• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG HUKUM

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 25-39)

1. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (“LHPL”), surat, dokumen, dan alat bukti lainnya, Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan ada tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para Terlapor sebagai berikut: ---

1.1. Tentang Identitas Para Terlapor; ---

1.1.1. Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi dan berusaha di Indonesia sebagaimana diuraikan dalam butir 14.1 Bagian Tentang Duduk Perkara ; -- 1.1.2. Bahwa Terlapor X adalah Panitia Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Kapuas Hulu Tahun

SALINAN

Anggaran 2009 sebagaimana diuraikan pada butir 14.1 Bagian Tentang Duduk Perkara dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : ---

No Nama Jabatan

1 Agus Darmanta, S.T., M.T. Ketua

2 Drs. Junaidi Sekretaris

3 Piet Soemaryoto, S.Hut., M.Si. Anggota

4 Syapril Anshari, S.H. Anggota

5 Ferry Suryanata, S.H. Anggota

6 Abang Rusli Anggota

7 Hambali, S.T. Anggota

8 Yudho Bayu Waskito, S.T. Anggota

9 Sutiadi, S.T. Anggota

1.1.3. Bahwa Terlapor XI adalah gabungan pengusaha di bidang jasa pelaksana konstruksi di Kabupaten Kapuas Hulu sebagaimana diuraikan dalam butir 14.1 Bagian Tentang Duduk Perkara; --- 1.1.4. Bahwa Terlapor XII adalah Bupati Kapuas Hulu sebagaimana diuraikan dalam butir 14.1 Bagian Tentang Duduk Perkara; --- 1.1.5. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XII bukan merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan dalam bidang ekonomi; --- 1.1.6. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan Terlapor X, Terlapor XI dan Terlapor XII bukan merupakan pelaku usaha sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; --- 1.1.7. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; --- 1.1.8. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor

III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX merupakan pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 5 Undang-undang No. 5 Tahun 1999; ---

1.2. Tentang Obyek Lelang; ---

1.2.1. Bahwa berdasarkan LHPL, obyek lelang dalam perkara ini adalah Pelelangan Umum Pasca Kualifikasi Paket Pekerjaan dengan Sumber Dana APBD Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2009 (DAU, DAK, Dana Bantuan Pasca Bencana Alam dan Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah) Dinas Bina Marga dan Pengairan

27 1.2.1.1. Proyek Pembangunan Jalan Kabupaten, Jalan Nanga Danau –

Nanga Bunut, lokasi Kecamatan Boyan Tanjung dan Bunut Hilir; 1.2.1.2. Proyek Pembangunan Jalan Dalam Kota Putussibau Utara dan

Selatan, Ruas Jalan Kom Yos Sudarso (2 Jalur), lokasi Kecamatan Putussibau Utara; --- 1.2.1.3. Proyek Pembangunan Jembatan S. Suhaid di Menapar (Tahap II), lokasi Kecamatan Suhaid; --- 1.2.1.4. Proyek Peningkatan Jalan Kabupaten, Jalan Putussibau – Sibau Hulu, lokasi Kecamatan Putussibau Utara; --- 1.2.1.5. Proyek Peningkatan Jalan Kabupaten, Ruas Jalan Nanga Kantuk – Langau, lokasi Kecamatan Empanang; --- 1.2.2. Bahwa Pelelangan Umum Pasca Kualifikasi Paket Pekerjaan dengan Sumber Dana APBD Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2009 Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Kapuas Hulu menggunakan dana yang bersumber dari DAU, DAK, Dana Bantuan Pasca Bencana Alam dan Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah; --- 1.2.3. Bahwa Majelis Komisi menilai pemeriksaan perkara a quo hanya terfokus

kepada 5 (lima) paket pekerjaan sebagaimana diuraikan dalam butir 1.2.1 Bagian Tentang Hukum karena pada 5 (lima) paket tersebut diduga telah terjadi pengaturan dalam menentukan pemenang lelang; --- 1.2.4. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan telah terjadi pengaturan untuk menentukan pemenang lelang terhadap 5 (lima) paket pekerjaan dalam perkara a quo. ---

1.3. Tentang Evaluasi; ---

1.3.1. Bahwa berdasarkan LHPL dinyatakan, Terlapor X tidak melakukan evaluasi dokume penawaran peserta lelang dengan benar sehingga meloloskan Terlapor I dan Terlapor II meskipun ada kesamaan kepemilikan untuk paket pelelangan yang sama. Akibat tindakan Terlapor X tersebut mengakibatkan Terlapor I menjadi pemenang lelang untuk Paket Ruas Jalan Nanga Danau – Nanga Bunut dan Paket Ruas Jalan Kom Yos Sudarso (2 jalur). Dengan demikian Terlapor X telah memfasilitasi Terlapor I menjadi pemenang di 2 (dua) paket yang dilelang; --- 1.3.2. Bahwa Terlapor I dalam pembelaannya menyatakan telah terjadi jual beli saham/pengalihan saham dari Komisaris Utama Terlapor II kepada AIM dan Komisaris Agus Setiawan kepada Sy. Abdulah yang diketahui oleh

SALINAN

Direktur Terlapor II yang dibuat di bawah tangan yang disahkan oleh Pengadilan Negeri Putussibau; --- 1.3.3. Bahwa Terlapor X dalam pembelaannya menyatakan tidak bermaksud mengabaikan ketentuan Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Jasa Konstruksi. Dalam hal terlapor X mengabaikan ketentuan tersebut terjadi karena Terlapor X belum mengerti dan memahami ketentuan tersebut dan Terlapor X tidak bermaksud menguntungkan dan memfasilitasi salah satu peserta lelang; --- 1.3.4. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor X yang mengabaikan ketentuan Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Jasa Konstruksi merupakan tindakan yang disengaja. Hal ini terjadi karena Terlapor X sudah berpengalaman dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa serta memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah; --- 1.3.5. Bahwa Majelis Komisi menilai perubahan pengurus suatu perusahaan baik dalam pengalihan saham ataupun jual beli saham perseroan harus dilakukan dalam akta dan dilakukan perubahan anggaran dasar perusahaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; --- 1.3.6. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dalam dokumen penawaran Terlapor I dan Terlapor II selama proses lelang berlangsung belum terdapat perubahan kepemilikan saham maka anggaran dasar Terlapor I dan Terlapor II masih tetap berlaku; --- 1.3.7. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan Terlapor X telah lalai dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa perkara a quo dengan tidak menggugurkan Terlapor I dan Terlapor II sehingga memfasilitasi Terlapor I menjadi pemenang untuk 2 (dua) paket yang dilelang; ---

1.4. Tentang Pengaturan Pemenang Lelang; ---

1.4.1. Bahwa berdasarkan LHPL, terdapat pertemuan yang dilakukan sebelum proses lelang berlangsung untuk membagi dan menentukan pemenang disetiap paket pekerjaan perkara a quo yang difasilitasi oleh Terlapor XI yang bertindak sebagai kordinator atas perintah Bupati Kapuas Hulu. Peserta Tender yang berminat menjadi pemenang harus menyetor uang sebesar 3% (tiga persen) dari nilai proyek. Sedangkan peserta tender yang memasukkan penawaran dan tidak menang hanya digunakan sebagai pendamping; ---

29 1.4.2. Bahwa Terlapor X yang mengetahui adanya pengaturan dalam

menentukan pemenang lelang perkara a quo tidak melakukan tindakan apapun; --- 1.4.3. Bahwa Terlapor I dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah mengikuti pertemuan yang difasilitasi oleh Terlapor XI dan menyetor 3% (tiga persen) dari nilai proyek. Terlapor I membantah bahwa peserta tender yang mengikuti lelang Paket Jl. Nanga Danau-Nanga Bunut dan Paket Jl. Kom Yos Sudarso hanya sebagai pendamping dan memnfasilitasi Terlapor I menjadi pemenang; --- 1.4.4. Bahwa terlapor II dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah

mengikuti atau mengetahui adanya pertemuan untuk membahas atau mengatur pemenang tender dan tidak pernah menerima uang 3% (tigapersen); --- 1.4.5. Bahwa Terlapor III dalam pembelaannya menyatakan tidak mengetahui adanya pertemuan yang dikoordinasikan oleh DPC Gapeksindo ataupun yang diperintahkan oleh Bupati Kapuas Hulu; --- 1.4.6. Bahwa Terlapor IV dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah melakukan pertemuan atau difasilitasi oleh pihak manapun atas pengaturan atau penentuan pada paket proyek yang dilelangkan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Kapuas Hulu. Terlapor IV membantah telah menyetor sebesar 3% (tiga persen) kepada pihak tertentu; --- 1.4.7. Bahwa Terlapor V dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah mendampingi kemenangan pihak tertentu dan tidak pernah diundang atau menghadiri pertemuan yang dilakukan oleh lintas asosiasi perusahaan kontruksi atau pihak lain sehubungan dengan pengaturan pemenang lelang pada paket pekerjaan tersebut; --- 1.4.8. Bahwa Terlapor VI dalam pembelaannya menyatakan membantah tidak pernah menyetor uang sebesar 3% (tiga persen) kepada Terlapor XI atau pihak lain. Sedangkan Terlapor VI menyatakan selalu berusaha untuk bekerja secara profesional dalam mengikuti lelang; --- 1.4.9. Bahwa Terlapor VII dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah

mengikuti pertemuan yang difasilitasi oleh lintas asosiasi perusahaan konstruksi dan tidak pernah membayar uang 3% (tiga persen) kepada lintas asosiasi untuk memenangkan Ruas Jalan Putussibau-Sibau Hulu dan Ruas Jalan Nanga kantuk-Langau; ---

SALINAN

1.4.10.Bahwa Terlapor VIII dalam pembelaannya menyatakan membantah telah membayar uang 3% (tiga persen) kepada lintas asosiasi untuk memenangkan Ruas Jalan Nanga Kantuk-Langau; --- 1.4.11.Bahwa Terlapor XI dalam pembelaannya menyatakan tidak pernah mengadakan pertemuan bersama dengan tujuan untuk menfasilitasi dan menciptakan kondisi terhadap penentuan pemenang lelang dengan atau tanpa perintah Terlapor XII. Terlapor XI menyatakan tidak pernah menerima, meminta atau mengetahui tentang adanya uang yang dituduhkan; --- 1.4.12.Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan LHPL mengenai adanya

pertemuan yang dilakukan untuk mengatur dan menentukan pemenang lelang untuk paket pekerjaan perkara a quo; --- 1.4.13.Bahwa Majelis Komisi menilai pertemuan tersebut diadakan dan dihadiri oleh beberapa peserta lelang tetapi Tim Pemeriksa tidak menemukan cukup bukti pertemuan tersebut dilakukan atas arahan atau perintah Terlapor XII; --- 1.4.14.Bahwa Majelis Komisi menilai ada penyetoran uang sebesar 3% (tiga

persen) dari nilai proyek oleh pemenang lelang, tetapi Tim Pemeriksa tidak menemukan cukup bukti uang tersebut disetor kepada Terlapor XI atau pihak tertentu lainnya; --- 1.4.15.Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor X sebagai Panitia yang

mengetahui adanya pengaturan pemenang lelang tersebut tidak mengambil tindakan apapun meskipun tindakan pengaturan pemenang lelang bertentangan dengan ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat (RKS); -- 1.4.16.Bahwa Majelis Komisi berpendapat Terlapor X yang tidak mengambil tindakan apapun sebagaimana diuraikan pada butir 1.4.15 di atas dapat dikategorikan memfasilitasi peserta lelang untuk menjadi pemenang paket pekerjaan perkara a quo; --- 1.4.17.Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan telah terjadi pertemuan untuk mengatur dan menentukan pemenang lelang paket pekerjaan perkara a quo oleh para Terlapor; ---

1.5. Tentang Kesamaan Dokumen Penawaran ---

1.5.1. Bahwa berdasarkan LHPL dinyatakan terdapat kesamaan format penulisan dokumen penawaran Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII dan Terlapor IX dalam mengikuti tender perkara a quo. Hal ini terjadi karena penyusunan dokumen

31 1.5.2. Bahwa Terlapor I dalam pembelaannya menyatakan adanya kesamaan

format menurut Terlapor I hanya sebuah kehilafan dan jika terdapat kesamaan penulisan itu hanya bersifat kekeliruan; --- 1.5.3. Bahwa Terlapor II dalam pembelaannya menyatakan kesamaan dan kemiripan pada dokumen merupakan sesuatu yang tidak disengaja. Karena dalam asosiasi para anggota dilatih dan diberikan softcopy, softcopy tersebut sering kami pakai pada saat mengikuti tender dimanapun; --- 1.5.4. Bahwa Terlapor III menyatakan dalam pembelaannya tidak merasa bersekongkol dengan cara menyusun dokumen secara bersama-sama dan Terlapor III menyuruh orang untuk membuat penawaran dan menyebutkan angka penawaran saya; --- 1.5.5. Bahwa Terlapor IV dalam pembelaannya menyatakan Terlapor IV menyiapkan administrasi penawaran suatu proyek selalu bekerja dengan tenaga teknis maupun administrasi sendiri; --- 1.5.6. Bahwa Terlapor V dalam pembelaannya menyatakan tidak mengetahui penyebab kesamaan tersebut, akan tetapi perlu kami sampaikan bahwasannya karyawan teknis dan karyawan administrasi Terlapor V pernah bekerja pada beberapa perusahaan lain sebelumnya, sehingga file format pekerjaan yang menjadi tugas mereka bisa saja didapatkan dari tempat bekerja sebelumnya; --- 1.5.7. Bahwa Terlapor VII dalam pembelaannya menyatakan format penawaran yang digunakan dalam penawaran menggunakan file penawaran tahun 2008 dengan nama paket yang sama dan dalam pengerjaannya tidak teliti dalam melihat dokumen di tahun 2009 yang sedikit mengalami perubahan format penulisan; --- 1.5.8. Bahwa Terlapor VIII dalam pembelaannya menyatakan tidak ada kesamaan format penawaran antara Terlapor VIII dengan Terlapor IX; --- 1.5.9. Bahwa Majelis Komisi berpendapat seharusnya para Terlapor menyusun sendiri dokumen penawaran untuk masing-masing Terlapor sehingga kemungkinan terjadi persesuaian diantara peserta tender tidak terjadi; --- 1.5.10.Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan kesamaan format dokumen penawaran oleh Para Terlapor terjadi karena adanya pemberian softcopy format perhitungan penawaran dalam pelatihan jasa konstruksi dan dikerjakan oleh orang sewa khusus untuk menyusun dokumen penawaran;

SALINAN

1.6. Tentang Kesamaan Pemilik Perusahaan

1.6.1. Bahwa berdasarkan LHPL dinyatakan terdapat kesamaan pemilik Terlapor II dengan Terlapor I yaitu Daniel dan Agus Setiawan adalah pemegang saham di Terlapor I dan Terlapor II; --- 1.6.2. Bahwa Terlapor I dalam pembelaannya menyatakan telah terjadi jual beli saham/pengalihan saham dari Komisaris Utama Terlapor II kepada AIM dan Komisaris Agus Setiawan kepada Sy. Abdulah yang diketahui oleh Direktur Perusahaan Terlapor II yang dibuat di bawah tangan yang disahkan oleh Pengadilan Negeri Putussibau; --- 1.6.3. Bahwa Majelis Komisi menilai proses jual beli saham Terlapor II yang dilakukan oleh Daniel dan Agus Setiawan secara di bawah tangan dan tidak segera melakukan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan, sehingga secara hukum masih belum ada perubahan Anggaran Dasar Terlapor II; --- 1.6.4. Bahwa Majelis Komisi berpendapat dengan masih adanya nama Daniel dan Agus Setiawan dalam Formulir Isian Penilaian Kualifikasi dokumen penawaran Terlapor I dan Terlapor II menunjukan masih adanya keterkaitan hubungan kepemilikan antara Terlapor I dan Terlapor II.; --- 1.6.5. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan dengan keterkaitan antara Terlapor

I dan Terlapor II menjaadi dasar bagi koordinasi diantara Terlapor I dan terlapor II dalam mengikuti lelang untuk paket pekerjaan yang sama dalam perkara a quo. ---

1.7. Tentang Kesamaan Alamat Perusahaan ---

1.7.1. Bahwa dalam LHPL dinyatakan adanya kesamaan alamat kantor antara Terlapor IV dan Terlapor VI di Jl. Kelam No. 16 Sintang pada dokumen penawaran; --- 1.7.2. Bahwa Terlapor IV dalam pembelaannya menyatakan kesamaan alamat perusahaan dengan Terlapor VI karena Terlapor VI menyewa pada ruko yang sama dimana ruko tersebut banyak disewakan oleh pemilik kepada pihak penyewa; --- 1.7.3. Bahwa Terlapor VI dalam pembelaannya menyatakan kesamaan alamat perusahaan dikarenakan Jalan kelam No. 16 Sintang merupakan jalan protokol dan strategis untuk perkantoran maka saya memilih untuk menyewa rumah tersebut sebagai kantor, ternyata rumah tersebut satu lantainya sudah disewa oleh Terlapor IV dan kebetulan berada satu kantor dan berbeda lantainya; --- 1.7.4. Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan dokumen foto yang

33 pembelaannya menunjukkan kondisi kantor yang sangat berbeda dengan apa yang disampaikan dalam pembelaan; --- 1.7.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat terdapat perbedaan antara pembelaan yang disampaikan dengan dokumen foto yang dilampirkan mengenai kondisi alamat perusahaan Terlapor IV dan Terlapor VI; --- 1.7.6. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan dengan adanyat perbedaan bukti sebagaimana diuraikan dalam butir 1.7.4 Bagian Tentang Hukum menunjukan Terlapor IV dengan Terlapor VI melakukan kegiatan usaha pada kantor yang sama. ---

1.8. Tentang Terlapor VIII ---

1.8.1. Bahwa dalam LHPL dinyatakan Terlapor VIII membayar uang 3% (tiga persen) kepada Terlapor XI menggunakan uang milik Terlapor VII. Bahwa Terlapor VIII menyatakan pelaksana pekerjaan Ruas Jalan Nanga kantuk-Langau dikerjakan oleh Terlapor VII. Bahwa Terlapor VIII membantah telah melakukan KSO dengan PT Blitar Permai serta Terlapor VIII telah menyampaikan pesan Terlapor I kepada Tim Pemeriksa agar perkara a quo dapat diselesaikan dengan damai. --- 1.8.2. Bahwa Terlapor VIII dalam pembelaannya menyatakan tidak benar membayar uang 3% (tiga persen) kepada lintas asosiasi untuk memenangkan paket Ruas Jalan Nanga Kantuk-Langau. Tidak benar Terlapor VIII menerima uang dari Terlapor VII untuk membayar ke asosiasi; --- 1.8.3. Bahwa Terlapor VIII dalam pembelaannya menyatakan untuk melaksanakan pekerjaan Nanga Kantuk-Langau Terlapor VIII mengerjakan sendiri pelaksanaannya denan menyewa peralatan dari Terlaopor VII; --- 1.8.4. Bahwa Terlapor VIII dalam pembelaannya menyatakan perkataan mengenai penyelesaian kasus secara damai yang melibatkan Terlapor I hanya merupakan idea/pendapat Terlapor VIII diluar kontek pemeriksaan; 1.8.5. Bahwa Terlapor X dalam pembelaannya menyatakan kerjasama yang dilakukan Terlapor VIII dalam bentuk KSO dengan PT Blitar Permai sesuai dengan Surat Perjanjian Kemitraan KSO tertanggal 22 Juni 2009. Perjanjian KSO tersebut bukan atas saran dari Terlapor X melainkan atas kesepakatan Terlapor VIII dengan PT Blitar Permai; --- 1.8.6. Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor VIII telah membantah seluruh

pernyataan yang diberikan selama proses pemeriksaaan perkara a quo karena ada tekanan dari sesama rekanan. ---

SALINAN

1.8.7. Bahwa Majelis Komisi berpendapat Terlapor VIII tidak konsisten dalam memberikan keterangan selama proses pemeriksaan perkara a quo karena ada unsur paksaaan dari peserta lelang lainnya; --- 1.8.8. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan Terlapor VIII telah mendapat tekanan dalam memberikan pembelaan terhadap fakta-fakta dalam perkara a quo sehingga membantah keterangan yang sudah disampaikan selama proses pemeriksaaan sebelumnya; ---

1.9. Tentang Terlapor IX ---

1.9.1. Bahwa dalam LHPL dinyatakan terdapat perbedaan tanda tangan Direktur Utama Terlapor IX pada Dokumen Penawaran. Perbedaan tanda tangan tersebut telah diakui oleh yang bersangkutan; --- 1.9.2. Bahwa Terlapor IX dalam pembelaannya menyatakan perbedaan tanda tangan dalam dokumen penawaran terjadi karena Terlapor IX tidak ingat bila dokumen penawaran akan dibawa ke Kapuas Hulu sedangkan Direktur Utama Terlapor IX tidak berada di Singkawang sehingga menugaskan staf Terlapor IX untuk menandatangani penawaran tersebut atas nama Direktur Utama; --- 1.9.3. Bahwa Majelis Komisi menilai terjadi penandatangan dokumen penawaran oleh orang yang tidak memiliki kewenangan merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum; --- 1.9.4. Bahwa Majelis Komisi berpendapat penandatanganan tersebut telah mendapat persetujuan dari Direktur Utama Terlapor IX sehingga para pihak telah mengetahui konsekuensi hukum atas tindakan yang dilakukan tersebut; --- 1.9.5. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan Direktur Utama Terlapor IX telah mengambil tanggung jawab secara penuh atas tindakan yang dilakukan oleh staf Terlapor IX; --- 2. Menimbang bahwa Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan

“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”; --- 3. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: ---

3.1. Pelaku Usaha; ---

Undang-35 baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; ---

3.1.2. Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini adalah Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI,

Terlapor VII, Terlapor VIII dan Terlapor IX sebagaimana dinyatakan dalam butir 1.1.5 Bagian Tentang Hukum; --- 3.1.3. Bahwa dengan demikian, unsur pelaku usaha terpenuhi; ---

3.2. Bersekongkol Dengan Pihak Lain Untuk Mengatur Dan Atau Menentukan Pemenang Tender; ---

3.2.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu; 3.2.2. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun

1999 yang dimaksud dengan pihak lain adalah para pihak (vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender dan/atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut; --- 3.2.3. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, persekongkolan dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu: ---

3.2.3.1. persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya; 3.2.3.2. persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan; 3.2.3.3. gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal adalah persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa; ---- 3.2.4. Bahwa berdasarkan bentuk-bentuk persekongkolan tersebut, maka Majelis Komisi menilai adanya persekongkolan horisontal yang dilakukan antara Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI,

SALINAN

Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor XI dengan cara mengadakan pertemuan untuk mengatur dan menentukan pemenanng lelang sebagaimana sebagaimana telah diuraikan pada butir 1.4 Bagian Tentang Hukum; --- 3.2.5. Bahwa Majelis Komisi menilai adanya pertemuan untuk mengatur dan

menentukan pemenang lelang sebagaimana diuraikan dalam butir 1.4 Bagian Tentang Hukum, kesamaan dokumen sebagaimana diuraikan dalam butir 1.5 Bagian Tentang Hukum, kesamaan pemilik perusahaan sebagaimana diuraikan dalam butir 1.6 Bagian Tentang Hukum dan kesamaan alamat perusahaan sebagaimana diuraikan dalam butir 1.7 Bagian Tentang Hukum telah mengakibatkan adanya persaingan semu dalam proses lelang perkara a quo; --- 3.2.6. Bahwa berkaitan dengan tindakan Terlapor XI sebagaimana diuraikan dalam butir 1.4 Bagian Tentang Hukum yang terlibat dalam pertemuan, Majelis Komisi menilai belum menemukan cukup bukti Terlapor XI menerima setoran sebesar 3% (tiga persen) dari nilai proyek dari peserta lelang; --- 3.2.7. Bahwa berkaitan dengan Terlapor XII sebagaimana diuraikan dalam butir 1.4 Bagian Tentang Hukum, Majelis Komisi menilai belum menemukan cukup bukti keterlibatan Terlapor XII dalam proses pengaturan pemenang lelang dalam perkara a quo; --- 3.2.8. Bahwa berkaitan dengan tindakan Terlapor X, Majelis Komisi menilai tindakan Terlapor X sebagaimana telah diuraikan pada butir 1.3 Bagian Tentang Hukum dan butir 1.4. Bagian Tentang Hukum dapat dikategorikan sebagai tindakan persekongkolan vertikal karena memfasilitasi Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX dan Terlapor XI melakukan persekongkolan; --- 3.2.9. Bahwa dengan demikian, unsur bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender terpenuhi; ---

3.3. Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat; ---

3.3.1. Bahwa yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2010 (Halaman 25-39)

Dokumen terkait