PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
B. Temuan Penelitian
1. Implementasi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfidzul Al Quran As Surkati
a. Adzan Iqamah
Adzan dan iqomat disyariatkan untuk kaum laki-laki untukl sholat lima waktu dan termasuk fardzu kifayah bila jumlah byang cukup dari kaum muslimin yang telah melakukan keduanya, mka gugurlah dosanya atas kaum Muslimin yang lain, karena keduanya termasuk syariat Islam yang terlihat, sehingga tidak boleh meninggalkan keduanya.
52
1) Syarat-syarat sah Adzan dan IqomatIslam a) Akal
b) Laki-laki
c) Hendaklah adzan dikumandangkan di waktu sholat d) Hendaklah adzan dengan tertib
e) Adzan dan Iqomat dilantunkan dengan bahasa Arab dan dengan lafazh-lafazh yang ditetapkan dalam as Sunnah 2) Sifat-sifat yang dianjurkan bagi muadzin
a) Hendaknya muadzin itu orang yang adil(shalih) dan terpercaya.
b) Hendaknya dewasa dan berakal, namun adzan anak-anak yang sudah mumayyiz (hukumnya) sah.
c) Hendaknya mengetahui waktu agar bisa meneliti ketepatannya
d) Hendaknya bersuara lantang
e) Hendaknya suci dari hadast kecil dan besar
f) Hendaknya adzan dengan berdiri dan menghadap kiblat g) Hendaknya meletakkan dua jarinya pada kedua telinganya h) Mengumandangkan adzan dengan perlahan, dan
mempercepat dalam beriqomah b. Syarat-syarat dan Rukun-rukun Sholat
1) Syarat-syarat sah sholat a) Islam
53 b) Akal
c) Baligh d) Thaharah
e) Masuk waktu untuk sholat yang telah ditetapkan f) Menutup Aurat
g) Menjauhi najis h) Menghadap kiblat i) Niat
2) Rukun-rukun Sholat
a) Berdiri tegak dalam sholat fardzu bagi yang mampu b) Takbiratul ihram di awal sholat
c) Membaca Al-fatihah secara berurutan di setiap rakaat d) Rukuk disetiap rakaat
e) Bangkit dan I’tidal dari rukuk dalam keadaan berdiri f) Bangkit dari sujud dan duduk di antara dua sujud g) Thuma’ninah di semua rukun
h) Tasyahud akhir
i) Duduk untuk tasyahud akhir j) Salam
54 3) Wajib-wajib Sholat
a) Semua Takbir selain takbiratul ihram, yaitu yang disebut dengan takbir intiqal (Takbir perpindahan). b) Ucapan (ه مح مل ا عمس) “ Allah mendengar orang
yang memujiNya” untuk imam dan mubfarid (yang sholat sendirian)
c) Ucapan ( مدلا كلًلنّقر) “ Wahai Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji” untuk makmum saja.
d) Ucapan, (subhanrobuolka), “Mahasuci Tuhanku yang Mahaagung” sekali untuk rukuk.
e) Ucapan, (ه مدقً وعلأا يقر لداللهس) “Maha suci Tuhanku yang Maha tinggi”, sekali saat sujud.
f) Ucapan (زفغا ّبر) “Ya Tuhanku, Ampunilah aku”, di antara dua sujud.
g) Tasyahud pertama bagi selain makmum yang imamnya bangkit karena lupa, nkarena dalam kondisi ini dia tidak wajib tasyahud pertama, maka beliau tidak kembali kepadanya, namun beliau tidak kembali kepadanya, namun beliau menambahnya dengan sujud sahwi.
55 4) Sunnah-sunnah Sholat
Sunnah-sunnah sholat terbagi menjadi dua: sunnahperbuatan dan sunnah perkataan.
a) Sunnah-sunnah perbuatan; Mengangkat kedua tanggan bersama takbiratul ikhram, saat rukuk, bangkit dari rukuk, dan letaknya kedua tangan sesudah itu, meletakkan tangan kiri dan meletakkan keduanya didada saat berdiri, pandangannya ketempat sujudnya, merenggangkan kedua kakinya saat berdiri, kedua tangannya memegang ketua lututnya dengan merenggangkan jari-jari saat rukuk, menghamparkan punggung saat rukuk dan menjadikan kepalanya sejajar dengan punggungnya.
b) Sunnah-sunnah perkataan; Doaistiftah, basmalah, ta’awwudz, ucapan amin (amin), surat tambahan setelah al-Fatihah, bacan tasbih lebih dari satu kali sat rukuk dan sujud, dan doa sesudah tasyahud sebelum salam. 5) Pembatalan-pembatalan Shalat
a) Apa yang membatalkan thaharoh itu membatalkan shalat.
b) Tertawa dengan sauara, yaitu tertawa terbahak-bahak c) Berbicara dengan sengajka untuk selain kemaslahatan
56
d) Lewatnya wanita dewasa atau keledai atau anjing hitam di depan orang yang shalat dalam area tempat sujudnya. e) Membuka aurat dengan sengaja, berdasarkan
keterangan pada syarat pada syarat sah shalat.
f) Membelakangi kiblat, karena menghadapnya adalah syarat sahnya shalat.
g) Adanya najis pada diri orang yang shalat, sementara sia mengetahui dan menyadarinya namun tidak segera menghilangkannya.
h) Meninggalkan salah satu rukun shalat atau salah satu syaratnya secara sengaja tanpa udzur.
i) Banyak bergerak yang bukan termasuk perbuatan shalat untuk selain alasan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
j) Bersandar tanpa alasan, karena berdiri merupakan salah syarat sahnya shalat.
k) Menambah rukun pertama secara sengaja seperti menambah rukuk dan sujud, karena dia merasa tatanan shalat, sehingga ia membatalkannya, merdasarkan ijma’.
l) Mendahulukan sebagian rukuk atas sebagian yang lain secara sengaja, karena tertip dalam rukun shalat adalah rukun sebagaimana yang telah dijelaskan.
57
m) Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
n) Mengubah makna bacaan secara sengaja, yakni bacaan al-Fatihah, karena ia adalah rukun.
o) Membatalkan niat disebabkan ragu-ragu membatalkan shalat, dan membulatkan tekad membatalkannya, karena kelangsungan niat merupakan syarat.
6) Hal-hal yang makruh dalam shalat
a) Membatasi diri hanya membaca al-Fatihah saja pada dua rakaat pertama.
b) Mengulang-ulang al-Fatihah.
c) Menengok sedikit dalam shalat tanpa alasan. d) Memejamkan kedua mata dalam shalat.
e) Meletakkan (Menenpelkan) kedua lengan dilantai saat sujud.
f) Banyak melakukkan perbuatan sia-sia dalam shalat. g) Bertolak pinggang.
h) Sadl dan menutup mulut dalam shalat. i) Mendahului imam.
j) Menjalin jari-jemari
k) Menahan dan memegangi rambut dan kain.
l) Shalat dan hidangan makanan sudah siap atau dalam keadaan menahan dua buang hajat (buang air besar, dan kecil)
58
m) Mengangkat pandangan kelangit. 7) Hukum orang yang meninggalkan shalat
Barangsiapa meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya, maka dia kafir murtad, karena mendustakan Allah, RasulNya, dan ijma’ kaum Muslimin. 8) Sunnah-sunnah Shalat
a) Sunnah-sunnah Perbuatan adalah mengangkat kedua tangan bersama takbiratul ihram, saat rukuk, bangkit dari rukuk, dan meletakkan kedua tangan sesudah itu., Meletakkan tangan kanan pada tangan kiri dan meletakkan keduanya di dada saat berdiri, pandangannya ke tempaty sujudnya, merenggangkan kedua kakinya saat berdiri, kedua tangannya memegang kedua lutunya dengan merenggangkan jari-jari saat rukuk, menghambarkan punggung saat rukuk dan menjadikan kepalanya sajajar dengan punggugnya.
b) Sunnah-sunnah perkataan adalah doa iftiftah, basmalah, ta’awwudz,ucapanamin, surat tambahan stetlah al-Fatihah, bacaan tasbih lebih dari satu kali saat rukuk dan sujud dan doa ssesudah tasyahud sebelum salam.
9) Pembatalan-pembatalan Shalat
a) Apa yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat ,karenathaharoh adalah syarat sah shalat.
59
b) Tertawa dengan suara, yaitu tertawa terbahak-bahak. c) Berbicara dengan sengaja untuk selain kemaslahatan
shalat.
d) Lewatnya wanita biasa atau keledai atau anjing didepan orang yang sedang shalat dalam area tempat sujudnya. e) Membuka aurat dengan sengaja.
f) Membelakangi kiblat.
g) Adanya najis pada diri orang yang shalat. h) Meninggalkan salah satu dari rukun shalat.
i) Banyak bergerak yang bukan termasuk perbuatan shalatuntuk alasan selain darurat.
j) Bersandar tanpa alasan.
k) Menambahkan rukun perbuatan secara sengaja seperti menambah rukuk dalam shalat.
l) Mendahulukan sebagian rukuk atas sebagian yang lain secara sengaja.
m) Salam sebelum waktunya dengan sengaja. n) Mengubah makna bacanj secara sengaja.
o) Membatalkan niat dikarenakan ragu-ragu membatalkan shalatnaya, dan membulatkan tekad membatalkannya.
60
10)Hal-hal yang makruh dalam Shalat
a) Membatasi diri hanya membaca al-Fatihah saja atau pada dua rakaat pertama.
b) Mengulang-ulang al-Fatihah.
c) Menengok sedikit dalam shalat tanpa alasan. d) Memjamkan kedua mata dalam shalat.
e) Meletakkan (menempelkan) kedua lengan di lantai saat sujud.
f) Banyak mel;akukan perbuatan yang sia-sia dalam shalat.
g) Bertolak pinggang.
h) Sald. Menutup mulud dalam shalat. i) Mendahului Imam.
j) Menjalin jari-jemari.
k) Menahan dan memegangi rambut dan kain.
p) Shalat saat hidangan makanan sudah siap atau dalam keadaan menahan dua buang hajat.
q) Mengangkat pandangan kelangit. 11)Hukum orang yang meninggalkan shalat
a) Barang siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya, maka dia kafir murtad, karena dia mendustakan Allah, Rasulnya, dan ijma’ kaum muslimin.
61
b) Barangsiapa meninggalkan shalat karena malas dan meremehkan, maka pendapat shahih adalah dai juga kafir bila dia meninggalkan terus-menerus dan meninggalkan secara keseluruhan, berdasarkan firman Allah SWT yang mengisahkan orang-orang musryik. c) Barangsiapa yang kadang shalat dan
kadang-kadang meninggalkannya, atau melaksanakan satu shalat fardzu atau dua shalat fardzu saja, maka secara dzahir dia tidak kafir, sebab dia tidak meninggalkan secara keseluruhan, sebagaimana teks hadist yang berbunyi (Arab tarkussalah) “Meninggalkan semua shalat”. Dan orang ini menjinggalkan sebagian shalat, bukan semua shalat.
c. Shalat Sunnah
1) Keutamaan dan hikamh persyariatan shalat Sunnah a) Keutamaan shalat sunnah
Shalat sunnah termasuk saran mendekatkan diri kepada Allah yang paling utama jihad di jalan Allah dan mencari ilmu, Karena Nabi SAW selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat-shalat Sunnah.
b) Hikmah dan persyariatan shalat sunnah
Sungguh Allah telah mensyariatkan shalat sunnah sebagai rahmat bagi hamba-hambaNya. Dia menetapkan
62
untuk setiap ibadah wajib ibadah sunnah yang sejenis dengannya, agar seorang mukmin bertambah imannya dan menaikan drajatnya melalui shalat-shalat sunnah tersebut, dan agar ibadah wajibnya dapat disempurnakan dan ditambal pada hari kiamat dengan shalat sunnah tersebut, karena (pelaksanaan) shalat wajib tidak terlepas dari kekurangan.
2) Pembagian shalat sunnah
a) Shalat terkait dengan waktu-waktu tertentu, dan dan disebut dengan shalat sunnahmuqayyad. Di antara shalat-shalat ini ada yang mengikuti shalat wajib seperti rawatib, dan diantaranya ada yang tidak mengikuti shalat wajib seperti shalat witir, dhuha,dan Kusuf (gerhana).
b) Shalat yang terkait dengan waktu-waktu tertentu, dan disebut dengan shalat sunnah mutlak.
c) Shalat sunnah yang dianjurkan berjamaah; Shalat tarawih, Istisqa, Kusuf.
d) Jumlah shalat sunnah rawatib
Jumlah shalat rawatib sepuluh rakaat.
e) Hukum shalat witir, keutamaan, dan waktunya
Hukumnya sunnah mu’akkad, Rasulullah mengajak dan menganjurkan. Waktunya: Antara Shalat Isya dengan shalat Shubuh berdasarkan ijma’ para ulama.
63
Shalat witir di akhir malam lebih utama daripada di awal malam, akan tetapi bagi siapa yang tidak bisa bangun di awal malam, dan bagi siapa yang bisa bangun di akhir malam, dianjurkan menyegerakannya di awal malam, bagi siapa yang bisa bangun di akhir malam dianjurkan menundanya sampai akhir malam.
f) Sifat shalat witir dan jumlah rakaatnya i. Shalat witir minimal satu rakaat. ii. Boleh witir tiga rakaat.
iii. Shalat witir tiga rakaat ini boleh dilakukan dengan dua salam, berdasarkan perbuatan Abdullah bin Umar. iv. Boleh juga langsung dengan sekali tasyahhud dan satu
salam.
v. Boleh dengan tujuh atau lima rakaat tanpa duduk tahiyyat kecuali di rakaat akhir.
g) Waktu-waktu yang dilarang melakukan shalat sunnah i. Shalat subuh sampai terbit matahari.
ii. Dari terbit matahari sampai meninggi seukuran kadar tombak menurut pandangan mata, kurang lebih satu meter.Saat matahari tegak diatas kepala hingga ia tergelincir kearah barat dan masuk waktu dzuhur.
Dari Shalat Asyar sampai terbenamnya matahari. iii. Bila matahari menjelang terbenam.
64 d. Shalat Jamaah
Keutamaan sholat berjamaah dan hukumnya 1) Keutamaan Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah di masjid adalah salah satu syiar Islam yang agung. Kaum Muslimin telah sepakat bahwa menunaikan shalat lima waktu di masjid merupakan ketaatan paling besar. Allah SWT telah mensyariatkan bagi umat ini agar berkumpul di waktu-waktu yang telah ditentukan. Di antaranya adalah; Shalat lima waktu, Shalat Jum’at, dua Shalat Id, dan Shalat kusuf.
2) Hukum Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah liam waktu wajib untuk lima waktu. Kewajiban ini ditunjukkan oleh al-Quran dan as-Sunnah. 2. Metode Pengajaran di Pesantren Tahfidzul Quran As Surkati Salatiga
Adapun metode pengajaran yang diterapkan di Pesantren Tahfidzul Al-Quran As Surkati Salatiga secara umum meliputi 5 metode, yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaanya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.
65 b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
c. Metode Resitasi (tugas belajar)
Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan, dan di tempat lainnya.Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.
d. Metode Focus Group Discussion (FGD)
Metode Focus Group Discussion (FGD) adalah metode pembelajaran guru menentukan tema-tema dan study kasus kemudian dibagi setiap kelompok, setiap kelompok ditugaskan untuk presentasi dan dialog dengan santri.
e. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersediri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
66
BAB IV
PEMBAHASAN
Analisis Tentang Implementasi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfiszul Al Quran As Surkati Salatiga
1. Konsep Pendidikan
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada Ustad Abda’ Lail Isra’
tentang konsep pendidikan pesantren yang diterapkan di Pesantren Tahfidzul Al Quran As Surkati Salatiga , beliau menjawab:
“Dalam menjalankan progam belajar, Pesantren Tahfidzul Al-Quran Assurkati memadukan kurikulum kementrian Agama dan Kurikulum pesantren secara proporsional serta menggunakan sistem pendidikan boarding school dengan
program unggulan menghafal Al Qur’an 30 juz”(Wawancara dengan Ustad abda’ Lail Isra’ pada tanggal 10 Maret 2017)
Peneliti kembali bertanya:
“mengapa memilih sistem pendidikan boarding school dengan program
unggulan menghafal Al Qur’an 30 juz”. Beliau menjawab:
“Al Qur’an dan Assunnah adalah dasar pijakan penting dalam kehidupan
manusia, sehingga hal tersebut menjadikan pentingnya generasi muslim untuk membaca memahami dan mengamalkan kandungan-kandungan isi dalam
Al-Qur’an itu sendiri. Dengan demikian kita mengusung progam unggulan tahfizh Al Qur’an 30 Juz, untuk mewujudkan visi dan misi kami”(Wawancara dengan
Ustadz Abda’ Lail Isra’ pada tanggal 10 Maret 2017).
2. Kurikulum dan Kitab yang dipelajari
Menurut pengamatan peneliti, Pesantren Tahfidzul Al Quran ini berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan setingkat pada umumnya di Salatiga karena pesantren ini menggunakan sistem pendidikan boarding school dengan program unggulan menghafal Al Qur’an 30 juz. Dengan tawaran perpaduan kurikulum kementrian agama dan pesantren modern sesuai
67
proposional, hal ini yang menjadi ciri khas dari pesantren sehingga membuat daya tarik tersendiri dalam pesantren ini. Sifat kesederhanaan pesantren yang sesuai dengan dorongan berdirinya di mana ustad mengajar dan santri belajar adalah semata-mata untuk ibadah dan tidak pernah dikaitkan dengan orientasi tertentu dalam lapangan penghidupan atau tingkat dan jabatan tertentu dalam hierarki sosial atau birokrasi kepegawaian.
Sejalan dengan tidak dirumuskannya tujuan pendidikan secara eksplisit, maka pada sebagian pesantren istilah kurikulum tidak dapat ditemukan, walaupun essensi materinya ada dalam praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren, yang semuanya itu merupakan kesatuan dalam proses pendidikannya. Di luar pelajaran formal banyak kegiatan yang bernilai pendidikan dilakukan di sana seperti latihan hidup sederhana, latihan ketrampilan, ibadah dengan tertib dan lain-lain.
Apabila ditinjau dari segi mata pelajaran yang diberikan secara formal oleh ustad, maka pelajaran yang dapat dianggap sebagai kurikulum berkisar pada ilmu pengetahuan agama dan segala faknya. Dalam hal pendidikan santri, bisa dikatakan memiliki empat tipe: ngaji (menafsirkan), pengalaman (pendidikan moral), sekolah di luar pondok (pendidikan umum) serta kursus dan ketrampilan. Dilihat dari kitab yang diajarkan oleh Pesantren Tahfidzul Al Qur’an As
Surkati Salatiga sebagaimana telah diulas di bab III adalah Fiqih Muyassar yang terdapat pada kurikulum di Pesantren.
3. Metode yang dipakai
Dari hasil obesrvasi ditemukan pada umumnya pembelajaran di Pesantren
68
model perpaduan sistem pendidikan nasional dan pondok pesantren dengan Focus Group Discussion (FGD). Model ini ustad dan santri aktif, untuk itu lebih menekankan pada dialog, diskusi baik antara ustad dengan santri dan santri dengan santri, perlu adanya metode pembelajaran sebagaimana merupakan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi jika dikaitkan dengan istilah mengajar, dimana mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan, sedangkan metode mengajar sendiri adalah salah satu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dapat dianalisis bahwa sebenarnya dari penggunaan metode Focus Group Discussion (FGD) didalamnya terdapat metode-metode pengajaran yaitu: metode tanya jawab karena ustadz menjelaskan materi kepada santri kemudian ustadz membuka tanya jawab. Disamping metode tersebut ada lagi metode yang diterapkan yaitu metode kerja kelompok istilah pondoknya takhassus karena santri di Pesantren Tahfidzul Al Qur’an As Surkati Salatiga tiap seminggu harus
mempresentasikan bahsul masail yang telah ditugaskan ustadz secara berkelompok dan disamping itu juga menggunakan metode diskusi karena pembahasan bahsul masail didiskusikan antar santri dengan dipandu para ustadz, dalam bahasa pondoknya disebut musyawarah.
Analisis Tentang Penanaman Ideologi Fiqih Muyassar Terhadap Santri di Pesantren Tahfidzul Al-Qur’an As Surkati Salatiga
Adapun indikator dari pembinaan variabel perilaku ibadah adalah: 1. Pelaksanakan Rukun Islam dengan disiplin utamanya shalat.
Dari hasil observasi selama tiga hari dan wawancara dengan asatidzah yang mengajar disana memang terbukti bahwa pelaksanaan rukun Islam terutama shalat, dalam hal ini ibadah shalat para santri benar-benar bagus. Sebelum,
69
sewaktu dan setelah dikumandangkan adzan oleh salah satu santri di Masjid Abu Bakar Asshiddiq, para santri berduyun-duyun datang ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Progam sholat berjam’ah in bisa terwujud dengan baik, dengan adanya pengetahuan dan nilai-nilai serta kesadaran para santri yang tinggi. Selain dari
pada itu juga sholat berjama’ah merupakan progam yang dijalankan oleh santri,
yaitu menjadwal dan mengkoordinir petugas Muadzin maupun Imam sholat dari kalangan santri. .
2. Orientasi ibadah santri pada ibadah sosial dalam bahasa ilmiahnya sudah mempunyai sense of crisis dengan metode melakukan pendampingan, advokasi litigasi/non litigasi sosial pada basis masyarakat sekitar Ma’had Tahfidzul Al
Qur’an As Surkati Salatiga.
Sebagai wujud kepedulian santri Ma’had tahfizhul Qur’an Assurkati terhadap kehidupan beragama, khususnya di sekitar lingkungan ma’had, kami melakukan pendampingan dengan melaksanakan kegiatan pesantern Al Qur’an
atau sering disebut dengan TPQ, serta juga mengirim beberapa santri untuk menjadi Imam sholat di masjid ataupun musholla sekitar.
3. Kekhusukan ibadah santri
Dari hasil wawancara tentang kekhusukan ibadah santri dan ketepatan arti bacaan dan tata caranya,
“salah satu syarat wajibnya sholat adalah khusu’, sehingga untuk meraihnya
perlu ilmu dan latihan pengamalan setiap waktu. Demikian halnya dikalangan
santri ma’had Assurkati, sudah dibekali pemahaman yang cukup terhadap
pengetahuan sholat melalui pembelajaran di kelas maupun melalui kajian-kajian, ditambah dengan progam-progam ma’had yang menunjang” (Wawancara
dengan Ustad Ahmad Arifin pada tanggal 10 Maret 2017).
Penelitian pada variabel ini memang satu arah atau sumbernya hanya dari ustadz saja dan seharusnya para santri di sensus untuk pertanyaan ini dengan
70
menggunakan metode angket. Tapi jawaban dari ustadz tersebut telah
memberikan gambaran pada peneliti bahwa “ilmu Bahasa arab santri di Pesantren
Tahfidzul Al Qur’an As Surkati Salatiga memang bagus-bagus bagi santri yang tekun belajar dan bagi santri yang belajarnya tidak tekun minimal mereka sudah terbiasa dengan kitab-kitab yang berbahasa Arab kalau hanya menterjemahkan bacan-bacaan daam shalat peneliti berpikir santri tidak akan menemui banyak kesulitan.
4. Amalan-amalan santri (ibadah sunnah).
Dari hasil wawancara tetntang amalan sunnah yang dijalankan oleh
seluruh warga ma’had khususnya santri Pesantren Tahfidzul Al-Quran As Surkati Salatiga,
Seperti dalam hal sholat sunnah ialah shalat sunnah rawatib, shalat sunnah malam seperti tahajud, hajar, witr, untuk amalan puasa yang dianjurkan
ialah puasa sunnah senin kamis dan amalan lain ialah muroja’ah Al-Qur’an”
(Wawancara dengan ustad Ayatul yakin pada tanggal 10 Maret 2017).
Analisis Tentang Hambatan dan Pendukung dalam Penanaman Ideologi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfidzul Al Qur’an As Surkati Salatiga
1. Faktor Penghambat
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada ustad Ahmad Arifin tentang faktor penghambat dalam penanaman ideologi fiqih muyassar ,
Beliau menjawab;
“Dalam proses pembelajaran atau penanaman ideologi fiqih muyassar terdapat dua faktor yang menghambat dari internal dan eksternal, dari intenal berangkat dari motivasi diri santri dan ekstenal seperti fasilitas penunjang yang masih kurang seperti buku-buku bancaan selain itu juga karena lokasi pesantren ini masih satu atap dengan sekolah TK, SMP, dan SMK Sultan Fattah Salatiga sehingga santri masih terkontaminasi dengan budaya-budaya sekolah umum”(Wawancara dengan ustad
71
2. Faktor Pendukung
Peneliti bertanya tentang faktor pendukung dalam penanaman ideologi fiqih muyassar,
Beliau menjawab:
“Faktor yang mendukung dalam pembelajaran atau penanaman ideologi
fiqih muyassar adalah ustad yang berkompenten dibidangnya selain itu juga didukung dengan adanya jadwal yang tersruktur dari pagi sampai