• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Manufaktur

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p4) “ a manufacturing information System is ab MIS that provides information to be used by the manufacturing function”. Yang terjemahannya adalah Sistem informasi manufaktur adalah MIS yang memberikan informasi yang akan digunakan oleh fungsi manufaktur.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manufaktur merupakan sebuah sistem yang terintegrasi dan terkoordinasi yang digunakan oleh fungsi manufaktur untuk memberikan informasi.

2.2.2 Pengertian Integrated Manufacturing

Menurut Schey (2009, p30) “A logical extension is computer-integrated manufacturing, in which all actions take place with reference to a common database.” , Yang terjemahannya adalah : Sebuah perpanjangan logis adalah manufaktur komputer terpadu, di mana semua tindakan berlangsung dengan mengacu pada database yang umum.

2.2.3 Pengertian Produksi

Menurut Horngren, Datar, dan Rajar (2012, p6). “Production-procuring, transporting, and storing (also called inbound logistics), coordinating, and assembling (also called operations) resources to produces a product or deliver a service”, yang terjemahannya: produksi-perolehan, pengiriman, dan menyimpanan (disebut juga inbound logistik), koordinasi, dan perakitan (disebut juga operasi) sumber daya-sumber daya untuk menghasilkan suatu produk atau memberikan jasa.

2.2.4 Pengertian Proses Produksi

Menurut Mardi (2011, p97). Proses produksi merupakan aktivitas untuk menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa.

Menurut Bustian Bustami dan Nurlela (2010, p3). “Proses pengolahan input menjadi output yang dimaksud adalah bahan baku

langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang diproses menjadi bahan produk selesai”.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah aktivitas dalam pembuatan barang yang akan menghasilkan suatu output berupa barang atau jasa.

2.2.5 Siklus Proses Produksi

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p450), siklus produksi adalah peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.

Ada empat aktivitas pada siklus produksi, diantaranya : 1. Production Design

2. Planning & Schedulling 3. Production Operation 4. Cost Accounting

2.2.6 Jenis-jenis Proses Produksi

Menurut Hansen dan Mowen (2009, p306-p307), Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saat penyelesaian proses tertentu, barang setengah jadi akan dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksi. Berikut ini adalah jenis-jenis proses manufaktur:

1. Proses berurutan (sequential processing), yaitu pola pemrosesan dengan unit yang melewati dari suaru proses ke proses lainnya dalam serangkaian susunan.

2. Proses parallel (parallel processing), yaitu pola pemrosesan dengan dua atau lebih proses berurutan yang disyaratkan untuk menghasilkan sebuah barang jadi.

Dalam perusahaan PT. Star Metal Ware Industry, jenis proses manufaktur yang digunakan adalah proses berurutan yang dimulai dari bagian Press, bagian Bubut, bagian Solder, kemudian bagian Assembly.

2.2.7 Pengertian Proses Costing

Menurut Raiborn dan Kinney (2009, p762). “Process costing system a method of accumulating and assigning cost to units of production in companies producing large quantities of homogeneous products : accumulates costs by cost component in each production department and assigns costs to units using equivalent units of production”, yang terjemahannya : perhitungan biaya berdasarkan proses adalah metode mengumpulkan dan menetapkan biaya unit produksi di perusahaan-perusahaan yang memproduksi jumlah besar homogen produk: menumpuk dan menetapkan biaya unit menggunakan setara unit produksi. Menurut Carter (2009, p124). Process costing (perhitungan biaya proses produksi) suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit poduk hasil produksi diitentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang di produksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa process costing adalah perhitungan biaya-biaya yang dibebankan pada tiap unit hasil proses produksi

2.2.8 Sistem Perhitungan Harga Pokok

Menurut Mulyadi (2010, p17), Sistem perhitungan harga pokok membahas mengenai tata cara atau metode penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem akumulasi biaya dan sistem biaya. Secara garis besar, ada 2 macam sistem perhitungan harga pokok, yaitu :

1. Sistem Perhitungan Harga Pokok Penuh (Fully Costing/ Absorption Costing). Di dalam sistem perhitungan harga pokok ini, seluruh biaya produksi varianbel dan biaya produksi tetap dibebankan ke produk. 2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Variabel (Variabel Costing). Di

dalam sistem perhitungan harga pokok ini, hanya biaya produksi variable saja yang akan dibebankan ke produk.

2.2.9 Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2012, p41). “Cost of goods manufactured refers to the cost of goods brought to completion, wether they were started before or during the current accounting period”, yang terjemahannya : Harga pokok produksi mengacu pada harga barang yang dibawa sampai pada tahap penyelesaian, apakah barang tersebut dimulai sebelum atau selama periode akuntansi berjalan.

Menurut Hansen dan Mowen (2009, p60) yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary, Harga Pokok Produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode yang berjalan. Biaya yang dibebankan pada barang yang telah selesai hanya biaya manufaktur yang terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Harga Pokok Produksi adalah total dari keseluruhan biaya yang dibebankan pada biaya manufaktur seperti biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dan biaya ini terus dihitung selama periode akuntansi berjalan.

2.2.10 Fungsi Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010, p65) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual produk

Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan disamping informasi biaya lain serta informasi non biaya.

2. Memantau realisasi biaya produksi

Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan

dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu

Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses disajikan dalam neraca

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang masih dalam proses pada tanggal neraca.

2.2.11 Perhitungan Estimasi Biaya Produksi

Menurut Witjaksono (2006), perhitungan estimasi biaya produksi untuk menentukan harga jual adalah sebagai berikut:

Estimasi Biaya Tenaga Kerja xxx

Estimasi Biaya Bahan Baku xxx

Estimasi Biaya Overhead xxx +

Total Estimasi Biaya Produksi xxx

Margin Laba yang Diharapkan xxx +

Harga Jual yang dibebankan pada customer xxx

2.2.12 Dokumen-dokumen yang terkait dengan Produksi

Menurut Grassion, Norren, dan Brewer (2010, p92), ada beberapa dokumen pendukung, yaitu:

1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form) Merupakan formulir yang berisi spesifikasi tipe jenis dan kuantitas, harga per unit, dan juga total biaya yang dikeluarkan dari gudang selama proses produksi dilakukan.

2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet)

Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan, berisi data produk yang akan diproduksi, tenaga kerja, dan overhead yang dibebankan.

3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket)

Merupakan dokumen yang berisi aktivitas tenaga kerja setiap jam. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.

2.2.13 Laporan Biaya Produksi

Biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi dilakukan akan dihitung dan didokumentasikan ke dalam Laporan Biaya Produksi. Dalam perusahaan manufaktur, laporan ini biasanya terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Laporan Biaya Produksi akan mendukung pengambilan keputusan berikutnya.

Menurut Hansen dan Mowen (2009, p308), Laporan produksi merupakan dokumen yang meringkas semua aktivitas manufaktur yang terjadi dalam suatu departemen dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi biaya-biaya yang ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead. Ada 2 bagian dalam laporan produksi, yaitu :

1. Bagian informasi unit, memiliki 2 sub bagian utama yaitu : a. Unit untuk diperhitungkan

b. Unit yang telah dihitung

2. Bagian informasi biaya, memiliki 2 sub bagian utama yaitu : a. Biaya untuk diperhitungkan

b. Biaya yang telah dihitung

2.2.14 Pengertian Sistem Persediaan

Menurut Ristono (2009, p1) persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Menurut Alexandri (2009, p135) menyatakan bahwa : “persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi”

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan baku atau barang setengah jadi yang ditunggu pemakaiannya dalam proses produksi atau pun barang jadi yang sengaja disimpan untuk dijual pada saat penyimpanan tersebut hampir atau sudah mencapai stok maksimum.

2.2.15 Fungsi Persediaan

Menurut Herjanto (2009, p226) beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan

3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi 4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman

sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasar

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan

2.2.16 Jenis Persediaan

Menurut Herjanto (2009, p226) persediaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Fluctuation Stock

Adalah persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan.

2. Anticipation Stock

Adalah persediaan untuk menghadapi permintaan yang diramalkan, misalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Permintaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.

3. Lot-size Inventory

Adalah persediaan yang diadakan dalam jumlah lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per-unit yang lebih rendah.

4. Pipeline Inventory

Adalah persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang akan dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu.

2.2.17 Prosedur Persediaan

Menurut Mulyadi (2010, p559-p575) sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi persediaan adalah:

1. Prosedur pencatatan produk jadi

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya produksi.

2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan disamping prosedur lainnya seperti: prosedur order penjualan, prosedur persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang, prosedur penagihan, prosedur pencatatan piutang

3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli

Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka transaksi retur penjualan ini akan memperngaruhi persedian produk jadi, yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan harga pokok jadi yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu persediaan produk jadi.

4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses

Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan

5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli

6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok

Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka transaksi retur pembelian ini akan memperngaruhi persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh bagian Gudang dan mengurangi kuantitas dan harga pokok persediaan yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu persediaan yang bersangkutan 7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya produksi

8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang

Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan menambah persediaan barang digudang

9. Sistem perhitungan fisik persediaan

Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan

di gudang, yang hasilnya digunakan untuk meminta

pertanggungjawaban Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung jawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan (adjustment) terhadap catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan.

2.2.18 Metode Pencatatan Persediaan Bahan Baku

Metode pencatatan persediaan bahan baku dibagi menjadi 2, yaitu metode persedian perpetual dan periodik. Metode persediaan perpetual adalah pencatatan atas transaksi persediaan yang dilakukan setiap waktu, baik terhadap pemasukan maupun pengeluaran persediaan. Metode persediaan periodik adalah jumlah persediaan ditangan ditentukan secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian.

Menurut Syafi’I Syakur Ahmad (2009, p129) menyatakan perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan metode persediaan fisik, adalah sebagai berikut :

A. Metode Perpetual

1. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian.

2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang.

3. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan harga pokok penjualan.

4. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit jenis barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.

B. Metode Periodik/ Fisik

1. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.

2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing. 3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan harga

pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara agregat.

4. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/ retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi penjualan.

2.2.19 Pengertian Harga Pokok Persediaan

Menurut Estelle (2013), “Inventory costs are the costs related to storing and maintaining its inventory over a certain period time. Typically, inventory costs are described as a percentage of the inventory value.”, yang terjemahannya: harga pokok persediaan merupakan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan dan mempertahankan persediaan selama periode tertentu. Biasanya, biaya persediaan digambarkan sebagai persentase dari nilai persediaan.

Menurut Tamam (2014), Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, yang termasuk dalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual. Misalnya, biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.

Dapat disimpulkan bahwa harga pokok persediaan adalah biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan baik dari pembelian untuk persediaan bahan baku hingga persediaan barang jadi yang siap dijual. Dan juga digambarkan sebagai persentase nilai persediaan itu sendiri.

2.2.20 Pengertian Jurnal Persediaan

Menurut Warren & Reeve (2009, p57), “Journal is Transaction are initially entered in a record, using the rules of debit and credit”, yang

terjemahannya adalah : Jurnal adalah transaksi yang pada awalnya direkam dengan menggunakan debet dan kredit.

Menurut Weygandt, et al (2010, p55), “Journal is referred to as the of original entry, for each transaction the journal shows the debit and credit effects on specific accounts”, yang terjemahannya adalah : Jurnal merupakan original entry, untuk mencatat setiap transaksi yang menunjukkan pengaruh debet dan kredit pada akun tertentu.

Menurut Alexandri (2009, p135) menyatakan bahwa : “persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses produksi atau pun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jurnal persediaan merupakan transaksi yang dicatat dan menunjukkan pengaruh debet dan kredit pada akun-akun biaya yang digunakan selama melakukan proses produksi ataupun persediaan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.2.21 Pengertian Biaya

Menurut Mulyadi (2009, p8), pengertian biaya diartikan sebagai sebuah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Menurut Horngren, Datar, dan Rajar (2012, p27), “Accounting define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective”, yang terjemahannya : Para akuntan mendefinisikan biaya sebagai sejumlah sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan sumber daya ekonomi yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya ekonomi ini diukur dalam satuan uang.

2.2.22 Pengertian Klasifikasi Biaya

Menurut Carter (2009, p2). “Cost classification are essential for meaningful summarization of cost data. The most commonly used classification are based on the relationship of costs to the following : 5. The product (a single lot, or unit of a good or service)

6. The volume of production

7. The manufacturing departements, processes, cost centres, or other subdivisions

8. The accounting period

9. A decision, action, or evaluation.”

Yang terjemahannya : klasifikasi biaya sangat penting dalam pembuatan ikhtisar berdasarkan data biaya. Klasifikasi yang umum biasanya digunakan berdasarkan hubungan antara biaya sebagai berikut : 1. Produk

2. Banyaknya produksi

3. Departemen manufaktur, proses, pusat biaya, atau subdivisi lain dari manufaktur

4. Periode akuntansi

5. Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi

2.2.23 Klasifikasi Biaya Menurut Konsep Akuntansi Keuangan

Menurut Garrison dan Noreen (2010, p38) mengklasifikasikan biaya menjadi :

1. Biaya Produk (Product Cost)

Biaya produk mencangkup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam kasus produk manufaktur, biaya ini terdiri dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya Periodik (Period Cost)

Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya-biaya ini dicatat sebagai beban pada laporan laba rugi pada periode saat biaya tersebut terjadi dengan menggunakan peraturan akuntansi actual. Contoh biaya periodik adalah komisi penjualan, sewa kantor, beban penjualan, dan beban administrasi.

2.2.24 Klasifikasi biaya dalam Laporan Keuangan

Menurut Garrison dan Noreen (2010, p41), pencatatan akuntansi dalam perusahaan manufaktur terdiri dari:

1. Neraca

Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan barang yang dibeli dari supplier yang dimiliki sampai barang tersebut dijual ke customer. Sedangkan perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

2. Laporan Laba Rugi

Perhitungan Harga Pokok Penjualan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang sedikit berbeda karena faktor persediaannya.

Harga Pokok Penjualan (HPP pada Perusahaan Dagang) =

Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir

2.2.25 Sistem Perhitungan Biaya

Menurut Carter dan Usry (2006, p155), tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menemukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ada 2 sistem akumulasi biaya yaitu :

1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) (p127).

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan yang terpisah; suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau Harga Pokok Penjualan (HPP pada Perusahaan Manufaktur) = Persediaan Awal Barang Jadi + Harga Pokok Produksi – Persediaan Akhir Barang Jadi

untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain.

2. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) (p156).

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya

Dokumen terkait