• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Teori Permintaan Uang

2.1.1. Teori Kuantitas Uang Modern

Milton Friedman adalah seorang yang mengembangkan teori kuantitas uang dari kaum Klasik. Teorinya disebut sebagai teori kuantitas uang Modern. Penganut aliran te­ ori ini disebut kaum Monetaris.

Teori kuantitas uang Modern ini dapat diintsrpre-

tasikan sebagai pengembangan lebih lanjut dari teori

Cambridge. Dasar pemikiran yang digunakan dalam teorinya menganggap bahwa "...teori permintaan uang hanyalah satu penerapan dari teori umum mengenai permintaan, ... yaitu

7

pemilihan antara berbagai alternatif oleh konsumen '

Dalam tulisannya, Anwar Nasution juga menyatakan "...

the monetarists who see money as part of an individual asset treat the demand for money like the demand for any

Q

durable goods." Sehingga cara pendekatan Milton Eried-man terhadap permintaan uang ialah dengan anggapan uang seperti barang-barang, dan menganalisis permintaan uang dari segi teori tentang pilihan konsumen, yaitu pilihan antara memegang uang atau membeli barang-barang.berdasar-kan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Friedman melihat lima faktor yang menentukan permin­

taan uang: (1) kegunaan atau manfaat persediaan uang

(money balances), (2) tingkat harga, (3) tingkat pen­

dapatan riel, (4) suku bunga, dan (5 ) tingkat peru­

bahan dalam tingkat harga ....9

Teori Friedman tersebut dapat ditulis sebagai

ber-ikut: 10

Md = f (U, P, Y, i, p) (1)

i«I^ = Demand for money permintaan uang U = Utility of balance

7

Boediono, op cit, hal. 50.

®Anwar Kasution, op cit, hal. 1 5 8 .

^Dudley G. Luckett, Money and Banking. Second

Edition,, terjemahan Paul C.^Tosyadi, Krlangga, Jakarta, 1983r 'hal- 465.

Kegunaan/manfaat sisa-aisa uang P = Price level

tingkat harga

Y = Level of real income tingkat pendapatan riil i = Interest rate

suku..bunga

p s Rate of change in the price level

tingkat perubahan dalam tingkat harga

Menurut Friedman, pendapatan nominal sama dengan hasil kali tingkat harga dan pendapatan riil, Y = Py. Se­ hingga Friedman lebih suka memperlakukan P dan y secara terpisah daripada dalam bentuk pendapatan nominal atau Y. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendapatan nominal dengan permintaan uang mempunyai hubungan yang proporsional dan

searah. Akan tetapi untuk pendapatan riil, hubungan ter­ sebut lebih daripada proporsional, misalnya bila terjadi

kenaikan pendapatan riil 1$, permintaan uang akan mening­

kat lebih besar dari ' ]%,

Tingkat bunga menurut Friedman sebenarnya merupa­ kan opportunity cost untuk menyimpan uang, yaitu merupa­

kan pendapatan yang diperoleh seandainya uang tersebut

diinvestasikan. Jika tingkat bunga tinggi berarti makin besar biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menyim­

menyirapan kekayaannya dalam bentuk uang, yakni uang kua-*

si. Dengan kata lain, tingkat bunga dan permintaan uang dalam pengertian sempit (Ml) mempunyai hubungan yang ter- balik, sedangkan .tingkat.bunga dengan permintaan uang ku­ asi mempunyai hubungan yang searah.

Variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan

/

uang adalah tingkat perubahan dalam tingkat harga (in­

flasi). Inflasi ini merupakan biaya kerugian dalam daya beli jika harga-harga naik. Bila inflasi tersebut melaju semakin cepat berarti makin tinggi biayanya. Sebagai aki- bat lebih lanjut, kuantitas uang yang diminta, baik itu uang sempit (uang beredar) maupun uang kuasi akan sema­ kin kecil.

Kegunaan/manfaat sisa-sisa uang (U) dalam persa-

maan (1) dapat diabaikan karena dianggap tidak pernah

bergerak secara menyolok — stabil, Variabel p (tingkat perubahan dalam tingkat harga) juga diabaikan karena in­ flasi dianggap stabil — penelitian yang diadakan di Ame- rika Serikat yang pada saat itu keadaan : perekonomiannya

stabil dalam arti sudah selesainya masa hiper inflasi

yang lama. Sehingga persamaan (1) dapat .disederhanakan

menjadi: ^ **

Md = f (P, Y, i) (2)

Beberapa modifikasi terhadap persamaan (2) perlu dilakukan agar dapat diperoleh suatu persamaan dasar un­ tuk mengadakan studi empiris tentang permintaan uang. Un­

tuk itu, persamaan (2 ) dapat ditulis lagi dalam bentuk

spesifik sebagai berikut:

Md = a P Yb i° (3)

di mana a, b, dan c adalah konstan-konstan yang nilainya dapat ditentukan dengan analisis regresi.

Kemudian digunakan aeumsi keseimbangan antara

pe-d a

nawaran dan permintaan di pasar uang, yakni M * M , se­ hingga diperoleh suatu persamaan:

Ms = a P Yb i c (4)

Kuruf ,s! dihilangkan agar bentuknya lebih sederhana dan

selanjutnya membagi kedua sisi persamaan (4) itu dengan

variabel P, sehingga persamaan (4) menjadi:

M/P = a Yb ic (5 )

M/P merupakan sisa-sisa uang riil — permintaan uang ri­ il yang diperlakukan sebagai variabel tunggal. Dalam har­

ga logaritma, persamaan (5 ) menjadi:

Log M/P = log a + b (log Y) + (c (log i) (6 )

Persamaan (6) "..♦merupakan bentuk dasar yang diambil

oleh kebanyakan studi empiris tentang permintaan uang

yang dilakukan teoretikus-teoretikus kuantitas dalam ta-1 2

Penulisan dalam bentuk logaritma seperti terlihat

pada persamaan (6) dimaksudkan agar koefisien a, b, dan

c secara langsung dapat mencerminkan harga elastisitas

variabel-variabel yang bersangkutan. Selanjutnya, konsep elastisitas ini dapat digunakan untuk menerangkan bagai- mana pengaruh satu variabel — dengan asumsi variabel la­ innya tetap — terhadap permintaan uang.

Dalam mengemukakan teorinya, Friedman lebih mene- kankan pada analisis secara empiris dan teori yang dike- mukakannya mempunyai beberapa kelebihan, antara lain da­

lam hal penentuan definisi uang, yakni dapat menggunakan definisi dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). Demikian juga terhadap suku bunga, dapat menggunakan su­ ku bunga dalam jangka pendek atau suku bunga jangka pan- jang surat-surat berharga milik pemerintah atau swasta. Jangka waktu yang dipakai juga dapat berbeda-beda, misal- nya dapat dipakai data tahunan, triwulanan atau pun bu-

lanan. Kelebihan lainnya adalah dapat menggunakan data

dari berbagai negara.

3. r.Iodel Permintaan Uang Menurut Bi.jan B. Aghevli serta Penggunaannya dalam Analisis Permintaan Uang Kuasi

3.1. Model permintaan uang menurut Bijan B. Aghevli. Berdasarkan pada teori permintaan uang yang

dike-mukakan oleh Milton Friedjnan — Teori Kuantitas Uang Mo­

dern — Bijan B. Aghevli secara khusus menyusun model

permintaan akan aktiva moneter di Indonesia dengan meng­ gunakan analisis kuantitatif.

Metoda-raetoda kuantitatif di bidang ekonomi — se- perti ilmu ekonometri — penggunaannya semakin pesat ber- kembang, yaitu dipergunakan untuk mengadakan analisis ma- upun pendekatan masalah serta digunakan pula untuk menga­ dakan peramalan dan perencanaan. Hal tersebut *dikemuka- kan oleh Boediono dalam tulisannya:

Today almost every Central Bank, Finance Department and National Planning Institution of various coun­

tries of the world employ the econometric model to formulate their policies, as well as to forecast‘the

out comes. Indonesia is one of the few countries

which does not, as yet, employ this ’new technology1

to formulate her own development policies.13

Bijan B, Aghevli menyusun model ekonometri sektor moneter Indonesia — salah satunya adalah model permin­

taan aktiva moneter — didasarkan pada pengamatan kwar- talan 1968:1 - 1973:IV. Alasannya adalah karena pada pe­

riode sebelum tahun 19 6 8 uang kartal dan giral merupakan

bagian besar dalam likuiditas total. Setelah tahun 1968, volume uang kuasi tumbuh cepat sekali sehingga menduduki bagian yang besar dalam likuiditas perekonomian.

^Boediono, "Sebuah Model Iflakro Triwulanan Untuk

Indonesia", Ekonomi dan Keuangan Indonesia, September,

Hasil-hasil ramalan yang didasarkan pada model

tersebut sangat bermanfaat sebagai taksiran bebas yang

digunakan bersama-sama informasi lain untuk tujuan peng- ambilan keputusan.

Mengenai kekayaan moneter, Bijan B. Aghevli menge-mukakan sebagai berikut:

Kekayaan-kekayaan moneter memaittkan p:eranan ganda

yang penting di negara-negara berkembang karena ke­

kayaan-kekayaan semacam ini tidak hanya digunakan

untuk tujuan transaksi tetapi juga merupakan bentuk tabungan ... * Masyarakat memegang tabungan-tabungan- nya dalam bentuk barang-barang riil atau sebagai ke­ kayaan moneter.14

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kekayaan moneter riil dapat berupa uang beredar (M1) maupun beru- pa tabungan dan deposito berjangka (uang kuasi). Dengan

demikian berarti bahwa Bijan B. Aghevli mengemukakan

, fungsi permintaan uang dengan istilah fungsi permintaan kekayaan moneter riil. Selanjutnya, dikeraukakan oleh Bi­ jan B. Aghevli bahwa n... permintaan kekayaan’moneter ri­ il yang diinginkan (M/P)D merupakan fungsi dari pendapat­

an riel, Y, laju inflasi, ft, dan bunga yang dibayarkan

15 untuk uang kuasi, r, sebagai berikut:”

Log W P ) ^ = aQ + a1 log(Y) + a2 *K: + log(r)(7)

^Bijan B. Aghevli, "Model Ekonometri Sektor Mo­ neter Indonesia", dalam Faried Wijaya dan Soetatwo Kadi- wigeno (ed), Untaian Ekonomi Moneter dan Perbankan^ Edi­ si Pertama, BPfE-UQM, YogyakarlTa, 1980, hal. 69.

Di dalam model tersebut, pendapatan diukur dengan Produk Domestik Bruto yang penggunaannya lebih sesuai de­ ngan kondisi di Indonesia dibanding dengan Produk Nasio- nal Bruto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anwar Na- sution bahwa "... the former GDP gives better picture of the domestic economic activity .

Tingkat bunga yang digunakan dalam model^ini ada­ lah tingkat bunga yang dibayarkan pada deposito berjang­ ka dengan jatuh tempo satu tahun atau lebih yang dinya- takan dengan persentase atas dasar tahunan. Dasar pertim- bangan yang digunakan dalam pemilihan tingkat bunga ter­

sebut adalah bahwa komposisi deposito berjangka mendu-

duki persentase yang besar terhadap jumlah uang . kuasi,

dan sebagian besar dari deposito berjangka berada pada

bank-bank pemerintah (lihat Lampiran 1 Tabel 2 dan 3). Bijan B. Aghevli mengemukakan pula tentang ting­ kat inflasi yang diharapkan, yaitu bahwa:

Masyarakat mengukur besarnya ongkos pengganti (the

opportunity cost) .... Selanjutnya dianggap bahwa ma­ syarakat menyesuaikan harapan-harapan menurut hubung­ an berikut ini:

A K e = Y : 0 < Y < 1 (8 )

Formula di atas berarti bahwa masyarakat menyesuai­ kan harapan inflasinya menurut perbedaan antara in­ flasi alctual dan, harapan-harapan yang ditunjukkan da­ lam periode sebelumnya. Sebuah analisa data di Indo­ nesia menunjukkan bahwa koefisien penyesuaiannya

sa-Anwar Easution, op cit, hal. 120. 16

ngat mendekati satu. Laju inflasi aktual dapat digu- nakan sebagai pengganti untuk inflasi yang diharap-

kan .,..17

Model yang dikemukakan oleh Bijan B. Aghevli ini hanya memandang dari satu sisi saja, yakni sisi

permin-taan uang dan model ini mengasumsikan bahwa:

... masyarakat menyesuaikan saldo riil yang . mereka

pegang dalam setiap bentuk kekayaan moneter dengan

tingkat yang mereka inginkan* Penyesuaian <tersebut

didasarkan pada mekanisme penyesuaian parsial yang

berarti masyarakat menambah persediaan saldo uang se- belumnya dengan suatu fraction/pecahan yaitu perbe- daan antara permintaan uang yang diinginkan dan pe- nawaran aktual periode sebelumnya

Mekanisme tersebut dapat dituliskan dalam persamaan se- 19

bagai berikut: 7

^adalah koefisien penyesuaiannya,

Melalui substitusi persamaan (7 ) dan (8 ) ke dalam

persamaan (9 ) dan dengan menggunakan asumsi bahwa perrain-

taan uang riil selalu sama dengan penawarannya, maka da­ pat diperoleh model permintaan kekayaan moneter riil — model permintaan uang — sebagai berikut:

A Log (M/P)t =A Jllog (M/P)* - log (M/P)t_1'

o U O

(9)

Log (M/P)® = aQ ..\ + a r>\ log (Y)t

Soetatwo Hadiwigeno (ed), loc cit. 4

17Bijan B. Aghevli* op cit dalam Paried Wijaya &

1 8Ibid, hal. 69.

+ V A Ttt + a3-A 10s (r)t

+ (1-A) log (M/P) t _ 1 (10)

Untuk definisi uang sempit (M1), koefiaien a 1 .diharapkan positif, sedangkan ag cLs.n a^ diharapkan negatif. Kemudi- an untuk definisi uang kuasi (QM) dan uang luas (M2), ko-

efisien a^ dan a^ diharapkan positif, sedangkan a^ diha­ rapkan negatif.

Di dalara model permintaan uang ini, Bijan B. Aghe­

vli menggunakan rumusan interpolasi linier — sebagai-

mana yang dilakukan oleh A.C. Diz — untuk meraperoleh da­

ta Produk Domestik Bruto triwulanan dari data tahunan.

Hal ini ;juga dinyatakan oleh Anwar Nasution:

Aghevli derive their quarterly nominal GDP series

from', annual figures by the linier interpolation

technique as first popularized by Adolfo Caesar Diz (1970). In this technique, the quarterly nominal GDP series is derive by taking a linier interpolation of the annual series for real income subject to the con­ dition that sum for each year should add to the cor­

responding v a l u e .2 0

3.2« Penggunaan Model Bi;jan B. Aghevli dalam _ -Analisis Permintaan Uang Kuasi.

Penggunaan metoda-metoda kuantitatif untuk menga- nalisis variabel-variabel ekonomi dalam rangka merumus- kan suatu kebijakan pada saat ini memang semakin berkem-

pendamping dari rumusan yang dibuat secara kualitatif

oleh para pengambil keputusan. Seperti dinyatakan oleh

Boediono:

Menggunakan model ekonometri untuk perumusan kebijak- ■sanaari tldaklah berarti bahwa intuiai dan penilaian kualitatif dari perumus kebijaksanaan tidak diperlu- kan lagi .... Intuisi perumus kebijaksanaan yang di- dasarkan atas pengalaman dan pengetahuannya yang men-

dalam mengenai bidang kebijaksanaan tersebut tetap

merupakan unsur yang terpenting dalam proses perumus-

san kebijaksanaan maupun proyeksi. ^ 1

Dengan demikian, model ekonometri hanya merupakan

alat untuk mempertajam dan mengoreksi lembaga-lembaga

tersebut, sehingga model ekonometri yang ditaksir secara baik akan dapat memberikan landasan yang objektif serta konsisten bagi pengambilan keputusan kebijakan. Akan te— tapi perlu diperhatikan bahwa model ekonometri yang baik adalah tidak hanya mencakup variabel-variabel kuantita-

tif saja, namun juga harus dapat mencakup aspek-aspek

kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap variabel eko- nomi yang pada umumnya bersifat kuantitatif. Suatu model

ekonometri juga perlu disempumakan dari waktu ke waktu sesuai dengan tersedianya data baru.

Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay secara khu- sus juga pernah menggunakan model ekonometri untuk menga- nalisis permintaan uang kuasi di Indonesia pada periode

tahun 1968-1973* Model tersebut akan digunakan .kembali

21

dalam menganalisis permintaan uang kuasi (QM) sehubungan dengan adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983.

Penggunaan model uang kuasi tersebut dalam skrip- si ini adalah dengan alasan bahwa sebelum deregulasi per­

bankan 1 Juni 1983 tersebut uan^; beredar — uang dalam

pengertian sempit (M1) menempati bagian yang besar da­

lam likuiditas perekonomian. Uamun, setelah masa deregu­ lasi perbankan 1 Juni 1983, uang kuasi tumbuh dengan ce- pat dan menempati bagian yang besar dalam likuiditas per- ekonomian Indonesia. Dengan perkataan lain, 'jumlah uang kuasi lebih besar daripada jumlah uang beredar. Kondisi

ini mempunyai persamaan dengan kondisi tahun 1 9 6 8-1 9 7 3,

pada saat Bijan B. Aghevli dan II.A.L. Mailangkay menerap- kan model tersebut di Indonesia.

ModeJ permintaan uang kuasi tersebut adalah seba- 22

gai berikuts

Log (QIvl/P)t = aQk + a^k log (Y/P)t

+ a 2k log (i)t + a^k log (P)t

+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (11)

(QM/P)^ = permintaan uang kuasi pada periode t

a^k = titik potong (intercept)

. (Y)^. = pendapatan riil pada periodo t

22

Hendi Kariawan, "Pengaruh Deregulasi Perbankan Terhadap Permintaan Uang11, Prisma, Edisi Juni 1986, ha-

(i) ^ = tingkat bunga uang kuasi pada periode t

k = angka penyesuaian parsial permintaan uang ku­

asi yang terjadi terhadap permintaan uang ku­ asi yang diinginkan

(QM/P) t _ 1 = permintaan uang kuasi pada periode t-1

a = elastisitas masing-masing variabel

Dalam model tersebut yang terpenting adalah , mengetahui

besamya koefisien tiap-tiap variabel bebas agar dapat

dilihat pengaruhnya terhadap variabel tak bebas. Alat

yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Model permintaan uang kuasi ini menggunakan kon- sep 'beda kala* atau time lag dengan alasan bahwa penga- ruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas dalam kenyataannya memerlukan waktu, Adanya konsep beda

kala dalam model ini tercermin pada variabel (QM/PK 1s

iz I

yaitu permintaan uang kuasi pada periode t- 1 atau perio­

de sebelumnya. J. Supranto menyatakan bahwa:

Di dalam ekonomi ketergantungan variabel tak bebas (Y) pada variabel bebas (X) jarang terjadi seketika itu juga (rarely instantaneous). Seringkali reaksi Y terhadap X memerlukan waktu. V/aktu yang diperlukan

untuk timbulnya reaksi atau jav/aban terhadap suatu

aksi atau pengaruh disebut beda kala atau 'lag1.23 Anggapan-anggapan atau asumsi penyesuaian parsial juga digunakan dalam model ini, yang berarti bahwa

masya-23 Supranto, Ekonometrik, Buku II, Lembaga Pe-

rakat menyesuaikan permintaan uang kuasi yang terjadi terhadap permintaan uang kuasi yang diinginkan* Variabel k dalam model tersebut menunjukkan angka penyesuaian par- sial permintaan uang kuasi yang terjadi terhadap permin­ taan uang kuasi yang diinginkan.

Untuk melihat perubc;han tingkat bunga dan tingkat inflasi sebagai akibat adanya deregulasi perbankan ter­ hadap permintaan uang kuasi dalam model tersebut dimasuk- kan variabel boneka atau dummy variable. Sehingga model

permintaan uang kuasi atau persamaan (1 1) menjadi:2^

Log (QM/P)t = aQk + a ^ log (Y/P)t

+ a2k log (i)t + a^k log (P)t + a^k log (Di)t + a^k log (DP)t

+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (1 2 )

(Di)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat bunga

uang kuasi yang terjadi setelah kebijakan dere­ gulasi dilakukan terhadap permintaan uang kuasi. (DP)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat inflasi yang diharapkan terjadi terhadap permintaan uang kuasi se,t§lah_ kebijakan deregulasi dilakukan.

Uengenai variabel boneka t J. Supranto mengemuka-

kan sebagai berikut:

Suatu cara untuk membuat kuantitifikasi (berbentuk

ia-lah dengan jalan memberikan nilai 1 (satu) atau 0 (nol). Angka nol (0) kalau atribut yang dimaksudkan

tidak ada (tidak terjadi) dan diberi angka satu (1)

kalau ada (terjadi) .... Variabel yang mengambil ni­

lai 0 atau 1 tersebut dinamakan variabel boneka (dum­

my variable) .•••Variabel boneka dapat digunakan de­ ngan mudah seperti variabel-variabel lainnya yang ku- antitatif sifatnya.25

Dengan demikian, variabel boneka berfungsi untuk menang- kap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel kuali­ tatif yang berpengaruh pada variabel-variabel kuantita- tif. Dalam hal ini adalah deregulasi perbankan yang

me-V

nirabulkan perubahan tingkat bunga:..dan tingkat inflasi.

Pemberian angka nol merupakan suatu cara untuk mengkuan-

tifikasikan masa sebelum adanya deregulasi perbankan,

sedangkan angka satu untuk masa setelah deregulasi per­ bankan *

Bentuk logaritma digunakan pula dalam model per­

mintaan uang kuasi atau persamaan (1 2 ), karena logaritma

sangat ber'guna bagi karya empiris dalam ilmu ekonomi. Be- berapa alasan yang menunjukkan bahwa logaritma sangat be-

sar manfaatnya untuk karya empiris dalam ilmu ekonomi

adalah sebagai berikut: (1) Hubungan antara variabel da­

lam ekonomi lebih baik diuraikan dengan sebuah kurva da- ripada dengan sebuah garis lurus (linier). Sebuah kurva

sulit untuk ditaksir dengan analisis regresi, Oleh kare­ na itu, data asli diambil logaritraanya dan kemudian

nyelesaikan sebuah regresi garis lurus pada logaritma- logaritma tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena trans- formas! ke dalam bentuk logaritma dari banyak kurva akan menghasilkan garis lurus. (2) Logaritma berhubungan de­ ngan konsep ekonomi, khususnya elastisitas. Logaritma da­ pat menerangkan konsep elastisitas secara langsung. Oleh karena itu, koefisien dari variabel-variabel dalam model tersebut dapat langsung menunjukkan harga elastisitasnya. Langkah berikutnya untuk melakukan pembuktian em-

piris terhadap model yang terdapat dalam persamaan (1 2 )

itu adalah dengan mengumpulkan data dari variabel-varia-

belnya dalam suatu seri yang cukup mewakili dan selan-

jutnya dilakukan perhitungan-perhitungan untuk rnenentu- kan besarnya koefisien regresi variabel-variabel bebas- nya.

Dengan demikian dapat diketahui bentuk hubungan

antara variabel-variabel bebas itu dengan variabel . tak bebasnya dalam model tersebut. Sehingga dapat dilihat ba- gaimana pengaruh variabel-variabel pendapatan riil, ting­ kat bunga, dan tingkat inflasi sebagai akibat adanya de­ regulasi perbankan 1 Juni 1983 terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia.

KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAH MONETER DI INDONESIA

Kebijaksanaan moneter pada dasarnya mempunyai tu- juan yang sama dengan kebijaksanaan ekonomi umumnya, an- tara lain meliputi tujuan untuk mencapai full employment, pertumbuhan ekonomi, stabilitas hargn-harga, dan pemera- taan.

Kebijaksanaan moneter mejL'upttican snj-tui .-*nuu I Un i/or A

yang dapat mompcngaruhi kegiatan ekonomi, Dalam pelaksa naannya kebijakan ini menggunakan suatu instrumen baik yong^bersifat umum seperti cash ratio, discount rate po licy dan open market operation maupun instrumen yang ber oifat khusus untuk tujuan selektif. Sehingga kebijakan monoter dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan.

Untuk mengendalikan keadaan perekonomian, pemerin- tah melalui Bank Indonesia (Bank Sentral) dapat mengam- bil langkah, yakni menetapkan kebijakeanaan moneter. Se­ perti deregulasi perbankan yang dikeluarkan oleh pemerin- tah pada tanggal 1 Juni 1983.

1. Deregulasi Perbankan

Sebelum adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983, dunia perbankan Indonesia berada dalam posici dana murah

yang berasal dari Bank Indonesia melalui injeksi kredit likuiditas. Dalam kebijaksanaan pemberian kreditnya, pi- hak bank berusaha untuk sebanyak mungkin menggunakan da- na dari Bank Indonesia dan sesedikit mungkin menggunakan dana sendiri. Usaha untuk menghimpun dana dari masyara­ kat berupa deposito berjangka dan tabungan atau uang ku­ asi relatif tidak digalakkan.

Struktur pendanaan perbankan — khususnya bank-

bank peraerintah — sangat bergantung pada Bank Indonesia. Demikian juga besarnya suku bunga deposito berjangka dan

tabungan serta suku bunga kredit ditentukan oleh Bank In­ donesia. Bank Indonesia pada raasa sebelum deregulasi per­ bankan berfungsi sebagai lender of the first resort bank- bank pemerintah. Dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi — melalui penyediaan likuiditas yang mencukupi serta un­ tuk memelihara stabilitas moneter — Bank Indonesia meng­ gunakan pengaturan seoara langsung.

Dengan berubahnya keadaan perekonomian Indonesia, maka sangat dirasakan bahwa dana pembangunan semakin su- lit untuk diperoleh, Oleh sebab itu, pemerintah berang-

gapan perlu segera mengambil langkah baru untuk menga-

tasi keterbatasan dana pembangunan.

Pada tanggal 1 Juni 1983, pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan serangkeian peraturan yang sifat- nya mendasar di bidang moneter dan perbankan.

Serangkai-an peraturSerangkai-an tersebut adalah kebijaksSerangkai-anaSerangkai-an moneter dere­ gulasi perbankan. Pada av^alnya kebijaksanaan ini sering disehut sebagai langkah liberalisasi perbankan, "... ber-

hubung kata 'liberal* saat ini di Indonesia mengandung

konotasi negatif, setidak-tidaknya dari sudut pandang pe­ merintah, maka langkah 1 Juni 1983 kemudian lebih

dike-i nal sebagai deregulasi perbankan.”

1

-Di dalam kebijaksanaan deregulasi perbankan ter-kandung beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh otoritas

Dokumen terkait