Setelah mempertimbangkan LDP, Tanggapan masing-masing Terlapor terhadap LDP, keterangan para Saksi, keterangan para Ahli, keterangan para Terlapor, surat-surat dan atau dokumen, Kesimpulan Hasil Persidangan yang disampaikan baik oleh Investigator maupun masing-masing Terlapor, Majelis Komisi menilai, menganalisis, menyimpulkan dan memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 yang diduga dilakukan oleh para Terlapor dalam Perkara Nomor 05/KPPU-L/2011. Dalam melakukan penilaian dan analisis, Majelis Komisi menguraikan dalam beberapa bagian, yaitu: ---
1. Tentang Dugaan Pelanggaran; --- 2. Tentang Identitas Para Terlapor; --- 3. Tentang Objek Perkara; --- 4. Tentang Persekongkolan; --- 5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999; --- 6. Tentang Perilaku PT Indonesia Asahan Alumunium dalam Proses Pemeriksaan; --- 7. Tentang Kesimpulan Majelis Komisi; --- 8. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus; --- 9. Tentang Rekomendasi Majelis Komisi; --- 10. Tentang Diktum Putusan dan Penutup. --- Berikut uraian masing-masing bagian: --- 1. Tentang Dugaan Pelanggaran: --- Menimbang dugaan pelanggaran yang disampaikan Investigator atas adanya pelanggaran terhadap Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Para Terlapor adalah sebagai berikut: --- 1.1. Bahwa Terlapor I yang diwakili oleh Sitor Panjaitan mendampingi Terlapor II untuk bertemu dengan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya guna membicarakan masalah kerjasama dalam pekerjaan ini meskipun belum ditentukan pemenang tender; --- 1.2. Terlapor I memberikan kesempatan kepada Terlapor II untuk menambahkan rincian penawaran harga sehingga hasil evaluasi menjadi berubah sebagaimana ditunjukkan oleh fakta adanya 2 hasil evaluasi yaitu tanggal 29 Maret 2010 dan tanggal 19 Mei 2010; --- 1.3. Bahwa kesempatan yang diperoleh Terlapor II dari Terlapor I untuk menambahkan rincian penawaran harga diberikan setelah Direktur Bisnis Terlapor I mengetahui hasil evaluasi tanggal 29 Maret 2010 yang menghasilkan Terlapor II pada ranking nomor 6 (enam) atau terakhir; --- 1.4. Bahwa berdasarkan hasil evaluasi ulang tanggal 19 Mei 2010, Terlapor II menempati ranking nomor 2 (dua). Faktor utama yang mempengaruhi hasil evaluasi adalah rincian penawaran harga yang ditambahkan oleh Terlapor II setelah tanggal batas penerimaan penawaran; ---
halaman 67 dari 86
1.5. Bahwa faktor utama yang merubah hasil evaluasi sehingga menempatkan Terlapor II pada ranking kedua adalah penilaian terhadap kesesuaian struktur perhitungan dengan KM 35 Tahun 2007 sebagaimana perbandingan fakta hasil penilaian tanggal 29 Maret 2010 dengan tanggal 19 Mei 2010 sebagai berikut: ---
Peserta Evaluasi
29 Maret 2010
Evaluasi 19 Mei 2010
PT Mitragalang Usaha Sejati 1 1
PT Ayana Nugraha 1 0
PT Gemar Nugraha 1 0
PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya 1 0 PT Sarana Multi Lestari 1 0 PT Duet Pratama Samudera 0 1
1.6. Bahwa berdasarkan keterangan Ahli, tender di PT Indonesia Asahan Alumunim tidak termasuk ke dalam ruang lingkup KM 35 Tahun 2007, dan apabila dikaitkan dengan penawaran seluruh peserta, maka rincian penawaran seluruh peserta telah sesuai dengan struktur yang terdapat dalam KM 35 Tahun 2007, sehingga seharusnya semua peserta memperoleh nilai yang sama; --- 1.7. Bahwa Tim Evaluator melakukan klarifikasi dengan PT Mitragalang Usaha Sejati pada tanggal 18 Mei 2010, padahal hasil evaluasi ulang ada pada tanggal 19 Mei 2010. Hal ini menunjukkan bahwa Tim Evaluator masih mengacu pada hasil evaluasi dokumen penawaran tanggal 29 Maret 2010. berdasarkan hal tersebut, klarifikasi yang dilakukan oleh Terlapor I terhadap PT Mitragalang Usaha Sejati hanya formalitas dikarenakan Terlapor I telah bersekongkol dengan Terlapor II dalam menentukan Terlapor II sebagai pemenang lelang. --- 2. Tentang Identitas Para Terlapor: --- Bahwa Majelis Komisi menilai Identitas Terlapor adalah sebagai berikut: --- 2.1. Terlapor I, PT Indonesia Asahan Alumunium, merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 2 tanggal 6 Januari 1976 yang dibuat di hadapan Notaris J.N. Siregar, S.H. glr Mangaradja Namora, yang berkedudukan di Gedung Summitmas I lt.15, Jalan Jenderal Soedirman Kav 61-62, Jakarta, Jawa Barat, 12069, Indonesia dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang
membangun dan mengusahakan pabrik peleburan alumunium (alumunium smelter) untuk menghasilkan membuat dan mengolah alumunium produk karbon dan produk lain yang sehubungan dengan itu dan untuk memasarkan segala produk dimaksud di dalam negeri serta mengekspornya (vide B2, C22, C23); --- 2.2. Terlapor II, PT Duet Pratama Samudera, merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan di Indonesia, yang berkedudukan di Jalan Sidorukun, Komplek Krakatau Permai No. A4, Pulau Brayan Darat II, Medan Timur/Medan, Sumatera Utara, Indonesia dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang bongkar muat khususnya di Pelabuhan Belawan. Dalam prakteknya, yang bersangkutan telah mengikuti dan menjadi pemenang tender pembongkaran bahan baku utama di PT Indonesia Asahan Alumunium Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2010 (vide B10, C17, C20). --- 3. Tentang Objek Perkara;--- Bahwa yang menjadi objek perkara ini adalah Tender Pembongkaran Bahan Baku Utama di PT Indonesia Asahan Alumunium Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2010. --- 4. Tentang Persekongkolan; --- 4.1. Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan dalam Lelang (selanjutnya disebut “Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999”), persekongkolan dapat terjadi dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal; --- 4.2. Bahwa yang dimaksud dengan persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan Panitia lelang atau Panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan; --- 4.3. Bahwa persekongkolan vertikal yang dilakukan oleh para Terlapor adalah sebagai berikut: ---
halaman 69 dari 86
4.3.1. Tentang adanya pertemuan antara Terlapor I (yang diwakili oleh Sdr. Sitor Panjaitan), Terlapor II, dan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya; --- 4.3.1.1. Bahwa dugaan pelanggaran menyatakan Terlapor I yang diwakili oleh Sdr. Sitor Panjaitan mendampingi Terlapor II untuk bertemu dengan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya guna membicarakan masalah kerjasama dalam pekerjaan ini meskipun belum ditentukan pemenang tender; --- 4.3.1.2. Bahwa Terlapor I tidak menanggapi atau memberikan pembelaan terkait tuduhan ini; --- 4.3.1.3. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor II menyatakan bahwa Terlapor II tidak pernah menerima permintaan dari Terlapor I untuk menghubungi PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya untuk bekerja sama ataupun bersekongkol untuk memenangkan pihak tertentu; --- 4.3.1.4. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama proses pemeriksaan, ditemukan hal-hal sebagai berikut: ---- 1. Bahwa Sdr. Azwan Mansyur (Direktur Terlapor II), Sdr. Protasius Siboro (Direktur Utama Terlapor II), Komisaris PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya dan Sdr. Sitor Panjaitan (Manager Terlapor I) pernah bertemu di Restoran Traders; --- 2. Bahwa pada pertemuan tersebut Sdr. Azwan Mansyur membicarakan masalah tender dan penjajakan kerjasama dalam mengerjakan pekerjaan tender di PT Indonesia Asahan Alumuium jika salah satu dari perusahaan (Terlapor II dengan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya) menjadi pemenang. Namun permintaan tersebut ditolak oleh PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya, sehingga sampai akhir pertemuan tidak terjadi kesepakatan kerjasama. ---
4.3.1.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat, adanya pertemuan antara Sdr. Azwan Mansyur (Direktur Terlapor II), Sdr. Manambos Sitorus (Komisaris PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya), Sdr. Siboro (Direktur Utama Terlapor II), dan Sdr. Sitor Panjaitan (Manager Terlapor I) di Restoran Traiders Medan yang diakui oleh Sdr. Azwan Mansyur merupakan hal yang tidak wajar mengingat pembicaraan dalam pertemuan --walaupun tidak ada kesepakatan-- tersebut adalah penjajakan kerjasama antara Terlapor II dengan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya;--- 4.3.1.6. Bahwa Majelis Komisi menilai, adanya komunikasi baik berupa telepon ataupun pertemuan --walaupun tidak ada kesepakatan-- diantara sesama peserta tender atau antara peserta tender dengan pemilik/pemberi pekerjaan merupakan salah satu indikasi adanya pengaturan di dalam tender; --- 4.3.1.7. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan, adanya pertemuan antara Sdr. Azwan Mansyur, Sdr. Manambos Sitorus, Sdr. Siboro, dan Sdr. Sitor Panjaitan di Restoran Traiders Medan merupakan upaya pengaturan dan menghindari persaingan dalam perkara a quo, namun mengingat pertemuan tersebut tidak menghasilkan sebuah kesepakatan maka pertemuan tidak serta merta menjadikan Terlapor II menang dalam tender. --- 4.3.2. Tentang adanya pemberian kesempatan dari Terlapor I kepada
Terlapor II untuk menambahkan rincian penawaran harga setelah tanggal batas penerimaan penawaran (24 Februari 2010): --- 4.3.2.1. Bahwa dugaan pelanggaran menyatakan: --- 1. Terlapor I memberikan kesempatan kepada Terlapor II untuk menambahkan rincian penawaran dalam dokumen penawarannya sehingga hasil evaluasi berubah, sebagaimana ditunjukkan oleh fakta adanya
halaman 71 dari 86
2 (dua) hasil evaluasi yaitu tanggal 29 Maret 2010 dan tanggal 19 Mei 2010; --- 2. Bahwa kesempatan yang diperoleh Terlapor II dari Terlapor I untuk menambahkan rincian penawaran harga yang mempengaruhi hasil penilaian tersebut diberikan setelah Direktur Bisnis Terlapor I mengetahui hasil evaluasi tanggal 29 Maret 2010 yang menghasilkan Terlapor II pada ranking nomor 6 (enam) atau terakhir; --- 3. Bahwa berdasarkan hasil evaluasi ulang tanggal 19 Mei 2010, Terlapor II menempati ranking kedua. --- 4.3.2.2. Bahwa Terlapor I tidak menanggapi atau memberikan pembelaan terkait tuduhan ini; --- 4.3.2.3. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor II menyampaikan hal-hal sebagai berikut: --- 1. Terlapor II telah menyampaikan seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam Instruksi Penawaran sebelum tanggal batas penerimaan penawaran (24 Februari 2010 pukul 16.00 WIB). Namun, menurut Terlapor I, dokumen yang disampaikan oleh Terlapor II belum cukup rinci, terutama dalam bagian rincian harga. Berdasarkan permintaan tersebut, Terlapor II menyampaikan rincian penawaran harga; --- 2. Terlapor II tidak pernah memperbaiki penawarannya; --- 3. Terdapat peserta tender lain (yaitu PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya dan PT Mitragalang Usaha Sejati) yang diberikan kesempatan oleh Terlapor I untuk mengajukan dokumen setelah tanggal 24 Februari 2010 (vide B7, C16, C40). ---
4.3.2.4. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama proses pemeriksaan, ditemukan hal-hal sebagai berikut: ----1. Bahwa batas akhir pemasukan dokumen penawaran
adalah tanggal 24 Februari 2010 pukul 24.00 WIB; -- 2. Terlapor I menerima dokumen penawaran milik Terlapor II; --- 3. Bahwa PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya sesuai dengan surat permintaan dari Terlapor I, telah memberikan kelengkapan dokumen melalui surat No. LMK-005/2010 tanggal 15 Maret 2010 sebelum dokumen penawaran dibuka dan dievaluasi, namun Terlapor I telah mengadakan pemanggilan untuk negosiasi kepada Terlapor II. --- 4. PT Mitragalang Usaha Sejati tidak diberi kesempatan oleh Panitia tender untuk menyampaikan dokumen penawaran setelah tanggal 24 Februari 2010. Saksi hanya menunjukkan dokumen asli kepada Panitia tender; --- 4.3.2.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat, pemberian kesempatan untuk menambahkan rincian penawaran harga setelah tanggal batas penerimaan penawaran (24 Februari 2010) dari Terlapor I tidak hanya diberikan kepada Terlapor II tetapi juga kepada PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya; --- 4.3.2.6. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan, pemberian kesempatan tersebut bukan merupakan upaya memfasilitasi Terlapor II untuk menjadi pemenang tender dalam perkara a quo. ---
halaman 73 dari 86
4.3.3. Tentang ketidakcermatan dalam penilaian struktur tarif berdasarkan KM 35 Tahun 2007 yang menguntungkan Terlapor II; --- 4.3.3.1. Bahwa dugaan pelanggaran menyatakan: --- 1. Bahwa faktor utama yang merubah hasil evaluasi sehingga menempatkan Terlapor II pada ranking kedua adalah penilaian terhadap kesesuaian struktur perhitungan dengan KM 35 Tahun 2007; --- 2. Bahwa berdasarkan keterangan Ahli, tender di PT Indonesia Asahan Alumunim tidak termasuk ke dalam ruang lingkup KM 35 Tahun 2007, dan apabila dikaitkan dengan penawaran seluruh peserta, maka rincian penawaran seluruh peserta telah sesuai dengan struktur yang terdapat dalam KM 35 Tahun 2007, sehingga seharusnya semua peserta memperoleh nilai yang sama. --- 4.3.3.2. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor I menyampaikan hal-hal sebagai berikut: --- 1. Evaluasi tender telah dilakukan dengan cermat, mengikuti peraturan yang berlaku, dan memperhatikan kondisi lapangan aktual yang berlaku di Kuala Tanjung. Buruh pekerja 2 shift/hari dan perhitungan tarif menggunakan satuan yang sama (apabila biaya buruh dihitung dalam satuan Rp/gang/shift, maka produktivitas sebagai pembagi menggunakan satuan MT/gang/shift); --- 2. Terdapat 4 peserta tender yaitu: PT Ayana Nugraha, PT Sarana Multi Lestari, PT Gemar Nugraha Kuala Tanjung, dan PT PBM Mitra Kuala Asahan Jaya menggunakan perhitungan buruh 3 shift/hari dan perhitungan tariff tidak menggunakan satuan yang sama (biaya buruh dihitung dengan satuan
Rp./gang/shift, sementara produktivitas menggunakan satuan MT/gang/jam); --- 3. Andaikan ke 4 (empat) PBM di atas menggunakan pedoman perhitungan besaran tarif berdasarkan lampiran KM 35 Tahun 2007 (yang sebetulnya sudah tidak dapat digunakan sesuai Pasal 14), maka perhitungan produktivitas menggunakan satuan MT/gilir kerja (shift)/derek kapal (gang), bukan satuan MT/gang/jam. Dengan dasar inilah, kami menilai 4 PBM tersebut di atas tidak memahami kondisi aktual operasi pembongkaran yang akan dikerjakan dan tidak memahami struktur perhitungan harga sesuai KM 35 Tahun 2007; --- 4.3.3.3. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor II menyampaikan hal-hal sebagai berikut: --- 1. Pedoman dasar perhitungan tarif pelayanan jasa ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama (yaitu merujuk pada ketentuan dalam Instruksi Penawaran), bukan berdasarkan ketentuan dalam Lampiran KM 35 Tahun 2007; --- 2. Terlapor II memenangkan Tender dengan sah dan pantas, antara lain, karena Terlapor II telah menerapkan KM 35 Tahun 2007 dengan tepat, sementara peserta lain tidak menerapkan KM 35 Tahun 2007 tidak menerapkan KM 35 Tahun 2007 secara tepat; --- 3. Terlapor II menerapkan pasal-pasal dalam KM 35 Tahun 2007 yang relevan dengan kondisi aktual setempat dan menghitung tarif sudah memperhatikan kesesuaian satuan biaya buruh (rupiah/gang/shift) dan produktifitas (metrik ton/gang/shift) (vide C41). -
halaman 75 dari 86
4. Terlapor II menggunakan asumsi 2 shifts untuk 1 hari kerja (sesuai Instruksi Penawaran) (vide C15), sementara peserta lain menggunakan asumsi 3 shifts untuk 1 hari kerja (ada peserta yang menggunakan asumsi 1 shift = 7 jam dan 1 shift = 8 jam). --- 4.3.3.4. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama proses pemeriksaan, ditemukan hal-hal sebagai berikut: ----1. Bahwa KM 35 Tahun 2007 berlaku pada cargo,
namun terdapat pengecualiannya yaitu terhadap barang-barang muatan cair, barang-barang kering yang dibongkar dengan conveyer dan barang-barang bawaan penumpang kapal Roll on Roll off; ---2. Bahwa perhitungan tarif dengan menggunakan
ketentuan KM 35 Tahun 2007 untuk jenis kegiatan bongkar muat dengan conveyer adalah tidak sesuai. --3. Bahwa KM 35 Tahun 2007 memungkinkan adanya
perubahan tarif yang disesuaikan dengan kondisi lokal (ukuran-ukuran lokal). Hal tersebut merupakan tanggung jawab dari PBM; ---4. Bahwa instruksi penawaran yang menyebutkan jam
kerja dibagi menjadi 2 shiff tidak bertentangan dengan ketentuan KM 35 Tahun 2007.---5. Bahwa di dalam ketentuan KM 35 Tahun 2007
terdapat kemungkinan perubahan perhitungan tarif dan perubahan jumlah shift dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan kondisi dari pelabuhan yang ada.---4.3.3.5. Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan keterangan
Ahli bahwa pekerjaan yang ditenderkan Terlapor I adalah bongkar muat dengan pipa/conveyor sehingga ketentuan KM 35 Tahun 2007 tidak berlaku dalam perkara a quo; ----
4.3.3.6. Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan keterangan Ahli bahwa KM 35 Tahun 2007 memungkinkan adanya perubahan tarif yang disesuaikan dengan kondisi lokal (ukuran-ukuran lokal), sehingga instruksi penawaran yang menyebutkan jam kerja dibagi menjadi 2 shiff tidak bertentangan dengan ketentuan KM 35 Tahun 2007; --- 4.3.3.7. Bahwa Majelis Komisi menilai, Terlapor I seharusnya memberikan arahan yang lebih teknis di dalam instruksi penawarannya dalam menghitung struktur tarif, sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda terhadap para peserta tender; --- 4.3.3.8. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan, ketidakcermatan yang dilakukan Terlapor I dalam penilaian struktur tarif terjadi karena tidak adanya ukuran-ukuran yang jelas dalam instruksi penawarannya dalam menghitung struktur tarif, dan bukan dalam upaya menguntungkan Terlapor II. - 4.3.4. Tentang adanya tindakan diskriminatif terhadap PT Mitragalang
Usaha Sejati dalam evaluasi teknis dan bisnis; --- 4.3.4.1. Bahwa dugaan pelanggaran menyatakan Tim Evaluator melakukan klarifikasi dengan PT Mitragalang Usaha Sejati pada tanggal 18 Mei 2010, padahal hasil evaluasi ulang ada pada tanggal 19 Mei 2010. Hal ini menunjukkan bahwa Tim Evaluator masih mengacu pada hasil evaluasi dokumen penawaran tanggal 29 Maret 2010. berdasarkan hal tersebut, klarifikasi yang dilakukan oleh Terlapor I terhadap PT Mitragalang Usaha Sejati hanya formalitas dikarenakan Terlapor I telah bersekongkol dengan Terlapor II dalam menentukan Terlapor II sebagai pemenang lelang; --- 4.3.4.2. Bahwa Terlapor I tidak menanggapi atau memberikan pembelaan terkait tuduhan ini; ---
halaman 77 dari 86
4.3.4.3. Bahwa dalam pendapat atau pembelaannya, Terlapor II menyatakan: --- 1. Bahwa Terlapor II tidak mengetahui hubungan dan komunikasi antara Terlapor I dengan PT Mitragalang Usaha Sejati. Dengan kata lain, Terlapor II tidak mengetahui alasan penolakan Terlapor I atas penawaran dari PT Mitragalang Usaha Sejati; --- 2. Berdasarkan keterangan Saksi Dewi Hartati mengungkapkan bahwa PT Mitragalang Usaha Sejati menawarkan harga yang rendah karena PT Mitragalang merupakan pemula dalam bisnis jasa bongkar muat dan oleh karenanya tidak memperhitungkan untung yang besar. --- 4.3.4.4. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh selama proses pemeriksaan, ditemukan hal-hal sebagai berikut: ---- 1. Bahwa Terlapor II ditentukan sebagai pemenang karena PT Mitragalang Usaha Sejati menawarkan harga yang sangat rendah dan setelah dilakukan klarifikasi, PT Mitragalang Usaha Sejati mengakui ada komponen yang tidak dimasukkan, sehingga PT Mitragalang Usaha Sejati digugurkan. --- 2. Bahwa staf yang membuat dokumen hasil evaluasi tanggal 19 Mei 2010 dan dokumen hasil evaluasi tanggal 29 Maret 2010 adalah staf yang sama;--- 3. Bahwa terdapat permintaan dari Direktur Bisnis untuk membaca dan mengecek kembali hasil evaluasi, kemudian evaluator melakukan pengecekan kembali dan ternyata ada yang salah dalam menentukan harga satuan bongkar per ton; --- 4. Bahwa dokumen hasil evaluasi tanggal 19 Mei 2010 adalah yang benar, sedangkan dokumen hasil
evaluasi tanggal 29 Maret 2010 adalah dokumen yang salah; --- 5. Bahwa perbedaan diantara kedua dokumen hasil evaluasi tersebut adalah karena adanya kesalahan beberapa penawar yang menghitung biaya per-shift sementara menghitung produktifitas per-jam, yang seharusnya antara pembagi dengan penyebut sistem satuannya harus sama. --- 4.3.4.5. Bahwa Majelis Komisi berpendapat, harusnya tim evaluator Terlapor I teliti dan jeli sehingga dapat menemukan perbedaan perhitungan dari para peserta tender sejak evaluasi pertama (tanggal 29 Maret 2010), sehingga apabila dilakukan evaluasi ulang akan menghasilkan rangking yang sama; --- 4.3.4.6. Bahwa Majelis Komisi menilai, ketidaktelitian dan ketidakjelian tim evaluator Terlapor I dalam melakukan evaluasi merupakan kelalaian, namun digugurkannya PT Mitragalang Usaha Sejati dalam evaluasi teknis dan bisnis terjadi karena perusahaan tersebut menawarkan harga yang sangat rendah karena adanya komponen yang tidak dimasukkan; --- 4.3.4.7. Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan tidak terdapat tindakan diskriminatif terhadap PT Mitragalang Usaha Sejati dalam evaluasi teknis dan bisnis yang dilakukan oleh Terlapor I. --- 5. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999; --- 5.1. Menimbang bahwa Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 berbunyi sebagai berikut: -- “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang lelang sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”.
5.2. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut: ---
halaman 79 dari 86
5.2.1. Unsur Pelaku Usaha; --- 5.2.1.1. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU No. 5 Tahun 1999 adalah: --- “Orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”.
5.2.1.2. Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam perkara a quo adalah PT Indonesia Asahan Alumunium dan PT Duet Pratama Samudera sebagaimana dimaksud dalam bagian Tentang Hukum Butir 2; --- 5.2.1.3. Bahwa dengan demikian unsur Pelaku Usaha terpenuhi. -- 5.2.2. Unsur Pihak Lain; --- 5.2.2.1. Bahwa yang dimaksud dengan Pihak Lain berdasarkan Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 adalah: --- “para pihak (vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam proses lelang yang melakukan persekongkolan lelang baik pelaku usaha sebagai peserta lelang dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan lelang tersebut”. 5.2.2.2. Bahwa yang dimaksud pihak lain dalam perkara a quo
adalah PT Indonesia Asahan Alumunium dan PT Duet Pratama Samudera sebagaimana dimaksud dalam Bagian Tentang Hukum butir 2; --- 5.2.2.3. Bahwa dengan demikian unsur pihak lain terpenuhi; --- 5.2.3. Unsur Bersekongkol; --- 5.2.5.1. Bahwa yang dimaksud dengan bersekongkol berdasarkan Pedoman Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 adalah: --- “Kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta lelang tertentu”. 5.2.5.1. Bahwa berdasarkan analisis tentang persekongkolan
tidak terdapat bukti yang cukup terjadinya persekongkolan yang dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor II; --- 5.2.5.1. Bahwa dengan demikian unsur bersekongkol tidak terpenuhi. --- 5.2.4. Unsur Mengatur dan atau Menentukan Pemenang Tender: --- 5.2.4.1. Bahwa menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan atau menentukan pemenang tender adalah: --- “suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan dan atau penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang, persyarataan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender dan sebagainya”. 5.2.4.2. Bahwa berdasarkan analisis tentang persekongkolan
sebagaimana diuraikan dalam Tentang Hukum butir 4, tidak terdapat bukti yang cukup terjadinya pengaturan dan atau menentukan pemenang tender yang dilakukan oleh Terlapor I dan Terlapor II; --- 5.2.4.3. Bahwa dengan demikian unsur mengatur dan atau menentukan pemenang tender tidak terpenuhi; --- 5.2.5. Unsur dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; - 5.2.5.1. Bahwa yang dimaksud dengan persaingan usaha tidak sehat yang ditetapkan dalam Pasal 1 angka 6 UU No. 5 Tahun 1999 adalah: --- “Persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”. 5.2.5.2. Bahwa berdasarkan analisis tentang persekongkolan
sebagaimana diuraikan dalam Tentang Hukum butir 4, tidak terdapat bukti yang cukup adanya tindakan yang mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat;
---halaman 81 dari 86
5.2.5.3. Bahwa dengan demikian, unsur persaingan usaha tidak sehat tidak terpenuhi. --- 6. Tentang Perilaku PT Indonesia Asahan Alumunium dalam Proses