• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjaun Pustaka

3. Tenun Tradisional Sebagai Produk Kriya/Kerajinan

a. Dalam konteks kriya, tenun merupakan salah satu produk kriya/kerajinan tangan

Dalam buku Dharsono (2003: 87) kriya atau kerajinan adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.

Adapun keberadaan karya seni kriya atau kerajinan secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi

1). Fungsi personal

Karya seni sebagai perwujudan perasaan dan emosi mereka adalah salah satu dari pengertian bahasa dan media. Sebagai instrumen ekspresi personal, seni semata-mata tidak dibatasi untuk dirinya sendiri.

Maksudnya ialah secara tidak secara eksklusif dikerjakan berdasarkan emosi pribadi, namun bertolak pada pandangan personal menuju persoalan-persoalan umum dimana seniman itu hidup (Dharsono, 2003: 26).

2). Fungsi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, seperti yang telah disinggung di depan, semua karya seni yang berkaitan dengannya juga akan berfungsi sosial karena karya seni diciptakan untuk penghayat. Para seniman juga dapat berkata bahwa karya seni mereka buat semata-mata untuk dirinya sendiri (Dharsono, 2004: 33).

3). Fungsi Fisik

Fungsi fisik yang dimaksud dalah kreasi yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari. Karya seni yang dibuat benar-benar merupakan kesenian yang berorientasi pada kebutuhan fisik selain keindahan barang itu sendiri (Dharsono, 2003: 28).

Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pada

setiap karya seni memiliki fungsi kriya atau kerajinan yang bermacam-macam dimana maksud dari fungsi kriya yaitu kegiatan seni yang

menitik beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah sebuah benda yang dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Dalam fungsi kriya tersebut memiliki tiga macam yaitu seperti fungsi personal, fungsi sosial dan fungsi fisik.

Adapun contoh dari nilai fungsi kriya atau kerajinan yaitu sebuah kain tenun. Kain tenun juga memiliki sebuah fungsi, dimana fungsi kain tenun tersebut dapat dikreasikan menurut daerah masing-masing yang biasa mengfungsikan kain tenun tersebut. Seperti halnya yang ada di Desa Batuisi Kecamatan Kalumpang, sebuah kain tenun yang digunakan dalam upacara adat masyarakat Kalumpang yang sebagai salah satu dijadikan sebagai pakaian yang digunakan dalam upacara adat.

b. Beberapa jenis kain tenun tradisional dari berbagai daerah di Indonesia Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tertentu, salah satunya adalah kain tenun tradisional. Berikut ini adalah contoh kain tenun tradisional dari berbagai daerah yang ada di Indonesia antara lain:

1). Kain Tenun Sutra Bugis

Gambar 2.1

Kain tenun sutra Bugis (Sarung Bugis/sutra Suku Bugis)

Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019) 2). Kain Tenun Dayak

Gambar 2.2

Kain tenun Dayak (kain tenun Suku Dayak Iban)

Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019)

3). Kain Tenun Besurek

Gambar 2.3

Kain tenun Busurek (Kain tenun khas Bengkulu)

Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019) 4). Kain Tenun Tapis

Gambar 2.4

Kain tenun Tapis (Kain tradisional Lampung)

Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019)

5). Kain Tenun Sasirangan

Gambar 2.5

Kain tenun Sasirangan (Tenun Sirang/kain tenun suku Banjar) Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019) 6). Kain Tenun Songket

Gambar 2.6

Kain tenun Songket (Tenun tradisional Minangkabau dan Melayu/Tenun Brokat) Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019)

7). Kain Tenun Gringsing

Gambar 2.7

Kain tenun Gringsing (Kain tenun khas masyarakat Tengana,Bali) Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019) 8). Kain Tenun Ulos

Gambar 2.8

Kain tenun Ulos (Kain tenun khas masyarakat Batak)

Sumber : https://www.gotravelly.com/blog/kain-tradisional-indonesia/

(diakses 2/11/2019)

9). Kain Tenun Sekomandi

Gambar 2.9

Kain tenun Sekomandi ( Kain tradisional Masyarakat Kalumpang, Mamuju) Sumber :

https://pesona.travel/keajaiban/105/tenun-sekomandi-kain-warisan-leluhur-kalumpang (diakses 2/11/2019) 4. Proses pengerjaan kain tenun tradisional

a. Proses

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian proses adalah salah satu urutan perubahan peristiwa dalam perkembangan sesuatu Meoliono (dalam Mirnawati 2013:17). Masih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Proses adalah suatu rangkaian kegiatan, tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk, Poerwadarminta, (dalam Mirnawati 2013:17). Definisinya proses adalah serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh setiap tahapan itu secara konsisten, maka

hasilnya akan mengarah pada apa yang diinginkan. Sedangkan menurut JS Badudu dan Sutan M Zain dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan dan tindakan.

b. Pembuatan

Pembuatan adalah cara yang dilakukan dalam menghasilkan sesuatu benda Poerwadarminta (dalam Mirnawati, 2013:18), maksud pendapat tersebut adalah kegiatan yang sengaja dilakukan unrtuk menghasilkan sesuatu barang yang menjadi tujuan dari kegiatan itu. Pendapat tersebut ditambahkan lagi pada Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh penyusun terbitan Balai Pustaka Meoliono (dalam Mirnawati, 2013:18), menyebutkan pengertian yakni “proses, pembuatan, cara membuat, biaya pembuatan”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pembuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat sesuatu benda atau barang.

Adapun cara pengerjaan kain tenun tradisional antara lain:

1). Alat dan bahan pembuatan tenun

a). Bahan-bahan pembuatan kain tenun secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu benang/serat dan zat warna. Selanjutnya, bahan dasar pembuatan kain tenun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Benang yang digunakan dalam proses pembuatan kain tenun adalah benang pakan dan benang lungsi/lusi.

 Zat warna dalam proses pembuatan kain tenun biasa juga disebut

dengan zat celup.

b). Alat di Indonesi terdapat beberapa teknik pembuatan kain tenun yang berbeda namun umumnya menggunakan alat tenunan yang sama. Alat tenun tersebut berupa rangkaian bilah bambu yang diikat dengan menggunakan tali.

Adapun alat tenun yang digunakan yaitu gedongan. Alat tenun gedongan yaitu alat tenun yang dibuat dari susunan kayu dan bambu yang dihubungkan dengan tali penghubung. Penenun yang akan menggunakan alat tenun ini akan meletakkan alat tenun yang berupa rangkaian kayu tersebut di atas pangkuan, dan penenun akan duduk dilantai. Menenun dengan alat tenun ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama karena hanya menggunakan tangan sebagai tenaga penggerak alat tenun.Benang pakan menembus mulut lusi sehingga benang lusi dengan pakan sal-ing menyilang membentuk anyaman.

c). Pengetekan yaitu merapatkan benang pakan yang baru diluncurkan kepada benang sebelumnya yang telah menganyam dengan benang lusi.

d). Penggulungan kain yaitu menggulung kain sedikit demi sedikit sesuai dengan anyaman yang telah terjadi.

e). Penguluran lusi yaitu mengulur benang lusi dari gulungannya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan proses pembentukan mulut lusi dan penyilangan benang berikutnya.

2). Pengerjaan kain tenun tradisional antara lain:

a). Tenun pakan tambahan merupakan cara menenun untuk mendapatkan hiasan yang direncanakan, ialah dengan cara memasukkan benang yang lebih besar ukurannya, yang berbeda warnanya kearah pakan.

Sehingga terbentuklah motif ragam hias, seperti yang kitalihat antara lain kain tenun songket.

b). Tenun Ikat merupakan cara menenun dan diberi hiasan yang menjadi sebutan istilahseluruh dunia, yaitu sebelum ditenun benang lungsi atau pakan atau kedua-duanya terlebih dahulu diikat dengan tali yang tidak tembus warna celupan. Kain ikat dikenal terutama dari daerah Nusa Tenggara seperti di pulau-pulau Sumba, Sumbawa, Flores, Timor, dan Lombok.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada penjelasan tentang tenun yang merupakan kain tenun yang dibuat dengan cara yang rumit. Sebelum menjadi sebuah kain membutuhkan pengerjaan proses yang cukup panjang dan rumit.

Dari memasukkan benang ke dalam lungsi yang bentuknya horizontal dan vertikal.

Kain tenun juga memiliki fungsi dan motif yang menjadikannya menarik. Dalam pengerjaan membuat tenun juga tidak mudah, membutuhkan beberapa hari untuk menjadikannya sebuah kain seperti pada halnya pada tenun yang ada di Desa Batuisi,

Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Yang dalam pengerjaannya sangat sederhana akan tetapi dapat menghasilkan sebuah kain tenun yang tidak kalah menariknya dibandingkan tenun yang dibuat dengan mesin.

Dokumen terkait