P U T U S A N
Nomor: 04/G/2017/PTUN.SMD.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA --- Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda, yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa yang bersidang digedung yang ditentukan untuk itu di jalan Bung Tomo Nomor. 136 Samarinda, telah menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut dibawah ini dalam sengketa antara : --- H. ABDUL MUTALIB, S.H, M.Si., Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal
di Jalan H. Muhammad Kasim Pangeppas RT. 01 Nomor 4 Penajam Paser Utara, Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, yang dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 10 Desember 2016 memberikan kuasa kepada: H. MUHAMMAD RASIL RIFQI HAM, S.H., Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Jl. MT. Haryono Dalam Kartini Residence Blok 01 No. 6, Kelurahan Sungai Nangka, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Pekerjaan Advokat/Pengacara ; ---- Selanjutnya disebut sebagai: PENGGUGAT ; --- M E L A W A N
BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Tempat Kedudukan di Jalan Propinsi KM. 09 Kelurahan Nipah-nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, yang berdasarkan Surat Kuasa Nomor 183.1/TU-Pimp/II/2017, tanggal 6 Pebruari 2017 memberikan kuasa kepada :--- 1. SUHARDI, S.IP, M.M. ;---
2. PITONO, S.H. ;--- 3. M. RAMLI NA, S.H. ;--- 4. GUNAWAN NU, S.H. ;--- 5. DESSY DWI ARMIYANTI, S.H. ;--- 6. IWAN DARMAWAN, S.H. ;--- Kesemuanya Warga Negara Indonesia, beralamat di Jalan Propinsi KM. 09 Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara ;--- Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 183.1/234/ TU-Pimp/III/2017 tanggal 16 Maret 2017 memberikan kuasa pula kepada Kepala Kejaksaan Negeri Penajam Paser Utara dan berdasarkan Surat Kuasa Subtitusi Nomor: SK-02/Q.4.22/Gp.1/III/2017 tanggal 20 Maret 2017, memberikan kuasa substitusi kepada: 1. I GUSTI NGURAH AGUNG ARY KESUMA, S.H. ;- 2. YESSI RAHMAWATI, S.H. ;--- Keduanya Warga Negara Indonesia, beralamat di Jln. Propinsi KM.09 Kelurahan Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Pekerjaan Jaksa Pengacara Negara ; --- Selanjutnya disebut sebagai: TERGUGAT ;--- Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut telah membaca : --- 1. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
04/PEN-DIS/2017/PTUN-SMD, tanggal 19 Januari 2017 Tentang Lolos Dismissal Proses ; ---
2. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor : 04/PEN/2017/PTUN.SMD, tanggal 19 Januari 2017, Tentang Penunjukan Majelis Hakim ;--- 3. Penunjukan Panitera Pengganti Nomor: 04/G/2017/PTUN.SMD, tanggal 19
Januari 2017 tentang Penunjukan Panitera Pengganti dan Juru Sita Pengganti ; --- 4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor: 04/PEN-PP/2017/PTUN.SMD, tanggal 23 Januari 2017, Tentang Penentuan hari Pemeriksaan Persiapan; 5. Penetapan Nomor 04/PEN-PP/2017/PTUN.SMD. tanggal 13 Februari 2017
tentang Penundaan Agenda Sidang yang dilaksanakan hari Rabu tanggal 15 Februari 2017, ditunda pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2017 dikarenakan Hari Libur Nasional dalam rangka Pemilukada serentak ;--- 6. Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor : 04/PEN-HS/2017/PTUN.SMD,
tanggal 02 Maret 2017 Tentang Penentuan hari Persidangan Pertama ;--- 7. Telah membaca dan memeriksa bukti surat yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan ;--- 8. Telah membaca Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan Berita Acara
Persidangan dalam perkara ini ;--- 9. Telah membaca berkas perkara Nomor: 04/G/2017/PTUN.SMD beserta
seluruh lampiran yang terdapat didalamnya ;--- TENTANG DUDUK PERKARA
--- Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan Gugatan tertanggal 16 Januari 2017 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tanggal 18 Januari 2017 dengan Register Perkara Nomor: 04/G/2017/PTUN.SMD, sebagaimana telah diperbaiki pada tanggal 02 Maret 2017 yang mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut :--- Objek Sengketa : --- 1. Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor:
berupa pembebasan dari jabatan Asisten Administrasi Umum atas nama H. Abdul Mutalib, S.H., M.Si ;--- 2. Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016
tanggal 7 Desember 2016 Perihal Jawaban atas permohonan pencabutan/ pemulihan hukuman disiplin dan kejelasan penempatan kerja ;--- Kewenangan Pengadilan dan Tenggat waktu : --- 1. Bahwa Penggugat berpendapat kedua Keputusan Tata Usaha Negara
(selanjutnya disingkat KTUN) yang merupakan objek sengketa dalam gugatan ini termasuk KTUN yang masuk kualifikasi Objek sengketa tentang kepegawaian yang menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang dikontruksikan oleh Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu KTUN yang dapat digugat di PTUN harus memenuhi syarat-syarat a) bersifat tertulis b) bersifat konkrit c) bersifat individual. Hal tersebut didasari karena : --- a. KTUN berupa Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum a.n H. Abdul Mutalib, SH.,M.Si tersebut digugat adalah karena KTUN tersebut bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya pasal 23 s/d pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bagian kelima tentang tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan hukuman disiplin, sehingga dengan alasan tersebut maka pendapat Penggugat sesuai dengan yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- b. KTUN berupa Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor 800/1125/TU-PIM/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 perihal Jawaban atas
Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja. Surat Bupati ini memenuhi unsur : --- 1) Jelas ditujukan untuk saudara H. Abdul Mutalib,S.H.,M.Si. (Penggugat) ;--- 2) Isinya jelas memuat tindakan hukum Tata Usaha Negara yang memiliki akibat hukum diantaranya menyatakan Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum atas nama H. Abdul Mutalib, SH.,M.Si. sudah bersifat final yang berakibat hukum Penggugat harus menerima Penjatuhan Hukuman Disiplin tanpa ada penjelasan dan tahapan-tahapn menurut ketentuan perundang-undangan ; --- 3) Jelas siapa badan/pejabat Tata Usaha Negara yang membuatnya
yaitu Bupati Penajam Paser Utara (Tergugat) ;--- 2. Bahwa berhubungan dengan tenggat waktu terhadap objek gugatan Surat
Bupati Penajam Paser Utara Nomor 800/1125/TU-PIM/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja masih dalam tenggat waktu yang diatur dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Khusus untuk objek sengketa Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum a.n H. Abdul Mutalib, SH.,M.Si, Perlu dipertimbangkan bahwa SK tersebut diterima oleh Penggugat pada tanggal 26 Mei 2014 dalam keadaan sakit, sehingga Penggugat tidak bisa melakukan upaya hukum untuk menuntut keadilan atas dasar kesehatan yang terganggu sampai dengan ditanda tanganinya Surat Kuasa khusus oleh
Penggugat tertanggal 10 Desember 2016 kepada kuasa hukumnya. Untuk itu Penggugat berpendapat bahwa objek gugatan tersebut menurutt Penggugat dapat diterima karena gugatan tersebut bukan gugatan yang dapat dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar seperti yang terdapat pada Pasal 62 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu gugatan tersebut telah nyata masuk wewenang pengadilan, didasarkan pada alasan-alasan yang layak, dan yang dituntut adalah keadilan yang merupakan kepentingan Penggugat ; --- Kepentingan Penggugat yang dirugikan : --- Penggugat merasa dirugikan karena Penggugat telah mengajukan surat Perihal Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja tanggal 10 November 2016, 25 November 2016, dan tanggal 21 Desember 2016 namun sampai saat gugatan ini diajukan Tergugat tidak mengeluarkan keputusan yang dimohonkan, melainkan membalas Surat Permohonan Penggugat tersebut dengan Surat Balasan yang isinya tidak relefan dan tidak fokus terhadap 2(dua) poin permohonan tergugat. Adapun isi permohonan tersebut yaitu tentang : --- 1. Pencabutan dan Pemulihan Hukuman Disiplin yang dijatuhkan melalui Surat
Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan a.n H. Abdul Mutalib, SH.,M.Si. yang mana SK tersebut menurut Penggugat cacat prosedur karena tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya pasal 23 s/d pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bagian kelima tentang tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan hukuman disiplin ; dan --- 2. Diterbitkan Surat Keputusan dari Tergugat menyangkut kejelasan
Posita/Alasan Gugatan : --- Adapun mengenai duduk persoalan dan/atau pokok permasalahan gugatan Penggugat adalah sebagaimana terurai dibawah ini : --- 1. Bahwa Penggugat adalah Warga Negara Republik Indonesia, berhak atas Pemenuhan Hak Asasi Manusia Sebagai berikut : --- Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan miliknya dan pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja (Pasal 29 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM) ;--- WNI berhak mendapat pekerjaan, Bebas memilih pekerjaan dan Berhak
atas syarat kerja adil (Pasal 38 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM) ;-- Kebebasan warga Negara untuk melindungi/memperjuangkan
kepentingannya (Pasal 39 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM) ; --- Tiap orang baik sendiri atau bersama-sama berhak mengajukan :--- Pendapat, permohonan, pengaduan, usulan, kepada pemerintahan dalam
rangka pelaksanaan pemerintahan bersih, efisien, lisan dan tulisan (Pasal 44 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM) ;--- 2. Bahwa Tergugat adalah warga Negara Republik Indonesia, berhak atas
pemenuhan Hak Asasi Manusia sebagai berikut : --- Menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya HAM dan
kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam UU (Pasal 35 UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM) ; --- 3. Bahwa secara kronologis jenjang karir penggugat diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah kabupaten Paser pada tahun 1995 sampai dengan Surat Keputusan Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin itu dibuat tepatnya ±20 (dua puluh) tahun mengabdi kepada Negara sebagai PNS daerah, selama masa karirnya penggugat tidak pernah melakukan kesalahan-kesalahan, sebaliknya penggugat selalu menunjukkan
loyalitas-loyalitas kepada Pimpinan dalam hal ini Kepala Daerah/Bupati PPU sebagaimana yang termuat didalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang menunjukkan predikat sangat baik ; --- 4. Bahwa kemudian dari prestasi penggugat, penggugat mendapat
kepercayaan memegang jabatan-jabatan Struktural dibeberapa Dinas/Instansi Pemerintah Daerah adalah merupakan bukti Kinerja, kemampuan, serta karakter/kepribadian yang mumpuni sehingga dipercaya untuk memimpin sebuah bidang dan/atau instansi pada saat itu ; 5. Bahwa pada tahun 2013 telah diadakan Pemilihan Kepala Daerah Kab.PPU yang salah satu calonnya adalah Bupati PPU/kepala daerah yang statusnya masih aktif memangku jabatan, karena pada saat itu belum ada aturan yang mengatur untuk calon petahana harus nonaktif, sehingga dengan aturan yang pada saat itu masih berlaku Penggugat sebagai individu sekaligus aparatur Negara yang wajib tunduk terhadap Pimpinan menghadapi kondisi yang dilematis antara Loyalitas terhadap Pimpinan atau Netralitas ;--- 6. Bahwa kondisi yang disebutkan pada poin 5 (lima) diatas adalah wajar
dan masuk akal serta dapat diterima sebagai pemikiran yang logis bagi siapapun apalagi dimata hukum, sehingga aturan tersebut dirubah, yang mewajibkan calon petahana harus non aktif dari jabatannya, agar secara struktural hubungan jabatan Pegawai Negeri Sipil dengan calon petahana tersebut tidak ada ;--- 7. Bahwa pada bulan Agustus 2013 Penggugat mengalami Sakit Stroke menurut keterangan dokter, sehingga pada saat itu Penggugat memohon cuti sakit selama 4 (empat) bulan untuk fokus mendapatkan perawatan atas sakit yang diderita Penggugat ; --- 8. Bahwa setelah cuti sakit tersebut selesai tepatnya pada bulan januari 2014 Penggugat belum pulih sepenuhnya, akan tetapi karena sadar akan tugas
dan tanggungjawabnya sebagai PNS sekaligus memangku Jabatan sebagai Asisten Administrasi Umum di Sekretariat Daerah Kab.PPU, maka Penggugat aktif kembali untuk bekerja sebagaimana mestinya sembari tetap menjalankan terapi penyembuhan atas penyakitnya ; --- 9. Bahwa pada bulan januari 2014 tersebut Penggugat baru mengetahui jabatan dan ruangan yang merupakan tempat kerja dari Penggugat sebelum mendapatkan cuti sakit tersebut telah diisi dan/atau diganti oleh orang lain, dan mulai pada saat itu Penggugat tidak tau jabatan dan tempat kerja Penggugat ;--- 10. Bahwa pada tanggal 26 Mei 2014 barulah Penggugat menerima Surat
Keputusan Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin tertanggal 13 Januari 2014 ;--- 11. Bahwa tergugat sebagai Kepala Daerah/Bupati PPU menerbitkan SK
Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tertanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin secara tiba-tiba tanpa ada penjelasan dan alur administrasi terlebih dahulu, hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang didalamnya mengatur tentang tata cara serta langkah-langkah administrasi yang wajib dilakukan sebelum pemberian hukuman disiplin PNS ;--- 12. Bahwa SK Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan
Hukuman Disiplin yang dibuat Tergugat yang dibuat secara tiba-tiba dan tidak prosedural tersebut diterima oleh Penggugat pada saat ditengah-tengah masa terapi Penyembuhan, maka dengan diterimanya SK tersebut menyebabkan kondisi psikis Penggugat terguncang dan berdampak negatif terhadap penyakit yang diderita Penggugat tersebut ;--- 13. Bahwa dalam tenggang waktu untuk melakukan upaya hukum terhadap
Hukuman Disiplin itu, kondisi kesehatan dari Penggugat tidak kunjung sembuh dari sakitnya bahkan cenderung memburuk akibat serangan psikis dampak dari diterbikannya SK Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin tersebut oleh Tergugat, dan ditambah dengan kondisi keuangan yang terganggu karena fokus pengeluaran untuk berobat dan terapi kesehatan, maka Pengugat tidak dapat melakukan upaya hukum untuk menyampaikan klarifikasi, sanggahan, kebenaran dan fakta atas hal yang dituduhkan kepada Penggugat ;--- 14. Bahwa Atas tindakan tergugat menerbitkan SK Bupati PPU Nomor
821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor 800/1125/TU-PIM/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja, maka terbukti telah bertentangan dengan : --- Peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya pasal 23 s/d
pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bagian kelima tentang tata cara pemanggilan, pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian keputusan hukuman disiplin; yang berbunyi : ---
Pasal 23
(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan. --- (2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran
disiplin dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. --- (3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama. --- (4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) PNS yang bersangkutan tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan. --
Pasal 24
(1) Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin. --- (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan. --- (3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan : --- a. atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan hukuman disiplin ;--- b. pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan.---
Pasal 25
(1) Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) dapat dibentuk Tim Pemeriksa. --- (2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. ---
(3) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. ---
Pasal 26
Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain. ---
Pasal 27
(1) Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang bersangkutan diperiksa. --- (2) Pembebasan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman disiplin. --- (3) PNS yang dibebaskan sementara dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. --- (4) Dalam hal atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada, maka pembebasan sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi. ---
Pasal 28
(1) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) harus ditandatangani oleh pejabat yang memeriksa dan PNS yang diperiksa. --- (2) Dalam hal PNS yang diperiksa tidak bersedia menandatangani berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berita acara pemeriksaan tersebut tetap dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan hukuman disiplin. ---
(3) PNS yang diperiksa berhak mendapat fotokopi berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). ---
Pasal 29
(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin. --- (2) Dalam keputusan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan. ---
Pasal 30
(1) PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin yang terberat setelah mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan. --- (2) PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan
pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, kepadanya dijatuhi jenis hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan. --- (3) PNS tidak dapat dijatuhi hukuman disiplin dua kali atau lebih untuk satu pelanggaran disiplin. --- (4) Dalam hal PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungannya akan dijatuhi hukuman disiplin yang bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan instansi atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman disiplin kepada pejabat pembina kepegawaian instansi induknya disertai berita acara pemeriksaan. --
Pasal 31
(1) Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang menghukum. ---
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta tembusannya disampaikan kepada pejabat instansi terkait. --- (3) Penyampaian keputusan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan. --- (4) Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian keputusan hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang bersangkutan. --- Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (Pasal 3 UU No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) khususnya Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan negara. Hal tersebut menurut Penggugat dikarenakan tidak adanya tahapan prosedural yang harus ditempuh sebelum mengeluarkan KTUN sesuai yang diatur oleh Peraturan Perundang-undangan. --- Asas prikemanusiaan dan Keadilan, yaitu bahwa setiap tindakan
dalam penyelenggaraan Negara harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga Negara. Hal tersebut menurut Penggugat dikarenakan akibat hukum dari dikeluarkannya KTUN tersebut menimbulkan kerugian materil dan immaterial bagi Penggugat selaku Pegawai Negeri Sipil dan Tokoh Masyarakat. --- 15. Bahwa SK Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang
Penjatuhan Hukuman Disiplin tersebut dibuat oleh Tergugat pada saat belum genap 1 (satu) tahun masa pemerintahan pasca Pemilihan Kepala Daerah Kab.PPU diselenggarakan, sehingga patut diduga tindakan dan
keputusan Tergugat ada indikasi Politik dan Emosional yang terkondisikan secara sistematis untuk itu ;--- 16. Bahwa sebelum gugatan ini dibuat telah lebih dahulu Penggugat
mengajukan surat Permohonan atas persoalan dimaksud serta komunikasi lisan berupa laporan kepada Sekda Kab.PPU guna memenuhi perintah Bupati PPU, sebagai bentuk iktikad baik Penggugat agar dapat diselesaikan didalam internal instansi saja, akan tetapi terhadap Surat-surat yang Penggugat buat tersebut maupun komunikasi lisan Penggugat tidak ada tanggapan yang bersifat solutif oleh Tergugat melainkan tetap bertahan terhadap Keputusan yang telah dibuat yang pada dasarnya keputusan tersebut cacat administrasi,cacat Prosedur dan tidak berprikemanusiaan serta berkeadilan. Demikian pula dari komunikasi lisan kami dengan Sekda kab.PPU tetap tidak didapatkan solusi selain perintah untuk menunggu karena sampai saat ini Tergugat belum memberikan respon meskipun sudah beberapa kali Sekda kab.PPU memberikan masukan ;--- 17. Bahwa Penggugat atas dasar keadilan dan prikemanusiaan yang adil dan beradab telah melayangkan surat Permohonan kepada Tergugat tanggal 10 November 2016 perihal Mohon Pencabutan/pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja atas Surat Keputusan Bupati PPU sebelumnya Nomor 821/652/SK-Bup/I/2014 tentang penjatuhan Hukuman disiplin yang sudah berjalan ± 3 (tiga) tahun, namun sampai saat ini belum ada kejelasan tentang status dan penempatan kerja Penggugat. Akan tetapi sampai dengan tanggal 25 November 2016 tidak ada respon maka dengan iktikad baik Penggugat kembali melayangkan Surat Permohonan kedua pada tanggal 25 November 2016 tentang perihal yang sama dan kemudian Surat ketiga pada tanggal 21 Desember 2016, maka baru pada tanggal 25 Desember 2016 jam 14.00
WITA Penggugat menerima surat balasan dari Tergugat dengan nomor surat 800/1125/TU-PIM/XII/2016 perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja yang pada intinya tidak menerima/menolak Permohonan Penggugat dan tidak memberikan kepastian penempatan kerja pada Penggugat ;--- 18. Bahwa dalam Surat jawaban yang dimaksud pada Poin 14 diatas
dijelaskan bahwa Surat Keputusan Bupati PPU Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin sudah bersifat final, padahal didalam surat-surat Penggugat sebelumnya telah disebutkan beberapa hal yang tidak dipenuhi dalam penerbitan Surat keputusan tersebut, meliputi hal-hal yang merupakan tahapan-tahapan prosedural dan/atau formalitas serta administrasi yang wajib dilaksanakan yang diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Sebagai dasar dibuatnya Surat Keputusan Bupati PPU tersebut tidak dilaksanakan sehingga menurut Penggugat SK tersebut tidak dapat dilaksanakan karena cacat administrasi, cacat prosedur, dan tidak berprikemanusiaan serta berkeadilan. Sehingga dengan demikian Tergugat benar-benar telah mengabaikan dan/atau tidak mengindahkan Rasa Keadilan dan prikemanusiaan serta penghargaan kepada hak-hak yang seharusnya diberlakukan kepada Penggugat sebagai Pejabat PNS ;--- 19. Bahwa akibat seperti yang dijelaskan pada poin 11 (sebelas) dan poin 15
(lima belas) gugatan ini, tergugat tidak dapat mengikuti usulan kenaikan pangkat pada periode April 2014 (yang seharusnya Penggugat pada April 2014 tersebut berpangkat IV/C) ;--- 20. Bahwa surat-surat yang kami buat dan disampaikan kepada Tergugat
21. Bahwa Penggugat telah mengalami kerugian materil atas Perbuatan Tergugat berupa pengeluaran-pengeluaran untuk terapi kesehatan kembali serta tidak didapatnya dan/atau dikuranginya hak-hak sebagai Aparatur Negara dan pejabat meliputi tunjangan jabatan eselon II Asisten Administrasi Umum yang nilainya ±Rp.10.000.000,-/bulan, dihitung mulai bulan Januari tahun 2014 s/d Januari 2017 serta ditambah penghasilan-penghasilan lain yang menjadi hak atas jabatan tersebut, oleh karenanya wajar Penggugat menuntut kerugian materil kepada tergugat sebesar Rp.700.000.000,-(Tujuh ratus juta rupiah) ;--- 22. Bahwa Penggugat selama ini telah menderita baik lahir maupun batin atas Perbuatan Tergugat yang membuat suatu keputusan tanpa adanya prosedural dan tidak berprikemanusiaan serta berkeadilan adalah wajar apabila Penggugat menuntut para Tergugat untuk membayar kerugian immaterial Penggugat yang walaupun kerugian itu tidak dapat dihitung dengan uang akan tetapi untuk kebijakan Majelis Hakim Penggugat menghitung kerugian Immaterial sebesar Rp.50.000.000.000,- (Lima puluh milliard rupiah) hal tersebut berdasarkan besarnya tanggungan Penggugat atas rusaknya nama baik Penggugat sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama karena hal yang keliru tersebut telah diketahui oleh sebagian besar Masyarakat sebagai berita negatif dan bertambahnya beban psikis Penggugat sehingga tidak berdampak positif terhadap kesehatan penggugat yang menderita stroke (tangan dan kaki kurang berfungsi), untuk itu penggugat memohon akta membebankan Tergugat untuk membayar kerugian immaterial Penggugat ;--- 23. Bahwa untuk menjamin pemenuhan isi putusan perkara ini nantinya,
maka Penggugat memohon dengan hormat kepada Bapak Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Cq. Majelis Hakim yang mengadilinya berkenan membebankan Tergugat untuk membayar uang
paksa (Dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- setiap hari Tergugat lalai menjalankan isi putusan perkara ini sejak diputus dan berkekuatan hukum tetap hingga dilaksanakan ;--- 24. Bahwa oleh karena Penggugat dalam perkara ini adalah sebagai pihak
yang benar, maka Tergugat patut dihukum untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini ;--- Berdasarkan atas hal-hal sebagaimana telah penggugat uraikan diatas, Penggugat memohon dengan Hormat kepada Yang Terhormat Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Cq Majelis Hakim yang mengadilinya kiranya berkenan menerima dan memeriksa serta mengabulkan gugatan Penggugat ini dengan Putusan sebagai berikut : --- PETITUM/TUNTUTAN : --- DALAM POKOK PERKARA : --- 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;--- 2. Menyatakan batal/tidak sah :--- a. Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/
2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan asisten administrasi umum atas nama H. Abdul Mutalib, S.H.,M.Si ;--- b. Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor 800/1125/TU-PIM/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja ;--- 3. Mewajibkan Tergugat untuk :--- a. Mencabut Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor 821/62/SK-BUP/I/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan atas nama H. Abdul Mutalib, S.H.,M.Si ;---
b. Mencabut Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor 800/1125/TU-PIM/ XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 perihal Jawaban atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja ;--- 4. Mewajibkan Tergugat untuk melakukan pemenuhan hak-hak Penggugat yaitu Rehabilitasi berupa pemulihan pangkat/golongan, penghasilan, dan jabatan dengan kelas jabatan Struktural setara Eselon II, serta menerbitkan Surat Keputusan yang memuat tentang kejelasan penempatan kerja ;--- 5. Membebankan Tergugat untuk membayar kerugian materil Penggugat
sebesar Rp.700.000.000 (Tujuh ratus juta rupiah) tunai dan serta merta ;--- 6. Membebankan Tergugat untuk membayar kerugian immateril Penggugat sebesar Rp.50.000.000.000,- (Lima puluh milliard rupiah) tunai dan serta merta ;--- 7. Membebankan Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom)
masing-masing sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada Penggugat, setiap hari Tergugat lalai dalam menjalankan isi Putusan perkara ini sejak diputuskan sampai akhirnya dilaksanakan ;--- 8. Membebankan Tergugat untuk membayar semua biaya-biaya yang timbul
dalam perkara ini ;--- Atau, apabila Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Cq. Majelis Hakim yang mengadilinya berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya menurut hukum yang baik dan benar (ex aequo et bono). --- --- Menimbang, bahwa atas Gugatan Penggugat tersebut Tergugat mengajukan jawaban tertanggal 23 Maret 2017 yang berisi sebagai berikut : --- I. DALAM EKSEPSI: ---
1. Bahwa semua dalil-dalil gugatan yang diajukan oleh Penggugat, tidak beralasan hukum yang sah, dengan ini Tergugat menolak dan tidak menerima keseluruhan isi Gugatan Penggugat tanpa terkecuali ; ---
2. Bahwa Tergugat mohon agar segala sesuatu yang tidak secara tegas diakui, harap dianggap ditolak dan/atau disangkal, dengan ini Tergugat menolak dan tidak menerima keseluruhan isi Gugatan Penggugat tanpa terkecuali ; --- 3. Bahwa Gugatan Penggugat Kabur (obscuur libel), karena surat Gugatan
tidak terang isinya (onduidlijk) dan formulasi Gugatan tidak jelas atau tegas (duidelijk) serta tidak terdapat penegasan dalam merumuskan Gugatan secara jelas dan terang, karena tanpa didasarkan
fundamenteum Petendi atau Posita yang menjelaskan keadaan, peristiwa
dan penjelasan yang berhubungan dengan Hukum yang dijadikan dasar atau alasan Gugatan Penggugat dan tanpa memuat alasan-alasan dengan berdasarkan keadaan dan tanpa memuat alasan-alasan yang berdasarkan Hukum secara jelas dan nyata serta tanpa penjelasan peristiwa Hukum yang menjelaskan dasar-dasar dan alasan terhadap penerbitan Surat Keputusan tersebut, sehingga berakibat terbitnya : ---
a. Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014, Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan Dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si, selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-I (satu) ;--- b. Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/
XII/2016 Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Disiplin Dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016 selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua) ;--- Bahwa Petitum atau Tuntutan harus berdasarkan hukum dan harus pula didukung oleh Posita. Pada prinsipnya Posita yang tidak didukung oleh
Petitum yang tidak didukung oleh Posita berakibat tuntutan Penggugat ditolak ;--- 4. Gugatan Penggugat pada Objek Sengketa Ke-I (satu) telah melampaui batas waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; ---
a. Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) diterbitkan oleh Bupati Penajam Paser Utara pada Tanggal 13 Januari 2014 ;--- b. Bahwa berdasarkan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang NOmor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi” ---
Bahwa berdasarkan prinsip merasa kepentingannya dirugikan, maka dalam perkara aquo Penggugat telah membuat pengakuan telah menerima Objek Sengketa Ke-I (satu) sebagaimana disebutkan dalam Surat Gugatan Penggugat Nomor Perkara: 04/G/2017/PTUN.SMD tertanggal 18 Januari 2017 pada Halaman 3 Nomor 2 yang menyatakan: ---
”Khusus untuk objek sengketa Surat Keputusan Bupati Penajam
Paser Utara Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014 Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum a.n. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si,
perlu dipertimbangkan bahwa SK tersebut diterima oleh Penggugat pada tanggal 26 mei 2014 dalam keadaan sakit,……” ;--- Bahwa berdasarkan pengakuan yang disampaikan dalam Surat Gugatan Penggugat pada Halaman 3 Nomor 2 tersebut, maka Penggugat telah membuat pernyataan secara hukum bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) telah diterima pada tanggal 26 Mei 2014 dan pada tanggal tersebut pula Penggugat merasa kepentingannya dirugikan ;--- Bahwa pernyataan Penggugat bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) telah diterima dan diketahui pada Tanggal 26 Mei 2014 dan pada tanggal tersebut pula Penggugat merasa kepentingannya dirugikan, hal tersebut sebagaimana disampaikan Penggugat pada Surat Gugatan Perkara Nomor 04/G/2017/PTUN.SMD Nomor 10 halaman 6, yang menyatakan: --- 10. Bahwa pada Tanggal 26 Mei 2014 barulah Penggugat menerima Surat Keputusan Bupati PPU Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin tertanggal 13
Januari 2014. ---
Bahwa dengan demikian, maka Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014, Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan Dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan Dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si, selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-I (satu) telah diterima oleh atau diketahui oleh Penggugat ;--- c. Bahwa Penggugat telah mengajukan Gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dengan Nomor Perkara:
04/G/2017/PTUN.SMD tertanggal 18 Januari 2017, maka menurut Tergugat gugatan Penggugat telah melampaui tenggang waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara :---
”Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan
puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara” ---
Dengan demikian, maka Gugatan Pengugat sebagaimana Perkara: 04/G/2017/PTUN.SMD tertanggal 18 Januari 2017 telah melampaui tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari yakni sekitar 969
(sembilan ratus enam puluh sembilan) hari sejak diterimanya Objek
Sengketa Ke - I (satu), sehingga Gugatan Penggugat telah melampaui tenggang waktu 90 (Sembilan Puluh) hari sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut ;--- d. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi vide Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Register Nomor Perkara: 5 K/TUN/1992 pada Tanggal 21 Januari 1993 yang menyatakan :--- Jangka waktu termaksud dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara harus dihitung sejak Penggugat mengetahui adanya keputusan yang merugikannya. --- Berdasarkan yurisprudensi tersebut, maka apabila para pihak (Penggugat-Tergugat) jika berselisih soal tenggang waktu pengajuan gugatan, maka masing-masing pihak harus membuktikan dan memastikan dengan alat bukti, kapan Penggugat benar-benar
sudah mengetahui adanya keputusan pejabat/Badan TUN yang merugikannya. Dalam hal ini Tergugat tidak bisa berpatokan pada tanggal diterbitkannya surat keputusan dimaksud --- Bahwa berdasarkan alasalan-alasan menurut hukum yang syah tersebut, maka Gugatan PENGGUGAT pada Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 821/62/SK-BUP/I/2014, Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan Dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan Dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si, selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-I (satu) telah melampaui batas waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. --- 5. Gugatan Penggugat pada Objek Sengketa Ke–2 (dua) bukanlah
merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; ---
a. Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) sebagaimana dalil-dalil yang disampaikan oleh Penggugat pada Surat Gugatan halaman 1 Angka 2: Objek Sengketa, maka berdasarkan Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan :---
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata”; ---
Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) belum memenuhi unsur sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 dan tidak bisa dikategorikan sebagai Keputusan Tata Usaha Negara, hal tersebut berdasarkan: --- 1) Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara ;--- Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) bukanlah surat yang berisi suatu keputusan yang bersifat Beschikking (penetapan) tapi adalah berupa Surat Dinas berbentuk korespondensi ekstern yang berisi informasi kedinasan berupa pemberitahuan kepada Penggugat ;--- 2) Yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan Peraturan Per-Undang-Undangan yang berlaku ;--- Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) merupakan surat jawaban atas Surat Penggugat pada tanggal 25 Nopember 2016 kepada Bupati Penajam Paser Utara C.q. Sekretaris Daerah Penajam Paser Utara, Perihal: Surat Ke-2 (dua) yang memohon pencabutan/pemulihan hukuman disiplin dan kejelasan penempatan kerja. --- 3) Yang bersifat konkret, Individual dan Final ;--- a) Bersifat Konkret: bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) bukanlah sebuah bentuk keputusan dari Badan atau
Pejabat TUN, dikarenakan surat tersebut menjadi kewajibannya sehingga bersifat abstrak dan dalam surat tersebut tidak menentukan jangka waktu terhadap berlakunya surat tersebut ;--- b) Bersifat Individual: bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) ditujukan dan bersifat umum, dikarenakan masih memerlukan tindak lanjut dari para pihak yang terkait dengan berakhirnya masa cuti Penggugat ;--- c) Bersifat Final: bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) bukanlah
suatu bentuk penetapan yang definitif melainkan masih harus menunggu/memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain untuk dapat menentukan proses selanjutnya terhadap berakhirnya masa cuti Penggugat dan karenanya keputusan ini dapat menimbulkan akibat hukum ;--- Surat tersebut bukanlah suatu bentuk penolakan atau keputusan untuk tidak memproses permohonan Penggugat, namun adalah pemberitahuan sebagai bentuk pelayanan yang komunikatif dan tidak menimbulkan akibat hukum berupa suatu hak atau kewajiban pada Penggugat ;--- b. Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) merupakan surat dinas berisi jawaban dan penjelasan terhadap status kepegawaian Penggugat dan karenanya tidak menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat dan Berdasarkan hal tersebut, Penggugat telah melakukan kesalahan gugatan atas terbitnya Objek Sengketa Ke-2 (dua) yang merupakan sebuah Surat Dinas berbentuk korespondensi ekstern yang berisi informasi kedinasan berupa pemberitahuan kepada Penggugat dan bukanlah suatu bentuk keputusan terhadap status kepegawaian Penggugat, namun adalah pemberitahuan sebagai
bentuk pelayanan yang komunikatif dan tidak menimbulkan akibat hukum berupa suatu hak atau kewajiban pada Penggugat ;--- Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menentukan bahwa alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan adalah: - Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; --- - Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.--- Bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) merupakan jawaban surat jawaban atas Surat Penggugat pada tanggal 25 Nopember 2016 kepada Bupati Penajam Paser Utara C.q. Sekretaris Daerah Penajam Paser Utara, Perihal: Surat Ke-2 (dua) yang memohon pencabutan/pemulihan hukuman disiplin dan kejelasan penempatan kerja dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- c. Bahwa berdasarkan Bab II Jenis dan Format Naskah Dinas huruf B. Naskah Dinas Korespondensi angka 2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern pada Lampiran Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah di halaman 40, maka Objek Sengketa Ke-2 (dua) termasuk dalam Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas, yang memiliki definisi sebagai naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan informasi
kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar instansi/organisasi yang bersangkutan. --- Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tersebut, maka Objek Sengketa Ke-2 (dua) termasuk dalam kategori Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas yang hanya berupa pemberitahuan, sehingga tidak bersifat final dan bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- d. Bahwa berdasarkan ketentuan Bab I Jenis dan Format Naskah
Dinas huruf B. Naskah Dinas Korespondensi angka 2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern pada Lampiran Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia di halaman 53, maka Objek Sengketa Ke-2 (dua) termasuk dalam Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas, yang memiliki definisi sebagai naskah dinas pelaksanaan tugas seorang pejabat dalam menyampaikan infomasi kedinasan kepada pihak lain di luar ANRI ;--- Maka sesuai ketentuan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tersebut yang mana Objek Sengketa Ke-2 (dua) termasuk dalam kategori Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas yang hanya berupa penyampaian informasi kedinasan kepada pihak lain, sehingga tidak bersifat final ;---
e. Bahwa sesuai dengan Lampiran I Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara halaman 44, maka Objek Sengketa Ke-2 (dua) adalah dikategorikan sebagai surat biasa, hal ini sesuai dengan definisi dari surat biasa yang menyatakan :--- “Surat Biasa adalah alat penyampaian berita secara tertulis yang berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan, jawaban, atau saran dan sebagainya” --- Bahwa dalam ketentuan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara pada Lampiran I di halaman 15 mengatur bahwa pimpinan satuan organisasi/kerja atas wewenang jabatannya menandatangani :--- 1) Keputusan Satuan Organisasi/Kerja ;--- 2) Surat Edaran ;--- 3) Surat Biasa ;--- Berdasarkan ketentuan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2008 tersebut, maka Objek Sengketa Ke-2 (dua) hanya merupakan surat biasa, sehingga tidak bersifat final. Oleh karenanya, ketika penggugat mengatakan bahwa Objek Sengketa Ke-2 (dua) yang diterbitkan oleh Tergugat bersifat final, maka dapat dikatakan Penggugat mengada-ada dan lalai serta tidak cakap untuk menilai dan memahami isi surat yang dimaksud ;--- Bahwa berdasarkan alasalan-alasan menurut hukum yang syah tersebut, maka Penggugat telah melakukan kesalahan Gugatan pada Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016 Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin Dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016
selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua), maka bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- 6. Bahwa Gugatan Penggugat melanggar Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; --- Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyatakan: --- “Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang ini: --- 3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan; Berdasarkan pengaturan tersebut, maka: --- a. Bahwa Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016 Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016 selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua) merupakan surat dinas berisi pengaturan dan bersifat umum, masih memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain untuk dapat menentukan proses selanjutnya ;--- b. Bahwa Objek Sengketa Ke-II (dua) merupakan sebuah Surat Dinas
berbentuk korespondensi ekstern yang berisi informasi kedinasan berupa pemberitahuan kepada PENGGUGAT dan bukanlah suatu bentuk penolakan atau keputusan untuk tidak memproses permohonan Penggugat, namun pemberitahuan sebagai bentuk
pelayanan yang komunikatif dan tidak menimbulkan akibat hukum berupa suatu hak atau kewajiban pada Penggugat ;--- c. Bahwa menurut Rozali Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara, Cet. VIII, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm
3 menyatakan :--- “Sengketa suatu Keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada hakikatnya adalah sengketa tentang sah atau tidaknya suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang telah dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha egara. Berdasarkan hal ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Sengketa yangN dapat diadili oleh Peradilan Tata Usaha Negara adalah sengketa mengenai sah atau tidaknya suatu Keputusan Tata Usaha Negara, bukan sengketa mengenai kepentingan hak”
Bahwa berdasarkan alasalan-alasan tersebut, maka Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016 Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja, tanggal 7 Desember 2016 selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua) tidak menimbulkan akibat hukum sehingga memenuhi ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagai keputusan yang tidak termasuk sebagai suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dapat digugat.--- 7. Bahwa Gugatan Penggugat pada Petitum telah melanggar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara ; ---
Bahwa dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan:---
“Besarnya ganti rugi yang dapat diperoleh penggugat paling sedikit Rp.
250. 000,-(dua ratus lima puluh ribu rupiah), dan paling banyak Rp. 5. 000.000,-(lima juta rupiah), dengan memperhatikan keadaan yang nyata” --- a. Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara, maka besarnya tuntutan ganti rugi materi yang diperoleh PENGGUGAT hanyalah sebesar Rp. 5. 000.000,-(lima juta rupiah) dan bukanlah dalam bentuk kerugian Immateriil dan uang paksa
(dwangsom) sebagai akibat adanya kelalaian menjalankan isi
putusan perkara ;--- b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991 Tentang
Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara, maka bentuk kerugian adalah kerugian yang secara nyata obyektif, sehingga apabila mengacu pada peraturan pemerintah tersebut, bentuk kerugian sebagai syarat untuk mengajukan gugatan adalah hanya kerugian yang berbentuk secara materil, dan kerugian materil tersebut dapat dihitung dengan nilai nominal uang ;--- Bahwa berdasarkan alasalan-alasan menurut hukum yang syah tersebut, maka Penggugat telah melakukan kesalahan Gugatan pada Petitum Gugatan dan telah melanggar Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1991 Tentang Ganti
Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara. --- Berdasarkan tanggapan sebagaimana terurai diatas, Eksepsi Tergugat mempunyai dasar/alasan Hukum yang sah dan kuat sehingga sudah sepantasnyalah Eksepsi Tergugat mohon diputuskan lebih dahulu sebelum memeriksa dan memutuskan Pokok Perkara. --- Berdasarkan eksepsi Tergugat tersebut di atas, cukup alasan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo untuk menerima eksepsi Tergugat dan mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara ini menyatakan Gugatan PENGGUGAT dinyatakan tidak dapat diterima (Niet onvankelijkverklard) ;--- II. DALAM POKOK PERKARA : ---
1. Bahwa Tergugat menyatakan menolak dengan tegas semua dalil gugatan Penggugat dalam Pokok Perkara dan memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo agar segala hal yang telah Tergugat uraikan dalam eksepsi di atas terbaca kembali dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Jawaban Tergugat pokok perkara ini ; --- 2. Bahwa Penggugat secara tegas menyatakan objek sengketa
sebagaimana dalam Surat Gugatan pada Perkara Nomor: 04/G/2017/ PTUN.SMD tanggal 18 Januari 2017, yang mana tidak disebutkan oleh Penggugat peristiwa hukum yang sebenarnya terjadi sehingga terbit 2 (dua) objek sengketa tersebut, yakni: --- a. Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor:
821/62/SK-BUP/I/2014, Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si, selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-I (satu) ;---
b. Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016 Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/ Pemulihan Hukuman Disiplin dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016 selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua) ;--- 3. Bahwa Surat Keputusan Bupati Penajam Paser Utara Nomor:
821/62/SK-BUP/I/2014, Tanggal 13 Januari 2014 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berupa Pembebasan dari Jabatan Asisten Administrasi Umum an. H. Abdul Mutalib, SH. M.Si, selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-I (satu) ; --- a. Objek Sengketa Ke-I (satu) telah sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan Azaz-Azaz Umum Pemerintahan Yang Baik yaitu :--- 1) Sesuai azas kepastian Hukum, bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) merupakan kepastian hukum terhadap adanya perbuatan dan pelanggaran norma serta aturan yang dilakukan oleh Penggugat ;--- 2) Sesuai azas kecermatan, bahwa Tergugat dengan cermat telah
menilai adanya pelanggaran norma serta aturan yang dilakukan oleh Penggugat yang tidak berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-Undangan sehingga menerbitkan Objek Sengketa Ke-I (satu) ;--- 3) Sesuai dengan azas kehatian-hatian, yakni penerbitan Objek
Sengketa Ke-I (satu) yang diterbitkan Tergugat berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Jadi objek sengketa tersebut tidak dikeluarkan secara sembrono dan tidak secara Asal-asalan ;---
b. Objek Sengketa Ke-I (satu) yang diterbitkan Tergugat tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan juga telah meliputi dari Azas :---
- Kepastian Hukum ;---
- Tertib Penyelenggaraan Negara ;---
- Keterbukaan ;---
- Proporsionalitas ;---
- Profesionalitas ;---
- Akuntabilitas ;--- c. Objek Sengketa Ke-I (satu) adalah Surat Keputusan yang telah diterbitkan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah diatur oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Penganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang ;--- Pasal 65 ayat (2), menyatakan: --- Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang :---
“melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku"; ---
d. Bahwa penerbitan Objek Sengketa Ke-I (satu) adalah Surat Keputusan Tergugat yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu :---
a) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 3 ayat (2), yang menyatakan : ---- ”Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat” ;--- b) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 80 yang menyatakan :--- ”Pejabat Negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri dan kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.--- c) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dalam Pasal 4 angka 15 yang menyatakan: --- ”Setiap PNS dilarang memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara :--- a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah ;--- b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye ;--- c. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau --- d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu
sebelum, selama dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat. --- e. Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) merupakan suatu penetapan yang
berbentuk beschikking yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sesuai dengan ketentuan yang termaktub di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- f. Bahwa penerbitan Objek Sengketa Ke-I (satu) telah pula memenuhi unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara yakni :--- a) Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara ;--- Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) ditetapkan oleh Bupati Penajam Paser Utara selaku Pejabat Tata Usaha Negara. --- b) Yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan per-undang-undangan yang berlaku ;--- Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) merupakan tindakan hukum yang sesuai dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia ;--- c) Yang bersifat konkret, Individual dan Final ;---
Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) ditujukan kepada Penggugat dan bersifat definitif terhadap pelanggaran penjatuhan hukuman terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan Penggugat ;--- d) Yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata ;--- Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) tidak akan berpengaruh secara hukum terhadap Penggugat, dikarenakan dengan
terbitnya objek sengketa tersebut berarti Tergugat telah memberikan kepastian hukum terhadap pelanggaran disiplin yang Penggugat lakukan pada saat Penggugat menjabat sebagai Inspektur Inspektorat pada Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara pada Tahun 2014 ;--- g. Bahwa Objek Sengketa Ke-I (satu) adalah sebagai penjatuhan
hukuman terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan Penggugat pada saat Penggugat menjabat sebagai Inspektur Inspektorat pada Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara pada Tahun 2014 ;---- 4. Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016
Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin Dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016 selanjutnya disebut Objek Sengketa Ke-II (dua) ; --- a. Bahwa Objek Sengketa Ke-II (dua), berdasarkan Pasal 1 angka 9
Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyatakan :--- “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.” ---
Bahwa dengan pengaturan tersebut, maka Objek Sengketa Ke-II (dua), bukan merupakan keputusan yang bersifat beschikking yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum secara final dan patut untuk diperhatikan hal-hal yang dapat dijadikan perkara atau sengketa tata usaha negara yang timbul
disebabkan adanya keputusan Tata Usaha Negara yang telah terbit, hal ini berkorelasi dengan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang menyatakan :--- “Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.” ---
b. Bahwa Objek Sengketa Ke-II (dua), yang diterbtkan Tergugat termasuk dalam kategori surat biasa, hal ini berdasarkan ketentuan Lampiran I Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara. Ketentuan atas surat biasa dan surat keputusan/penetapan sudah barang tentu memiliki perbedaan yang sangat jelas, dimana keputusan bersifat konkrit, individual dan final sehingga menimbulkan akibat hukum, sedangkan surat biasa hanyalah naskah dinas yang berisikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan kepada Penggugat dan bukanlah suatu bentuk penolakan atau keputusan untuk tidak memproses permohonan Penggugat, namun adalah pemberitahuan sebagai bentuk pelayanan yang komunikatif dan tidak menimbulkan akibat hukum berupa suatu hak atau kewajiban pada Penggugat dan tidak bersifat final ;--- Bahwa apabila Penggugat dalam gugatannya memasukkan Surat Bupati Penajam Paser Utara Nomor: 800/1125/TU-PIM/XII/2016
Perihal: Jawaban Atas Permohonan Pencabutan/Pemulihan Hukuman Disiplin Dan Kejelasan Penempatan Kerja, Tanggal 7 Desember 2016 sebagai Objek Sengketa Ke-II (dua) dan memiliki akibat hukum bagi Penggugat, maka dapat dikatakan Penggugat tidak cakap untuk menilai, memahami dan membedakan kategori naskah dinas yang bagaimana yang termasuk dalam kategori Keputusan Tata Usaha Negara ;--- c. Bahwa dalam ketentuan Bab II Jenis dan Format Naskah Dinas huruf B. Naskah Dinas Korespondensi angka 2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern pada Lampiran Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Instansi Pemerintah di halaman 40, maka objek sengketa termasuk dalam Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas, yang memiliki definisi sebagai naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar instansi/organisasi yang bersangkutan ;--- Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 tersebut, maka Bahwa Objek Sengketa Ke-II (dua) termasuk dalam kategori Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas yang hanya berupa pemberitahuan, sehingga tidak bersifat final dan bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;---
d. Bahwa dalam ketentuan Bab I Jenis dan Format Naskah Dinas huruf B. Naskah Dinas Korespondensi angka 2. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern pada Lampiran Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia di halaman 53, maka Objek Sengketa Ke-II (dua) termasuk dalam Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas, yang memiliki definisi sebagai naskah dinas pelaksanaan tugas seorang pejabat dalam menyampaikan infomasi kedinasan kepada pihak lain di luar ANRI ;--- e. Bahwa Objek Sengketa Ke-II (dua), berdasarkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tersebut, maka termasuk dalam kategori Naskah Dinas Korespondensi Ekstern dengan klasifikasi Surat Dinas yang hanya berupa penyampaian informasi kedinasan kepada pihak lain, sehingga tidak bersifat final dan bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (9) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- f. Bahwa sesuai dengan Lampiran I Peraturan Bupati Nomor 16
Tahun 2008 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara halaman 44, maka Objek Sengketa Ke-II (dua) adalah dikategorikan sebagai surat biasa, hal ini sesuai dengan definisi dari surat biasa yang menyatakan :--- “Surat Biasa adalah alat penyampaian berita secara tertulis yang berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan, jawaban, atau saran dan sebagainya” ---
g. Bahwa dalam ketentuan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara pada Lampiran I di halaman 15 mengatur bahwa pimpinan satuan organisasi/kerja atas wewenang jabatannya menandatangani :--- 1) Keputusan Satuan Organisasi/Kerja ;--- 2) Surat Edaran ;--- 3) Surat Biasa ;--- 4) Surat Keterangan ;--- 5) Surat Perintah ;--- 6) Surat Tugas ;--- 7) Surat Perintah Perjalanan Dinas ;--- 8) Surat Kuasa ;--- 9) Surat Undangan ;--- 10) Surat Panggilan ;--- 11) Surat Pengantar ;--- 12) Surat Perjanjian ;--- 13) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas ;--- 14) Surat Izin ;--- 15) Pengumuman ;--- 16) Laporan ;--- 17) Telegram/Radiogram ;--- 18) Notulen ;--- 19) Radiogram ;--- 20) Nota Dinas ;--- 21) Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas ;--- 22) Lembar Disposisi ;---