• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori

2.1.3 Teori Belajar yang Mendukung .1Teori Belajar Piaget .1Teori Belajar Piaget

2.1.3.4 Teori Belajar Ausebel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Berkaitan dengan hasil pembelajaran, Ausubel sebagaimana dikutip dalam Asikin (2013: 54), membedakan antara kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) dan kegiatan belajar yang tak bermakna (rote learning). Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu disesuaikan dengan keterampilan siswa dan relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki

siswa. Oleh sebab itu, subjek harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap oleh siswa. Dengan cara demikian, pengetahuan siswa selalu diperbarui dan dikonstruksikan terus menerus.

Dengan memanfaatkan teori belajar Ausebel, seorang guru senantiasa dapat membuat pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu disesuaikan dengan keterampilan siswa dan relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh sebab itu, subjek harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap oleh siswa dan siswa dapat mennggunakan konsep tersebut dalam proses pemecahan masalah. Teori Ausubel ini diterapkan dalam pembelajaran pada penelitian ini contohnya siswa mengkaitkan konsep yang sudah pernah dipelajari dengan konsep yang baru dipelajari.

2.1.4 Pemahaman

2.1.4.1Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan mendapat pengetahuan banyak. Pemahaman dapat diartikan sebagai kedalaman pengetahuan yang dimiliki individu (Sanjaya, 2006: 28). Jadi pemahaman berarti mengerti benar atau mengetahui benar tentang sesuatu hal dengan melakukan kegiatan berpikir secara diam-diam untuk menemukan dirinya dalam orang lain.

Pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada (Walle, 2008: 26). Berdasarkan kamus psikologi, pemahaman berasal dari kata insight yang berarti wawasan, pengetahuan yang mendalam, pengertian yang dalam. Insight adalah pemahaman terhdap hubungan antar bagian didalam situasi permasalahan (Sanjaya, 2006: 122). Maka pemahaman merupakan penilaian yang berkaitan dengan kemampuan kecerdasan seseorang yang berkaitan dengan situasi tertentu.

Kemampuan pemahaman menjadi hal yang penting dalam mempelajari suatu hal, karena pemahaman merupakan salah satu indikator belajar. Menurut Winkel (1996: 246), pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya., maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Pemahaman memiliki arti sangat mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada porsinya. Tanpa pemahaman, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tidak akan bermakna. Belajar dengan hasil yang baik tidak cukup hanya dengan kemampuan mengetahui. Pemahaman berada di level 2 setelah pengetahuan. Hal tersebut didukung oleh Winkel (1996: 246), dimana pemahaman termasuk dalam ranak kognitif level 2 setelah pengetahuan. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat mengetahui suatu hal namun belum tentu dapat memahaminya, sebaliknya orang yang memiliki pemahaman tentang suatu hal tentu mengetahuinya.

Usman (2009: 34-35), melibatkan pemahaman sebagia bagian dari domain kognitif hasil belajar. pemahaman mengacu kepada kemampuan memahami

makna materi. Sudjana (2002: 24) membagi pemahaman kedalam tiga kategori, yakni sebagai berikut:

. . . (a) tingkat pertama atau tingkat rendah, yaitu: pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya; (b) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok; dan (c) pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi, yakni pemahaman ekstrapolasi.

Dengan ekstrapolasi diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti, waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya. Pemahaman pada umumnya mendapatkan penekanan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk pemahaman konsep.

2.1.4.2Pemahaman Konsep

Pemahaman diartikan dari kata understanding. Sedangkan konsep diartikan sekelompok fakta atau data yang banyak memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukan ke dalam suatu nama label (Sunaryo, 1999: 118). Pemahaman konsep adalah mengetahui cara yang benar dalam mengelompokan data yang memiliki ciri-ciri yang sama. Menurut Duffin & Simpson, sebagaiman dikutip oleh Kusumawati (2008: 203), pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk (1) Menjelaskan konsep dimana siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya; (2) Menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda; (3) Menegembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai kemampuan unuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.

Indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Sanjaya (2009) adalah sebagai berikut.

1. Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya. 2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta

mengetahui perbedaan.

3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.

4. Mampu menerapkan antar konsep dan prosedur.

5. Mampu memberikan contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari. 6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma.

7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Ilmu yang membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep serta alasan logis adalah matematika (Khosriviyani, 2013). Matematika merupakan ilmu yang membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi untuk menguasainya. Penguasaaan konsep dapat membekali siswa untuk mencapai kompetensi dasar, seperti: penalaran, komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah. Pemahaman konsep terdiri atas pemahaman instrumental dan pemahaman rasional. Pemahaman instrumentalal dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat satu skema terstruktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Pemahaman konsep dapat membantu siswa untuk menganalisis atau menalar soal sehingga sisa dapat menyelesikan soal tersebut.

Pemahaman dan penguasaan materi merupakan prasyarat untuk menguasai dan memahami konsep berikutnya. Pemahaman konsep merupakan hal yang sangat fundamental dalam pembelajaran matematika agar lebih bermakna (Karim, 2011: 30). Dalam pembelajaran matematika ada tiga aspek yaitu: pemahaman konsep, penalaran komunikasi, serta pemecahan masalah. Menurut NCTM (2000), untuk mencapai pemahaman yang bermakna maka pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan kemampuan koneksi matematika antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematika saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematika dalam konteks diluar matematika. Pemahaman konsep matematika merupakan proses memahami materi pembelajaran matematika dan mampu mengulas atau mengungkap kembali dengan bahasa sesuai kognitifnya.

Pemahaman konsep matematika merupakan landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika atau permasalahan sehari-hari. Pemahaman matematis banyak sekali dibutuhkan agar dalam memutuskan suatu masalah mendapatkan hasil yang optimal (Qohar, 2005: 454). Sehingga siswa yang mampu memahami konsep matematika dapat menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan pemecahan masalah. Selain dengan proses kegiatan belajar mengajar, pemahaman konsep matematika dapat diperoleh melalui interaksi belajar dengan teman. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 2013: 131).

Penelitiana ini menggunakan indikator pemahaman menurut KTSP. Indikator pemahaman menurut KTSP yang digunakan hanya 6 indikator yaitu indikator nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7. Satu indikator yang tidak digunakan yaitu indikator nomor 5. Indicator nomor 5 tidak digunakan karena soal-soal yang disusun merupakan soal penyelesaian masalah dimana siswa tidak diminta untuk menunjukan adanya contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari.

2.1.5 Model Pembelajaran dengan Discovery Learning (DL)

2.1.5.1Pengertian

Menurut Bruner, sebagaimana diikuti oleh Balim (2009:2), megajari siswa dengan dugaan penemuan, berpikir kritis, menanya, dan pemecahan masalah adalah salah satu prinsip pembelajaran science dan teknologi. Dasar dari pembelajaran science dan teknologi. Dasar dari pembelajaran adalah science adalah memahami bahawa fenomena alami dan sifat alam memerlukan penyekisilidikan dan penemuan. Penyelidikan dalam science terdiri dari percobaan dan penyelidikan fenomena alami dengan discovery learning.

Menurut Prasad (2011:31), discovery learning terjadi sebagai akibat dari proses manipulasi, strukturasi, dan transformasi informasi oleh siswa sehingga mereka dapat memeperoleh informasi baru. Dalam discovery learning siswa membuat perkiraan, memformulasikan hipotesis, atau menemukan kebenaran matematika dengan menggunakanproses deduktif maupun induktif, pengamatan, serta eksplorasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa berperan aktif dalam

menemukan, memahami, dan merumuskan informasi-inormasi yang terkait dengan materi pelajaran melalui berbagai proses yang memudahkan agar terbentuknya pengetahuan baru.

Widiadnyana (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Munandar (2015: 9) menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan scientific dengan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pelajaran matematika. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajara.