• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus

Dalam dokumen Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 (Halaman 98-104)

E. PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN

2. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus

2. Tenaga Kesehatan dengan Status Penugasan Khusus

a. Penugasan Khusus Tenaga Residen

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan menjelaskan bahwa penugasan khusus merupakan pendayagunaan secara khusus tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tertinggal,

perbatasan, dan kepulauan (DTPK), daerah bermasalah kesehatan (DBK), serta rumah sakit kelas C dan Kelas D di kabupaten yang memerlukan pelayanan medik

spesialistik. Jenis tenaga kesehatan yang diangkat dalam penugasan khusus adalah residen dan tenaga kesehatan dengan pendidikan Diploma III.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI|BAB III SDM KESEHATAN 73

Residen adalah dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis. Residen dalam penugasan khusus terdiri dari residen senior dan residen pasca jenjang I. Residen senior ditugaskan antara tiga sampai dengan enam bulan. Residen pasca jenjang I ditugaskan selama enam bulan.

Berdasarkan data dari Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan, jumlah keberadaan aktif residen dalam penugasan khusus di kabupaten prioritas DTPK dan DBK di Indonesia tahun 2015 sebanyak 246 orang. Provinsi dengan jumlah keberadaan aktif residen terbanyak yaitu Riau dan Sulawesi Tenggara yaitu 17 orang, sedangkan provinsi yang tidak ada residen dalam penugasan khusus yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Barat.

Pada tahun 2015 telah diangkat 748 residen untuk penugasan khusus. Provinsi dengan pengangkatan dan penempatan residen terbanyak yaitu Sumatera Utara yaitu 61 orang. Provinsi yang tidak ada pengangkatan dan penempatan residen untuk penugasan khusus yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Bali. Rincian lengkap mengenai jumlah pengangkatan dan keberadaan aktif tenaga residen di kabupaten prioritas DTPK dan DBK dapat dilihat di Lampiran 3.15.

b. Penugasan Khusus Dokter Peserta Internsip

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 299 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Internsip dan Penempatan Dokter Pasca Internsip menjelaskan bahwa internsip

adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan secara terintegrasi, komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan. Penempatan dokter program internsip di fasilitas pelayanan kesehatan perlu disinergikan dengan program pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan.

Peserta program internsip adalah dokter yang baru lulus program studi pendidikan dokter berbasis kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau mengikuti pendidikan dokter spesialis. Dokter peserta program internsip harus memiliki STR untuk kewenangan internsip yang dikeluarkan oleh KKI dan Surat Izin Prakter (SIP) internsip yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. STR untuk kewenangan internsip dan SIP internsip hanya berlaku selama menjalani internsip.

Program internsip terdiri dari program internsip ikatan dinas dan program internsip mandiri. Dokter peserta program internsip ikatan dinas ditempatkan selama satu tahun dan wajib melaksanakan tugas pasca internsip di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk Kementerian Kesehatan.

74 BAB III SDM KESEHATAN|KEMENTERIAN KESEHATAN RI

GAMBAR 3.25

JUMLAH DOKTER PESERTA INTERNSIP TAHUN 2015

Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016

Pemberangkatan dokter peserta internsip dilakukan sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pada tahun 2015, jumlah dokter peserta internsip yang diberangkatkan pada bulan Februari sebanyak 2.286 orang, bulan Mei sebanyak 2.158 orang, bulan Oktober sebanyak 378 orang, dan bulan November sebanyak 3.490 orang. Provinsi dengan jumlah dokter peserta internsip tertinggi yaitu Jawa Timur (1.253 orang) dan provinsi dengan jumlah dokter peserta internsip terendah yaitu Maluku Utara (45 orang).

Rincian lengkap mengenai jumlah dokter peserta internsip tahun 2015 dapat dilihat di Lampiran 3.19.

c. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based)

Program penugasan khusus yang baru diluncurkan pada tahun 2015 adalah penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (team based). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based) dalam Mendukung Program Nusantara Sehat, penugasan khusus ini merupakan pendayagunaan secara khusus tenaga kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI|BAB III SDM KESEHATAN 75

berbasis tim dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah dan jenis tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan, dan daerah bermasalah kesehatan.

Tujuan dari program penugasan khusus ini yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan untuk menjangkau remote area. 2. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan.

3. Menangani masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah. 4. Meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas.

5. Penggerakan pemberdayaan masyarakat. 6. Pelayanan terintegrasi.

7. Peningkatan dan pemerataan pelayanan.

Tenaga kesehatan dalam penugasan khusus berbasis tim dalam mendukung program Nusantara Sehat minimal terdiri dari lima jenis tenaga kesehatan, yaitu dokter, perawat, bidan, dan dua tenaga kesehatan lainnya (dokter gigi, tenaga gizi, tenaga

kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan masyarakat). Masa penugasan khusus berbasis tim adalah dua

tahun. Tim akan ditempatkan di Puskesmas terutama dengan kriteria sangat terpencil di wilayah DTPK dan/atau DBK. Pemerintah daerah dapat memberdayakan tenaga kesehatan pasca penugasan khusus ini berdasarkan kompetensi, standar ketenagaan, dan kebutuhan daerah sehingga tercapai kemandirian pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

GAMBAR 3.26

KABUPATEN/KOTA PENEMPATAN NUSANTARA SEHAT TAHUN 2015

Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016

76 BAB III SDM KESEHATAN|KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Pada tahun 2015, telah dilaksanakan penugasan khusus berbasis tim dengan dua periode keberangkatan. Periode pertama yang dilaksanakan pada bulan Mei 2015

memberangkatkan 142 orang tenaga kesehatan yang telah lulus seleksi dan ditempatkan di 19 kabupaten dengan total penempatan 20 Puskesmas. Periode

kedua dilaksanakan pada bulan Desember 2015 dengan 553 orang tenaga kesehatan dan ditempatkan di 46 kabupaten dengan total 100 Puskesmas. Rincian lengkap mengenai penempatan Nusantara Sehat dapat dilihat di Lampiran 3.20 dan 3.21.

GAMBAR 3.27

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KESEHATAN PADA TIM NUSANTARA SEHAT TAHUN 2015

Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016

Jenis tenaga yang paling banyak diberangkatkan yaitu bidan (16,98%), tenaga kesehatan masyarakat (16,55%), dan tenaga kesehatan lingkungan (16,26%). Provinsi dengan jumlah penempatan tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim

terbanyak adalah NTT yaitu 162 orang dengan ditempatkan di 8 kabupaten dan 28 Puskesmas. Provinsi dengan jumlah penempatan tenaga kesehatan penugasan

khusus berbasis tim paling sedikit yaitu Sulawesi Tengah sebanyak 5 orang dan ditempatkan pada satu kabupaten dan satu Puskesmas. Rincian lengkap mengenai

jumlah penempatan tenaga kesehatan pada tim Nusantara Sehat dapat dilihat di Lampiran 3.22.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI|BAB III SDM KESEHATAN 77

3. Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia (TKKI)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2015 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan ke Luar Negeri, tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri adalah setiap tenaga kesehatan warga negara Indonesia yang melakukan upaya kesehatan baik langsung maupun tidak langsung untuk didayagunakan di luar negeri yang di dalamnya termasuk alih ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam jangka waktu tertentu. Pendayagunaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri dapat dilakukan

dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia dan peluang kerja bagi tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri. Negara

tujuan harus membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah Indonesia dan/atau memiliki peraturan perundang-undangan yang melindungi warga negara asing.

Pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri dilakukan dalam rangka penempatan TKKI ke luar negeri dan bakti sosial. TKKI adalah TKI tenaga kesehatan yang berpraktik/bekerja pada bidang kesehatan. TKKI dapat berasal dari tenaga kesehatan dengan status pegawai negeri sipil atau perseorangan/mandiri. TKKI harus bekerja sesuai dengan kompetensi dan telah teregistrasi. Penempatan TKKI dilakukan atas dasar permintaan dari pengguna (instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, dan Badan Hukum Swasta) di negara tujuan. Penempatan TKKI dilaksanakan oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) setelah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan.

GAMBAR 3.28

JUMLAH PENEMPATAN TKKI MENURUT JENIS PERMINTAAN NEGARA PENGGUNA TAHUN 2015

Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016

78 BAB III SDM KESEHATAN|KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Total TKKI yang bekerja di luar negeri pada tahun 2015 sebanyak 1.822 orang yang tersebar di 24 negara. Negara pengguna TKKI 99,6% berada di Benua Asia,

selebihnyanya tersebar di Benua Afrika, Amerika, dan Republik Palau. Negara di Asia Tenggara yang menjadi negara pengguna TKKI pada tahun 2015 yaitu Singapura

(177 orang), Malaysia (64 orang), dan Brunai Darussalam (9 orang). Negara tujuan yang paling banyak mendayagunakan TKKI yaitu Taiwan sebanyak 625 orang dengan mayoritas bekerja sebagai caregiver (433 orang). Jenis permintaan TKKI pada tahun 2015 yaitu 38,53% sebagai caregiver (caregiver dan female caregiver), 25,03% sebagai nurse (nurse, assistant nurse, operation theatre nurse, ICU staff nurse, house

nurse, dan child nurse), 18,22% sebagai caretaker, 12,46% sebagai therapist (therapist

dan speech therapist), dan 5,76% sebagai hospital cleaning labour. Rincian lengkap

mengenai jumlah penempatan TKKI menurut negara pengguna dapat dilihat di Lampiran 3.23.

Dalam dokumen Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 (Halaman 98-104)