• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi konsumsi Berita Politik Lokal Sumatera utara Di Media Massa Dan Pemuasan Kebutuhan khalayak ( Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Berita Kontroversi Pengangkatan Rudolf M. Pardede Sebagai Gubernur Sumatera Utara di Media Massa Terhadap P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Motivasi konsumsi Berita Politik Lokal Sumatera utara Di Media Massa Dan Pemuasan Kebutuhan khalayak ( Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Berita Kontroversi Pengangkatan Rudolf M. Pardede Sebagai Gubernur Sumatera Utara di Media Massa Terhadap P"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

MINAT MENONTON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAPANULI SELATAN TERHADAP BERITA POLITIK DI METRO TV ( Studi Korelasi tentang tayangan berita politik dan minat menonton Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana ( S-1 ) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

020904004

FIRDAUS HUSIN DAULAY

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik di Metro TV

( Studi korelasi tayangan berita politik dan minat menonton

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV) Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berita politik dan minat menonton anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008. terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan menggunakan model Agenda Setting. Model ini menekankan keaktifan media massa, dalam hal ini Metro TV memberikan pengetahuan dan informasi (peristiwa atau kejadian), sehingga media adalah pihak yang berperan dalam mempengaruhi pola pikir atau pandangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. berita politik yang diberitakan berbagai media massa bersaing untuk memberitakan berita yang lebih baik. Keaktifan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan menonton berita politik di Metro TV, dalam hal ini berita politik telah membentuk pola menonton mereka. Pola tersebut merupakan tindakan rutin, yang berulang-ulang yang mencakup informasi berita politik menjadi persoalan yang sangat urjen dan perlu di beritakan dan kaji. Berita politik yang di maksud dalam penelitian ini ialah berita politik yang di siarkan atau di bahas di Metro TV.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Peneliti memilih populasi ini karena anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih banyak yang belum mengetahui tentang politik dan administrasi pemerintahan, sehingga memungkinkan penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan realitas sesungguhnya.. Jumlah sampel adalah keseluruhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan berjumlah 45 orang dengan teknik penarikan sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang ” setiap penelitian yang di bawah 100 orang maka keseluruhan populasinya di gunakn sebagai sampel (Arikunto). Metode analisis yang di gunakan yaitu metode korelasional. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan mencari sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini dan pengumpulan data di lapangan dengan penyebaran kuisioner. Dalam menganalisa data peneliti, di gunakan 2 cara yaitu: secara deskriptif, dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dihubungkan sedemikian rupa menjadi tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan memakai rumus Spearman’s Rho dan tes signifikan dengan menggunakan test.

Hasil ini terbukti bahwa minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik di Metro TV, yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif adalah Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antara minat menonton berita politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap MetroTV, rs = -13,53 tingkat signifikan hasil

hipotesis dilakukan dengan menghitung nilai tabel hitung /rumus test. Nilai tabel = 1,67

nilai tabel hitung = - 6,56 pernyataan korelasi tabel tebel > terhitung di terima baik,

(3)

KATA PENGANTAR

Suatau tahap bagi mahasiswa yang berada di punjak akhir masa studinya, untuk menyelesaikan suatu karya ilmiah (skripsi). Karya ilmiah (skripsi) ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan seseorang dari lembaga pendidikan, tempat mahasiswa tersebut menuntut ilmu. Tidak seorang pun mahasiswa yang lulus, sebelum dia menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) dan hal itulah yang terjadi pada saat ini, bagi penulis. Untuk bisa lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, penulis harus memenuhi persyaratan ini.

Penulis menyadari bahwa, untuk masuk pada tahap yang seperti ini, bukanlah ditempuh dengan mudah dan bukan pula hanya mengandalkan kemampuan penulis saja. Tahap demi tahap yang penuh warna. Penulis lewati sehingga sampai pada saat ini. Saat bisa terjadi semua karena ada pihak-pihak yang perperan penting membantu penulis. Syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat bimbingan, semangat, serta kekuatan, yang senantiasa mengiringi langkah penulis setiap hari adalah berasal dari-Nya. Tanpa-Nya penulis sadar tidak bisa berbuat apa-apa.

(4)

satu persatu, terimakasih untuk doa dan hubungan kekeluargaan yang terjalin baik selama ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A, selaku dekan FISIP USU 2. Bapak Drs. Amir Purba, selaku kepala Departemen Ilmu Komunikasi

3. Ibu Rusni,M.A, selaku Dosen Pembimbing penulis, yang telah membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan Karya Ilmiah (skripsi)

4. Semua dosen Ilmu Komunikasi maupun Dosen-Dosen lain yang telah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah

5. Bapak Drs. Bahrum Harahap selaku Ketua DPRD Tapanuli Selatan periode 2004-2008, atas kesempatan yang di berikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di gedung DPRD Tapanuli Selatan

6. Abanganda Panguhum Nst, Riyadi Hrp, Marwan C, Abd. Rahman Dly, Irsan Lbs, yang rela membantu penulis dalam membantu mengumpulkan data selama penelitian.

7. Angota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-208, yang telah tulus membantu penulis dalm memberikan informasih dan pengisian kuesionernya.

8.

9. Kak Cut, kak Ros, terimakasi banyak atas segala bantuannya

10.Kak Anim,(terimakasi banyak atas bantuan pengolahan datanya dan ilmu SPSSnya

(5)

12.Ma Dombat, Pak Tarigan, Kak Dida, Kak Ika, Anwar, Jhon, Adek-adekku tercinta Efrin,Tamimi,Putra,Fahmin,Zakiah Isnaini,Rona, Sofia, Fera, Mahyarni, Anni, Gusnelita, Fitri, Rina, Mena, Halimah,Jurriah,Lia,Helmina dan kawan-kawan Warga Pamen 24 yang tidak bisa disebut satu persatu, begitu juga dengan rekan-rekan seperjuangan baik di lembaga Internal dan Eksternal kampus (Gema P.lawas USU, Gema Bara, Lipembas, HIMPPAS, PMII, Gemasu)

13.Buat yang tercinta, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skiripsi ini, baik dalam bentuk Moral dan Material.

Seperti yang sering dikatakan orang , ”Tak ada seorang pun yang sempurna”, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kreitikan yang sifatnya membangun, dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga Karya Ilmiah ini, dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Penulis,

(6)

BIO DATA

Nama : Firdaus Husin Daulay

Tempat /Tanggal Lahir : Tanjung Botung 08 Nopember 1983

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Toguan Daulay Ibu : Kalsum Hasibuan

Alamat : Jl. Djamin Ginting Komplek Pamen No 24 P.Bulan Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD Negeri 1403394 Tanjung Botung Tahun 1996

2. Lulus Madrasah Tsanawiyah Darul Arafah, Lau Bakeri Tahun 1999

3. Lulus Madrasah Aliyah Darul Arafah, Lau Bakeri Tahun 2002

(7)

DAFTAR ISI I..2 Perumusan Masalah I..3 Pembatasan Masalah

I..4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian I.4.2 Manfaat Penelitian I..5 Kerangka Teori

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa I.5.2 Berita 1.9 Defenisi Operasional I.10 Hipotesa

I.11 Metodologi Penelitian I.12 Sistematika Penulisan.

Bab II. LANDASAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.2 Televisi sebagai Media Massa II.3 Berita

II.4 Minat menonton Berita II.5 Teori Agenda Setting

II.5.1 Implementasi Teori Agenda Setting.

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi b. Sampel

III.3 Teknik penarikan sampel III.4 Metode Penelitian

(8)

Bab IV. PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data IV.1.1 Tahap Awal

IV.1.2 Pengumpulan Data IV.2 Proses Pengolahan Data

IV.2.1 Penomoran Kuesioner IV.2.2 Editing

IV.2.3 Coding

IV.2.4 Inventarisasi Variabel IV.2.5 Tabulasi Data

IV.3 Analisa Tabel Tunggal

IV.3.1 Krakteristik Responden IV.3.2 Berita Politik di Metro TV

IV.3.3 Minat Menonton Berita Politik di Metro TV IV.4 Analisa Tabel Silang

IV.5 Uji Hipotesis

Bab V. KESIMPULAN DAN DATA

V.1 Kesimpulan V.2 Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAKSI

Minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan

terhadap Berita Politik di Metro TV

( Studi korelasi tayangan berita politik dan minat menonton

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV)

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berita politik dan minat menonton anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008. terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan menggunakan model Agenda Setting. Model ini menekankan keaktifan media massa, dalam hal ini Metro TV memberikan pengetahuan dan informasi (peristiwa atau kejadian), sehingga media adalah pihak yang berperan dalam mempengaruhi pola pikir atau pandangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. berita politik yang diberitakan berbagai media massa bersaing untuk memberitakan berita yang lebih baik. Keaktifan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan menonton berita politik di Metro TV, dalam hal ini berita politik telah membentuk pola menonton mereka. Pola tersebut merupakan tindakan rutin, yang berulang-ulang yang mencakup informasi berita politik menjadi persoalan yang sangat urjen dan perlu di beritakan dan kaji. Berita politik yang di maksud dalam penelitian ini ialah berita politik yang di siarkan atau di bahas di Metro TV.

Sampel dalam penelitian ini adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Peneliti memilih populasi ini karena anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih banyak yang belum mengetahui tentang politik dan administrasi pemerintahan, sehingga memungkinkan penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan realitas sesungguhnya.. Jumlah sampel adalah keseluruhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, dengan berjumlah 45 orang dengan teknik penarikan sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang ” setiap penelitian yang di bawah 100 orang maka keseluruhan populasinya di gunakn sebagai sampel (Arikunto). Metode analisis yang di gunakan yaitu metode korelasional. Teknik pengumpulan data di lakukan dengan mencari sumber-sumber yang relevan dan mendukung penelitian ini dan pengumpulan data di lapangan dengan penyebaran kuisioner. Dalam menganalisa data peneliti, di gunakan 2 cara yaitu: secara deskriptif, dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dihubungkan sedemikian rupa menjadi tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan memakai rumus Spearman’s Rho dan tes signifikan dengan menggunakan test.

Hasil ini terbukti bahwa minat menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik di Metro TV, yaitu pemenuhan kebutuhan kognitif adalah Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antara minat menonton berita politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap MetroTV, rs = -13,53 tingkat signifikan hasil

hipotesis dilakukan dengan menghitung nilai tabel hitung /rumus test. Nilai tabel = 1,67

nilai tabel hitung = - 6,56 pernyataan korelasi tabel tebel > terhitung di terima baik,

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Media massa sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan

perkembangan zaman. Media massa itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan

masyarakat. Seperti di siaran-siaran yang di tampilkan menyebabkan banyak perubahan

dalam masyarakat, karena media massa memiliki sifat medium, yaitu pesan-pesan yang

di sampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi.

Media massa merupakan mempunyai fungsi sebagai alat edukatif,

persuasive,motivative, yang mudah dan dapat di pahami (Wahyudi,JB,1986:207).

Ketiga fungsi yang diemban tadi dibentuk dalam berita yang enak untuk didengar dan

di terima oleh khalayak.

Pesan-pesan yang disalurkan media massa masuk ditengah-tengah keluarga,

kelompok masyarakat dan dapat dinikmati oleh anak-anak, remaja, orang tua, pria

maupun wanita, dan cendikiawan, orang yang tidak berpendidikan ataupun rakyat kecil

sampai peminpin negara dan orang-orang perkotaan maupun pedesaan. Semua orang

berhak menikmati berita-berita yang di proses oleh media massa dimanapun itu di

beritakan atau disiarkan karena kemajuan teknologi mendukung untuk semuanya.

Hal ini juga dikatakan oleh Wahyudi, JB, 1986:207, bahwa televisi sebagai

media massa sangat memungkinkan dapat memuaskan semua orang, tanpa melihat latar

belakang, usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham golongan yang

(11)

semuanya merupakan hal yang wajar karena sifat-sifat manusia yang berbeda-beda.

(Wahyudi, J.B 1986:215).

Berita politik dalam negeri dan luar negeri, akhir-akhir ini televisi banyak

mewarnai berbagai fenomena berita politik di media televisi swasta yaitu Metro TV,

RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, Anteve, TV7, Lativi, Trans TV, Global TV, Deli TV,

khususnya Metro TV yang pada saat ini banyak mengkupas masalah politik seperti

Otonomi Daearah (OTDA) Pemekaran Kabupaten, dan masalah APBD. Serta

perlengkapan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dll. pandangan para tokoh

politik dan masyarakat banyak, bahwa Otonomi Daerah dan pemekaran Kabupaten

adalah permainan para elit dan pejabat yang haus dengan kekuasaan tanpa memikirkan

sejarah dan resikonya.

Pada umumnya ilmu politik dapat di katakan, politik (politics) adalah

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut

proses menentukan tujuan–tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan–tujuan itu

sendiri. Seperti pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang

menjadi tujuan dari sistim politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif

dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Unsur-unsur pokok

untuk konsep pengertian politik yang di atas adalah :

1. Negara ( state ) 2. Kekuasaan ( power )

3. Pengambilan keputusan ( decision making ) 4. Kebijaksanaan ( policy, beleid )

5. Pembagian ( distribution ) atau alokasi ( allocation )

Maka jelaslah bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

(12)

dan mampu menjalankan kekuasaan (power), mampu mengambil keputusan

(decisionmaking) dengan baik dan benar, dan bijaksana (policy,belleid ), dan mampu

menjalankan pembangunan di daerah tersebut dengan pembagian atau alokasi

(allocation) dengan adil dan benar tepat pada tujuan atau sasaran yang di maksud dalam

memajukan daerah Tapanuli Selatan di masa jabatan atau masa periodenya.

Untuk bulan terakhir ini berbagai peristiwa politik dalam negeri, banyak di

bicarakan orang banyak dan elit politik di negara kita ini, sehingga media televisi

Swasta seperti Metro TV membuat suatu acara Khusus yang membahas masalah politik

seperti Acara“ Editorial Media Indonesia, yang membahas mengenai Sistem

Pembangaunan di Daerah, Pemekaran Kabupaten atau Otonomi Daerah, Kinerja

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Undang-undang, Korupsi,Kolusi, dan

Nepotisme. Taday’s Dialoque, yang membahas mengenai Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme, Tunjangan Kepada Anggota DPR-RI

dan DPRD periode 2004-2008, kenaikan dana anggaran anggota DPR-RI dan DPRD.

Suara Anda, membahas mengenai kinerja anggota DPR-RI dan DPRD, Tunjangan

kelengkapan anggota DPR-RI dan DPRD periode 2004-2009, Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme ( KKN) pembahasan APBD dan PAD, Undang-Undang Perburuhan.,

rancangan undang-undang pencalonan kepala Daerah dengan secara Independen ( tanpa

utusan dari partai politik). Metro Realitas yang membahas mengenai Kericuhan yang

terjadi di DPR-RI dan DPRD dan Metro Realitas juga pernah meliput atau menyiarkan

kericuhan yang terjadi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan

pada saat pembahasan pemekaran kabupaten Tapanuli Selatan, dan kericuhan di gedung

Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Utara pada saat pembahasan Propinsi Tapanuli,

(13)

mengenai rancangan Undang-undang pencalonan presiden untuk periode 2009-2013

harus bertitel S1 (sarjana).

Dan suatu gambaran tingkat kedewasaan berpolitik anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. seperti yang di muat Harian Proklamasi Nomor 190,

6-19 September 2004, kedewasaan berpolitik agaknya masih minim di lembaga

legislatif DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan. Pemaksaan kehendak bermotif

keserakahan mendominasi ambisi segelintir Anggota DPRD Tap-Sel dan aksi gaya

premanisme mencuat di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

awalnya mereka memaksakan kehendak sendiri dan tidak mau menerima aspirasi atau

suara anggota DPRD Tapanuli Selatan lainnya.

Dalam hal pembentukan Fraksi untuk pemilihan pimpinan ketua DPRD Tap-Sel

periode 2004-2008. ketua sementara dan wakil sementara hanya menyetujui cukup tiga

Fraksi ( Fraksi Golkar, Fraksi PPP, Fraksi Bersatu ) anggota DPRD lainnya sangat

menentang keras Ketua DPRD dan Wakil ketua DPRD (sementara) atas ambisi dan

kekerasan yang terjadi di dalam sidang tersebut. Drs. Bachrum Harahap sempat

mengeluarkan kata-kata ancaman, seperti yang tirukan oleh anggota DPRD Pada saat itu

“saya ini preman, bawa klewangmu, biar kita main! kita lihat siapa yang jago”.

Tantang Drs. Bachrum Harahap. di depan anggota DPRD Tap-Sel, Drs. Bachrum

Harahap berdiri tegak di depan anggota DPRD lainnya sambil mengayunkan kepala

tinjunya. dimana banyak orang menilai pembentukan Fraksi di bagi atas tiga, dan

PREMANISME di DPRD Tap-Sel adalah ulah Drs. Bachrum Harahap yang pada saat

itu Ketua DPRD Tap-Sel (sementara) dan Khoiruddin Siregar S.Ag Wakil Ketua

(sementara) dan juga sama-sama pimpinan Partai terbesar di Tapanuli selatan,

(14)

Dari pemaparan di atas jelas bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan masih kurang pengetahuannya tentang masalah Politik serta instansi

Pemerintahan. peneliti tertarik untuk mengetahui peningkatan pengetahuan khususnya

politik anggota DPRD Tap-Sel dari Setahun Yang lalu dengan sekarang dan media yang

mereka gunakan untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

Jenjang pendidikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

Selatan periode 2004-2008 adalah: SD (Sekolah Dasar) tidak ada, SMP (Sekolah

Menengah Pertama) tidak ada, SMA (Sekolah Menengah Atas) 17 orang (37,8%)

Akademi (Diploma II/III) 1 orang (2,2%) Perguruan Tinggi 27 orang (60,0%).

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana tayangan berita politik dan minat menonton Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap Metro TV “.

I.3 PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan peneliti, maka peneliti melakukan pembatasan masalah. adapun

pembatasan masalah yang akan di teliti adaalah :

1. Penelitian hanya terbatas pada minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan terhadap berita Politik.

2. Penelitian hanya terbatas pada pengetahuan dan pemikiran politik Anggota Dewan

(15)

3. Untuk mengetahui korelasi tentang minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Tapanuli Selatan periode 2004-2008 menonton berita politik di Metro TV.

4. Penelitian dilakukan terbatas kepada acara di Metro TV, Yang membahas

mengenai berita Politik.

5. Objek penelitian adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

Selatan periode 2004-2009.

6. Penelitian di lakukan selama seminggu dari tanggal 9 s/d 21 Juli 2007

I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Politik Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana minat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan untuk menonton berita politik di Metro TV.

3. Untuk mengetahui pemikiran Politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapnuli Selatan.

4. Untuk mengetahui korelasi minat menonton berita politik Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan di Metro TV.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat penulis selama menjadi

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara praktisi, penelitian ini di harapkan dapat ,melengkapi penelitian ilmu sosial

(16)

mengenai acara-acara televisi terhadap pengetahuan politik Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

I.5 KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu di susun kerangka teori yang

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian

akan di soroti (Nawawi,1993:39-40)

Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan dibahas adalah komunikasi dan

komunikasi massa, berita, berita politik, minat, dan teori Agenda Setting.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Menurut

Astrid S.Susanto, Komunikasi adalah kegiatan pengoperan kegiatan lambang yang

mengandung arti atau makna (Arifin,1988:25).

Menurut Harold Lasswell, Komuniaksi adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari

defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni:

a. Pesan (messege)

b. Komunikator (comunicator, source,sender)

c. Media (channel,media)

d. Komunikan (comunicant, comunicate,receiver,recipient)

(17)

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat

manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara

yakni, Pertama, Komunikasi oleh media, dan Kedua, Komunikasi untuk massa. Namun

ini tidak berarti, komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap

cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya memilih-memilih media.

(Rivers, 2003:18).

Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan

kegiatan komunikasi perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi

massa, yakni (Effendi, 1993: 81-83).

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang di sampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen

Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang

meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda,

dengan kebudayaan yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam,

berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis,

maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standart hidup dan

derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Yang di maksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan

sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut

(18)

d. Hubungan Komunikator-komunikan bersifat non pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat

non-pribadi, karena komunikasi yang anonim dicapai oleh orang-orang yang di

kenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

1.5.2 Berita

Menurut Simbolon (1997:88-89), secara tekhnis berita muncul hanya setelah

dilaporkan. segala hal yang diperoleh dilapangan dan masih akan dilaporakan, belum

meruapakan berita. hasil lapangan itu masih merupakan peristiwa itu sendiri, peristiwa

yang disaksikan oleh reporter atau wartawan. berita tidak lain adalah peristiwa yang

dilaporakan.

Terjadinya suatu peristiwa tidak dengan sendirinya menjamin tersedianya fakta

yang di perlukan untuk berita yang akan di tulis wartawan. apalagi wartawan tidak

menyaksikan sendiri atau berada di tempat kejadian peristiwa (TKP).Dalam pemahaman

berita politik, dengan demikian tidak hanya merupakan sekumpulan pesan dalam satu

format tertentu, tetapi telah menjadi sebuah drama kemanusiaan, membentuk

lakon-lakon sosial, membangun satu fenomena politik sehingga kegiatan politik bukan lagi

sekadar mekanisme abstrak yang mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output),

tetapi telah menjadi kisah pertarungan manusia dalam memberikan pemahaman tertentu

pada publik.

Berita yang baik dan benar (dipercaya dan obyektif) hanya dapat di tulis apabila

di dukung fakta dan data yang akurat. Adapun keberhasilan mengumpulkan data dan

(19)

Berbicara mengenai politik, demikian lazimnya anggapan orang, adalah berbicara

mengenai naluri kekuasaan yang dibenarkan secara sosial. Politik dalam arti yang

seluas-luasnya adalah dimensi kekuasaan yang mengatur dan mengarahkan kehidupan

sosial secara keseluruhan. Seperti ungkapan Hardiman (1990), persoalan yang terus

muncul mengenai kehidupan sosial itu adalah siapa yang berhak mengatur dan

mengarahkannya serta bagaimana pengaturan dan pengarahan itu dapat dilaksanakan.

Secara lebih sederhana persoalannya adalah manakah "figur" politik yang dapat

diterima semua pihak. ini adalah soal legitimasi.

Sebuah kekuasaan (kuasa-eksistensi) harus dilegitimasikan agar efektif pada

semua pihak. kekuasaan itu sekurang-kurangnya harus tampak benar di hadapan

khalayak. dalam konteks inilah media massa dengan kuasa beritanya menemukan

perannya. Ini karena, seperti asumsi teori agenda setting media, jika media dengan

kuasa beritanya memberikan penekanan tertentu pada sebuah peristiwa, khalayak juga

cenderung akan menganggapnya penting. berita (media) dengan demikian memiliki arti

yang sangat penting bagi para capres untuk kepentingan konstruksi legitimasi dengan

memancarkan satu preferensi citra atau bahkan ideologi tertentu.

Sejumlah perangkat citra dan ideologi diangkat dan diperkukuh oleh sebuah

berita, diberikan legitimasi oleh para narasumbernya untuk kemudian diedarkan secara

persuasif, yang sering kali dengan cara yang sangat mencolok kepada publik. dalam

proses ini konstelasi-konstelasi citra atau gambaran tertentu memperoleh arti penting

dan terus-menerus meningkat.

Dalam komunikasi pemasaran, hal itu disebut strategi citra multi-level image

(20)

barang, seperti yang dilakukan Amien Rais, demikian juga halnya yang ingin dilakukan

capres-capres lain.

Kekuatan dan kelemahan berita untuk mendistribusikan preferensi-preferensi

citra tertentu sang capres demi mendapatkan legitimasi-legitimasi tertentu pula, dalam

bahasa Rakhmat (1997), hal itu disebut sebagai sebuah "video-politik". Sebuah drama,

di mana seorang capres harus lihai betul, kapan ia harus menjadi Ronaldo, kapan

menjadi Ki Narto Sabdo, kapan menjadi Brad Pitt, kapan pula menjadi Gandhi.

1.5.3 Berita Politik

Kehidupan politik dan kenegaraan secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi kehidupan rakyat, karena itu setiap orang akan tertarik akan dengan

berita-berita politik. Pengertian politik disini adalah dalam arti yang luas, yakni sebagai

ilmu pemerintahan negara, jadi tidak hanya terbatas kepada pengertian partai dan

kegiatannya. Jadi politik dalam arti yang luas yang dimaksudkan itu akan mencakupi

tidak saja masalah-masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan

umum dan kerisis-kerisis kabinet, akan tetapi juga sampai kepada masalah-masalah

politik yang timbul didaerah-daerah.

Kalau kita memperhatikan harian-harian yang terbit di ibu kota sepintas lalu,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa halaman satu harian-harian tersebut boleh

dikatakan dipenuhi oleh berta-berita politik.

Pada masa sebelum orde baru pemberitaan politik yang seru yang tercermin

diharian-harian ibukota disebabkan karena hampir semua harian-harian yang ada

(21)

terompet partai, yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan partai politik yang

menguasainya. Demikianlah misalnya, sering terlihat pada masa itu terjadinya

polemik-polimik antara berbagai harian mengenai masalah-masalah politik, yang kadang-kadang

demikian berlarut-larut sehingga membahayakan kesatuan dan ketentraman umum,

sehingga pihak pemerintah terpaksa mengambil tindakan untuk menertipkannya.

Polemik yang hangat pada bagian kedua tahun 1964 terjadi antara Harian Rakyat,

Bintang Timur Cs melawan harian Merdeka dan Berita Indonesia cs, tentang soal-soal

politik seperti misalnya tentang aksi sepihak, aksi pemboikotan film, pidato D.N Aidit

tentang pancasila dan lain sebagainya.

Pemberitaan politik ini mengalami pasang,naiknya pada saat-saat akan

terjadinya reshuffle kabinet, sidang-sidang MPR, DPR-RI, Kongres-Kongres Partai, dan

pada waktu menghadapi Pemilihan Umum.

Dalam alam liberal, dimana pemerintah ada dalam stelsel demokrasi

parlementer, pasang naiknya pemberitaan politik adalah pada saat-saat terjadinya kerisis

kabinet, pemilihan umum baik untuk DPR-RI atau badan-badan legislatif lainnya,

maupun pemilihan presiden.

Berita-berita politik selalu menarik perhatian pembaca, karen politik pada abad

ke-20 dan abad demokrasi dalam berbgai manifestasinya sekarang, akan sangat

mempengaruhi kepentingan pribadi-pribadinya didalam suatu negara. Dalam hubungan

ini tidak hanya berita-berita politik internasional menarik perhatian pembaca.

Kemenangan partai buruh (labour party) di Inggris pada tahun 1964 dan meninggalnya

Breshnev dijatuhkan Nikita Chruschov dari pimpinan kenegaraan Soviet Uni, akan

(22)

berita-berita politik memegang atau memainkan peranan yang penting dalam peberitaan

surat-surat kabar.

Sebagaimana telah dikemukakan mengenai harian-harian di ibukota yang

banyak disponsori atau dikuasai oleh partai-partai politik, kita dapat melihat cara atau

kecondongan politik sesuatu surat kabar, sebagaimana dikatakan oleh Warren, dalam

buku modern news reporting:

“Politik surat kabar nampak dengan tegas dan nyata didalam pemerintahan politik dari

pada pemberitaan-pemberitaan lainnya, karena alasan-alasan yang nyata bahwa politik

tidak dapat dipisahakan dengan masalah-masalah umum (publik).”

Pemikiran isi media pada dasarnya suatu proses konstruksi realitas secara

subjektif oleh pengolahan media. Isi berita politik tidak sepenuhnya menggunakan apa

sesungguhnya yang terjadi melainkan cendrung subjektif dalam penulisannya. Berita

politik yang di sampaikan adalah hasil dari konstruksi dari realitas itu sendiri. Oleh

karena itu berita politik merupakan dalam posisi orentasi bisnis atau kekuatan politik

kekuasaan tertentu. Maka biasanya takkan terelakkan sehingga realitas berita politik

adalah konstruksi yang syarat dengan kepentingan.

Shoemaker dan Reese ( 1996:34) membagi peran media dalam berita politik

kedalam suatu katagori, media dan berita politik bisa secara aktif dan pasif. Berita

politik dalam media adalah, media yang berperan aktif dalam memberitakan berita

politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan

mengskonstrusikannya. Secara sadar dan memiliki tujun tertentu untuk mengarahkan

pendugaan dalam hal ini sifat media dalam memberitakan politik tidak netral dan

berpihak konsep media pasif. Sebaliknya, menanggapi media hanyalah menyampaikan

(23)

sampaikannya, yaitu berita yang di sampaikan media tidak sengaja untuk

mempengaruhi khalayak. Sehingga jika terjadi efek pengaruh tergantung dari konstruksi

khalayak, bukan pada medianya.

Tidaklah muda menentukan apakah tayangan media televisi itu mempunyai

realitas sosial atau telah direkayasa oleh televisi. sebab teknologi telah mendekatkan

kondisi yang sebenarnya. Dramatisasi tayangan-tayangan baik berita politik maupun

iklan politik begitu alami sehingga bagi masyarakat akan hal ini di anggap sebagai

kebenaran. Karena itu kepentingan politik yang sanggup membayar untuk sport

tayangan. Bias ekonomi politik media dalam hal ini tidak bisa di hindari.

1.5.4 Minat

Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi

timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan

komunikator. Minat terbentuk melalui empat tahapan, yaitu melalui proses

memperhatikan, ketertarikan, memahami, dan mengingat. Minat dapat di katakana

sebagai sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan

sesuatu dalam diri seseorang akibat adanya objek tertentu.

I.5.5 Teori Agenda Setting

Pendekatam teori Agenda Setting sebenarnya bukanlah merupakan hal yang

baru dalam penelitian Komunikasi. hal yang bertahan dan berkembang dewasa ini

menganggap bahwa media massa memberikan perhatian pada issu tertentu. Maka

(24)

dalam perilaku Komunikasi. ( Hermando Gonzales diterjamahkan oleh Amri Jahi,

1990:17 ).

Para pakar telah lama mengenal bahwa media mempunyai potensi untuk

menyusun isu-isu bagi publik. Walter Lippman, berpandangan bahwa publik

menanggapi sesuatu tidak dari peristiwa-peristiwa aktual di lingkungannya. Melainkan

pada suatu pseudoenvironment atau, sebagaimana digambarkannya, “gambaran di

kepala “ ( Lippman, dalam Littlejohn, 1992:360 ).

Teori Agenda Setting telah banyak digambarkan oleh Donald Shaw, Maxwell

McCombs, dan kolega-kolega mereka (Shaw dan McCombs, 1971). Dalam karya

mereka mengenai hal ini, Shaw dan McCombs menulis tentang fungsi agenda setting

“Bukti yang dipertimbangkan telah terkumpul bahwa para editor dan penyiar

memainkan bagian penting dalam membentuk realitas sosial kita sebagaimana mereka

mengerjakan tugas sehari-hari mereka dalam pemilihan dan penayangan berita.Dampak

media massa ini (kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif di antara

individu-individu, untuk menyusun pemikiran mereka). Telah di beri label dari agenda

setting dari komunikasi massa. Disini mungkin terletak sebagian besar pengaruh yang

penting dari komunikasi massa. Kemampuannya untuk secara mental menata dan

mengorganisasikan dunia kita untuk kita. Ringkasnya, media massa mungkin tidak

berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan

menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik

berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan secara mendalam (Shaw dan McCombs,

1977:5)”. Dengan kata lain, agenda setting mengembangkan isu-isu atau citra-citra

(25)

Agenda setting terjadi karena pers harus selektif dalam melaporka berita.

Saluran berita, sebagai penjaga garbang informasi, membuat pilihan-pilihan mengenai

apa yang dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu apa yang diketahui

publik mengenai keadaan pokok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas

merupakan produk dari penjagaan gerbang media.

Fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian

(Rogers dan Dearing dalam Anderson, 1988:555-593). Pertama, agenda media itu

sendiri harus disusun. Proses ini memunculkan isu-isu mengenai bagaimana agenda

media ditempatkan pada tempat yang pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa

hal mempengaruhi atau berintraksi dengan agenda publik, atau naluri publik terhadap

pentingnya isu. Proses ini memunculkan pertanyaan bagaimana kekuasaan dimana

media mempengaruhi agenda publik,dan bagaimana media melakukannya.Agenda

kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuatan kebijakan publik dan privat

penting. Dalam versinya yang paling sederhana dan paling langsung, teori agenda

setting meramalkan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik dan pada

gilirannya,agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan . agenda setting di sini,

bermaksud bahwa apa yang diberitakan oleh media massa tertentu, misalnya surat kabar

adalah media, dimana agenda media tersebut yang mampu mempengaruhi khalayak

pembaca berita tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dan akhirnya

membentuk tindakan baik dari khalayaknya secara langsung maupun tidak langsung.

Meskipun sejumlah studi menunjukkan bahwa media dapat mempengaruhi

secara kuat agenda media itu sendiri. Hubungan itu mungkinkan menjadi salah satu

(26)

Opini yang berlaku kini di antara para peneliti tampaknya adalah bahwa media

dapat mempunyai pengaruhi yang kuat terhadap agenda publik, tetapi tidak selalu.

Kekuasaan media bergantung pada faktor-faktor seperti kredibilitas media terhadap

isu-isu tertentu pada saat tertentu, tingkat konfling fakta seperti yang diterima oleh anggota

publik secara individual, tingkat nilai-nilai media yang dimiliki bersama secara

individual pada saat tertentu, dan kebutuhan publik terhadap bimbingan . bila

kredibilitas media tinggi, konflik fakta rendah, nilai-nilai media yang dimiliki bersam,

dan mereka mempunyai kebutuhan terhadap bimbingan tinggi, maka mungkin media

kuat dalam membentuk agenda publik (Heru Puji Winarso, 2005: 101-103). Misalnya

berita politik yang sangat hangat mencuat kepermukaan yaitu mengenai calon

Independen untuk kandidat Gubernur dan Bupati. Bagi khalayak pengguna media massa

yang belum mengetahui jelas bagaimana sebenarnya perkembangan politik di negara

kita ini mengenai tata cara pencalonan untuk menjabat sebagai Bupati dan Gubernur di

indonesia, dan bila masyarakat menonton televisi atau membaca media massa maka

khalayak akan mengetahui perkembangannya. Media massa dalam hal ini sering

memberikan berita secara intens. Maka masyarakat yang sebelumnya belum mengetahui

Daerah Tapanuli Selatan yang sudah menjadi otonomi daearah yaitu menjadi tiga

Kabupaten pada bulan juli 2007 yang lalu, Akhirnya mengetahui setelah menonton dan

membaca media massa dan khalayk bisa untuk merencanakan tindakan atau rencana

kedepan dan menambah pengetahuan politik dari reaksi berita yang di konsumsinya

menjadi yang sangat berharga. Begitu besar pengaruh media terhadap publik, sehingga

mampu mempengaruhi kehidupan publik itu sendiri. Publik tidak akan memberikan

(27)

tidak menarik dan tidak pula mempengaruhi hidup publik sebagai khalayak penerima

berita.

Untuk lebih memperjelas tentang tiga agenda (Agenda media, Agenda khalayak,

dan Agenda kebijakan ) dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang

berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin da Tankard, 1992),

sebagai berikut :

1. Untuk Agenda Media, dimensi-dimensi :

a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjol berita. Misalnya,

seberapa sering berita politik di siarkan di Metro TV.

b.Audence Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), yakni relevansi isi

berita dengan kebutuhan khalayak. Artinya, kita bisa mengetahui sejauh

mana berita politik mampu memenuhi kebutuhan kognitif

(informasi/pengetahuan) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan terhadap berita politik. Apakah masyarakat sudah puas

akan informasi yang di dapatnya atau tidak.

c. Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa. Artinya, berita politik tentu akan

menyenangkan bagi pihak-pihak tertentu ( misalnya, Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang sebelumnya tidak tahu,

pemerintahan yang hari-harinya berhubungan dengan orang banyak maka

segala sesuatunya ilmu pengetahuan dan perkembangan politik khususnya di

lingkungannya dan umumya di Indonesia harus diketahuinya, maka mereka

akan merasa senang atau puas akan kebutuhan informasinya telah terpenuhi )

(28)

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan merasa rugi jika khalayak

mengetahui keburukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan, khususnya mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

( KKN ), yang sering terjadi di instansi pemerintahan kita sekarang ini, dan

sebagainya ).

2. Untuk agenda Khalayak, dimensi-dimensi :

a. Familiarity (keakraban), yakni derajat kesadaran anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan topik tertentu. Contohnya, apakah

dengan mengetahui berita politik di Metro TV, anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan bekerja dengan baik sesuai dengan

amanah rakyat dan UUD 1945? Semua kembali kepada keputusan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu

dengan ciri pribadi. Misalnya, dengan berita politik ada pihak yang memberi

tanggapan mengenai kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan, misalnya dari LSM, Organisasi Kemahasiswaan, dan lain

sebagainya.

c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang

akan topik berita. Adanya pihak yang menerima atau menolak pemberitaan

berita yang disajikan media massa tertentu. Misalnya dalam hal biaya

Anggran Pendapan Belanja Daerah (APBD) dan biaya-biaya lainnya.

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan ada yang setuju

di beritakan dan ada juga yang tidak setuju dengan pemberitaan mengenai

(29)

3. Untuk agenda kebijakan, dimensi-dimensi :

a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi sesuatu

berita tertentu. misalnya, dengan maraknya berita Korupsi, Kolusi

Nepotisme (KKN) di media massa, banyak anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang bersiap-siapa dan mencari payung

hukum serta ada yang mendekat dengan tiba-tiba kepada masyarakat

dikarenakan banyaknya tuntutan atau adanya dari pihak masyarakat dan

mahasiswa yang berunjuk rasa menuntuk transparansi anggaran-anggaran di

daearah Tapanuli Selatan, demi terwujutnya daearah tersebut bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan

pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. Misalnya, memberikan

pengarahan atau penjelasan kepada masyarakat dan mahasiswa tentang

anggaran-anggaran yang masuk ke kas daerah dan anggaran-anggaran yang

dikeluarkan dari kas daerah, agar terlaksananya transparansi di daerah

Tapanuli Selatan.

c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin

dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

Misalnya, sangsi atau hukuman yang di berikan kepada anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan jika melakukan Korupsi,Kolusi

dan Nepotisme. Walaupun dia masih tersangka atau belum terbukti.

Orang akan cendrung mengetahui hal-hal yang di beritakan media massa dan

menerima susunan perioditas yang di berikan oleh media massa terhadap isu-isu yang

(30)

memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi yang berkaitan dengan proses

belajar dan perubahan sikap dan pendapat. studi empiris terhadap komunikasi massa

telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cendrung terjadi adalah dalam informasi.

Teori Agenda Setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini

dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang di

tawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa. orang belajar dari isu-isu

tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingan.

Teoritisi utama Agenda Setting adalah Maxwell Mc Combs dan Donal Shaw,

mereka menuliskan bahwa audensi atau khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita

dan hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa arti penting

diberikannya suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan

terhadap topik tersebut. Misalnya Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

Selatan masih kurang pengetahuan politik dan masih kurang untuk memahami kondisi

suatu Rapat atau Forum dan belum bisa menghormati pendapat orang lain, dimana

mereka hanya menonjolkan Ego maising-masing. Maka oleh sebab itu jika seorang

anggota DPRD Tidak dapat bertindak seperti seorang pemimpin maka segala sesuatu

agenda pemerintahan dan aspirasi masyarakat tidak akan tercapai.

Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif ini merupakan aspek

terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Bahayanya jika seorang pemerintah tidak

bisa menghormati pendapat orang lain dan keputusan suatu sidang maka akan terjadi

anarkis dan ego masing-masing, hal ini mengasumsikan jika seorang pemimpin tidak

peduli dengan pendapat orang lain dan keputusan suatu forum maka agenda atau kinerja

pemerintah tidak akan terwujut dan akan mandek. Maka hal ini sangat penting untuk di

(31)

Asumsi Agenda Setting memiliki kelebihan karena mudah di pahami dan relatif

mudah untuk di uji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang di muat di

media massa. Topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan

menjadi lebih akrab bagi pembacanya karena di anggap penting dalam suatu periode

tertentu atau waktu tertentu.

Masyarakat yang memiliki berita-berita lokal sebagai fokus perhatian mereka

cenderung menjadi pemimpin opini (opinion leaders) dalam masyarakatnya. Hal ini di

sebabkan masyarakat akan mencari pembenaran kepada orang-orang yang di anggap

lebih mengetahui tentang permasalahan di lingkungannya. Sedangkan masyarakat yang

memusatkan perhatian pada peristiwa-peristiwa di luar masyarakat pada umumnya

menjadi tokoh komplit (cosmopolitan influentals). Yang berarti mereka akan lebih

mengetahui masalah yang lebih global dan akan di terima dari seluruh lapisan

masyarakat (Wright, 1986). untuk memposisikan diri sebagai opinion leaders ataupun

cosmopolitan influentals maka masyarakat berusaha tetap tertutup kemungkinan untuk

mencari sumber-sumber berita yang di gemari melalui berbagai media yang di anggap

mampu memenuhi kebutuhannya.

I.6 KERANGKA KONSEP

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. inilah yang di sebut konsep,

yakni istilah dan defenisi yang di gunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian,keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

(32)

dengan menggunkana istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan dengan

satu dengan yang lain (Singarimbun, 1989:32).

Menurut Krlinger (1971) konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneresasikan hal-hal khusus (Rakhmat 2001:12) sedangkan Nawawi (1999:45)

merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

Dalam penelitian ini di tetapkan kerangka konsep metodologi penelitian dalam

bentuk kelompok variabel, sebagai berikut :

1.7 MODEL TEORITIS

variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk

menjadi satu model teoritis, seperti berikut .

Variable Bebas ( X )

Berita Politik di Metro TV

Keterangan :

X : Variabel Bebas Y : Variabel Terikat

Variable Terikat ( Y )

(33)

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat

operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian,

yaitu sebagai berikut

Tabel. 1

Operasional Variabel

Variavel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas

Minat Menonton Berita Politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan

a. Pengetahuan politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan

b. Minat Menonton Anggota DPRD Tapanuli Selatan di Metro TV c. Minat unuk mengetahui sumber

Informasi berita politik Anggota DPRD Tapanuli Selatan.

1.9 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang

telah di kelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variable yang terdapat dalam

penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut:

- Variabel Bebas ( Indevendent Variable )

(34)

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan berita poltik adalah berita yang di

tayangkan oleh media yaitu kegiatan-kegitan pemerintahan dan dan

kejadian-kejadian di lembaga pemerintahan. Dan tidak terlepas dari unsur Negara,

Kekuasaan, Pengambilan Keputusan, Kebijaksanaan, pembagian atau alokasi.

Shoemakerc Reese ( 1996:34 ) Berita politik dalam suatu katagori media yaitu

berita bias secara aktif dan pasif, berita politik dalam media adalah, Media yang

berperan aktif dalam memberitakan berita politik kepada khalayak banyak dalam

menentukan isi berita politik dan mengkonstruksikannya, berita politik yang di

sampaikan media tidak sengaja untuk mempengaruhi khalayak.

Komponen-komponen didalamnya meliputi :

a. Berita, yaitu memperhatikan berita-berita yang di yangakan oleh Metro TV.

Melihat dasar-dasar berita dan pengertian berita politik dengan

menyesuaikannya kepada berita politik yang disiarkan oleh Metro TV.

Apakah berita tersebut sangat berguna dan dapat di terima oleh anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, sesuai dengan

kebutuhan mereka sebagai lembaga pemerintahan atau lembaga perwakilan

rakyat daearah Tapanuli Selatan. Acara-Acara yang di konsep Oleh Metro

TV seperti Editorial Media Indonesia yaitu mencakup pembahasan (Sistem

pembangunan Daerah,Undang–Undanga Pemekaran Kabupaten atau

Otonomi Daerah ) acara Metro Realitas yang mencakup pembahsan ( Kinerja

Anggota DPRD, Pembahasan APBD dan PAD, Korupsi,Kolusi, dan

Nepotisme ) Today’s Dialoque yang membahas (Tunjangan kepada anggoa

DPR RI dan DPRD, Rancangan Undang-Undang untuk pencalonan Presiden

(35)

(tanggapan masyarakat banyak tentang Rancangan Undanga-Undang calon

kepala Daerah berdasarkan Independen kericuhan yang sering terjadi pada

saat rapat anggota DPR RI dan DPRD.

b. Faktor isi, yaitu daya tarik dan kejelasan pesan

Apakah pesan yang di sampaikan dalam berita tersebut memiliki daya tarik

tersendiri dan memberikan kemudahan bagi responden untuk memahami isi

pesan atau berita tersebut. Berita politik yang dimaksud adalah

kegiatan-kegiatan pemerintahan yang di beritakan oleh Metro TV.

c. Penggunaan media, yaitu waktu penayangan berita, media yang di gunakan

dan frekuensi menontonnya.

Untuk melihat pada waktu kapan responden menonton berita politik selain

itu juga melihat stasiun Televisi Swasta yang sering menayangan berita

politik tersebut.

- Variabel terikat ( Devendent Variable )

Minat menonton berita politik anggota DPRD Tapanuli Selatan di Metro TV.

Pada penelitian ini, minat menonton di sini merupakan keinginan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, sebagai tujuan menambah

pengetahuan tentang pemerintahan, Politik dan menambah wawasan kenegaraan.

a. Untuk mengetahui minat Politik anggota DPRD Tapanuli Selatan.

Seberapa luas pengetahuan politik anggota DPRD Tapanuli Selatan dalam

menjalankan tugas sebagai perwakilan rakyat Tapanuli Selatan

b. Minat menonton anggota DPRD Tapanuli Selatan terhadap Metro TV.

Dengan melihat Frekuensi menonton anggota DPRD Tapanuli Selatan, maka

(36)

TV selama ini. Apabila semakin tinggi frekuensinya minat menonton

anggota DPRD Tapanuli Selatan terhadap Metro TV, maka berita-berita

yang di tayangkan di Metro TV dapat mereka konsumsi untuk melaksanakan

tugas yang sudah diamanahkan oleh rakyat Tapanuli Selatan kepada mereka

selama lima tahun ini

c. Sumber Informasi berita politik

Untuk mengetahui dari mana saja responden mengetahui informasi berita

politik, khususnya informasi berita politik tentang, Kenegaraan, kekuasaan,

pengambilan keputusan, kebijaksanaan, Pembagian atau alokasi. kemudian

dari variable ini dapat dilihat apakah berita politik yang di tayangkan di

media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi atau

tidak.

I.10 HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban-jawaban yang tentatif terhadap tujuan-tujuan studi

(Lubis,1998:114). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat hubungan antara penggunaan media televisi untuk pemuasan kebutuhan

kognitif dan afektif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara penggunaan media televisi untuk pemuasan

kebutuhan kognitif dan afektif Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(37)

I.11 METODOLOGI PENELITIAN

I.11.1 Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasional, metode korelasional adalah metode yang bertujuan untuk meneliti

sejauhmana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.

I.11.2 Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang di memiliki karakteristik tertentu di dalam

suatu penelitian (Nawawi, 2001:141).

Populasi terdiri dari Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli

Selatan, Sampel adalah seluruh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tapanuli Selatan periode 2004-2009 berjumlah sebanyak 45 orang dari

berbagai Fraksi. Maka peneliti memutuskan untuk mengambil seluruh jumlah

populasi sama dengan sampel penelitian, sesuai dengan rumus n = N diman, n

adalah jumlah sampel dan N adalah jumlah populasi.

I.11.3 Teknik Penarikan Sampel adalah Total Sampling, total sampling di gunakan

karena jumlah sampel dan populasi sama yaitu berjumlah 45 orang “ setiap

penelitian yang di bawah 100 orang maka seluruh populasinya di gunakan

sebagai sampel ( Arikunto ).

I.11.4 Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Ke kepustakaan (To Library)

Yaitu penelitian berdasarkan literatur serta sumber-sumber yang relevan dan

mendukung penelitian ini.

(38)

Yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data di lapangan dan meliput

kegiatan penyebaran kuisioner.

I.11.5 Teknik Pengolahan Data

Data yang di peroleh dari hasil penelitian dan di analisis dalam tiga tahap analisa

yaitu :

a. Analisa Tabel Tungggal

Yaitu yang di lakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam

kategori-kategori yang di lakukan atas dasar frekwensi.Tabel tunggal merupakan

langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah

frekwensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun,1995:273).

b. Analisa Tabel Silang

Merupakan salah satu teknik yang di gunakan untuk menganalisa dan

mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya.

Sehingga dapat di ketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif

(Singarimbun 1995;271).

c. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data

hipotesa yang di ajukan dapat di terima atau di tolak. Untuk mengukur tingkat

hubungan di antara dua variabel maka peneliti menggunakan rank spearmen atau

SpearmanRho Koeffisien. “Spearman “ Rho menunjukkan hubungan antara

variabel x dan y yang tidak di ketahui sebaran datanya. Koefisien korelasi non

parametik ini di gunakan untuk menghitung dua variabel dimana data dibuat

(39)

I.12 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistimatika penulisan terdiri dari 5 bab, yang mana tiap-tiap bab memiliki keterkaitan

dan saling mendukung.

Bab I. PENDAHULUAN,

I..1 Latar Belakang Masalah

I..2 Perumusan Masalah

I..3 Pembatasan Masalah

I..4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I..5 Kerangka Teori

I..6 Kerangka Konsep

I..7 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

1.9 Defenisi Operasional

I.10 Hipotesa

I.11 Metodologi Penelitian

I.12 Sistematika Penulisan.

Bab II. URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.2 Televisi sebagai Media Massa

II.3 Berita

II.4 Teori Agenda Setting

(40)

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.2 Metodologi Penelitian

III.3 Populasi dan Sampel

III.4 Teknik Pengumpulan Data

III.5 Teknik Pengolahan Data

Bab IV. PEMBAHASAN IV.1 Analisa Tabel Tunggal

IV.2 Analisa Tabel Silang

IV.3 Uji Hipotesis

Bab V. KESIMPULAN DAN DATA V.1 Kesimpulan

(41)

II.2 TELEVISI SEBAGAI MEDIA MASSA

Perspektif komunikasi terhadap Televisi, seperti apa yang diungkap Deddy Miing

Gumelar (Bagito Group) menyebutkan "kalau ingin pintar ya nonton Televisi". Artinya Televisi

memberikan alternatif lebih memperbanyak aspek pendidikan, dibanding aspek hiburan. Bila

berbicara tentang teori dan model komunikasi, bahwasannya Televisi swasta lebih banyak

menggunakan model agenda setting dalam berbagai tayangannya. Sehingga Televisi swasta

lebih banyak mengagendakan programnya, dan diharapkan publik sebagai komunikan

mengikuti apa yang ditayangkan Televisi swasta sebagai komunikator.

Lahirnya Televisi swasta bisa juga menjadi media penyadaran dan pencerdasan

sehingga diharapkan tidak ada lagi konflik antar etnik atau hukum rimba, membakar sampai

gosong seorang pencuri recehan yang nyolong tape mobil atau barang kecil lainnya, padahal

belum dibuktikan di pengadilan.

Kecaman terhadap media televisi yang dianggap memuat teks-teks kebodohan telah

lama dikumandangkan banyak orang. Program-program seperti kuis, sinetron, gosip, mistik,

kekerasan, dan sebagainya, dilabeli dengan berbagai cap: anti-logika, anti-kecerdasan, atau

selera primitif. Dan seperti biasa, tombak-tombak intelektual ini ditangkis dengan tameng

yang diproduksi paham positivisme dengan merk 'selera masyarakat. Dari sekian banyak teori

tentang hubungan media dan khalayak, kiranya ada tiga yang bisa dikemukakan disini.

Pertama, Teori Jorum Hipodermik. Teori ini mengemukakan kekuatan media yang

begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak* yang pasif tak berdaya.

Kekuatan media yang mempengaruhi khalayak ini beroperasi seperti jarum suntik, tidak

(42)

Kedua, Teori Agenda Setting. Dengan napas yang nyaris serupa, teori ini

mengatakan jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka ia akan

mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Pada teori ini, media tidak

menentukan what to think, tetapi what to think about. Dari sekian peristiwa dan

kenyataan sosial yang terjadi, media massa memilih dan memilahnya berdasarkan kategori

tertentu, dan menyampaikan kepada khalayak dan khalayak menerima bahwa peristiwa x adalah

penting.

Dan yang ketiga adalah Teori Kegunaan dan Kepuasan (uses and gratification theory).

Teori ini secara radikal menandai pergeseran fokus pandangan dari apa yang media lakukan

untuk khalayak menjadi apa yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja

karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang

secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat

dispesifikasikan (Lull, 1998). Dan karenanya terpaan media belum tentu diterima dan ditiru oleh

khalayak.

Setelah kita menjernihkan mengapa pendekatan kuantitatif masih saja mendominasi ilmu

komunikasi di Indonesia, dan mengetahui betapa teks-teks kultural yang dihasilkan sejumlah

program televisi banyak menuai kecaman, maka perdebatan selanjutnya, menurut hemat saya,

adalah dasar dari semua ini, yakni apa yang disebut pendekatan behaviorisme radikal, yang juga

masih merupakan anak dari Positivisme.

Selama ini cara mengetahui apakah seseorang sedang menonton sebuah program acara adalah

melalui alat yang disebut peoplemeter, dimana alat ini dipasang di televisi responden terpilih.

Diharapkan setiap anggota rumah tangga yang menonton televisi akan memencet tombol di handset dan

(43)

Penelitian yang dilakukan berdasarkan perilaku permukaan ini sesuai dengan kaidah

behaviorisme radikal. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya cara sah secara ilmiah untuk

memahami semua hewan, termasuk manusia, adalah dengan mengamati perilaku mereka secara

langsung dan seksama. Lebih jauh behaviorisme radikal menolak gagasan bahwa manusia memiliki

kesadaran, bahwa terjadi suatu proses mental tersembunyi yang berlangsung pada diri

individu diantara datangnya stimulus dan bangkitnya perilaku.

Pendekatan ini segera mendapat respon dari sejumlah aliran filsafat, seperti

interaksionisme simbolik. Para penganutnya memandang bahwa pendekatan behaviorisme radikal

tidak memungkinkan seorang peneliti untuk mendapatkan latar alamiah dari apa yang sedang

diteliti. Menempatkan manusia dalam lingkungan buatan akan membuat subjek berperilaku tidak

alamiah karena tahu sedang diteliti, sebagaimana hewan juga akan berperlakukan dengan lain

ketika mereka berada dalam lingkungan buatan seperti kebun binatang, apalagi laboratorium

(Mulyana, 2001).

kata kaum interaksionis simbolik, tidak akan mampu membedakan manusia dengan

hewan. Padahal aktivitas tersembunyi (kesadaran) inilah yang justru membedakan perilaku manusia

dengan perilaku hewan. Mereka membuang kehendak bebas manusia untuk menyalakan televisi

sebagai sekedar mengalihkan perhatian sambil menunggu temannya datang, sekedar

membaca riming text yang terus bergerak di layar bawah televisi, atau sekedar tidak terlalu

sunyi.

Djati Koesoemo yang dikutip Garin Nugroho (1995) mengatakan, "orang yang

menonton televisi belum tentu suka akan tontonan itu. Seringkali mereka menonton sambil

(44)

"penggunaan media oleh khalayak tak dapat dianggap benar-benar merupakan respon

terhadap kebutuhan biologis atau psikologis. Kalaupun dinyatakan begitu, jelas berlebihan".

Kaum behavioris ini seperti tidak sadar bahwa mereka sedang mengkonstruksikan pemirsa

yang mereka inginkan melalui alat (tool). Mereka bagaimanapun bisa dipandang telah mereduksi

perilaku manusia kepada mekanisme yang sama dengan yang ditemukan pada hewan lebih rendah!

Dan ini adalah sebuah penghinaan.

Di tengah kekacauan Sistem Sosial-Kultur Indonesia, kita memerlukan suatu

keterbukaan untuk melampaui batas-batas metodologis yang disediakan para provider asing.

Dan keterbukaan itu, seperti kata Agus Nggerwanto (2001), memerlukan seperangkat

institusi yang reflektif agar mampu mengalami lompatan imajinatif untuk melampaui yang

partikular menuju pemahaman yang menyeluruh, yakni media massa tidak saja berfungsi

untuk melayani selera-budaya, tetapi juga mendidik kecerdasan

selera-budaya.

II.3 BERITA

Dalam arti teknik jurnalistik, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang

termasa,yang dipilih oleh staf redaksi atau harian untuk dimuat dalam surat kabar,yang menarik

perhatian pembaca. baik karena alasan berita yang dimuat dianggap luar biasa,penting,atau

karena akibat,dan karena mencakup segi-segi human interest.emosi dan ketegangan (Assegaff, 1983

:24).

Menurut Simbolon (1997:88-89), secara tekhnis berita muncul hanya setelah dilaporkan.

(45)

lapangan itu masih merupakan peristiwa itu sendiri, peristiwa yang disaksikan oleh reporter atau

wartawan. Berita tidak lain adalah peristiwa yang dilaporakan.

Berita politik adalah hasil dari konstruksi dari realitas itu sendiri. Oleh karena itu

berita politik merupakan dalam posisi orentasi bisnis atau kekuatan politik kekuasaan

tertentu. Maka biasanya takkan terelakkan sehingga realitas berita politik adalah

konstruksi yang syarat dengan kepentingan.

Berita-berita politik selalu menarik perhatian pembaca, karen politik pada abad

ke-20 dan abad demokrasi dalam berbgai manifestasinya sekarang, akan sangat

mempengaruhi kepentingan pribadi-pribadinya didalam suatu negara. berita-berita

politik memegang atau memainkan peranan yang penting dalam peberitaan surat-surat

kabar.

Shoemaker dan Reese ( 1996:34) membagi peran media dalam berita politik

kedalam suatu katagori, media dan berita politik bisa secara aktif dan pasif. Berita

politik dalam media adalah, media yang berperan aktif dalam memberitakan berita

politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan

mengskonstrusikannya. Secara sadar dan memiliki tujun tertentu untuk mengarahkan

pendugaan dalam hal ini sifat media dalam memberitakan politik tidak netral dan

berpihak konsep media pasif. Sebaliknya, menanggapi media hanyalah menyampaikan

pesan politik atau sebuah peristiwa apaadanya. Menurutnya, berita politik yang di

sampaikannya, yaitu berita yang di sampaikan media tidak sengaja untuk

mempengaruhi khalayak. Sehingga jika terjadi efek pengaruh tergantung dari konstruksi

khalayak, bukan pada medianya.

Sangat boleh jadi istilah "news", istilah Inggris untuk maksud "berita", berasal dan "news"

(46)

merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal

yang baru bahan imformasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news),

oleh karena Hornby (1961:278), menjelaskan "news" sebagai laporan yang terjadi paling

mutakhir,baik peristiwa maupun faktanya,

Departemen pendidikan RI (1981:108,dan 331),membakukan istilah "berita" dengan

pengertian sebagai laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Juga "berita" disamakan

maknanya dengan "kabar" dan "informasi (resmi)",yang berarti penerangan,keterangan,atau

pemberitahuan.

Ada beberapa bentuk berita:

1. Berita Lugas

Sutau kejadian yang baru saja pecah yang akan menarik perhatian sebagian besar publik

harus disampaikan secepat mungkin. Berita yang padat berisi informasi fakta yang disusun

berdasarkan urutan dari dan yang paling penting ini disebut berita lugas,hard news.Jadi dari

awal berita berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan elaborasi

detailnya kemudian. gaya ini disebut bottom line. Berita lugas ini bisa menarik perhatian pembaca

terlebih bila ada kaitannya dengan elemen nilai berita, seperti bahaya formalin bagi manusia. tetapi

ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintah, politik,

ekeonomi, pengadilan, dan lain sebagainya yang bagi sebagaian besar khalayak membosankan.

Berita-berita rutin yang bila dilihat sepintas tidak menarik ini terkadang ada yang

penting,atau setidaknya bisa dikembangkan menjadi cerita menaraik. hal ini tergantung dari

ketajaman atau penciuman berita seorang wartawan atau editor, misalnya, kejadian yang sering

kita lihat atau dengar yaitu upaya pemerintah memberantas KKN. Kejadian ini sering kita lihat

Gambar

Tabel. 1
Tabel.2  Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.5 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.6 Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pokok - pokok penjelasan atau perubahan serta penambahan yang telah dilaksanakan dan disepakati pada penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) secara online di website:

Perhitungan gaji karyawan atau buruh dengan menggunakan aplikasi komputer memiliki manfaat yang besar seperti memudahkan perusahaan dalam menggolah data karyawan atau buruh,

Microsoft access 2000 merupakan pengembangan dari microsoft access versi sebelumnya, dengan harapan program aplikasi database ini lebih mudah dipakai, mudah diintegrasikan

Mahasiswa calon guru hams mempunyai penalaran yang baik. Penalaran tersebut akan dilatihkan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika apabila mahasiswa

Ber dasar kan Ber ita Acar a Pene Kendar aan Ber motor Nomor : 60 Penetapan Pemenang Penyedia B Dinas Per hubungan Kota Bandar ini dinyatakan sebagai Pemenan Ber motor ,

Proses pemboran pada sumur NB-AAA berlangsung selama 2.344 jam yaitu sekitar 97 hari dengan total Productve Time sebesar 66 hari dan Non Productive Time sebesar 31

[r]

Koefisien regresi dalam bentuk baku ( standardize ) pada hubungan ini adalah sebesar 0,177, maka dengan demikian hipotesis H5 pada penelitian ini menyatakan bahwa penanganan keluhan