• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang Pelaku Usaha dan Pelaku Usaha Pesaing;

Dalam dokumen Perkara Nomor 11KPPU L2013 (Halaman 61-68)

C. Gambar Jaminan Instalasi

II. Membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan

5. Tentang Pelaku Usaha dan Pelaku Usaha Pesaing;

5.1 Menimbang bahwa yang dimaksud pelaku usaha sesuai dengan Pasal 1 Angka 5 dalam Ketentuan Umum UU No. 5 Tahun 1999 adalah setiap perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; 5.2 Menimbang bahwa yang dimaksud pelaku usaha pesaing sesuai dengan Pedoman

Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 adalah pelaku usaha lain dalam pasar bersangkutan yang sama; ---

5.3 Menimbang bahwa kolusi merupakan bentuk peniadaan persaingan antara perusahaan yang ada di pasar. Tanpa adanya kolusi, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan pesaing atau kompetitor bagi perusahaan-perusahaan lainnya. Oleh karena itu, pelanggaran Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 hanya terjadi jika terdapat perjanjian penetapan harga antara pelaku-pelaku usaha yang berada di dalam pasar bersangkutan yang sama; ---

5.4 Bahwa dalam kesimpulannya, Investigator menyampaikan pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara a quo adalah pengusaha/pemilik Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten Nunukan, Koordinator AKLI Nunukan Propinsi Kalimantan Timur, dan DPC AKLI Berau Propinsi Kalimantan Timur;

halaman 62 dari 74

5.5 Bahwa dalam kesimpulannya, Investigator menyampaikan PT Nusa Mandiri, PT Sudi Indah, CV Citra Jananuraga, CV Merkah, CV Sumber Maju, CV Albar Jaya, CV Putra Daerah, CV Alifah, CV Surya Agung, CV Wahyu Agung, CV Anugrah Prima Perkasa, CV Putra Borneo, CV Karya Jaya Mandiri, merupakan pelaku usaha yang berada dalam satu pasar bersangkutan yang sama, yang seharusnya bersaing satu sama lain; ---

5.6 Bahwa Majelis Komisi berpendapat; ---

5.6.1 Definisi mengenai asosiasi menurut Ningrum Natasya Sirait,

dalam bukunya yang berjudul “Asosiasi dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat. Asosiasi merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk kepentingan anggotanya yang merupakan pesaing satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk membantu kemajuan dan kepentingan anggotanya secara bersama-sama dan lebih memfokuskan pada tujuan ekonomi dibandingkan dengan kepentingan individual; ---

5.6.2 Terlapor XIV dan Terlapor XV merupakan suatu asosiasi yang menaungi pelaku usaha instalasi listrik yang berorientasi pada profit di Wilayah Kabupaten Nunukan, sehingga Terlapor XIV dan Terlapor XV dapat dikategorikan sebagai pelaku usaha; ---

5.6.3 Untuk menguatkan pendapat mengenai konsep Asosiasi di atas, Majelis Komisi merujuk pada Putusan KPPU No. 53/KPPU-L/2008 sebagaimana telah dikuatkan dalam Putusan Mahkamah Agung No. 32/K/Pdt.Sus/2010 tanggal 11 Februari 2010; ---

5.6.4 Yang dimaksud dengan pelaku usaha dan pelaku usaha pesaing dalam perkara a quo adalah Terlapor I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV, yang satu sama lain saling bersaing dalam pasar bersangkutan yang sama dalam perkara a quo;

5.6.5 Terlapor XIV dan Terlapor XV bukanlah pelaku usaha pesaing dari Terlapor I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XII

5.6.6 Karena sifat asosiasi yang tidak berorientasi pada profit (nirlaba), maka seharusnya asosiasi tidak ikut serta dalam penetapan harga; 6. Tentang Perjanjian Penetapan Harga; ---

6.1 Menimbang bahwa yang dimaksud perjanjian dalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 5/1999 adalah suatu perbuatan untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis; ---

halaman 63 dari 74

6.2 Menimbang bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999, mengatur mengenai perilaku yang dilarang berupa penetapan harga yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Indonesia yang saling bersaing (price fixing); 6.3 Menimbang bahwa yang dimaksud dengan penetapan harga adalah sebuah

perilaku yang sangat terlarang dalam perkembangan pengaturan persaingan. Hal tersebut disebabkan penetapan harga selalu menghasilkan harga yang senantiasa berada jauh di atas harga yang bisa dicapai melalui persaingan usaha yang sehat, sehingga harga yang tinggi menyebabkan terjadinya kerugian bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung; ---

6.4 Menimbang bahwa penilaian dan analisis Majelis Komisi terkait dengan perjanjian penetapan harga yang dilakukan oleh para Terlapor adalah sebagai berikut; ---

6.4.1 Tentang perjanjian penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII, XIV dan XV; ---

6.4.1.1 Tentang perjanjian penetapan tarif Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten Nunukan pada Tanggal 4 Oktober 2011; ---

i. Pada tanggal 4 Oktober 2011, DPC AKLI Nunukan mengadakan rapat untuk membahas biaya terkait jasa pemasangan baru listrik para-bayar 2a (450va) yang dihadiri oleh: (Vide Bukti, Daftar Hadir Rapat Pembentukan Struktur Organisasi AKLI Nunukan tanggal 4 Oktober 2011); ---

No Nama PT/CV Wakil

1. PT Sudi Indah Rudiansyah, AH

2. CV Sumber Maju Gopran Umar

3. CV Tehnik Unggul Said Umar

4. CV Citra Jananuraga Rani

5. CV Merkah Rahmat Hasyim

6. CV Albar Jaya Ahmad S

7. CV Alifah Idham, SH

8. CV Surya Agung Slamet

9. CV Putra Daerah Yono

10. CV Kansa Yusuf

11. CV Wahyu Agung Pa’ Nari

12. PT Nusa Mandiri Sirajuddin

b. Bahwa dalam rapat tanggal 4 Oktober 2011 tersebut disepakati bahwa biaya jasa perusahaan, jasa teknisi dan biaya gambar revisi instalasi listrik untuk

halaman 64 dari 74

pemasangan baru para-bayar 2a (450 va) sebesar Rp. 2.100.000,-; ---

c. Bahwa untuk menegaskan kesepakatan tersebut maka pada tanggal 4 Oktober 2011, Koordinator AKLI Nunukan menerbitkan pemberitahuan terkait harga/biaya pemasangan baru meter para-bayar 2 ampere/450 va yang pada pokoknya berisi: ---

i. Biaya ‘Pemasangan Baru’ (instalasi listrik 4 + 2 =

6 titik), dikenakan Rp. 3.150.000,- (dengan daya 2 ampere/450 va) belum termasuk biaya penyambungan kwh meter);

ii. Jika ada ‘penambahan titik’, maka harga

disesuaikan dengan harga instalasi yang berlaku sekarang;

iii. Jika instalasi listrik di rumah ‘sudah terpasang instalasi listrik’, maka dikenakan biaya jasa teknisi, dan biaya gambar revisi di bawah 10 titik mata lampu dan stop kontak harga Rp. 2.100.000,- (belum termasuk kwh para-bayar 2 ampere/450 va)

d. Bahwa selanjutnya pada tanggal 10 Januari 2012, Koordinator AKLI Kabupaten Nunukan menerbitkan kembali pemberitahuan mengenai biaya pemasangan instalasi listrik yang pada pokoknya berisi sebagai berikut: ---

i. Biaya ‘Pemasangan Baru’ (instalasi listrik 4 + 2 =

6 titik) No Uraian Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Satuan (Rp) A Paket: Pemasangan + Material + Gambar Jaminan

1 Titik Lampu 4

titik 250.000 1.000.000

2 Stop Kontak 2

titik 200.000 400.000 3 Box Sekring 2 Group +

Pentanahan 1 Bh 250.000 250.000

4 Gambar Jaminan Instalasi 1 set 1.500.000 1.500.000

JUMLAH 3.150.000

Nota : Belum termasuk biaya penyambungan PLN

halaman 65 dari 74

ii. Jika ada ‘Penambahan Titik’ maka harga

disesuaikan dengan harga TERLAMPIR

iii. Jika instalasi listrik di rumah ‘Sudah Terpasang’,

maka dikenakan:

Biaya Pengecekan & Biaya Perbaikan 600.000

Gambar Jaminan Instalasi 1.500.000

JUMLAH 2.100.000

Nota : Belum termasuk biaya penyambungan PLN

e. Bahwa harga yang dibayar oleh konsumen akibat adanya penetapan tarif jasa Pemasangan instalasi listrik adalah sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh para Terlapor pada tanggal 4 Oktober 2011; f. Bahwa seluruh Terlapor menyatakan tidak dalam

posisi bersepakat untuk menciptakan harga satuan baru pemasangan instalasi listrik di kabupaten Nunukan karena itu adalah domain pemerintah, dalam pertemuan itu Terlapor I s/d Terlapor XIV bersepakat menerima harga satuan instalasi listrik Propinsi dari Dinas Pertambangan Dan Energi Propinsi kaltim untuk dijadikan acuan harga di kabupaten Nunukan; g. Bahwa seluruh Terlapor menyampaikan .penyebab

timbulnya kesepakatan ini karena adanya permintaan masyarakat Kab. Nunukan melalui LSM Panjiku, wartawan serta permintaan Manager PLN Rayon Nunukan agar harga bisa rendah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, kedua adanya sumber data

berupa “Harga Satuan Instalasi Listrik Propinsi” dari

Distamben Propinsi Kaltim, dan seluruh Terlapor secara Gentlement Agreement menerapkan harga tersebut , dan beranggapan bahwa tindakan tersebut tidak salah dengan alasan berpijak pada sumber acuan harga dari pemerintah daerah dalam hal ini Distamben Propinsi Kaltim; ---

halaman 66 dari 74

h. Bahwa berdasarkan fakta persidangan dari keterangan saksi Sdr. Vicentius Y Tarukan selaku pejabat Distamben Propinsi Kaltim menyatakan ; ---

i. Bahwa pada tahun 2011 terdapat gejolak harga yang sangat mahal untuk pemsangan/instalasi listrik di daerah Kalimantan Timur. Untuk itu Distamben mengadakan rapat pada tanggal 26 April 2011 di Gedung PLN Cabang Samarinda untuk membahas mengenai rumusan harga satuan instalasi listrik yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten/kota se Kalimantan Timur, PLN Wilayah Kaltim, Manager area se Kaltim, ketua-ketua DPD asosiasi kelistrikan kaltim, ketua ketua dpc asosiasi kelistrikan kaltim, dan ketua Lembaga Perlindungan Konsumen;

ii. Bahwa dari rapat tersebut menghasilkan kesepakatan mengenai harga instalasi listrik yang disebut HARGA SATUAN INSTALASI LISTRIK PROPINSI dengan pemasangan 4 titik cahaya + 2 KKB dan 1 pembumian dengan harga Rp.3.150.000. Dan kesepakatan tersebut rencananya akan dijadikan Peraturan Gubernur Propinsi Kalimantan Timur;

iii. Bahwa hingga saat ini acuan tersebut belum dijadikan Peraturan Gubernur Propinsi Kalimantan

Timur;

i. Bahwa fakta persidangan yaitu keterangan Ahli Danang Wijaya menyatakan (Vide Bukti B30) ; i. Dalam instalasi listrik ada gambar yang menjadi

bagian teknisi dalam acuan kerja, hal itu akan menjadi arsip ketika instalasi sudah dipasang, dari gambar dapat dilihat ketika ada kesalahan. Tapi untuk komponen biaya biasa melekat dengan apa yang dikerjakan; ---

halaman 67 dari 74

ii. Komponen Jaminan Gambar Instalasi seharusnya sudah menjadi bagian jasa instalasi (Vide Bukti B30);

6.5 Bahwa Majelis Komisi berpendapat ; ---

6.5.1 Kesepakatan tersebut terjadi berawal dari rencana Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur akan mengeluarkan Peraturan Gubernur mengenai tarif instalasi listrik untuk meredam gejolak harga (Vide Bukti B6, B26, B28); ---

6.5.2 Kesepakatan tarif instalasi listrik sebagai hasil rapat pada tanggal 26 April 2011 belum ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur. Maka dianggap belum ada dasar hukum bagi seluruh Terlapor untuk menerapkan tarif; ---

6.5.3 Berdasarkan fakta persidangan dari keterangan Terlapor XIII Sdr. Gopran Umar menyatakan untuk pemasangan 4 titik mengenakan harga Rp.2.700.000 (Vide Bukti B21); ---

6.5.4 Berdasarkan fakta persidangan seluruh Terlapor mengakui mengenakan harga Rp.1.500.000 untuk gambar jaminan instalasi yang merupakan bagian dari kesepakatan harga instalasi listrik di Nunukan (Vide Bukti B10 s.d B25); ---

6.5.5 Berdasarkan fakta persidangan diketahui dari keterangan Terlapor XIII dan barang bukti kuitansi terdapat pembayaran yang dilakukan oleh konsumen kisaran Rp 2.700.000 hingga Rp 3.150.000 kepada Terlapor (Vide Bukti C9, C20, B21); ----

6.5.6 Berdasarkan pedoman Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelanggaran terhadap Pasal 5 tersebut terjadi apabila terdapat kesepakatan menggunakan harga yang seragam sebagai langkah awal untuk melakukan negosiasi kepada konsumen dan terdapat suatu formula standar sebagai dasar perhitungan harga; 6.5.7 Negosiasi kepada konsumen yang terjadi adalah berkisar harga Rp

2.700.000 hingga Rp 3.150.000 sesuai pengakuan di persidangan dan barang bukti kuitansi (Vide Bukti C9); ---

6.5.8 Berdasarkan bukti dokumen yang diajukan oleh Investigator, diantaranya perjanjian kesepakatan tarif yang ditandatangani oleh para Terlapor pada tanggal 4 Oktober 2011, pemberitahuan terkait harga/biaya pemasangan baru meter pra-bayar 2 ampere/450 VA pada tanggal 4 Oktober 2011, pemberitahuan terkait harga/biaya pemasangan baru meter pra-bayar 2 ampere/450 VA pada 12 Januari

halaman 68 dari 74

2012 telah menguatkan pelanggaran Pasal 5 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 (Vide Bukti C51); ---

6.5.9 Dengan demikian kesepakatan harga tersebut telah terjadi dan efektif/dijalankan; ---

6.6 Bahwa selain itu Majelis Komisi berpendapat telah terjadi penetapan harga yang bersifat Excessive (berlebihan) dengan alasan sebagai berikut; ---

6.6.1 Dalam komponen harga instalasi listrik terdapat istilah “gambar jaminan instalasi”, istilah tersebut tidak tepat digunakan, dan

berakibat mengelabui konsumen. Pada kenyataannya yang

dimaksud “Gambar Jaminan Instalasi” adalah jasa pemasangan dan

keuntungan yang diperoleh para Terlapor; ---

6.6.2 Dengan dimasukkannya komponen Gambar Jaminan instalasi sebesar Rp 1.500.000 tersebut mengakibatkan Excessive Price

(tingkat harga yang berlebihan) ; ---

6.6.3 Pendapat Majelis Komisi di atas diperkuat dengan keterangan ahli yang menyatakan harga gambar jaminan instalasi seharusnya sudah menjadi bagian jasa instalasi (Vide Bukti bukti B30); 6.6.4 Berdasarkan alat bukti berupa Daftar Kontribusi Pemasangan

Instalasi Asosiasi Kontraktor Listrik Dan Mekanikal Indonesia Dewan Pengurus Cabang Berau Korda Malinau Dan Nunukan Majelis Komisi berpendapat komponen-komponen dalam daftar tersebut turut mengakibatkan Excessive Price (tingkat harga yang berlebihan) (Vide BuktiC51); ---

Dalam dokumen Perkara Nomor 11KPPU L2013 (Halaman 61-68)

Dokumen terkait