• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V. KESIMPULAN DAN DATA V.1 Kesimpulan

II.5. TEORI AGENDA SETTING

Pakar pakar telah lama megenal bahwa media mempunyai potensi untuk

menyusun isu-isu bagi publik. Walter Lippman, berpandangan bahwa public menanggapi suatu tindakan dari peristiwa-peristiwa aktual dilingkungannya, melainkan pada sutau

pseudoenvironment atau bagaimana digambarkannya, "gambaran dikepala "(Lippman, dalam Littlejohn,1992:360).

Fungsi agenda setting telah banyak digambarkan oleh Donald Shaw,Maxwell McCombs (Shaw dan McCombs.1971). Dalam karya mereka mengenai hal ini, Shaw dan McCombs menulis tentang fungsi agenda setting: "Bukti yang di pertimbangkan telah terkumpul pada editor dan penyiar memainkan bagian penting dalam membentuk realitas sosial

kita. sebagaimana mereka mengerjakan tugas sehari-hari mereka dalam pemilihan dan penayangan

Dampak media massa ini (kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif di antara

individu-individu, untuk menyusun pemikiaran mereka) telah diberi label dari fungsi agenda

setting dari komunikasi massa. Disini mungkin terletak sebagian besar pengaruh yang' penting

dari komunikasi massa. Kemampuannya secara mental menata dan mengorganisasikan dunia kita

untuk kita. Ringkasnya, media massa mungkin tidak berhasil mengatakan apa yang hams

dipikirkan secara mendalam (Shaw McCombs, 1977:5)". Dengan kata lain, agenda setting menggambarkan isu-isu atau citra-citra yang mencolok dalam pikiran public.

Agenda setting terjadi karena pers harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita,

sebagai penjaga gerbang informasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang dilaporkan dan

bagimana melaporkannya. Karena itu, apa yang diketahui public. mengenai keadaan pokok

persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas merupakan produk dari penjagaan gerbang

media.

Fungsi agenda setting merupakan roses linear yang terdiri dari tiga bagian (Rogers dan Dairing dalam Anderson, 1988:555-593). Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun. Proses ini memunculkan isu-isu mengenai bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang

pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda public, atau naluri public terhadap pentingnya isu. Proses ini memunculkan pertanyaan bagaiamana kekuasaan, dimana media mempengaruhi agenda public, dan bagiamana media

melakukannya. Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuatan kebijakan

public dan pendapat penting. Dalam persinya yang paling sederhana dan paling langsung, teori

agenda setting meramalkan bahwa agenda media mempengaruhi agenda public dan pada

gilirannya, agenda public mempengaruhi agenda kebijakan. Agenda setting disini, bermaksud

apa yang diberikan oleh media massa tertentu, misahiya televisi adalah media dimana agenda

dan akhirnya membentuk tindakan baik dari khalayaknya secara langsung maupun tidak

langsung, misahiya dari pemerintah.

Meskipun sejumlah studi menunjukkan bahwa media dapat mempengaruhi secara kuat

agenda public, masih tidak jelas apakah agenda public mempengaruhi agenda media itu sendiri.

Hubungan itu mungkin menjadi salah satu penyebab yang saling mempengaruhi atau penyebab

yang linear saja.

Opini yang berlaku kini diantara para peneliti tampakanya adalah bahwa media dapat

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap agenda public, tetepi tidak selalu.

Kepuasan media bergantung pada factor-faktor seperti kredibilitas media terhadap isu-isu

tertentu pada saat tertentu. Tingkat konflik fakta seperti yang diterima oleh anggota public

secara individual,tingkat nilai-nilai media yang dimiliki bersama secara individual pada saat

tertentu, dan kebutuhan public terhadap bimbingan.

Bila kredibilitas media tinggi konflik fakta rendah, nilai-nilai media yang dimiliki bersama

dan mereka mempunyai kebutuhan terhadap bimbingan tinggi, maka mungkin media kuat

dalam membentuk agenda publik (Hern Fuji Winarso,2QQ5:lQl-lQ3). Misalnya gejolak berita politik yang muncul akhir-akhir ini membuat heboh masyarakat Tapanuli Selatan

Khususnya dan masyarakat Sumatera Utara umumnya, yaitu pada saat sidang paripurna

pembahasan pemekaran Tapanuli Selatan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

Selatan terjadi adu fisik antara kader dari partai golongan Karya (Golkar) dengan kader PKS di

sebabkan perbedaan persepsi antara mereka terhadap keputusan sidang paripurna pemekaran

tersebut

Bagi khalayak pengguna media massa yang belum mengetahui jelas bagaimana

sebenarnya permasalahn itu bisa terjadi. dan bila masyarakat menonton berita di media massa

secara intens, maka masyarakat yang belum mengetahui permasalahan akan dipengaruhi hidupnya, untuk membenci anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut. ia akan

terpengaruh untuk menonton atau mengikuti perkembangan berita ini dan akhirnya khalayak

bisa menciptakan reaksi dari berita yang di konsumsinya. Untuk tidak percaya lagi terhadap anggota

DPRD Tapanuli Selatan kedepan.

Begitu besar pengaruh media terhadap public, sehingga mampu mempengaruhi

kehidupan public itu sendiri. Publik tidak akan memberikan perhatian kepada berita-

berita yang disajikan media, bila berita yang disajikan tersebut tidak menarik dan tidak pula

mempengaruhi hidup public sebagai khalayak penerima berita.

Untuk lebih memperjelas tentang tiga agenda (agenda media,agenda khalayak dan agenda

kebijakan) Dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang

dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard,Jr:l992),sebag,ai berikut 1. Untuk Agenda Media, dimensi-dimensi:

a. Visibility (visibilitos), yakni jumlah dan tingkat penjumlahan berita. Misalnya seberapa sering Anggota Dewan Tapanuli Selatan menonton atau mengkonsumsi berita politik di

televisi swasta dan apakah berita politik yang di siarkan dari televisi swasta mendapat

manfaat bagi anggota DPRD Tapanuli-Selatan untuk meningkatkan mutu pengetahuan tentang

politik. Yang di siarkan dari televisi swasta.

b. Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak ), yakni relevansi berita dengan kebutuhan khalayak. Artinya, kita bisa mengetahui sejauh mana berita politik yang di siarkan oleh televisi

swasta mampu memenuhi kebutuhan kognitif (informasi/pengetahuan) anggota DPRD

Tapanuli Selatan terhadap berita politik. Apakah anggota DPRD Tapanuli Selatan sudah

c. Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara memberitakan suatu berita atau suatu peristiwa. Artinya,berita politik tentu akan menyenangkan bagi pihak-pihak tertentu

(misalnya, anggota DPRD Tapanuli Selatan yang sebelumnya tidak tabu menegenai

politik yang sedang berkembang di Indonesia. Mereka akan merasa senang atau puas

akan kebutuhan informasinya setelah terpenuhi dan mengetahui berita politik dari

televisi swasta permasalahan yang sedang berkembang. dan bisa pula merugikan bagi pihak-

pihak tertentu (misalnya, anggota DPRD yang melakukan kecurangan atau yang

melakukan kekerasan di geduang dewan maka masyarakat luas akan mengetahui

permasalahan yang terjadi dll.

2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. familiarity (keakraban) yaknik derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. Contohnya, apakah dengan mengetahui berita politik dari televisi swasta, khalayak atau anggota DPRD

akan bersikap lebih semangat untuk memajukan daerahnya atau lebih semangat untuk

menjalankan program-program kerjanya dan memperhatikan masyarakat Tapanuli Selatan?.

Semua kembali pada keputusan anggota DPRD Tapanuli Selatan.

b. Personal Salince (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi. Misalnya, dengan berita politik di televisi swasta maka kinerja anggota DPRD

Tapanuli Selatan akan meningkat dan berlomba-lomba untuk memajukan daerah

(dapem) masing-masing atau dengan menonjolkan diri masing-masing ke masyarakat.

c. favor ability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Adanya pihak yang menerima atau menolak pemberitaan berita yang disediakan

media massa tertentu. Misalnya dalam hal ini, berita politik yang di siarkan oleh Deli TV

mengenai pemukulan terhadap anggota dewan dari partai PKS yang di lakukan oleh kader

persepsi atau pendapat maka anggota DPRD Tapanuli Selatan ada yang setuju dan ada juga

yang tidak setuju.

3. Untuk agenda kebijakan, dimensi-dimensi:

a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangklan bagi posisi suatu berita tertentu:

Misalnya, dengan maraknya berita politik di televisi swasta, maka banyak anggota dewan

yang member! dukungan terhadap proses agenda DPRD Tapanuli Selatan kedepan dan

banyak juga dari mereka yang memanfaatkan pengetahuan politiknya untuk merekrut

masyarakat untuk tetap bersatu mendukung kebijakannya. Walaupun itu tanpa di sadarai

oleh masyarakat sangat merugikannya di kemudian hari atau seketika itu juga.

b. Likelihood of action (kemungkinan kejadian), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. Misalnya, memberikan pengetahuan mengenai program

kerja atau rencana pemerintah kedepan untuk memajukan daerah (dapem) untuk

memperjelas program-programnya atau janji-janjinya pada saat kampenye sebelum

pemilihan dahulu.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak ), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah. Misalnya, sanksi atau hukuman yang diberikan pemerintah (DPRD)

Tapanuli Selatan terhadap angggota dewan Tapanuli Selatan sendiri yang telah menyalah

gunakan amanah atau jabatannya.

Dokumen terkait