• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Teori Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Belanja masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan atas pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) yakni jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal yang muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average prospensity to

kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang golongan menengah kebawah.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.

Beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes:

1. Fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

2. Pendapatan yang terjadi merupakan pendapatan nasional yang dapat menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi yaitu pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

3. Dalam fungsi konsumsi Keynes, pendapatan nasional diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolute.

4. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

2.4 Fungsi Impor

Secara umum perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah proses penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain, sedangkan impor adalah arus kebalikan dari pada ekspor yaitu proses suatu barang dan jasa yang masuk ke suatu negara. Pada hakikatnya perdagangan luar negeri timbul karena tidak satu

pun negara yang dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya.

Dalam perekonomian terbuka terdapat berbagai faktor yaitu rumah tangga, sektor swasta, pemerintah dan juga sektor luar negeri. Hal ini dikarenakan penduduk di negara bersangkutan telah melakukan perdagangan barang dan jasa dengan negara lain. Suatu negara yang telah memproduksi lebih terhadap kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri, sedangkan negara yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri.

Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor, semakin besar impor yang digunakan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa dan kebutuhan penduduk suatu negara, maka hal ini dapat mematikan produk dalam negeri dan yang paling mendasar dapat menguras pendapatan negara yang bersangkutan.

Berdasarkan laporan indikator Indonesia, komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu: 1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum

dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah lama serta barang tidak tahan lama.

2. Impor bahan baku dan barang penolong yaitu yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan perlengkapan.

3. Impor barang modal yaitu yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan alat angkut untuk industri.

2.5 Faktor Harga

Harga suatu produk mempengaruhi nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibeli. Selain itu, harga suatu produk juga pada dasarnya merupakan rangkuman dari sejumlah informasi yang menyangkut ketersediaan sumberdayanya, kemungkinan dalam hal ini menyangkut produksi dan preferensi konsumen. Dalam menunjang kegiatan transaksi perdagangan, informasi harga suatu komoditas merupakan faktor terhadap besarnya penawaran dan permintaan.

Apabila suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya adalah harga barang yang akan diperdagangkan karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin rendah permintaan terhadap barang tersebut (cateris paribus). Selanjutnya hukum penawaran (law of supply) menyebutkan kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang tersebut meningkat (Sukirno, 2003).

2.6 Ketersediaan Kedelai

Ketidakseimbangan antara ketersediaan dan akses yang ada dapat menyebabkan ancaman bagi ketahanan pangan (food insecurity). Bukti empiris menunjukkan bahwa rapuhnya ketahanan pangan nasional suatu negara dapat memicu timbulnya goncangan ekonomi serta meningkatnya kriminalitas (Suryana, 2003).

Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu produksi dalam negeri, impor dan pengelolaan cadangan pangan. Apabila suatu negara tidak dapat memenuhi ketersediaan pangannya dari produksi dalam negeri dan pengelolaan cadangan makanan maka untuk memenuhi kebutuhannya negara tersebut harus mengimpor dari negara lain.

Ketersediaan pangan suatu negara yang tidak mencukupi kebutuhannya maka dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi, seperti terjadinya berbagai gejolak sosial dan politik yang bisa terjadi. Kondisi krisis seperti ini juga bisa mengakibatkan dan bahkan membahayakan stabilisasi nasional yang dapat menjatuhkan pemerintahan yang sedang dalam masa kejayaan, pengalaman telah membuktikan kepada masyarakat bahwa gejala yang terjadi terhadap ketahanan pangan seperti kenaikan harga kedelai dapat memicu terjadinya stabilitas ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional.

Salah satu yang menjadi landasan pembangunan pertanian pada tahun 2001-2004 adalah mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keanekaragaman sumber daya bahan pangan lokal dan juga nutrisi dalam jumlah

memperhatikan peningkatan pendapatan dari para petani lokal serta peningkatan produksi yang diatur di dalam undang-undang (Saragih, 2001).

Kebijakan perkedelaian nasional pada dasarnya mencakup empat instrument kebijakan yaitu:

1. Kebijakan Peningkatan Produksi. 2. Kebijakan Diversifikasi Pangan. 3. Kebijakan Harga Pangan.

4. Kebijakan Impor Pangan (Deptan, 2004)

2.7 Penelitian Terdahulu

Purnamasari (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dengan periode waktu 30 tahun yaitu tahun 1975 sampai 2004. Dalam metode penelitian, model analisis data yang digunakan adalah persamaan simultan. Masing-masing persamaan penelitian ini diduga dengan menggunakan metode Two-stages Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah impor kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah populasi, jumlah produksi kedelai dan jumlah konsumsi kedelai. Jumlah impor kedelai responsive terhadap perubahan jumlah produksi dan konsumsi kedelai baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Anggasari (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai Indonesia menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 21 tahun, yaitu dari

tahun 1986 sampai tahun 2006. Metode yang digunakan untuk menganalisis perkembangan produksi dan impor kedelai adalah metode analisis deskriptif. Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam penelitian ini analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel produksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar 5 dan 10 persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Berdasakan hasil penelitian, volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen. Untuk meningkatkan produksi kedelai domestik agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor adalah melalui peningkatan luas areal panen kedelai dan peningkatan produktivitas. Dengan ditetapkannya tarif sebesar 10 persen, harga kedelai impor akan meningkat, hal tersebut dapat memacu minat petani kedelai untuk kembali berproduksi sehingga volume impor dapat berkurang.

Purwanto (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007 menggunakan data deret waktu (time series) dari tahun 1987 sampai dengan 2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa impor kacang kedelai nasional selama periode

1999 ketika liberalisasi perdagangan pada komoditas pangan mulai diberlakukan. Pada tahun 2007 tingkat ketergantungan Indonesia pada kacang kedelai impor telah mencapai 1,4 juta ton atau setara dengan kehilangan devisa negara sebesar Rp 4,4 triliun per tahun. Dari enam faktor yang diduga mempengaruhi impor kacang kedelai nasional periode 1987-2007, setelah dilakukan uji statistik diperoleh tiga faktor berpengaruh signifikan yaitu produksi, konsumsi dan harga lokal.

Al-Mudatsir (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi respon penawaran kacang kedelai di Indonesia, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 38 tahun dengan rentang waktu 1969-2006. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Analisis kuantitatif berupa analisis terhadap variabel-variabel utama atau faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi respon produktivitas tanaman kacang kedelai. Model pendugaan yang digunakan terhadap model dengan persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana atau biasa disebut dengan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal panen yaitu harga kacang kedelai, harga jagung, harga kacang tanah, luas areal teririgasi dan luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu harga pupuk, upah buruh dan produktivitas tahun sebelumnya. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang penawaran kacang kedelai terhadap

perubahan harga cukup responsif meski pada jangka pendek tidak seresponsif pada jangka panjang.

Andi Facino (2012) dalam penelitiannya mengenai Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional. Penelitiaan ini meliputi dalam menelaah penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun 2005-2012, menganalisis kebijakan perkedelaian Indonesia serta merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 8 tahun, yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2012. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai dunia dan domestik, data importir kedelai dunia, data luas panen, produktivitas dan produksi kedelai domestik, data harga kedelai domestik, neraca perdagangan kedelai domestik, dan data negara pengekspor kedelai ke Indonesia. Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menelaah keragaan penawaran kedelai dunia dan permintaan impor kedelai Indonesia antara tahun 2005-2012, menganalisis perkembangan kebijakan impor kedelai Indonesia antara 2005-2012, menganalisis perkembangan kebijakan perkedelaian nasional serta alternatif strategi pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini mengenai faktor-faktor ketersediaan kedelai di Indonesia.

+

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Indonesia Negara Agraris Pertanian Tanaman Pangan Kedelai Ketersediaan Produksi Dalam Negeri Impor Faktor-faktor yang Mempengaruhi

- Luas Panen

- Harga Domestik

Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki potensi pertanian yang sangat besar terutama dalam hal tanaman pangan. Salah satu produk unggulan yang memiliki pengaruh cukup besar dalam stabilitas negara adalah kacang kedelai. Ketersediaan kacang kedelai berarti terpenuhinya atau tercukupinya kebutuhan yang diperlukan baik melalui produksi dalam negeri dan impor. Apabila produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan maka sisanya akan diimpor. Ketersediaan kacang kedelai ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas panen, harga kedelai domestik dan jumlah konsumsi dalam negeri dan ketersediaan kedelai.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh positif variabel (X1) Luas Panen terhadap ketersediaan

kedelai di Indonesia.

H2: Terdapat pengaruh positif variabel (X2) Harga Kedelai Domestik terhadap ketersediaan kedelai di Indonesia.

H3: Terdapat pengaruh positif variabel (X3) Konsumsi Kedelai dalam Negeri terhadap ketersediaan kedelai di Indonesia.

Dokumen terkait