• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fundamental

Analisis Fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa datang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut.

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (2) menerapkan hubungan-hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share

price forecasting model. Dalam model peramalan ini, langkah yang penting

adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden, dan sebagainya) yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (misalnya menghasilkan laba yang meningkat) maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998).

Menurut Robert Ang (1997) dalam Widodo (2002), analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis faktor keuangan yang tercermin dalam

rasio-rasio keuangan yang terdiri dari lima rasio yaitu: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio aktivitas dan rasio pasar. Rasio yang sering digunakan dalam analisis fundamental adalah rasio likuiditas, salah satunya yaitu Debt to Equity Ratio. Apabila Debt to Equity Ratio suatu perusahaan meningkat, maka semakin besar tanggung jawab perusahaan tesebut untuk membayar hutang terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Selanjutnya akan berpengaruh pada penurunan harga saham dan menyebabkan pendapatan (return) saham menjadi menurun.

Selanjutnya, rasio yang sering digunakan dalam analisis faktor fundamental adalah rasio pasar yaitu, Earning Per Share (EPS), Price Earning

Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV). Apabila Earning Per Share suatu

perusahaan semakin tinggi, maka semakin besar laba yang akan diterima oleh pemegang saham. Semakin meningkatnya laba, maka harga saham akan cenderung naik. Hal tersebut akan mempengaruhi pendapatan (return) saham.

Rasio pasar yang kedua adalah Price Earning Ratio. Apabila PER suatu perusahaan tinggi maka perusahaan memungkinkan pertumbuhan laba yang lebih tinggi sehingga resiko yang diterima oleh pemegang saham semakin kecil. Semakin kecilnya resiko yang diterima memungkinkan terjadinya kenaikan harga saham dan mempengaruhi pendapatan (return) saham yang diperoleh pemegang saham.

Rasio pasar yang ketiga adalah Price to Book Value. Apabila rasio PBV tinggi, maka semakin baik propek perusahaan tersebut. Baiknya prospek

perusahaan ditandai dengan meningkatnya harga saham. Apabila harga saham meningkat, maka pendapatan (return) saham yang diperoleh juga meningkat. 2.1.1 Pendapatan Saham (return saham)

Pendapatan saham (return saham) adalah hasil yang diperoleh dari investasi atau suatu pengembalian saham yang diharapkan atas dana yang di invetasikan. Pendapatan (return) saham dapat berupa pendapatan realisasi (realizedreturn) dan pendapatan ekspektasi (expectedreturn). Pendapatan realisasi (realized return) adalah pendapatan yang telah terjadi. Pendapatan realisasi dihitung berdasarkan data historis. Pendapatan realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Pendapatan realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan pendapatan ekspektasi (expectedreturn) dan risiko di masa mendatang. Pendapatan ekspektasi (expectedreturn) adalah pendapatan yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2003). Pendapatan realisasi sifatnya sudah terjadi sedangkan pendapatan ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Pendapatan (return) saham atau return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase

bungapinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya (Jogiyanto, 2003). Return total dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan:

Pt = Closing Price pada periode sekarang

Pt1 = Closing Price pada periode sebelumnya

Dt = Dividen kas yang dibayarkan

Pada kenyataannya, investor lebih tertarik menghitung pendapatan saham menggunakan capital gain dibandingkan dividen karena tidak selamanya perusahaan mau membagikan dividen kas atau keuntungan perusahaan kepada pemegang saham (investor). Oleh karena itu, pengaruh dividen terhadap pendapatan (return) saham lebih kecil nilainya di bandingkan capital gain, maka penelitian ini menghitung pendapatan (return) saham menggunakan capital gain tanpa melihat dividen. Pendapatan (return) saham dinyatakan sebagai berikut (Jogiyanto:1998 dalam Putri: 2012)

Keterangan:

Pt = Closing Price pada periode sekarang

Pt1 = Closing Price pada periode sebelumnya

2.1.2 Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri (Fakhruddin dan Darmadji: 2006). Rasio utang (Debt to Equity Ratio) diukur dari

������= �− ��−��−� ������=����������� (����) +����� ������= �− ��−��−� +�−�

perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Tingkat Debt to Equity Ratio yang aman biasanya kurang dari 50 persen. Semakin kecil DER maka semakin baik bagi perusahaan. Semakin besar DER maka semakin besar resiko yang dihadapi (Fakhruddin dan Hadianto:2001).

Rasio ini dihitung sebagai berikut (Fakhruddin dan Darmadji: 2006):

2.1.3 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba per saham adalah komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin: 2001).

Laba per saham (Earning Per Share) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham (Fakhruddin dan Darmadji: 2006).

EPS dihitung dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Darmadji, 2006):

2.1.4 Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) merupakan komponen penting kedua dalam menganalisis perusahaan setelah Earning Per Share (EPS). Informasi PER

���= ����������

�������

���= ����������

mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER merupakan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Disamping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan (Tandelilin: 2001).

Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Fakhruddin Darmadji: 2006). Rasio ini membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan) (Husnan dan Pudjiastuti: 1994).

Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin Darmadji: 2006):

Keterangan:

PER : Price Earning Ratio

EPS : Earning Per Share (laba per lembar saham)

Harga Saham : Harga yang digunakan adalah harga saat penutupan (closing price) pada tanggal tertentu.

2.1.5 Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham

(harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Istilah teknisnya, apakah saham tersebut overvalued atau undervalued (Fakhruddin dan Hadianto: 2001). Suatu saham dikatakan overvalued bilamana harga sahamnya di atas nilai buku saham tersebut. Sebaliknya, suatu saham dikatakan undervalued bilamana harga sahamnya di bawah nilai buku saham tersebut (Siamat: 2005).

���= ����������

Price to Book Value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai

nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin: 2006). Apabila prospek perusahaan semakin baik, maka semakin kecil resiko yang diterima oleh pemegang saham sehingga akan terjadi peningkatan pada harga saham dan menyebabkan pendapatan (return) saham meningkat.

Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut (Darmadji dan Fakhruddin):

Dokumen terkait