• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remunerasi Efektif adalah sebagai berikut:

1. Adil (Fair)

2. Mendorong Motivasi

3. Bersaing

4. Tepat

5. Memenuhi ketentuan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Menurut Mondy dan Noe (1993) Remunerasi mencakup imbalan berupa financial dan nonfinansial.Imbalan Finansial mencakup program kesehatan dan program pensiun, sedangkan imbalan non finansial berupa tanggung jawab tercapainya tujuan, rekan kerja yang menyenangkan, pembagian kerja, kondisi kerja yang nyaman dan kebijakan yang sehat.

2.2.3. Teori Tentang Etos Kerja

Etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada

keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerjtertentu Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup

xlvii

motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap, aspirasi, keyakinan, prinsip dan stand ar-standar

Sinamo (2009) menjabarkan ada delapan etos kerja unggulan yg harus dimiliki oleh seseorang yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat, bekerja tulus penuh syukur.

2. Kerja adalah Amanah, bekerja benar penuh tanggung jawab 3. Kerja adalah Panggilan, bekerja tuntas penuh integritas. 4. Kerja adalah Aktualisasi, bekerja keras penuh semangat. 5. Kerja adalah Ibadah, bekerja serius penuh kecintaan. 6. Kerja adalah Seni, bekerja cerdas penuh kreativitas.

7. Kerja adalah Kehormatan, bekerja tekun penuh keunggulan. 8. Kerja adalah Pelayanan, bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, meningkatkan etos kerja PNS merupakan salah satu tujuan dari pembinaan jiwa korps PNS dan berdasarkan PP Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS, ruang lingkup etos kerja PNS dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu produktivitas kerja dan profesionalitasnya. Dengan etos kerja yang baik, seorang PNS semestinya akan dapat menjadi pegawai yang produktif dan profesional, begitu juga jika sebaliknya, maka PNS tersebut akan menjadi pegawai yang kurang/tidak produktif dan kurang/tidak profesional.

xlviii

Sinamo (2009) Etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar keyakinan dan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik adalah:

1. Aktif : giat bekerja

2. Ceria : bersih, suci, murni, bersinar, berseri-seri, cerah

3. Dinamis : penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan (ada dinamika)

4. Disiplin : taat atau patuh terhadap peraturan/tata tertib 5. Efektif : membawa hasil, berhasil guna.

6. Efisien : tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya atau mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna.

7. Energik : penuh energi, semangat

Mondy (2008) Etika adalah disiplin yang berkenaan dengan apa yang baik dan apa yang buruk, yang benar dan salah, atau dengan kewajiban dan tanggung jawab moral. Model etika digambar dibawah ini:

M Menghasilkan Menentukan

Tindakan kita Keyakinan kita

mengenai apa yang benar atau

yang salah Sumber-sumber panduan etis Etika Tipe II Etika Tipe I

xlix

Gambar 2.1. Model Etika Sumber: Mondy ( 2008).

Etika Tipe I: Kekuatan hubungan anatara apa yang individu atau organisasi yakini sebagai bermoral dan benar dengan apa yang sumber-sumber panduan yang dan dinyatakan sebagai benar secara moral. Etika Tipe II: Kekuatanhubun gan antara apa yang seseorang yakini dengan bagaimana ia berperilaku.

Menurut Mondy (2008) Etika sumber daya manusia adalah penerapan prinsip-prinsip etis pada hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan sumber daya manusia, ada dua bidang dimana para professional SDM bisa memiliki pengaruh besar pada etika dan budaya organisasinya, bidang tersebut adalah tata kelola perusahaan(corporate governance ) dan kompensasi eksekutif.

Menurut Thompson dan Jhon ( 2007) Mengatakan Budaya dalam nilai inti dan etika yaitu sebagai berikut:

1. Budaya yang berdasarkan prinsip-prinsip etika adalah penting bagi keberhasilan strategis jangka panjang

2. Program etika membantu membuat kode etik dalam kehidupan

3. Eksekutif harus memberikan dukungan yang tulus menampilkan standar etika dalam menjalankan bisnis perusahaan.

4. Pernyataan nilai berfungsi sebagai landasan untuk membangun budaya .

Menurut Thompson dan Jhon ( 2007) Mengatakan bahwa Dua Budaya dalam Membangun Peranan Nilai-Nilai Inti Perusahaan dan Standar Etika yaitu:

l

1. Membantu menciptakan iklim kerja dimana karyawan perusahaan saling berbagi

dan memegang teguh keyakinan mengenai bagaimana bisnis perusahaan dilakukan

2. Tanda-tanda karyawan bahwa mereka diharapkan untuk:

a. menampilkan nilai-nilai inti perusahaan dalam tindakan mereka b. menjunjung standar etika perusahaan

Menurut Thompson dan Jhon (2007) Manfaat Norma Budaya Yang Didasarkan pada Nilai Personal dan Prinsip Etis yaitu sebagai berikut:

1. Mengkomunikasikan arah tujuan , baik perusahaan dan integritas keutuhan dan jenis perilaku perusahaan dalam melakukan usaha bisnisnya.

2. Mengarahkan karyawan melakukan hal-hal yang benar.

3. Menentukan bersama tujuan perusahaan dan memberikan tolok ukur untuk mengukur kesesuaian tindakan tertentu, keputusan, dan kebijakan.

Menurut Thompson dan Jhon (2007)Tampilan Etika Kepemimpinan dan membawa inisiatif tanggung jawab sosial seperti dibawah ini :

1. Mengatur contoh yang sangat baik dalam menampilkan perilaku etis dan menunjukkan karakter dan integritas dalam tindakan serta keputusan

2. Menyatakan dukungan kode etika di perusahaan Dan mengharapkan semua karyawan dapat untuk melakukan nya.

li

3. Mendorong penyesuaian kepatuhan dan menetapkan Konsekuensi yang kuat bagi perilaku yang tidak etis.

Menurut Toto Tasmara (2004) Etos berasal dari bahasa yunani (ethos), artinya watak atau karakter.Secara lengkap etos ialah watak atau karakter dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia.

Menurut Miller dan Hudspeth (2001) Etos kerja merupakan keyakinan, Nilai dan Prinsip- Prinsip yang menuntun setiap pegawai dalam menafsirkan dan bertindak atas hak dan kewajibannya, dimensi dari etos kerja yaitu:

1. Kemandirian untuk sukses dan menjalani hidup dengan independen.

2. Etika, bertanggung jawab atas tindakan sendiri, melakukan apa yang benar, adil dalam berhubungan dengan pegawai yang lain, mempunyai waktu luang, kerja keras ,mempunyai sentralisasi kerja yang benar dan penggunaan waktu yang tepat.

Syahiruddin (2012: Vol.5. No.3) Etos kerja merupakan panduan tingkah laku seseorang, sekelomok atau sebuah instutusi. Dimensinya adalah efektivitas kinerja organisasi, sedangkan indikatornya adalah:

1. Penilaian hasil kerja

2. Semangat dalam bekerja

lii 4. Kerja sebagai ketekunan

5. Kerja sebagai ibadah.

Kode etika atau etos kerja yang baik akan menghasilkan prestasi kerja yang baik pula. Dimana etos kerja merupakan kemampuan dan kerelaan pegawai untuk mematuhi peraturan dengan baik seperti disiplin kerja, penerapan sistem kerja yang baik serta implementasi yang baik pula, loyal kepada pemimpin.

Faktor etos kerja sangat erat kaitannya dengan prestasi kerja pegawai. Etos kerja seorang pegawai dalam menjalankan tugas dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam menjalankan tugasnya. Indikator etos kerja adalah ciri–ciri dari orang yang sudah memiliki etos kerja, jika sifat etos kerja yang baik sudah tertanam disetiap diri pegawai maka pegawai disuatu instansi itu akan mampu memberikan dampak yang baik terhadap hasil kerja yang dicapainya. Tentunya hal ini sudah kita inginkan sejak lama, jika etos kerja ini sudah tertanam maka sifat karyawan akan berubah menjadi, tangguh,cerdas, terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan serta pekerja keras, hemat, produktif, berdisiplin, dan beroreantasi ke masa depan untuk menciptakaan keadaan yang lebih baik.

Etos kerja seseorang berkaitan dengan kompetensi yang dimilikinya dalam penyelesaian tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Sebab kompetensi merupakan perilaku individu yang dapat dilihat pada saat ia mengerjakan pekerjaannya dan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu dapat mempengaruhi keefektifan dalam melaksanakan pekerjaannya.

liii

Berdasarkan defenisi diatas maka sudah seharusnya pegawai dalam bekerja harus meningkatkan etos kerjanya dengan meningkatkan etos kerja pegawai maka akan diperoleh banyak keuntungan, karena dengan tingginya etos kerja maka hasil kerja yang akan dihasilkan akan lebih besar jumlahnya serta kualitas yang dicapai juga akan lebih baik, jika hal ini terjadi maka akan tercapai tingkat produktivitas yang optimal yang menggambarkan bahwa organisasi tersebut senantiasa berusaha untuk maju, dan hal ini akan terlaksana apabila pihak manajemen berusaha untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja sebagai pelaksana untuk berproduksi secara baik serta dengan upaya memberikan motivasi kerja yang sangat tinggi.

Dalam bekerja diperlukan mentalitas untuk membentuk pola pikir yang konsisten untuk menciptakan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan pada suatu organisasi maupun lingkungan. Pola hubungan atasan dan bawahan yang baik maka dengan tepat diketahui, diciptakan, diterapkan penentuan sasaran kerja (Plan), Pencapaian sasaran (Do), Evaluasi Hasil Kerja (Check), dan Tindak Lanjut (Action) dalam proses bekerja.

Pencapaian hasil kerja setiap tugas para pegawai sangat dipengaruhi oleh etos kerja, dimana etos kerja ini merupakan sikap hidup yang didasari oleh pandangan hidup yang diyakini oleh suatu kelompok masyarakat / organisasi yang kemudian tercermin dalam perilaku, cita-cita, dan pandangan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.

Dokumen terkait