• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori yang mengacu pada pendapat H. Paul Grice dan Yule. Yule (2006:62) mengemukakan bahwa implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan daripada yang dikatakan. Implikatur merupakan bagian dari informasi yang disampaikan namun tidak dikatakan. Sedangkan menurut H. Paul Grice implikatur adalah apa yang mungkin diartikan, disarankan atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Implikatur percakapan dalam kaitannya dengan pragmatik lisan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting untuk menghasilkan bentuk-bentuk atau ragam bahasa yang sesuai dengan konteksnya.

H. Paul Grice (dalam Soemarno, 1998:170) yang disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Yang terdiri dari dua pokok kaidah yaitu (1) prinsip kooperatif yang menyatakan dalam percakapan, sumbangkanlah apa yang diperlukan pada saat terjadi percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu, dan (2) empat maksim percakapan yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

Implikatur percakapan adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau yang dimaksudkan penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur dalam suatu percakapan (Grice dalam Gunawan, 2007:247). Prinsip kerjasama pada dasarnya hanya merupakan titik awal untuk menjelaskan apa yang dikatakan, untuk tidak

membingungkan, mempermainkan atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain. Dasar dalam prinsip kerja sama ( cooperative principles), yaitu:

2.2.1. Maksim aturan percakapan kualitas 2.2.2. Maksim aturan percakapan kuantitas 2.2.3. Maksim aturan percakapan hubungan 2.2.4. Maksim aturan percakapan pelaksanaan

Adapun indikator yang ditetapkan berdasarkan rumusan prinsip kerja sama berikut :

Indikator

No Nama Maksim Rumusan Maksim Pelanggaran

Maksim 1. Sumbangan Berikan jumlah informasi informasi yang yang tepat, yaitu: diberikan tidak 1. Sumbangan informasi seinformatif yang Anda harus seinformatif yang dibutuhkan 1 Maksin Kuantitas dibutuhkan.

2. Sumbangan 2. Sumbangan informasi informasi yang Anda jangan melebihi yang diberikan melebihi

dibutuhkan. dari yang

dibutuhkan.

informasi Anda benar,yaitu: suatu hal yang 1. Jangan mengatakan suatu salah.

yang Anda yakini bahwa itu

tidak benar. 2. Mengatakan

suatu hal yang bukti 2. Jangan mengatakan suatu kebenarannya yang bukti kebenarannya kurang.

tidak meyakinkan.

Mengatakan suatu hal yang tidak ada kaitannya atau Usahakan agar perkataan hubungannya 3 Maksim Relevansi

Anda ada relevansinya. dengan perkataan sebelumnya (perkataan oleh kawan bicaranya) Usahakan agar mudah 1. Mengatakan dimengerti, yaitu: pernyataan yang 1. Hindarilah pernyataan- samar

pernyataan yang samar.

4 Maksim Pelaksanaan

2. Mengatakan 2. Hindarilah ketaksaan. pernyataan yang

menimbulkan 3. Usahakan agar ringkas ketaksaan

(hindarilah pernyataan- 3. Mengatakan pernyataan yang panjang pernyataan yang lebar dan bertele-tele). panjang lebar dan

bertele-tele 4. Usahakan agar Anda

berbicara dengan teratur. 4. Berbicara tidak teratur (tidak sistematis/runut)

2.2.1. Maksim Aturan Percakapan Kualitas

Maksim kualitas menyatakan usahakan agar informasi Anda benar.

Maksim ini juga terdiri atas dua prinsip sebagai berikut: jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini bahwa hal itu tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan.

Dengan maksim ini seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Berikut contoh hata pinsang-pinsang yang melanggar maksim kualitas:

(2) Konteks Tuturan

Seorang ibu menyuruh anak balitanya untuk berhenti menangis karena hari sudah malam.

Bentuk Tuturan

“unang be tangis molo nga borngin, ro anon begu.”

Tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kualitas karena mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang seharusnya. Akan merupakan suatu kejanggalan apabila dikaitkan menangis dimalam hari akan mendatangkan hantu. Namun pada zaman dahulu di masyarakat Batak Toba khususnya di desa Sibarani Nasampulu, tuturan tersebut dipercaya dan ditaati oleh masyarakat penuturnya.

2.2.2 Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menyatakan berikan informasi dalam jumlah yang tepat.

Maksim ini terdiri atas dua prinsip khusus. Satu prinsip berbentuk pernyataan positif dan yang lainnya berupa pernyataan negatif. Kedua prinsip itu adalah (1) buatlah sumbangan informasi yang Anda berikan sesuai dengan yang diperlukan;

(2) janganlah Anda memberikan sumbangan informasi lebih daripada yang diperlukan.

Maksim kuantitas ini memberikan tekanan pada tidak dianjurkannya pembicara untuk memberikan informasi lebih daripada yang diperlukan. Hal ini didasari asumsi bahwa informasi lebih tersebut hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga. Lebih dari itu, kelebihan informasi tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang disengaja untuk memberikan efek tertentu,.

(3) Bentuk Tuturan

1 “unang manghatai molo lagi mangan, pantang!”

“jangan berbicara sambil makan, pantang!”

2 “unang manghatai molo lagi mangan”

“jangan berbicara sambil makan”

Tuturan 1 dan 2 sama-sama dituturkan oleh ayah kepada anaknya saat sedang makan bersama. Namun tuturan 2 lebih ringkas dan tidak menyimpang dari nilai kebenaran. Semua orang juga tahu bahwa tidak baik jika kita berbicara saat sedang makan. Namun pada tuturan 1 termaksud berlebihan dan menyimpang dari maksim kuantitas, karena tidak ada hubungan makan sambil berbicara adalah pantang. Kata pantang berarti sesuatu yang melanggar kaedah atau aturan yang dapat dianggap sebagai kesalahan besar, yang mengakibatkan pelaku mendapat hukuman dari sesuatu yang bersifat mistis atau hukuman yang berasal dari arwah nenek moyang.

2.2.3 Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan bahwa setiap peserta pembicaraan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Dalam maksim ini dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur , masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama.

(4) Konteks Tututan

Rudi dan Apoan hendak pergi marguru atau pendalaman rohani ke gereja, langit terlihat sangat mendung.

Bentuk Tuturan

Rudi : “Ro do nuaeng udan on?”

Apoan : “unang pake bajum na rara, sotung di sintak ronggur ho”

Terjemahan :

A : “Datang ngak yah hujan?”

B : “Jangan pakai baju mu yang berwarna merah, nanti kau disambar petir” Dalam percakapan di atas, tampak jelas bahwa tuturan Apoan tidak

memiliki relevansi dengan apa yang ditanyakan oleh Rudi. Ia malah memberitahukan kepada Rudi untuk tidak menggunakan baju yang berwana merah.

Contoh percakapan di atas dapat dipakai sebagai salah satu bukti bahwa maksim relevansi dalam prinsip kerjasama tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi dalam pertuturan sesungguhnya. Hal seperti itu dapat dilakukan khususnya apabila tuturan tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud-maksud yang khusus sifatnya.

2.2.4 Maksim Pelaksanaan

Maksim cara menyatakan usahakan agar Anda berbicara dengan teratur, ringkas, dan jelas. Secara lebih rinci maksim ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Hindari ketidakjelasan/ kekaburan ungkapan;

2. Hindari ambiguitas makna;

3. Hindari kata-kata berlebihan yang tidak perlu;

4. Anda harus berbicara dengan teratur.

Orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan.

(5) Konteks Tuturan

“dang boi anak boru mangan di tangga, gabe so boi anon maranakon .”

“anak gadis tidak boleh duduk didepan pintu, nanti ngak bisa punya anak.”

Pada percakapan diatas, Ibu menegur anak gadis nya yang sedang makan didepan pintu, namun tampak bahwa tuturan yang disampaikan Ibu relatif kabur maksudnya. Maksud sebenarnya dari tuturan Ibu adalah tidak baik makan didepan pintu, karena menghalangi orang yang hendak keluar atau masuk kedalam rumah.

Ibu sebenarnya menginginkan Lisbet untuk tidak makan didepan pintu dan setelah Lisbet berpindah tempat, Mamak menyakini bahwa Lisbet mengerti apa yang dikasudnya.

Maksim-maksim dalam prinsip kerja sama yang dinyatakan oleh Grice tersebut bukanlah hukum ilmiah tetapi hanyalah sebuah norma yang digunakan dalam memperoleh tujuan percakapan. Tujuan percakapan tersebut tidak akan terlalu berarti apabila salah satu maksim tersebut tidak terpenuhi secara maksimal.

Levinson menyatakan bahwa maksim-maksim tersebut digunakan untuk mnunjukkan kepada para partisipan apa yang harus mereka lakukan agar nantinya terdapat informasi yang efektif, efisien, rasional, dan memenuhi sifat kerja sama dalam percakapan. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti atau dipatuhi maka ujaran tersebut mempunyai implikatur (Siregar, 1997:30).

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait