaching ( lih. Dokumentasi ).

Meskipun masih ada juga dosen yang tampak kurang profesional dalam menyusun desain pembelajaran dan terdapat perbedaan dan kurang satu persepsi.sebagaimana dikatakan oleh meity mulya susanti, Ns.

Langkah dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Blok sistem Pencernaan mula- mula di koordinatori oleh seorang koordinator blok dan merumuskan kompetensi yang akan dicapai, penentuan proses tutorial, learning objektif serta penentuan ujian blok, dimulai dari identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD), merumuskan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dll, hingga sampai menentukan evaluasi pembelajaran. Hambatan-hambatan dalam RPP antara lain dengan adanya beda pendapat di awal kali melakukan penyususnan masing- masing

commit to user

dosen memiliki argumentasi terkait dengan keseragaman ‘’ Form ‘’. Akan tetapi dengan pembagian persepsi yang sama akhirnya RPP pada blok sistem pencernaan telah disepakati dalam bentuk satu form.

Sebagaimana di tuturkan oleh fitriani, S.Kp bahwa :

‘’ semenjak ada sosialisasi tentang form pembuatan RPP baik untuk digunakan tutorial, klasikal maupun laboratorium sekarang kita mengacu pada pedoman pembuatan silabus dan RPP yang telah disepakati bersama ‘’

RPP Proses pelaksanaan Tutorial di STIkes Annur Purwodadi masih menggunakan satu model bentuk RPP. Hanya saja menitik tekankan pada aspek proses pelaksanaan tutorialnya.

Hasil wawancara diatas diperkuat dengan berbagai hasil pengamatan yang dilakukan. Terdapatnya pertemuan antara pengelola program dengan para dosen tiap bidang baik bidang blok sistem gawat darurat, sistem pencernaan, sistem neurobehavior, sistem pernafasan telah mampu menyusun RPP semua mata kuliah pada masing- masing semester sesuai dengan blok. Pada blok sistem pencernaan terlihat sebelum proses tutorial PBL berlangsung mahasiswa memiliki panduan tutorial, RPP yang dibuat oleh dosen sebelum pembelajaran PBL dilaksanakan. Desain RPP tersusun dengan sistematika sebagai berikut : identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dilakukan oleh dosen setelah memahami identitas yang meliputi mata kuliah, semester, tahun ajaran. Identitas tersebut perlu dipahami oleh dosen dan tim agar dapat

commit to user

menjabarkan silabus yang ada ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan mata kuliah, semester serta dipergunakan untuk tahun ajaran berapa. Dalam menentukan identitas tersebut, seperti dinyatakan oleh ngatminah, S.Kp (wawancara tanggal 28 November 2010) mengatakan bahwa :

Ketika kita membuat atau dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) didahului dengan identifikasi, yang meliputi identitas mata kuliah, semester, dan tahun ajaran, dengan mengetahui mata kuliah yang akan diuraikan dalam RPP maka dapat dirinci dalam satuan-satuan acara perkuliahan yang sesuai, kejelasan mata kuliah, semester dan tahun ajaran tersebut dapat membantu dosen dalam membuat RPP secara rinci dan sesuai dengan tujuan kurikulum yang berlaku.

Dari informasi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Penyusunan RPP meliputi identitas mata kuliah, semester dan tahun ajaran hal tersebut mutlak ditetapkan oleh dosen dan tim pengajaran terlebih dahulu, dengan memahami identitas, dan menetapkan identitas maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dibuat dengan terarah sesuai dengan mata kuliah, semester dan tahun ajarannya.

Langkah kedua adalah menentukan materi standar. Untuk menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perlu pemahaman terhadap kurikulum dengan standar nasional pendidikan (SNP), pemahaman tersebut sangat penting dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hal ini seperti disampaikan oleh Eli Isnaeni, S.Kp (Wawancara tanggal 28 November 2010) yang menyatakan :

Sebelum menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlebih dahulu kami mencoba memahami standar nasional pendidikan (SNP) yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan, karena dengan memahami standar tersebut

commit to user

kemungkinan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

dikembangkan dapat sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum baru sebagai pengganti kurikulum nasional, setiap perubahan kurikulum tentunya akan membawa konsekuensi. Demikian halnya dengan perubahan kurikulum Nasional ke kurikulum berbasis kompetensi yang dirumuskan oleh institusi dan institusi memiliki hak penuh dalam mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan atau penciri yang dimiliki oleh institusi penyelenggara. Pengembangan silabus ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata kuliah blok sistem pencernaan di STIKES Annur Purwodadi dirumuskan oleh dosen tim keperawatan sistem pencernaan yang semula di keperawatan dahulu mengacu pada Silabus BKS Jawa tengah sekarang sudah mulai lebih dikembangkan oleh tim dosen Blok sistem pencernaan. Berdasarkan wawancara dengan dwi Tristiningdyah, S.Kp tanggal 26 November 2010 bahwa

‘’ Ketika era di 2001 sampai dengan 2005 nan kami dalam tim pengajaran keperawatan sistem pencernaan terpatok pada beberapa sub pokok bahasan dalam memberikan materi kuliah ke mahasiswa, sehingga kami harus banyak menyampaikan sehingga mahasiswa pasif reseptif dan kami kejar tayang dan harus bisa menghabiskan materi- materi sesuai dengan silabus yang diberikan oleh BKS, akan tetapi sejak adanya perubahan paradigma KBK dari TCL ke SCL ini dapat memberikan fleksibilitas para dosen pengampu untuk lebih bisa berimprovisasi terhadap bahasan- bahasan pada sistem pencernaan’’. Langkah ketiga dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah menentukan Leraning Objective atau tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ditentukan setelah ditentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator, tujuan pembelajaran berisikan target yang akan dicapai

commit to user

dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan hasil yang akan dicapai setelah dilakukan proses pembelajaran dalam satu tatap muka.

Setiap menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Blok sistem pencernaan setelah identifikasi dan menentukan kompetensi, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam setiap tatap muka, sehingga dalam menentukan tujuan tentunya disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh dosen tim pada blok sistem pencernaan, telah ditentukan tujuan pembelajaran yang telah dibuat terdiri dari tujuan pembelajaran pertemuan I dan II, dan seterusnya tergantung dari alokasi waktu yang disediakan.

Langkah keempat dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)pada blok sistem Pencernaan adalah menentukan Rencana Kegiatan Pembelajaran. Rencana kegiatan pembelajaran dibuat dalam bentuk langkah- langkah yang akan dilakukan oleh dosen dalam proses pembelajaran, rencana kegiatan pembelajaran dibuat dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran dari pertemuan I, sampai dengan pertemuan berikutnya disertai dengan alokasi waktu, rencana tersebut merupakan gambaran kegiatan yang akan dilakukan oleh dosen di dalam kelas, rencana tersebut disusun dengan sistematika secara umumnya yaitu : pendahuluan dengan alokasi waktu 5 menit, kegiatan inti dengan alokasi waktu 30 menit, dan penutup 5 menit.

Setiap dosen maupun Tim teaching pada pelbagai sistem atau blok telah melengkapi langkah pembelajaran disertai dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan kompetensi, tujuan pembelajaran dan alokasi yang tersedia,

commit to user

dan langkah-langkah pembelajaran yang berisikan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

2. Pelaksanaan melakukan metode dan media pembelajaran

Langkah kelima yaitu menentukan metode pembelajaran, perencanaan metode pembelajaran, khusus untuk mata kuliah Blok sistem pencernaan menggunakan proses problem based learning dengan 7 ( tujuh langkah ) atau seven jumps kecuali mata kuliah- mata kuliah lain seperti Agma, bahasa indonesia metode bervariasi, metode penugasan dan metode diskusi atau small group discussion ( SGD ).

Kasus pemicu :

Tn. Ogah 33 tahun telah dilakukan laparatomi edcausa appendicitis hari ke-3. pasien masih merasakan nyeri pada area yang dioperasi nyeri semakin bertambah dan menyatakan sering keluar rembesan cairan dari luka operasi. Hasil pemeriksaan perawat warna dasar luka tampak kuning terdapat slough, dan terdapat maserasi dan evicerasi. Pasien enggan untuk makan karena takut jahitan tidak jadi.

Berikut adalah langkah- langkah problem based learning :

1). klarifikasi terminology dan konsep yang belum dipahami, 2) mendefinisikan permasalahan, 3). Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara, 4). Menginventarisir berbagai penjelasan yang dibutuhkan, 5). Memformulasi tujuan belajar, 6). Mengumpulkan informasi melalui belajar Mandiri, 7). Mensintesis informasi baru dan menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan dan melakukan refleksi penguatan hasil belajar.

Terkait dengan metode pembelajaran Eli isnaeni, S.Kp, (wawancara tanggal 26 November 2010) mengatakan bahwa :

commit to user

Metode pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh dosen di STIKES Annur Purwodadi pada blok- blok mata kuliah khususnya sistem Pencernaan dengan seven jump. Karena dengan PBL seven jump pemahaman mahasiswa lebih luas dan mehasiswa masing- masing memiliki argumentasi dan usaha untuk menjawab. Hal ini amat kami akui selama perkuliahan semester ini berjalan’’.

Langkah keenam berikutnya sesudah menentukan metode dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Blok sistem pencernaan adalah menentukan media dan sumber belajar. Untuk menentukan media pembelajaran seven jump pada blok sistem pencernaan ini, dosen dan bersama- sama mahasiswa memilih media yang sesuai dengan mata kuliahnya, media pembelajaran yang dipilih dosen dan digunakan oleh mahasiswa dalam perencanaan pembelajaran antara lain : papan tulis ( Flip chart ), gambar-gambar yang menunjang dengan mata kuliah misalnya adalah lembar booklet pencernaan, contoh menu seimbang, Torso manusia, audiovisual termasuk media komputer (multimedia) dan free hot spot area untuk browsing dan pelacakan referensi, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Sedangkan sumber belajar yang digunakan adalah fasilitasi modul pembelajaran ( Lihat buku modul pembeljaran I.a Blok sistem Pencernaan ) buku tambahan yang tersedia di perpustakaan. Selain dalam perencanaan dosen merencanakan sumber belajar dari internet sebagai tugas tambahan. Terkait dengan penggunaan media pembelajaran melalui akses internet Eli Isnaeni, S.Kp mengatakan bahwa :

“ mahasiswa di fasilitasi free hot spot area yang bisa diakses secara gratis, ini dimaksudkan supaya mahasiswa bila menjalankan proses PBL seven jump bisa mengakses secara langsung gambar anatomi pencernaan, masalah- masalah dalam pencernaan, tehnik prosedur perawatan dll, hal ini akan menambah pengetahuan yang bagus dan pola pikir mahasiswa akan lebih luas karena langsung melacak jurnal- jurnal illmiah secara gratis, gitu ya pak... ’’

commit to user

Penggunaan media pembelajaran yang tepat bertujuan untuk membantu dosen dalam melaksanakan proses turorial, hal ini seperti disampaikan oleh Etika dwi Winahyu yang menyatakan bahwa :

Untuk membantu proses tutorial denga Problem based Learning ( PBL ) kami sering menggunakan papan tulis kecil- kecil perkelompok sebagai media pembelajaran, mengenai sumber belajar juga masih terbatas pada modul karena sejak 2 tahun berjalan ini modul belum ada revisi dan beberapa buku tambahan literatur yang ada di perpustakaan pada mata ajar pencernaan masih terbatas sehingga perlu sekali untuk akses di internet, tepai juga manakala papan putih atau papan flip chart terkadang terbatas, maka inisiatif mahasiswa memakai kertas manila dan itu belaku pada seluruh kelompok tutorial.

Keterbatasan media pembelajaran yang dimiliki oleh kampus menyebabkan Tim dan mahasiswa menggunakan media pembelajaran seadanya. Lebih- lebih kelas, terkadang aula dijadikan sebagai tempat pembelajaran seven jump.

Langkah ketujuh adalah menentukan waktu pembelajaran, waktu pembelajaran ditentukan setelah dosen menentukan standar kompetensi, materi standar, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran. Waktu pembelajaran direncanakan sesuai dengan kebutuhan yang tertera pada kegiatan pembelajaran, waktu yang digunakan oleh tim teaching seven jumps dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berkisar 200 menit.

Langkah kedelapan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah merancang penilaian. Setiap RPP yang dibuat selalu dilengkapi dengan rencana penilaian, rencana penilaian dibuat direncanakan secara tertulis, dalam bentuk isian, dan objektif. Penilaian dilakukan sesudah proses

commit to user

pembelajaran dengan alokasi waktu 5-10 menit. Teknik penilaian yang direncanakan ada yang dibuat secara lisan, tetapi ada pula yang dibuat secara tertulis, tergantung dari kesiapan tim dan kondisi mahasiswa, serta alokasi waktu. Bila waktunya memungkinkan, rencana penilaian dibuat dalam teknik tertulis dalam bentuk isian maupun objektif, tetapi jika waktunya sedikit, rencana penilaian dibuat dalam bentuk lisan atau oral quiz.

Langkah kesembilan adalah merencanakan daya dukung lainnya. Pemanfaatan daya dukung seperti fasilitas, situasi dan kondisi yang tepat untuk pembelajaran, berdasarkan data yang ada tidak direncanakan oleh dosen, dari data yang ada tidak satupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencantumkan fasilitas pembelajaran, situasi pembelajaran dan lain-lainnya. Padahal perencanaan daya dukung pembelajaran sangat mendukung

keberhasilan pembelajaran, selanjutnya Meity MS, Ns mengatakan

“pembelajaran akan kondusif, membuat mahasiswa nyaman dan menyenangkan apabila didukung oleh ruang kelas yang tidak pengap, terang dan ventilasi udara yang cukup karena ada beberapa kelas yang hanya memiliki ventilasi terbatas akan tetapi fan/ kipas angin hanya ada 1 ( satu ) dan itu berfungsi tidak optimal.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam melaksanakan Pembelajaran yang mengacu pada kompetensi ( KBK ) mempunyai pola perencanaan dalam bentuk program tahunan, program tengah semester, kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), RPP telah dibuat oleh dosen tim pengampu sistem pencernaan melalui kegiatan forum ilmiah antar dosen antar tim atau departemen keilmuan. Penyusunan RPP melalui beberapa tahap. RPP memuat identitas mata kuliah, standar kompetensi,

commit to user

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

3. Pelaksanaan Tim Dosen Blok sistem Pencernaan dalam memilih model

problem based Learning .

Model pembelajaran oleh dosen pada blok sistem pencernaan dikemas dalam tiga model yaitu PBL dengan seven jumps, ISS IT, klasikal atau konvensional pada pokok- pokok bahasan tertentu dan Kuliah penunjang yang menghadirkan dokter ahli dan perawat Spesialis dalam bidangnya, pada saat awal dilksanakan pembelajaran maka tiap sesi pembelajaran terdapat 3 kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup dan tindak lanjut. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Eli isnaeni, S.Kp (wawancara tanggal 23 November 2010) bahwa :

Penerapan metode pembelajaran oleh dosen pada mata kuliah kami yaitu blok sistem pencernaan terdapat 3 metode yaitu seven jumps yang terbagi menjadi beberapa kelompok dan terdapat beberapa skenario. ISS- IT sekaligus SGD dengan masing- masing terdapat tahapan dalam memulai pembelajaran yaitu kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (kegiatan akhir).

Begitu juga dengan pernyataan yang disampaikan wahyu, Ns (wawancara tanggal 23 November 2010) mengatakan bahwa :

Tim Dosen pencernaan melakukan kegitan pokok penting dalam mengawali pembelajaran dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Mahasiswa dibagi 8 – 10 kelompok yang masing- masing di jelaskan tahapan- tahapan pembelajaran terlebih dulu. Berbagai metode masing- masing dosen dalam tim pengajaran pecernaan dalam melaksanakan metode pembelajaran, diantaranya adalah Tutorial, klasikal, ISS-IT, SGD . Berdasarkan pengarahan Ketua STIKES melalui

commit to user

PUKET I bidang akademik dianjurkan untuk memperbanyak menggunakan Model terkini dengan memfokuskan student centered learning ( SCL ) karena dengan menggunakan metode tersebut dapat membantu mahasiswa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan dapat mendorong mahasiswa untuk pro aktif dan untuk lebih mengembangkan diri, sedangkan dosen hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan memberikan feed back ( umpan balik ).

Pernyataan tentang penggunaan metode pembelajaran tersebut diungkapkan oleh Meity MS, S.Kp,Ns (wawancara tanggal 24 November 2010) mengatakan bahwa :

Untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam memahami bahan ajar maupun materi yang akan dicapai berdasarkan kompetensi, tim dosen dianjurkan untuk menggunakan metode SCL – PBL, karena dengan metode tersebut mahasiswa dapat menghubungkan antara materi yang ditulis di silabus dengan situasi dunia nyata mahasiswa melalui berbagai hal, hal ini dapat mendorong mahasiswa untuk lebih mengembangkan pengetahuan yang dia peroleh dan lebih kompleks akan tetapi LO atau learning objective harus dirumuskan terkait dengan dosen dalam bidangnya.

Senada dengan pernyataan tersebut, Etika DW, Ns sebagai Ka. Prodi sekaligus sebagai tim dosen pencernaan (wawancara tanggal 24 November 2010), mengemukakan sebagai berikut :

Walaupun PBL- tutorial seven jump dilaksanakan, mengingat kapasitas mahasiswa dan dosen sangat bervariasi, maka kuliah klasikal atau konvensional tetap diadakan karena terdapat mata kuliah tertentu yang pencapaian kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa dan dosen pengampu berbeda contoh mata kuliah mikrobiologi dan gizi, ini masih memerlukan adanya kuliah klasikal. Mengingat dosen yang di panggil untuk mengajar adalah dosen luar. Hal ini sangat sulit untuk dikondisikan.

commit to user

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada semester IV (observasi, tanggal 24 November 2010), diketahui mahasiswa dibentuk dalam kelompok melakukan kegiatan tutorial baik di kelas maupun dilaboratorium ( Field Lab atau skill lab ) terlihat kegiatan berjalan dengan baik dan mahasiswa pro aktif. Antar kelompok telah menjalankan tahapan- tahapan seven jump pada pertemuan awal yaitu tahap 1 sampai dengan tahap ke-5 dilaksanakan dan terkoordinasi oleh tim tutorial. Disini terlihat adanya sarana maupun prasarana yang mendukung tercipnya PBL seven jump karena terdapat hot spot area yang memudahkan mahasiswa searching bahan tutorial, papan flip chart dan lap top ( note book ). Sehingga tutorial tampak hidup.

Hasil wawancara mahasiswa fitria mukti H ( wawancara tanggal 29 November 2010 ) mengatakan bahwa :

Pak kami sekarang belajar lebih senang dengan memakai metode PBL – SJM ketimbang PBL ISS-IT , sebetulnya dua ( 2 ) strategi atau metode ini baik hanya saja karena di SJM tahapanya lebih mudah kita terapkan, memang harus banyak waktu yang diperlukan, tetapi tahapanya secara sistematik membuat kami jadi tahu.... oh ini... tahap awal yang ini tahap ke 2, ke 3 dan seterusnya. Terus terang kami khususnya saya, ini lebih senang ketika tim dosen masuk PBL ketimbang ISS- IT.

Senada yang di sampaikan oleh informan mahasiswa heny nahar bakdiyah ( wawancara tanggal 29 November 2010 ) ia menyatakan bahwa:

Ya kalo menurut heny sih pak sama dengan mbak fitri atau teman lain yang saya ketahui, kalo pada saat kami diskusi terkait dengan asuhan keperawatan dan konsep dasar dari aspek medis tentang gangguan- gangguan fungsi dari pencernaan, saya lebih enak menangkap dan memiliki ide- ide untuk menjawab skaligus mendeskripsikan pak. karena di SJM ini setiap sesi ada bagian- bagianya contoh sesi pertama kita bisa menyelesaikan tahap I sampai dengan tahap 5, dan disini kita di tuntut untuk berargumentasi dan menyelesaikan tahapan itu. Sedang sesi ke-2 kita bisa melakukan tahap 6 dan tahap ke tujuh. Gitu pak...’’

commit to user

Dari uraian data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi di STIKES Annur Purwodadi, dianjurkan untuk selalu menggunakan metode pembelajaran

Problem based learning Seven jump. Penggunaan metode tersebut bertujuan

untuk mencapai standar kompetensi dan standar isi yang telah direncanakan oleh dosen.. Mahasiswa pada saat melaksanakan tutorial PBL difasilitasi dengan modul yang berisi materi, skenario kasus.

Adapun pertimbangan dosen dalam memilih metode pembelajaran adalah: memberikan dasar- dasar berfikir lebih kritis, menganalisis dan

Dokumen terkait