- --- Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana diuraikan secara lengkap dalam duduknya sengketa di atas ; --- --- Menimbang, bahwa keputusan objek sengketa yang digugat oleh Penggugat dalam perkara ini dan mohon untuk dinyatakan batal atau tidak sah adalah : --- 1. Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014
tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Displin berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum atas nama H.Abdul Muthalib S.H.M.Si. ( Vide bukti P-1 = T-1, selanjutnya disebut Objek Sengketa I) ; --- 2. Surat Bupati Penajem Paser Utara Nomor : 800/1125/TU-PIM/XII/2016
Tanggal 7 Desember 2016, Perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Displin dan Kejelasan Penempatan Kerja (Vide bukti P-2 = T-2, selanjutnya disebut Objek Sengketa II) ; --- --- Menimbang bahwa oleh karena di dalam Surat Jawaban Tergugat telah diajukan eksepsi-eksepsi, dengan demikian sistematika pertimbangan hukum ini disusun sebagai berikut : --- I. Pertimbangan hukum tentang eksepsi ;--- II. Pertimbangan hukum tentang pokok sengketa ;--- --- Menimbang, bahwa dengan mengikuti sistematika tersebut di atas, Pengadilan memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut : --- I. DALAM EKSEPSI ---
--- Menimbang, bahwa dalam Surat Jawabannya tertanggal 23 Maret 2017, pihak Tergugat telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya mendalilkan sebagai berikut: --- 1. bahwa gugatan Penggugat kabur, karena surat gugatan tidak terang isinya
serta formulasi gugatan tidak jelas (vide dalil jawaban eksepsi nomor 3);--- 2. bahwa gugatan Penggugat terhadap Objek Sengketa I telah melampaui
batas waktu sebagaimana diatur Pasal 55 Undang Undang Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam hal ini Penggugat menyatakan telah menerima Objek Sengketa I pada tanggal 26 Mei 2014 (vide dalil jawaban eksepsi nomor 4); - 3. bahwa Objek Sengketa II bukanlah merupakan Keputusan Tata Usaha
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 UU Nomor 51 Tahun 2009, oleh karena Objek Sengketa II hanyalah surat dinas yang berbentuk naskah dinas korespondensi ekstern/pelayanan informasi kedinasan kepada Penggugat, sehingga tidak menimbulkan akibat hukum kepada Penggugat (vide dalil jawaban eksepsi nomor 5) ; --- 4. bahwa Objek Sengketa II termasuk dalam pengertian keputusan tata usaha
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, khususnya pada angka 3 Undang Undang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karena Objek Sengketa II merupakan surat dinas yang berisi pengaturan yang bersifat umum dan masih memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain ; --- 5. bahwa petitum gugatan Penggugat telah melanggar Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaanya pada Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut PP No.43 Tahun 1991) ; --- --- Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat tersebut, pihak Penggugat telah membantahnya dalam Replik yang diajukan pada tanggal 30 Maret 2017 yang pada pokoknya menolak dalil-dalil eksepsi Tergugat ; ---
--- Menimbang, bahwa atas Replik Penggugat tersebut, pihak Tergugat mengajukan Duplik tertanggal 6 April 2017 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil eksepsi dan menolak seluruh dalil-dalil Replik Penggugat ; --- --- Menimbang, bahwa setelah mencermati eksepsi-eksepsi yang diajukan oleh Tergugat, Pengadilan berpendapat bahwa eksepsi-eksepsi tersebut termasuk dalam kategori eksepsi kewenangan absolut pengadilan dan eksepsi lain-lain sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut UU No.5 Tahun 1986), sehingga terhadap eksepsi tersebut dapat diputus bersama dengan pokok sengketa ; --- --- Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil eksepsi yang diajukan oleh Tergugat tersebut, Pengadilan akan memberikan pertimbangan secara sistematis, dimulai dari eksepsi Kewenangan Absolut Pengadilan dan Eksepsi Lain-Lain yang terdiri dari: eksepsi tenggang waktu pengajuan gugatan, eksepsi gugatan kabur dan eksepsi petitum melanggar PP No. 43 Tahun 1991, sebagai berikut ; --- 1. Eksepsi Kewenangan Absolut Pengadilan --- --- Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat yang mendalilkan bahwa Objek Sengketa II bukanlah merupakan keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 dan Objek Sengketa II termasuk dalam pengertian keputusan tata usaha negara yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut UU No.9 Tahun 2004) , menurut Pengadilan keduanya dikategorikan sebagai eksepsi kewenangan absolut pengadilan ; ---
--- Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986, Pengadilan Tata Usaha Negara diberikan kewenangan absolut untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara di tingkat pertama. Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut UU No.51 Tahun 2009), diatur ruang lingkup sengketa tata usaha negara, yaitu sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; --- --- Menimbang, bahwa dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009, memberikan kriteria terhadap suatu keputusan (beschikking) yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara, yaitu: “Keputusan Tata Usaha Negara adalah: suatu penetapan tertulis; dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara; berisi tindakan hukum tata usaha negara; berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; bersifat konkret, individual, dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata” ; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, ruang lingkup Keputusan Tata Usaha Negara di atas mengalami perluasan sehingga harus dimaknai pula sebagai : --- a. penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual ;--- b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya ;--- c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB ;---
d. bersifat final dalam arti lebih luas ;--- e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau --- f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat. --- --- Menimbang, bahwa unsur-unsur yang menyusun definisi Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 UU No.51 Tahun 2009 adalah bersifat kumulatif, sehingga kesemua unsur harus terpenuhi dan apabila salah satu unsur tidak terpenuhi, maka suatu keputusan tidak dapat dikategorikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara ; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan unsur-unsur yang menyusun definisi keputusan tata usaha negara di atas, Pengadilan berpendapat bahwa Objek Sengketa II termasuk dalam kategori Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009, dengan pertimbangan sebagai berikut : --- – bahwa Surat Tergugat Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016 tanggal 7
Desember 2016 Perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Displin dan Kejelasan Penempatan Kerja berbentuk penetapan tertulis ( Vide bukti P-2 = T-2); --- – bahwa Objek Sengketa II diterbitkan oleh pejabat tata usaha negara, dalam
hal ini adalah Bupati Penajam Paser Utara ; --- – bahwa Keputusan Objek Sengketa II berisi tindakan hukum dibidang tata
usaha negara berupa penolakan atas pencabutan/pemulihan hukuman disiplin atas keberatan dari Penggugat serta penjelasan penempatan kerja pegawai negeri sipil yang bersifat deklaratif ; --- – bahwa yang menjadi dasar penerbitan Objek Sengketa II adalah peraturan
perundang-undangan dibidang kepegawaian, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ; ---
– bahwa penerbitan Objek Sengketa II merupakan tindakan hukum konkret, individual dan final dari Tergugat dalam bentuk penolakan atas pencabutan/pemulihan hukuman disiplin atas permohonan dari Penggugat, berupa Surat Penggugat tertanggal 10 November 2016 ( Vide bukti P-6 = 11) dan Surat Penggugat tertanggal 25 November 2016 ( Vide bukti P-7 = T-12). Dalam perpsektif hukum administrasi, permohonan Penggugat tersebut secara subtantif dapat dikategorikan sebagai upaya administratif keberatan, sedangkan tindakan Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa II adalah sebagai bentuk jawaban atas keberatan Penggugat ; --- – bahwa tindakan Tergugat menerbitkan Objek Sengketa II telah menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat sejak ditetapkan serta tidak memerlukan persetujuan lebih lanjut dari instansi atasan atau instansi lainnya ; --- --- Menimbang, bahwa terkait dengan eksepsi Tergugat yang mendalilkan bahwa Objek Sengketa II hanyalah merupakan surat dinas yang berbentuk naskah dinas korespondensi ekstern atau pelayanan informasi kedinasan kepada Penggugat, Pengadilan berpendapat bahwa sesuai penafsiran historis dalam Penjelasan Pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986 yang memberikan penjelasan unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara, diberikan penjelasan sebagai berikut : --- “Istilah "penetapan tertulis" terutama menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, namun yang disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti surat keputusan pengangkatan dan sebagainya. --- Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis tersebut dan
akan merupakan suatu Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menurut Undang-undang ini apabila sudah jelas:--- a. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya; --- b. maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu; --- c. kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya. --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan penafsiran historis dalam Penjelasan Pasal 1 angka 3 tersebut, Pengadilan berpendapat bahwa ukuran untuk menentukan apakah suatu surat dapat dikategorikan sebagai keputusan tata usaha negara atau bukan, tidak dilihat dari bentuk formalnya seperti surat keputusan tentang penolakan atas keberatan dan sebagainya, melainkan dilihat dari subtansi surat itu sendiri, yakni apakah dalam surat itu sudah jelas Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkannya, maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu, kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya. Dalam hal ini Pengadilan menilai bahwa meskipun Objek Sengketa II berbentuk surat dinas biasa, namun berdasarkan subtansi di dalamnya telah memenuhi kriteria-kriteria untuk disebut sebagai Keputusan Tata Usaha Negara ; --- --- Menimbang, bahwa setelah mencermati dengan seksama dengan mendasarkan pada dalil-dalil di atas, Pengadilan juga berpendapat bahwa penerbitan Objek Sengketa II tidak termasuk dalam kategori keputusan yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004 dan tidak pula diterbitkan dalam kondisi atau keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986 ; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan pada pertimbangan di atas, Pengadilan berkesimpulan bahwa Objek Sengketa II termasuk dalam kategori Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara. Demikian pula terhadap Objek Sengketa I, Pengadilan
berpendapat bahwa Objek Sengketa I memenuhi unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 serta tidak termasuk dalam kategori keputusan yang dikecualikan berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan tidak pula diterbitkan dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, terhadap dalil eksepsi Tergugat yang menyatakan Objek Sengketa II bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara atau termasuk kategori Keputusan Tata Usaha Negara yang dikecualikan, terbukti tidak beralasan hukum, sehingga oleh Pengadilan haruslah dinyatakan ditolak ; --- 2. Eksepsi Lain-Lain --- 2.1. Eksepsi Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan terhadap Objek Sengketa I --- Menimbang, bahwa Pasal 55 UU No.5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.” ; --- --- Menimbang, bahwa sesuai dengan Penjelasan Pasal 55 UU No.5 Tahun 1986 ditegaskan bahwa: “Bagi pihak yang namanya tersebut dalam Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat” ; --- --- Menimbang, bahwa setelah mencermati Objek Sengkata I ( Vide Bukti P-1 = T-1), didapatkan fakta hukum bahwa Penggugat adalah pihak yang namanya tersebut dalam atau dituju oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat. Berdasarkan hal tersebut, maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat ; ---
--- Menimbang, bahwa sesuai dengan Bukti P-1 = T-1, didapatkan fakta hukum bahwa Objek Sengketa I diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 13 Januari 2014. Sesuai pengakuan Penggugat, Objek Sengketa I telah telah diterima Penggugat pada tanggal 26 Mei 2014 (vide dalil Posita Gugatan Nomor 2). Sementara itu Gugatan Penggugat baru didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda pada tanggal 18 Januari 2017. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Gugatan Penggugat terhadap Objek Sengketa I terbukti telah melampaui tenggang waktu pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UU No.5 Tahun 1986 ; --- --- Menimbang, bahwa dalam Gugatannya Penggugat mendalilkan bahwa Objek Sengketa I diterima Penggugat dalam keadaan sakit, sehingga Penggugat tidak bisa melakukan upaya hukum untuk menuntut keadilan atas dasar kesehatan yang terganggu sampai dengan ditandatanganinya surat kuasa tertanggal 10 Desember 2016. (vide dalil Posita Nomor 2). Dalam Replik tertanggal 30 Maret 2017 Penggugat juga mendalilkan bahwa Penggugat baru merasa kepentingannya dirugikan dan melakukan upaya hukum pada saat ditandatanganinya surat kuasa (vide dalil Replik Nomor 5) ; --- --- Menimbang, bahwa menurut Pengadilan dalil-dalil Penggugat tersebut tidak beralasan hukum, oleh karena tidak dapat dibuktikan bahwa kondisi kesehatan Penggugat telah berimplikasi pada ketidakcakapan hukum untuk melakukan tindakan hukum, termasuk dalam pemberian kuasa maupun dalam pengajuan upaya hukum untuk membela kepentingan hukum Penggugat sebagai akibat diterbitkannya Keputusan Objek Sengketa I. Apalagi jika dilihat dari jangka waktu Penggugat menerima Objek Sengketa I sampai dengan diajukannya gugatan ini ternyata telah berjalan lebih dari dua setengah tahun. Hal tersebut tentu berimplikasi hukum kepada Penggugat, bahwa Penggugat telah melepaskan haknya untuk mengajukan gugatan terhadap Objek Sengketa
I sesuai dengan ketentuan Pasal 55 UU No.5 Tahun 1986, yang dihitung sejak hari diterimanya Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, bukan sejak saat Penggugat merasa dirugikan. Keberadaan norma pembatasan tenggang waktu pengajuan gugatan ini memberikan kepastian hukum sampai kapan keputusan tata usaha negara dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara ; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, terhadap dalil eksepsi Tergugat mengenai tenggang waktu pengajuan gugatan Objek Sengketa I terbukti beralasan hukum, sehingga oleh Pengadilan haruslah dinyatakan dikabulkan ; --- 2.2. Eksepsi Gugatan Penggugat Kabur --- --- Menimbang, bahwa persyaratan formal penyusunan gugatan di peradilan tata usaha negara diatur dalam Pasal 56 ayat (1) UU No.5 Tahun 1986 yang berbunyi sebagai berikut : --- (1) Gugatan harus memuat: --- a. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat,
atau kuasanya ; --- b. nama, jabatan, dan tempat kedudukan tergugat ; --- c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan. --- Menimbang, bahwa setelah Pengadilan mencermati dengan seksama Surat Gugatan Penggugat, Pengadilan berpendapat bahwa Surat Gugatan tersebut telah memenuhi persyaratan formal surat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) UU No.5 Tahun 1986, dengan petimbangan sebagai berikut : --- - bahwa surat gugatan telah memuat identitas Penggugat dan kuasanya sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam Pasal 56 ayat (1) huruf a ; --- - bahwa surat gugatan telah memuat identitas Tergugat sebagaimana
- bahwa surat gugatan telah memuat dasar-dasar gugatan, dimana di dalamnya telah memuat peraturan perundang-undangan dan asas asas umum pemerintahan yang oleh Penggugat didalilkan telah dilangar oleh Tergugat dalam penerbitan objek sengketa. Disamping itu gugatan juga telah memuat petitum atau hal-hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan. Dengan demikian surat gugatan telah mempedomani ketentuan Pasal 56 ayat (1) huruf c. --- --- Menimbang, bahwa dalam dalil posita nomor 3 sampai dengan nomor 18, Penggugat telah menceritakan tentang kronologis terbitnya objek sengketa, yaitu mulai dari Penggugat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil sampai dengan diterbitkannya Objek Sengketa I dan kemudian Penggugat mengajukan surat permohonan, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya Objek Sengketa II ; --- --- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, terhadap dalil eksepsi Tergugat yang menyatakan gugatan Penggugat kabur terbukti tidak beralasan hukum, sehingga oleh Pengadilah haruslah dinyatakan ditolak ; --- 2.3. Eksepsi Petitum Gugatan Melanggar PP No. 43 Tahun 1991 tentang Ganti
Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya pada Peradilan Tata Usaha Negara - --- Menimbang, bahwa Tergugat di dalam eksepsinya pada pokoknya mendalilkan bahwa petitum yang tercantum dalam gugatan Penggugat telah melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya pada Peradiilan Tata Usaha Negara. Tergugat mendalilkan bahwa jumlah ganti rugi dalam petitum gugatan telah melebihi atau melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1) PP No.43 Tahun 1991, yaitu jumlahnya melebihi Rp. 5000.000,- (Lima juta rupiah), ganti rugi bukanlah dalam bentuk kerugian imateriil dan adanya uang paksa (dwangsom) ; ---
--- Mennimbang, bahwa terhadap dalil-dalil eksepsi Tergugat tentang petitum gugatan melanggar PP No. 43 Tahun 1991, menurut Pengadilan dalil-dalil tersebut tidak bersifat ekseptif dan telah masuk dalam ranah pembahasan atau pertimbangan pokok sengketa, oleh karenanya terhadap dalil eksepsi tersebut maka Pengadilan harus menyatakan ditolak dan akan dipertimbangkan lebih lanjut dalam pokok sengketa ; --- --- Menimbang, bahwa oleh karena dalil eksepsi Tergugat mengenai tenggang waktu pengajuan gugatan terhadap Objek Sengketa I terbukti beralasan hukum dan dikabulkan, maka gugatan Penggugat terhadap Objek Sengketa I dinyatakan ditolak ; --- --- Menimbang, bahwa oleh karena dalil-dalil eksepsi Tergugat selain dan selebihnya terbukti tidak beralasan hukum dan dinyatakan ditolak, maka selanjutnya Pengadilan akan mempertimbangkan mengenai pokok sengketanya objek sengketa II ; --- II. DALAM POKOK SENGKETA --- --- Menimbang, bahwa oleh karena dalil eksepsi Tergugat mengenai tenggang waktu pengajuan gugatan Objek Sengketa I dikabulkan, maka terhadap dalil-dalil pokok sengketa sepanjang menyangkut Objek Sengketa I tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut ; --- --- Menimbang, bahwa dalam Surat Gugatannya tertanggal 18 Januari 2017, pihak Penggugat pada pokoknya mendalilkan sebagai berikut : --- - bahwa Tergugat dalam menerbitkan Objek Sengketa II telah bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 31 Peraturan Pemerintan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PP No.53 Tahun 2010), serta melanggar Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, khususnya asas tertib penyelenggaraan negara, asas perikemanusiaan dan asas keadilan (vide dalil Posita No. 14) ; - - bahwa penerbitan Objek Sengketa II pada intinya menolak permohonan
Penggugat dengan penjelasan bahwa penjatuhan hukuman disiplin sudah bersifat final dan tidak memberikan kepastian penempatan kerja kepada Penggugat, padahal di dalam surat permohonan Penggugat telah disebutkan beberapa tahapan prosedural dan atau formalitas administrasi yang tidak dipenuhi dalam penerbitan Obek Sengketa I sebagaimana diatur dalam PP No.53 Tahun 2010 (Vide dalil Posita Nomor 17 dan Nomor 18); --- --- Menimbang, bahwa dalam Surat Jawabannya tertanggal 23 Maret 2017, pihak Tergugat membantah dalil-dalil gugatan Penggugat dan pada pokoknya menyatakan bahwa penerbitan objek sengketa tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Disamping itu Tergugat juga mendalilkan bahwa menyikapi permohonan Penggugat untuk pencabutan dan pemilihan hukuman disiplin dipandang sulit untuk dilakukan, hal mana selain disebabkan atas pelanggaran kode etik Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh Penggugat, juga disebabkan oleh kondisi kesehatan Penggugat yang mengharuskanya untuk memiliki waktu istirahat yang cukup banyak. Namun demikian, atas dasar kebijaksanaan Tergugat telah memberi amanah Penggugat untuk memangku jabatan struktural Sekretaris Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Penajam Paser Utara ; --- --- Menimbang, bahwa terhadap dalil jawaban Tergugat tersebut, pihak Penggugat telah membantahnya dalam Replik tertanggal 30 Maret 2017 yang pada pokoknya tetap pada dalil gugatan dan menolak dalil-dalil jawaban Tergugat ; ---
--- Menimbang, bahwa terhadap Replik Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah menanggapi dalam Duplik tertanggal 6 April 2017, yang pada pokoknya menyatakan tetap pada jawabannya dan menolak dalil-dalil Replik Penggugat ; --- --- Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, pihak Penggugat telah mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-19 dan tidak mengajukan saksi. Sedangkan untuk membuktikan dalil-dalil bantahannya, pihak Tergugat telah mengajukan alat bukti surat bertanda T-1 sampai dengan T-21 dan tidak mengajukan saksi ; --- --- Menimbang, bahwa sesuai asas dominus litis yang merujuk pada ketentuan Pasal 107 UU No.5 Tahun 1986, setelah Pengadilan mencermati gugatan, jawab-jinawab, pemeriksaan alat bukti surat dan pengakuan para pihak di persidangan, terungkap fakta hukum yang relevan dengan sengketa ini, sebagai berikut : --- – bahwa pada bulan April 2013 terdapat temuan Panitia Pengawas Pemilihan
Umum Kabupaten Penajam Paser Utara atas dugaan pelanggaran kode etik Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh Saudara H. A. Mutalib, S.H.,M.Si., jabatan Kepala Inspektorat Kabupaten Penajam Paser Utara (Penggugat) dalam bentuk dugaan keterlibatan Penggugat sebagai peserta kampanye dalam pelaksanaan Pemilihan Bupati /Wakil Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara (selanjutnya disebut Kab. PPU) periode 2013-2018 (vide Bukti T-10, bersesuaian dengan Bukti T-9, T-17, T-18, T-19, T-20, T-21, Bukti P-6 = T-11, serta dalil Posita Penggugat Nomor 5); --- – bahwa pada tanggal 27 Juni 2013 Penggugat diangkat dalam jabatan
struktural Asisten Administrasi Umum (eselon II B) pada Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (vide Bukti P-15, bersesuaian dengan Bukti P-1 dan Bukti T-1); ---
– bahwa berdasarkan temuan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (PANWASLU) Kab. PPU Nomor: 07/PILBUB-PPU/VI/2013 tanggal 6 April 2013, setelah melalui proses pemeriksaan dan kajian di Panwaslu Kab. PPU dan Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional pemeriksaan VIII Banjarmasin, selanjutnya ditindaklanjuti oleh Tegugat dengan menerbitkan Keputusan Bupati PPU Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 (Objek Sengketa I) perihal penjatuhan hukuman disiplin berupa pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum kepada Penggugat, dengan alasan pelanggaran ketentuan Pasal 4 angka 15 huruf a, huruf c dan huruf d PP No.53 Tahun 2010 (vide Bukti P-1=T-, bersesuaian dengan Bukti T-9, T-10, T-17, T-18, T-19, T-20, dan T-21);--- – bahwa atas penjatuhan hukuman disiplin tersebut Penggugat mengajukan
Surat Permohonan tertanggal 10 November 2016 perihal Mohon Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja (Vide Bukti P-6 = T-11) dan Surat Pengugat tertanggal 25 November 2016 perihal Surat ke 2 (dua) Mohon Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Disiplin