• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. LANDASAN TEORI

3. Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.

Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan

16

usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.

Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power.

Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (work-ing age population) (Sumarsono, 2009). Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu – waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering dinamakan potensial labor force (Simanjuntak, 1985).

a. Pekerja sektor pertaian

Wolf sebagaimana dikutip Teodor Shanin (1985:49) memberikan istilah peasant untuk petani yang bercirikan: penduduk yang secara eksistensial terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok tanam. Mereka bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah kota atau di dalam kotak-kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani

17

tinggal di daerah pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota.

Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka adalah di bidang pertanian. Umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan.

Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan pendapatan. Batasan petani menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan dan atau komoditas perkebunan.

4. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto (Gross Value Added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan (Robinson Tarigan, 2008:

28), yaitu:

1) Pendekatan Produksi Pendekatan ini menghitung nilai tambah

18

dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antar masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku atau penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi.

2) Pendekatan Pendapatan Pendekatan ini nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah, gaji, dan surplus usaha, penyusutan, pajak tidak langsung neto pada sektor pemerintah dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.

3) Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok, dan ekspor neto.

Produksi barang dan jasa timbul karen adanya kegiatan proses produksi yang melibatkan faktor-faktor produksi (tanah, modal,

19

tenaga kerja, kewiraswastaan). Output produksi sudah termasuk biaya produksi sehingga hasil dari kegiatan proses produksi tersebut adalah nilai produksi dikurangi biaya antara (Intermediate Cost) yang diistilahkan dengan Nilai Tambah (Value Added). Dengan demikian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang timbul karena kegiatan proses produksi dari seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Nilai Tambah Bruto disini mencakup komponen-komponen balas jasa terhadap faktor produksi yaitu sewa tanah, bunga, upah gaji dan keuntungan serta penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung netto, dimana penghitungan nilai seluruh item berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu. Dalam hal ini perubahan harga terakomodasi.

• Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan

20

pajak tidak langsung netto, dimana kuantum barang dan jasA dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dasar (tidak terpengaruh perkembangan harga).

• Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga berlaku

Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai PDRB tidak termasuk nilaipenyusutan.

(PDRN adhb = PDRB adhb – Penyusutan)

• Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor

Pendapatan Regional Netto (PDRN) atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga berlaku dikurangi pajak tidak langsung netto (PDRB minus penyusutan minus pajak tidak langsung netto).

(PDRN adbf = PDRN adbh – pajak tak langsung)

• Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan Regional adalah pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk suatu wilayah yaitu PDRN atas dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang keluar ditambah dengan pendapatan yang masuk. Sedangkan Pendapatan per

21

kapita adalah Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

(Pendapatan Perkapita = Pendapatan Regional/Jumlah Penduduk tengahan tahun)

Metodologi penghitungan produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha dapat diuraikan sebagai berikut:

Metode Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dilakukan dengan dua metode yaitu:

a. Metode Langsung

Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistic daerah yang lemah. Hasil penghitungan-nya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini, dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan.

Metode langsung ada 3 (tiga) macam pendekatan yaitu:

• Pendekatan Produksi

PDRB adalah Jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

22

dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan (9) sector lapangan usaha yaitu :

1) Pertanian;

2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan

4) Listrik, Gas dan Air Bersih 5) Konstruksi

6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Pengangkutan dan Komunikasi

8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9) Jasa-jasa.

• Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti : 1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta

yang tidak mencari untung 2) Konsumsi pemerintah;

3) Pembentukan modal tetap Domestik Bruto;

4) Perubahan Stok, dan

23

5) Ekspor Neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

• Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh Faktor Produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu Negara dalam jangkawaktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali factor pendapatan termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung Netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

b. Metode Tidak Langsung

Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi, yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional Provinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan menggunakan alokator tertentu. Cara ini ditempuh dikarenakan data yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data tersebut yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai

24

perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektor-sektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini, antara lain adalah sektor perbankan dan sector pemerintahan umum. Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas :

1) Nilai produksi bruto atau netto 2) Jumlah produksi fisik

3) Tenaga kerja 4) Penduduk

5) Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut.

Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase bagian masingmasing kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.

Penghitungan dengan metode langsung menggunakan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

Sedangkan metode tidak langsung dengan menggunakan alokator antara lain berupa nilai produk bruto/netto setiap sektor, jumlah produk fisik, tenaga kerja, penduduk dan lainnya yang cocok/sesuai.

a. Sektor Pertanian

Peran pertanian menurut World Bank (2008) berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata pencaharian dan sebagai ara untuk melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini sebuah intrumen yang unik bagi

25

pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sebagai sumber pertumbuhan bagi perekonomian wilayah, penyedia investasi bagi sektor swasta dan sebagai penggerak utama industri-industri yang terkait bidang pertanian. Terkait dengan pertumbuhan wilayah, (Sukirno 2006) menyatakan masalah pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga aspek, yaitu ; masalah pertumbuhan yang bersumber pada perbedaan antara pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dan tingkat pertumbuhan yang sebenarnya tercapai, masalah pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri,masalah pertumbuhan berkaitan dengan keteguhan atau stabilitas pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekomomi (Todaro,2011) yaitu; pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan,pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital. Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran mensejahterakan petani, menyediakan lapangan pekerjaan, Sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah, Merupakan pasar input bagi agroindustri, menghasilkan devisa,

26

meningkatkan pendapatan nasional, mempertahankan kelestarian sumber daya.

Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu;

sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input sektor lain, terutama sektor industri (Agroindustri), sebagai negara agraris populasi disektor pertanian (pedesaan) membentuk proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk produk dalam negeri terutama produk pangan.

Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain. Proses pembangunan yang ideal mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komperatif baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor. (Tambunan, 2009).

Dokumen terkait