• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG HUKUM

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2008 (Halaman 24-35)

1. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (selanjutnya disebut “LHPL”), Pendapat atau Pembelaan para Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para Terlapor yaitu sebagai berikut: --- 1.1 Mengenai Identitas Terlapor; (vide, Bukti B6, B18, C8, C17, C18, C26 C27,

C34,C38, C53, C54, C59, C61, C62, C69,C75) --- 1.1.1 Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan dengan fakta mengenai identitas pada Terlapor dalam LHPL dan secara mutatis mutandis menjadi bagian dalam pertimbangan hukum Majelis Komisi; --- 1.1.2 Bahwa selain itu, Majelis Komisi menegaskan fakta bahwa dalam prakteknya PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, PT Buana Baru Nusantara, PT Gentraco Laksono, PT Bina Konsindo Persada, PT Surian Putra Jambi, PT Karya Dharma Jambi Persada, PT Pribadi Bangun Perkasa, PT Kramat Kulon, PT Ardikon Pratama Putra, PT Tembesi Agung, PT Usaha Pratama Sari, dan PT Wahyu Matra Kontraktor merupakan peserta Tender/Pelelangan Jasa Konstruksi (Pemborongan) Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Tahun Anggaran 2007; --- 1.2 Mengenai Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)/Owner Estimate (OE) (vide, Bukti A109, B8, B36, B40, C25); --- 1.2.1 Bahwa berkaitan dengan penyusunan HPS, LHPL menyatakan pada pokoknya bahwa Panitia Tender semata-mata hanya mengacu pada pagu anggaran yang mengakibatkan HPS dari semua paket tender memiliki nilai yang sama dengan pagu anggaran. Tindakan Panitia Tender telah mengakibatkan kesenjangan atau kesempatan margin keuntungan yang maksimal yang dapat diperoleh pemenang tender. Bahkan secara faktual, pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan), pemenang tender dapat memperoleh margin keuntungan sekitar 1 (satu) Milyar rupiah; --- 1.2.2 Bahwa atas hal tersebut, Panitia Tender memberikan tanggapan/pembelaan sebagai berikut: ---

halaman 25 dari 35

1.2.2.1 Bahwa dalam menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS), nilai HPS sama dengan Pagu Anggaran bukan merupakan strategi atau kesempatan untuk diperolehnya keuntungan besar bagi penyedia jasa; --- 1.2.2.2 Bahwa besar kecilnya HPS berbanding lurus dengan jumlah saluran/parit atau panjang pendeknya saluran/parit yang akan direhabilitasi; --- 1.2.3 Bahwa berkaitan dengan fakta, analisa dan pembelaan tersebut, Majelis Komisi memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut: --- 1.2.3.1 Bahwa ketentuan Pasal 13 ayat 1 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (“Keppres No. 80 Tahun 2003”) menyatakan: --- Pengguna barang/jasa wajib memiliki harga perkiraan sendiri (HPS) yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan. --- 1.2.3.2 Bahwa penjelasan atas ketentuan Pasal 13 ayat 1 Keppres No. 80 Tahun 2003 menyatakan: --- Data yang digunakan sebagai dasar penyusunan HPS antara lain :

a. Harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya

pengadaan;

b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara

resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), asosiasi

terkait dan sumber data lain yang dapat

dipertanggungjawabkan;

c. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh

agen tunggal/ pabrikan;

d. Biaya kontrak sebelumnya yang sedang berjalan

dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya, apabila terjadi perubahan biaya;

e. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi

yang berwenang.

1.2.3.3 Bahwa berkaitan dengan ketentuan Keppres No. 80 Tahun 2003 tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan Panitia Tender yang semata-mata hanya mengacu pada pagu anggaran jelas tidak sesuai dengan prosedur penyusunan HPS sebagaimana telah diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003; --- 1.2.3.4 Bahwa selanjutnya berdasarkan fakta mekanisme penyusunan HPS direlevansikan potensi margin keuntungan sekitar 1 (satu) Milyar rupiah, maka Majelis Komisi berpendapat sebagai berikut: --- a. Apabila mencermati HPS yang ditetapkan untuk Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha

(Lanjutan) yaitu sebesar Rp. 6.500.000.000 (enam milyar lima ratus juta rupiah) maka dapat diketahui prosentase keuntungan sebesar 1 (satu) Milyar rupiah tersebut adalah sekitar 15% (lima belas persen) dari HPS; --- b. Selanjutnya apabila mencermati penawaran dari PT Karya Dharma Jambi Persada selaku pemenang tender Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan) yaitu sebesar Rp. 6.220.200.000 (enam milyar dua ratus dua puluh juta dua ratus ribu rupiah) maka dapat diketahui prosentase keuntungan sebesar 1 (satu) Milyar rupiah tersebut adalah sekitar 16% (enam belas persen) dari dari penawaran; --- Atas fakta tersebut, Majelis Komisi selanjutnya menilai bahwa untuk tipe pekerjaan pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan), margin keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang tidak wajar atau supernormal; --- 1.2.3.5 Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi berkesimpulan bahwa mekanisme penyusunan HPS yang dilakukan Panitia Tender merupakan tindakan yang berpotensi pada inefisiensi pada keuangan negara, terlebih lagi berdasarkan hasil pemeriksaan Panitia Tender tidak dapat membuktikan bahwa penyusunan HPS tersebut tidak didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan Pasal 13 ayat 1 Keppres No. 80 Tahun 2003; --- 1.3 Mengenai Perilaku Sy. (Syarif) Fasha dan Eddy Sulaiman; --- Bahwa berkaitan dengan dugaan pelanggaran Sy. Fasya dimana yang bersangkutan diduga baik sendiri maupun bersama-sama pihak lain antara lain termasuk dengan Edy Sulaiman telah melakukan koordinasi dan melakukan tindakan menghalangi pelaku usaha tertentu untuk menjadi peserta maupun pemenang tender, maka Majelis Komisi sependapat dengan dengan fakta dan analisa dalam LHPL dan secara mutatis mutandis menjadi bagian dalam pertimbangan hukum Majelis Komisi; (vide, Bukti B6, B18) --- 1.4 Mengenai Keganjilan Dalam Proses Tender; --- 1.4.1 Paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan D.I. Limun Singkut (Lanjutan); (vide, Bukti C49, C53, C54, C55) --- 1.4.1.1 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan kesalahan pengetikan yang terjadi pada paket tender ini, maka Majelis

halaman 27 dari 35

Komisi menilai bahwa fakta tersebut tidak cukup kuat untuk dijadikan bukti adanya persekongkolan karena tidak didukung alat bukti yang lain; --- 1.4.1.2 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan kesamaan format dan isi metode pelaksanaan antara PT Gentraco Laksono dengan PT Kramat Kulon, maka Majelis Majelis Komisi menilai bahwa fakta tersebut membuktikan adanya kerja sama dalam mempersiapkan dokumen penawaran; --- 1.4.1.3 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan perilaku Panitia Tender yang melakukan klarifikasi justru kepada PT Kramat Kulon selaku peserta rangking ke-6, maka Majelis Komisi menilai bahwa klarifikasi tersebut sangat wajar mengingat adanya perbedaan besaran penawaran PT Kramat Kulon dimana dalam penawarannya PT Kramat Kulon mengajukan penawaran Rp. 1.948.083.000 namun setelah dilakukan koreksi aritmatik telah terkoreksi menjadi Rp. 2.939.974.000; --- 1.4.1.4 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan perilaku Panitia Tender atas penawaran PT Bina Konsindo Persada, maka Majelis Komisi tidak sependapat dengan fakta dalam LHPL karena berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Pelelangan atas paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan D.I. Limun Singkut (Lanjutan) telah terdapat bukti adanya evaluasi administrasi dan lembar pakta integritas PT Bina Konsindo Persada; ---

1.4.2 Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Lambur Luar 3500 ha Paket I; (vide, Bukti A126, B18, B35, C4, C6, C10,C13) ---

1.4.2.1 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan kesamaan penyusunan format metode pelaksanaan antara PT Surian Putra Jambi, PT Kramat Kulon dan PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, maka Majelis Komisi sependapat dengan analisa LHPL karena kesamaan tersebut masih dalam batas yang wajar. Selain itu, selama proses pemeriksaan tidak ditemukan adanya bukti kerja sama di antara peserta tender tersebut, oleh karena itu Majelis Komisi menilai tidak cukup bukti adanya persekongkolan antara PT Surian Putra Jambi, PT Kramat Kulon dan PT Bukit Telaga Hasta Mandiri dalam penyusunan dokumen metode pelaksanaan pada paket tender tersebut; --- 1.4.2.2 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan tidak dilakukannya klarifikasi oleh Panitia Tender terhadap PT Kramat Kulon maka Majelis Komisi sependapat dengan alasan yang disampaikan

oleh Panitia Tender mengingat item pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan utama (pekerjaan minor) dan kelebihan penawaran yang disampaikan untuk item-item tersebut masih di bawah 10% dari rincian HPS. Selain itu, total keseluruhan penawaran yang disampaikan oleh PT Kramat Kulon masih di bawah HPS; 1.4.2.3 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan perilaku Panitia Tender atas penawaran PT Kramat Kulon, maka Majelis Komisi tidak sependapat dengan fakta dalam LHPL karena berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Pelelangan atas paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Lambur Luar 3500 ha Paket I telah terdapat bukti adanya lembar pakta integritas PT Kramat Kulon; ---

1.4.3 Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Lambur Luar 3500 ha Paket II; (vide, Bukti A126, B18, B35, C15, C16, C17, C24) ---

1.4.3.1 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan tidak dilakukannya klarifikasi oleh Panitia Tender terhadap PT Pribadi Bangun Perkasa maka Majelis Komisi sependapat dengan alasan yang disampaikan oleh Panitia Tender mengingat item pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan utama (pekerjaan minor). Selain

itu, total keseluruhan penawaran yang disampaikan oleh PT Pribadi Bangun Perkasa masih di bawah HPS; ---

1.4.3.2 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan gugurnya PT Buana Baru Nusantara maka berdasarkan dokumen klarifikasi Majelis Komisi menemukan fakta bahwa gugurnya PT Buana Baru Nusantara antara lain karena ketidaksesuaian jaminan penawaran, ketidaksesuaian jenis peralatan, dan keabsahan sertifikat tenaga ahli. Oleh karena itu, Majelis Komisi menilai tindakan Panitia Tender yang menggugurkan PT Buana Baru Nusantara pada tahap evaluasi administrasi adalah wajar; --- 1.4.3.3 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan perilaku Panitia

Tender atas penawaran PT Pribadi Bangun Perkasa, maka Majelis Komisi tidak sependapat dengan fakta dalam LHPL karena berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Pelelangan atas paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Lambur Luar 3500 ha Paket II telah terdapat bukti adanya lembar pakta integritas milik PT Pribadi Bangun Perkasa; --- 1.4.4 Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan); (vide, Bukti B8, B12, C25, C25.1, C31, C31.1) ---

1.4.4.1 Bahwa atas keganjilan terkait dengan kerja sama antara PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Tembesi Agung

halaman 29 dari 35

dalam proses mempersiapkan dokumen tender maka Majelis Komisi menilai bahwa fakta tersebut merupakan fakta yang membuktikan kerja sama antar peserta tender terlebih lagi kerja

sama antara PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Tembesi Agung dilakukan dengan membuat pengaturan

harga penawaran dengan memberi batas atas dan batas bawah, sehingga kedua perusahaan tersebut memiliki dua posisi penawaran yang sangat signifikan untuk berpotensi menjadi pemenang tender; --- 1.4.4.2 Bahwa atas hal tersebut, Majelis Komisi berkesimpulan bahwa PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Tembesi Agung telah melakukan persaingan semu yang mengakibatkan margin keuntungan sebesar 1 (satu) Milyar rupiah bagi PT Karya Dharma Jambi Persada selaku pemenang tender dimana margin keuntungan tersebut telah dinilai oleh Majelis Komisi sebagai margin keuntungan yang tidak wajar atau super normal; --- 1.4.4.3 Bahwa atas keganjilan terkait dengan penulisan Formulir Isian Penilaian Kualifikasi maka Majelis Komisi tidak sependapat dengan fakta LHPL karena format penulisannya telah diatur dan atau ditetapkan dalam Dokumen Pelelangan Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan) sehingga sangat wajar apabila terjadi kesamaan format penulisan; --- 1.4.5 Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Air Hitam Laut 3400 ha;

(vide, Bukti A109, B18, B23, C32.1) ---

1.4.5.1 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan penawaran PT Wahyu Matra Kontraktor maka Majelis Komisi sependapat

dengan fakta dan alasan dalam LHPL karena gugurnya PT Wahyu Matra Kontraktor memang dikarenakan tidak

memenuhi persyaratan administrasi; --- 1.4.5.2 Bahwa selain itu, berdasarkan berita acara klarifikasi juga ditemukan fakta adanya ketidaksesuaian penawaran PT Wahyu Matra Kontraktor terkait dengan spesifikasi pintu ulir dimana dipersyaratkan dari bahan besi namun PT Wahyu Matra Kontraktor menawarakan pintu air dengan bahan kayu. Oleh karena itu, Majelis Komisi menilai tindakan Panitia Tender dalam menggugurkan PT Wahyu Matra Kontraktor adalah wajar; ---

1.4.6 Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Cemara 3200 ha; (vide, Bukti B18, C58, C62) --- 1.4.6.1 Bahwa Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan tidak

dilakukannya klarifikasi oleh Panitia Tender terhadap PT Bukit Telaga Hasta Mandiri maka Majelis Komisi

sependapat dengan alasan yang disampaikan oleh Panitia Tender mengingat item pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan utama (pekerjaan minor). Selain itu, total keseluruhan penawaran yang disampaikan oleh PT Bukit Telaga Hasta Mandiri masih di bawah HPS; --- 1.4.6.2 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan perilaku Panitia Tender atas penawaran PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, maka Majelis Komisi tidak sependapat dengan fakta dalam LHPL karena berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Pelelangan atas paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Cemara 3200 ha telah terdapat bukti adanya lembar pakta integritas PT Bukit Telaga Hasta Mandiri; --- 1.4.6.3 Bahwa atas keganjilan yang terkait dengan kesamaan item

penawaran antara PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Usaha Pratama Sari maka Majelis Komisi menilai bahwa

fakta tersebut membuktikan adanya kerja sama dalam mempersiapkan dokumen penawaran (vide, Bukti C67); --- 1.5 Mengenai Perilaku PT Ardikon Pratama Putra; --- 1.5.1 Bahwa berdasarkan LHPL diperoleh fakta bahwa selama proses tender, PT Ardikon Pratama Putra tidak bersedia memenuhi undangan klarifikasi yang disampaikan oleh Panitia Tender padahal sangat berpotensi untuk menjadi pemenang tender; --- 1.5.2 Bahwa atas dasar fakta tersebut, Majelis Komisi menilai bahwa meskipun hal tersebut menunjukkan tidak adanya keseriusan PT Ardikon Pratama Putra dalam mengikuti tender namun fakta tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan adanya persekongkolan dalam tender karena tidak terdapat bukti lain yang mendukung adanya persekongkolan dalam tender tersebut; --- 2. Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan dikaitkan dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi menilai pemenuhan unsur-unsur pasal sebagai berikut; --- 2.1 Bahwa ketentuan Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 menyatakan:

halaman 31 dari 35

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan

atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya persaingan usaha tidak sehat”; ---

2.2 Menimbang bahwa Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung unsur-unsur sebagai berikut: --- 2.2.1 Pelaku Usaha; ---

2.2.1.1 Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; ---

2.2.1.2 Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini adalah PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, PT Buana Baru Nusantara, PT Gentraco Laksono, PT Bina Konsindo Persada, PT Surian Putra Jambi, PT Karya Dharma Jambi, PT Pribadi Bangun

Perkasa, PT Kramat Kulon, PT Ardikon Pratama Putra, PT Tembesi Agung, PT Usaha Pratama Sari, dan PT Wahyu

Matra Kontraktor dimana dalam prakteknya telah bertindak sebagai peserta Tender/Pelelangan Jasa Konstruksi (Pemborongan) Balai Wilayah Sungai Sumatera VI Tahun Anggaran 2007; --- 2.2.1.3 Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 1.1 Bagian Tentang Hukum, maka unsur pelaku usaha telah terpenuhi; --- 2.2.2 Bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender; --- 2.2.2.1 Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu; --- 2.2.2.2 Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, persekongkolan dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: ---

a. persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya; --- b. persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan; --- c. gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal adalah persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa; --- 2.2.2.3 Bahwa berdasarkan bentuk-bentuk persekongkolan tersebut, maka Majelis Komisi menilai tidak ditemukannya persekongkolan horizontal yang dilakukan oleh Sy. (Syarif) Fasha, Eddy Sulaiman, PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, PT Buana Baru Nusantara, PT Bina Konsindo Persada, PT Surian Putra Jambi, PT Pribadi Bangun Perkasa, PT Ardikon Pratama Putra, dan PT Wahyu Matra Kontraktor; --- 2.2.2.4 Bahwa berkaitan dengan tindakan Panitia Tender dalam proses penyusunan HPS yang mengakibatkan margin keuntungan yang tidak wajar atau super normal maka Majelis Komisi menilai tindakan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai persekongkolan vertikal karena tidak ditemukan bukti adanya interaksi atau kerja sama secara nyata yang dilakukan oleh Panitia Tender untuk mengatur PT Karya Dharma Jambi Persada menjadi pemenang tender; --- 2.2.2.5 Bahwa berkaitan dengan tindakan kerja sama yang dilakukan PT Gentraco Laksono dengan PT Kramat Kulon dalam Paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan D.I. Limun Singkut (Lanjutan) merupakan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai persekongkolan horizontal meskipun secara faktual

tindakan tersebut tidak secara serta merta mengakibatkan PT Gentraco Laksono menjadi pemenang tender; ---

2.2.2.6 Bahwa berkaitan dengan tindakan kerja sama yang dilakukan PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Tembesi Agung

halaman 33 dari 35

pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan) merupakan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai persekongkolan horizontal, terlebih lagi tindakan tersebut juga dilakukan pada tender Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Lambur Luar 3500 ha Paket I; ---

2.2.2.7 Bahwa selanjutnya, tindakan kerja sama yang dilakukan PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Usaha Pratama

Sari pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Cemara 3200 ha merupakan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai persekongkolan horizontal meskipun secara faktual tindakan tersebut tidak mengakibatkan pengaturan peserta tender tertentu menjadi pemenang tender; --- 2.2.2.8 Bahwa atas dasar uraian tersebut, maka Majelis Komisi menilai persekongkolan hanya dilakukan oleh PT Gentraco Laksono,

PT Kramat Kulon, PT Karya Dharma Jambi Persada, PT Tembesi Agung dan PT Usaha Pratama Sari untuk tindakan

pada paket-paket tender sebagaimana diuraikan 2.2.2.4 sampai dengan 2.2.2.7 tersebut; --- 2.2.2.9 Bahwa dengan demikian, unsur bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender terpenuhi; --- 2.2.3 Mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; --- 2.2.3.1 Bahwa yang dimaksud persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha; --- 2.2.3.2 Bahwa persekongkolan yang dilakukan oleh PT Gentraco

Laksono, PT Kramat Kulon, PT Karya Dharma Jambi Persada, PT Tembesi Agung dan PT Usaha Pratama Sari untuk tindakan

pada paket-paket tender sebagaimana diuraikan 2.2.2.4 sampai dengan 2.2.2.7 tersebut jelas merupakan tindakan yang tidak jujur karena tidak mengikuti tender secara independen dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip persaingan sehat dalam proses tender, terlebih lagi atas persekongkolan yang dilakukan PT Karya Dharma Jambi Persada dengan PT Tembesi Agung

yang telah mengakibatkan margin keuntungan yang tidak wajar atau super normal; --- 2.2.3.3 Bahwa dengan demikian, unsur mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat terpenuhi; --- 3. Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal

di bawah ini: --- 3.1 Bahwa fakta dan analisa serta alat bukti yang diperoleh dalam proses pemeriksaan maka Majelis Komisi menemukan adanya tindakan Panitia Tender yang tidak sesuai dengan ketentuan Keppres No. 80 Tahun 2003 sehingga mengakibatkan timbulnya potensi inefiensi pada anggaran negara. Atas dasar fakta tersebut maka Majelis Komisi memberikan rekomendasi kepada atasan langsung agar memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku;--- 3.2 Bahwa fakta dan analisa serta alat bukti yang diperoleh dalam proses pemeriksaan maka Majelis Komisi menilai bahwa keuntungan yang tidak wajar yang diperoleh PT Karya Dharma Jambi Persada pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Sei Jambat 3100 ha (Lanjutan) dapat dikategorikan sebagai keuntungan yang tidak sah karena diperoleh dari hasil tindakan yang melawan hukum sehingga harus dikembalikan kepada negara. Selain itu, Majelis Komisi menilai bahwa keterlibatan PT Karya Dharma Jambi Persada dalam persekongkolan horisontal pada Paket Pekerjaan Rehab. Jaringan Rawa D.R Cemara 3200 ha menjadi alasan untuk memberatkan sanksi; --- 4. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: ---

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan bahwa Terlapor I: Sy. (Syarif) Fasha, Terlapor II: Eddy Sulaiman, Terlapor III: Panitia Tender, Terlapor IV: PT Bukit Telaga Hasta Mandiri, Terlapor V: PT Buana Baru Nusantara, Terlapor VII: PT Bina Konsindo Persada, Terlapor VIII: PT Surian Putra Jambi, Terlapor X: PT Pribadi Bangun Perkasa, Terlapor XII: PT Ardikon Pratama Putra, dan Terlapor XV: PT Wahyu Matra Kontraktor secara sah dan meyakinkan tidak melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; --- 2. Menyatakan bahwa Terlapor VI: PT Gentraco Laksono, Terlapor IX: PT Karya

Dharma Jambi Persada, Terlapor XI: Kramat Kulon dan Terlapor XIII: PT Tembesi Agung, Terlapor IX: PT Usaha Pratama Sari secara sah dan

halaman 35 dari 35

3. Melarang Terlapor VI: PT Gentraco Laksono, Terlapor IX: PT Karya Dharma Jambi Persada, Terlapor XI: Kramat Kulon dan Terlapor XIII: PT Tembesi Agung untuk mengikuti tender di wilayah Propinsi Jambi selama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap; --- 4. Memerintahkan kepada Terlapor IX: PT Karya Dharma Jambi Persada untuk

membayar denda sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai Setoran Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha, Departemen Perdagangan Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); ---

Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi pada hari Kamis, tanggal 23 April 2009 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 24 April 2009 oleh Majelis Komisi yang

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2008 (Halaman 24-35)

Dokumen terkait