• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI HUKUM KASIH

Dalam dokumen KONSTELASI Teori Dalam Ilmu Hukum (Halaman 40-46)

TEORI HUKUM KASIH

38

38 Khusus terkait teori hukum kasih, penulis memiliki

beberapa karya terkait yaitu:

a. Teori Love Thy Neighbour Terkait Pelaksanaan UU No. 13-2011 dimuat dalam Jurnal Ilmu Hukum Re- fleksi Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Sa- latiga (2011).

b. Tesis Love Thy Neighbour Dan Pelaksanaan UU No. 15-2012 dimuat dalam Jurnal Fenomena Universitas Abdurahman Saleh (2012).

c. Penerapan Hukum Kasih Untuk Mengoptimalkan

UU No. 11-2009 dimuat dalam [DIALEKTIK] Jurnal Ilmiah Indonesia CV. R.A.De.Rozarie (2013).

d. Korelasi Tuhan Dan Demokrasi Di Indonesia Setelah Pemerintahan Orde Baru dimuat dalam Lex Jurna- lica Universitas Esa Unggul (2013).

e. Pengaruh Tuhan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial dimuat dalam Mimbar Keadilan Jur- nal Ilmu Hukum Laboratorium Ilmu Hukum – Fa- kultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (2014).

f. Korelasi Teori Love Thy Neighbour Dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dimuat dalam DiH Jurnal Ilmu Hukum Program Doktor Ilmu Hu- kum Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (2014).

g. Mencermati Tuhan Dalam Pasal 2 Huruf a Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2009 Tentang Perfilman (The Truthness Of God In Article 2 Letter A The Act Of Republic Of Indonesia Number 33 Of 2009 Concerning Film) dimuat dalam Jurnal Ilmiah

37

Teori hukum kasih atau love thy neighbour

pada dasarnya adalah suatu pemahaman betapa pentingnya untuk bertindak penuh kasih. Pemaha- man ini bersumber akan ajaran Tuhan Yesus se- perti yang tertulis pada Kitab Markus 12:30-31 bahwa Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap keku- atanmu. Dan hukum kedua ini ialah: Kasihilah se- samamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.39 Krisis nilai dan krisis moral sebagai akibat negatif dari pembangunan yang tidak seim- bang telah menimbulkan reaksi yang berbeda-

Filsafat Hukum Fakultas Hukum Universitas 17 Ag- ustus 1945 Jakarta (2014).

h. Kritik Terhadap Kata “Agama” Pada “Kuesioner Ri-

wayat Kesehatan & Pernyataan Donor” Di Palang

Merah Indonesia Kota Surabaya Unit Donor Darah dimuat dalam DiH Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hu- kum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (2015)

39 Dalam teks Fasal XII:30-31 Indjil Markoes XII Wasiat

Jang Bĕharoe Ija-Itoe Sĕgala Kitab Pĕrdjandjian Bĕharoe, 1902, Amsterdam, hal 89 tertulis bahwa “Maka hĕndak-

lah kamoe mĕngasihi akan Toehan Allahmoe dĕngan sa-

gĕnap hatimoe dan dĕngan sagĕnap djiwamoe dan dĕ-

ngan sĕgala boedimoe dan dĕngan sakoewat-koewasa- moe: bahwa inilah hoekoem jang pĕrtama itoe. Dan jang

kadoewa, jang sama dĕngan itoe djoega, ija-itoe: Hĕn-

daklah kamoe mĕngasihi akan samamoe manoesia sa- pĕrti akan dirimoe sĕndiri. Maka tiadalah hoekoem lain lĕbih bĕsar daripada ini.”

38

beda. Pada akhirnya juga hukum dibutuhkan un- tuk menyelesaikannya.

Tuhan Yesus mengenalkan prinsip cinta ka- sih “Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri”. Hal ini merupakan penerapan dari Hukum Taurat bangsa Yahudi dan bukan penghapusan dari hu- kum Taurat ini sendiri. Patut diakui bahwa me- maafkan merupakan sesuatu yang sulit untuk dila- kukan apalagi perbuatan tersebut terkait dengan perilaku jahat.

Merujuk wahyu dalam kitab Matius 5:1-12 dan Matius 5:43 “Ye have heard that it hath been faid, Thou fhalt love thy neighbour, and hate thine enemy :”40

St Thomas Aquinas mengatakan kebenaran- kebenaran iman tersebut hanya dapat dicapai me- lalui keyakinan dan wahyu sedangkan kebenaran alamiah dicapai melalui akal bawaan dari dalam diri kita sendiri. Selanjutnya dari pandangan ter- sebut lahirlah teori hukum alam. Kaitan teori hu- kum alam dengan teori hukum kasih Yesus tam- pak dari pandangan bahwa prinsip-prinsip hukum

40 Penulis mengutip langsung dari The Holy Bible, MD-

CCVI, London, Charles Bill and the Executrixof Thomas Newcomb. Di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

sebagai “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu”. Esensi dari ucapan ini diikuti oleh Rasul Paulus yang kemudian melepaskan konsep Hukum Ka- sih dengan mengubah ritual agama Yahudi dan mulai menerima pemikiran tentang akal budi manusia.

39

dalam semua sistem hukum bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui dengan akal sehat. Hukum ha- rus dicari dan bukan dibuat.

Hukum perang dan damai yang diilhami ol- eh Hugo Grotius menguraikan dasar-dasar baru yang mengatur hubungan antar negara satu de- ngan negara lain. Dari situlah populer ucapan

servia paceni para bellum (untuk menciptakan per- damaian bersiaplah untuk perang). Lantas apakah setiap perang selalu menghasilkan kedamaian? Ja- wabannya 70% sengsara dan sisanya barulah per- damaian. Timbul banyak korban di antara kedua pihak, berarti perdamaian tetap membutuhkan perjuangan.

Hugo Grotius berpendapat bahwa karena manusia diciptakan kesempurnaan oleh moral Tu- han, maka sudah seharusnya jika ukuran moral itu adalah sebagaimana diinginkan oleh Tuhan. Jadi bukan pengesahan Tuhan yang menjadikan suatu perbuatan sebagai perbuatan yang benar, tetapi alasan di balik itu, alasan yang sesuai ajaran Tuhan (yang menjustifikasikan suatu tindakan).

Natural law adalah kehendak Tuhan, suatu kehendak yang secara nasional memang baik. Bah- kan ketika tidak ada Tuhan sekalipun, natural law

tetaplah secara rasional merupakan kebaikan. Dari sejak masa Taurat diturunkan, sampai kepada pe- radilan hak asasi manusia saat ini kenyataannya tetaplah sama. Setiap manusia mengungkapkan

40

adanya kewajiban-kewajiban penting, ideal yang lebih tinggi, alasan moral yang lebih baik, dan keadilan yang sebenarnya. Ketika hukum ber- tindak tidak adil, maka hukum itu bukanlah hu- kum (lex injusta non est lex), seperti yang dikatakan St Thomas Aquinas.

Senada juga filsuf Aristoteles mengatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri (zoon politicon). Manusia adalah makhluk yang bermas- yarakat dan di dalam bermasyarakat itulah pen- tingnya taat kepada hukum yang dibuat oleh pe- nguasa. Hukum dalam pemikiran Aristoteles di- bagi dalam hukum alam dan hukum positif. Pe- mikiran ini berbeda dengan kaum sofis sebelum- nya yang menggabungkan antara kedua jenis hu- kum tersebut. Dari zoon politicon terhadap kontrak sosial dalam membentuk masyarakat dan peme- rintah, ideal hukum yang mengatur hubungan an- tara manusia dengan manusia dan manusia de- ngan pemerintah. Jika ajaran hukum kasih itu diterapkan secara ideal maka terciptalah masya- rakat ideal tanpa kejahatan.karena hukum kasih melahirkan juga kewajiban yang tertanam dalam jiwa manusia yang mengharuskan manusia ber- sikap dan berperilaku tertentu kepada manusia lain untuk mewujudkan ketertiban dan keteratu- ran dalam masyarakat. Perilaku itu harus sede- mikian rupa sehingga martabat dan kodrat manu- sia lain tidak tertindas.

Pada akhirnya kembali pada suatu janji “pax hominiburs bone voluntatis” damai kepada orang-

41

orang yang hendak mengikuti hukum kasih. Per- damaian bukan hanya antara manusia dan manu- sia tetapi juga antara manusia dengan masyarakat- nya, maka hukum harus kembali pada love thy neighbour.

42

Dalam dokumen KONSTELASI Teori Dalam Ilmu Hukum (Halaman 40-46)

Dokumen terkait