• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KAJIAN PUSTAKA

2.4 Teori Desain Pembelajaran

Smaldino (2011: 110) menjelaskan model ASSURE adalah jembatan antara peserta didik, materi, dan semua bentuk media. Model ini memastikan pengembangan pembelajaran dimaksudkan untuk membantu pendidik dalam pengembangan instruksi yang sistematis dan efektif. Penelitian pengembangan ini menggunakan desain pembelajaran ASSURE yang

merupakan pengembangan yang berdasarkan pada asumsi Gagne, bahwa proses pembelajaran itu melalui beberapa tahap yang disebut ”events of instruction”. Untuk itu, pembelajaran yang telah didesain dengan baik dimulai dengan membangkitkan minat siswa yang kemudian disusul dengan menyiapkan media yang akan digunakan, yang kemudian melibatkan umpan balik siswa, mengukur pemahaman mereka dan kemudian dilanjutkan dengan aktifitas selanjutnya.

Model ASSURE dapat diuraikan : 1. Analyze Learner Characteristic

Pada tahapan ini, dimulai dengan mendeskripsikan karakteristik umum siswa mulai dari usia, tingkat kelas, posisi tugas, kemampuan intelektual, faktor kebudayaan dan kondisi sosial ekonomi. Kemampuan dasar yang telah dimiliki siswa sangat penting untuk menentukan kemampuan yang menjadi target.

2. State Objective

Langkah selanjutnya adalah menyatakan tujuan pembelajaran yang harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.

3. Select, Method, or Design Materials

Selanjutnya pada langkah ini, ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media. Yaitu menetukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk

melaksanakan media yang dipilih dan yang terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.

4. Utilize Media and Materials

Langkah selanjutnya adalah menggunakan media, ada lima langkah bagi penggunaan media yang baik, yaitu previewbahan, sediakan bahan, sediakan persekitaran, pelajar dan pengalaman belajar.

5. Require learner response

Setelah penggunaan media, langkah selanjutnya adalah melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi sebelum dinilai secara formal.

6. Evaluate and Revise

Langkah terakhir dari pengembangan ini adalah menilai pencapaian siswa, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan siswa.

2.5 Bahan Ajar Modul

Bahan ajar adalah segala bahan yang berisi materi pelajaran baik tertulis maupun tidak tertulis yang tersusun secara sistematis. Bahan ajar dapat digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran sebagai salah satu sarana penyampaian pesan atau informasi pengetahuan. Prastowo (2012: 17) menjelaskan bahwa:

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, LKS, modul, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif.

Belawati dkk dalam Prastowo (2012: 40) menjelaskan bahwa bahan ajar diklasifikasikan menurut bentuk, cara kerja, dan sifatnya. Menurut

bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi (1) bahan ajar cetak seperti buku, modul, dan lembar kerja siswa; (2) bahan ajar audio seperti kaset, CD, dan radio; (3) bahan ajar audiovisual seperti VCD dan film; dan (4) bahan ajar interaktif seperti CD interaktif. Sedangkan menurut cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi (1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan seperti model atau carta; (2) bahan ajar yang diproyeksikan seperti slide; (3) bahan ajar audio seperti kaset, CD, dan radio; (4) bahan ajar video seperti video dan film; dan (5) bahan ajar komputer seperti computer mediated instruction

dan computer based multimedia atau hypermedia.

Aspek dalam pemilihan bahan ajar perlu memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan isi maupun tampilan sehingga bahan ajar yang diberikan kepada siswa dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik, inovatif, efektif, dan efisien. Benny A. Pribadi (Model-model Desain Sistem Pembelajaran hal. 90) mengemukakan bahwa pengadaan bahan ajar yang akan digunakan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) membeli produk komersial, (2) memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia, dan (3) memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan.

Mengembangkan bahan ajar khususnya banah ajar cetak, perlu diperhatikan prinsip-prinsip desain pesan. Prawiradilaga dan Eveline (2008: 21)

menjelaskan lima komponen yang harus diperhatikan, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian materi pembelajaran, (3) memancing kinerja siswa, (4) pemberian umpan balik, dan (5) kegiatan tindak lanjut. Secara lebih khusus pada pengembangan bahan ajar cetak, Arsyad (2010: 87) menjelaskan ada enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu (1) konsistensi, (2) format, (3) organisasi, (4) daya tarik,(5) ukuran huruf, dan (6) ruang/spasi kosong. Selain itu, ada komponen lain yang digunakan untuk menarik perhatian siswa pada bahan ajar cetak yaitu warna, huruf, dan kotak.

Pembuatan bahan ajar perlu memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan isi dan tampilan bahan ajar. Selain itu fleksibilitas (dapat

diadaptasikan dengan banyak tujuan), portabilitas (mudah dibawa tanpa membutuhkan perlengakapan lain), ramah bagi pengguna (tidak

membutuhkan keahlian khusus untuk menggunakannya), dan ekonomis juga menjadi hal yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan bahan ajar. Sehingga dengan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang

harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi :

1. mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar,

2. mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar,

3. memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan

4. memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur. b. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran

memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.

c. Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb

Anwar (dalam Riadi, 2013) Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Menurut Goldschmid (dalam Riadi, 2013), modul pembelajaran sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar.

Vembriarto (dalam Riadi, 2013), menyatakan bahwa suatu modul

pembelajaran adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha

penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.

Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.

Anwar (dalam Riadi, 2013), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :

1. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

2. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.

3. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. 4. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.

6. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

Menurut Wijaya (dalam Riadi, 2013), ciri-ciri pengajaran dengan menggunakan modul pembelajaran adalah:

1. Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.

2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku.

3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning) 4. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan

menurut kemampuannya masing-masing.

5. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

6. Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.

7. Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.

Dokumen terkait