• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER 1 JUNI 1983 TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER 1 JUNI 1983 TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI DI INDONESIA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

D I N I N G R E T N O W A T I

PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER t JUNI 1983

TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI

DI

I N D ON ES I A

FAKULTAS EKONOMI

(2)

PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER 1 JUNI 1983

TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI

DI INDONESIA

C

MtLlfc

p e r p u s ta k a a h

\

r

S N I V E R S I T A S A . R L A N O O A S U R A Bj*

Skripsi

Diajukan untuk Memperlengkapi Syarat-syarat dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Studi Pembangunan

Oleh:

DINING RETNOWATI

No. Pokok: 048211276

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(3)

Surabaya.

Disetujui dan diterima baik

oleh:

Dosen Pembimbing: Ketua Jurusan

(4)

Surabaya,

Disetujui dan diterima baik

oleh:

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan ke hadli-

rat Allah S.W.T. Atas segala rakhmat dan karunia-Nya pe-

nulis telah memperoleh kekuatan fisik dan mental sehing­

ga dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai dengan

yang diharapkan.

Penulls menyadari bahwa masih terdapat berbagai

kekurangan dalam skripsi ini. Dengan lapang dada penulis

mengharap dan menerima segala bentuk saran maupun kritik

yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan skripsi

ini.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi

salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fa-

kultas Ekonomi Universitas Airlangga. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis tidak dapat terlepas dari dukungan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penu­

lis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ayah, Xbu, dan adik-adikku atas segala pengertian,

pengorbanan dan doa restunya;

2. Bapak Drs. Sc. Samekto Hartojo, selaku dosen pembim-

Mng;

3. Bapak Drs. Ec. Sihhadi Poernomo, Bapak Drs. Ec. Suba-

(6)

Drs. Ec. Soekarnoto;

4. Sdr. Ir. Nur Iriawan, Sdr. Yudhi Wahyu Maharani, dan

Sdr, Drs. Ec. Bambang Eko Afiatno;

5* Dekan beserta seluruh staf dan pengajar di Fakultas

Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya;

6 . Pimpinan serta staf perpustakaan Universitas Airlang­

ga Surabaya;

7. Sdr. Eko Siswantoro selaku petugas pada ruang baca

Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya;

8 . Seseorang yang menyertai penulis dalam perjalanan pan-

jang ini;

9 . Teman-teman dan sahabat-sahabat, terutama yang terga-

bung dalam warga MA.BES SP 182;

10. Semua pihak yang memberi pengaruh positif.

Akhir kata, penulis senantiasa berharap, skripsi

yang amat sederhana ini dapat memberikan manfaat kepada

pembaca maupun penulis.

Surabaya, Oktober 1987

(7)

DAFTAB IS I

Halaman

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel .... ;... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB: I. Pendahuluan ... 1

1. Pandangan Umum ...,... 1

2. Penjelasan Judul ... 5

3. Alasan Pemilihan Judul ... *... 7

4* Tujuan Penyusunan ... 7

5. Sistematika Skripsi ... 8

• ' 6 . Metodologi ... 10

6.1. Permasalahan ... 10

6.2. Hipotesis kerja ... 1t * 6.3. Teba telaah ... 12

6.4. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data 13 II. Teori Permintaan Uang dalam Hubungannya dengan Model Permintaan Uang dari Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay ... 16

1. Pengertian Uang ... 17

2. Teori Permintaan Uang ... 21

2.1. Teori Kuantitas U a n g ... 23

2.1.1. Teori Kuantitas Uang Modern ... 24

(8)

Aghe-BAB: Halaman

vli serta Penggunaannya dalam , Analisis Per­

mintaan Uang Kuasi ... 29

3.1. Model permintaan uang menurut Bijan B. Aghevli ... 29

3.2. Penggunaan model Bijan B. Aghevli dalam analisis permintaan uang kuasi ... 34

III. Kebijaksanaan dan Perkembangan Moneter di Indo­

nesia ... 41

1. Deregulasi Perbankan ... 41

2. Perkembangan Permintaan Uang Periode 1980-

1985 ... 44

3. Perkembangan Tingkat Bunga dan Tingkat Infla­ si Periode 1979-1985 '...47

4. Perkembangan Pendapatan Riil Masyarakat Peri­

ode 19 8 0 sampai dengan 1985 ... -.... 52

IV. Analisis Perkembangan Permintaan Uang Kuasi di

. Indonesia ... 56

1. Analisis Permintaan Uang Kuasi dalam Ilubung- &jmyu dengan Tingkat Bunga dan Tingkat Infla­

si ...«. ... . 2r' 6

2. Analisis Permintaan Uang Kuasi dan Pendapatan Riil Masyarakat ... 59

3* Analisis Model Permintaan Uang Kuasi menurut Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay ... 62

3.1. Pengaruh kebijaksanaan moneter 1 Juni

19 8 3 terhadap permintaan uang kuasi .... 6 8

4. Efektivitas Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983 terhadap Permintaan Uang Kuasi di Indonesia . 74

V. Kesimpulan dan Saran ... 77

1 . Kesimpulan ... 77

(9)

Daftar Pustaka

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Permintaan Uang Sempit, Uang Kua­ si, dan Uang Luas dalam Nilai Nominal 1979:IV- 1985:IV (dalam milyar rupiah) ... 45

2. Perkembangan Tingkat Inflasi dan Tingkat Bunga 1979:IV - 1985:IV ... 49

3. Perkembangan Uang Kuasi dan Deposito Berjangka Tahun 1980 - 1985 (dalam milyar rupiah) ... 50

4. Perkembangan Deposito Berjangka Tahun 1980 -

1985 (dalam milyar rupiah) ... ... 51

5. Posisi Produk Domestik Bruto Periode Tahun

1979 - 1985 ... 53

6 . Perkembangan Produk Domestik Bruto Triwulanan

Indonesia dalam Nilai Nominal dan Riil 1980:1- 1985:IV (dalam milyar rupiah) ... 54

7. Perkembangan Permintaan Uang Kuasi di Indone­

sia Periode 1979 - 1980 ... 57

8 . Tingkat Inflasi dan Tingkat Bunga Deposito

Berjangka pada Bank-bank Pemerintah 1979 -

1985 ... 58

9. Posisi Produk Domestik Bruto dan Uang Kuasi di Indonesia Tahun 1979 - 1985 ... 60

10. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dan Uang Ku­

asi di Indonesia Tahun 1979 - 1985 ... 61

11. Permintaan Uang Kuasi, Tingkat Bunga, Tingkat

Inflasi dan Produk Domestik Bruto Indonesia

1980:1 - 1985:1V ... 63

12. Permintaan Uang Kuasi, Tingkat Bunga, Tingkat

Inflasi dan Produk Domestik Bruto Indonesia

1980:1 - 1985:1V (dalam harga logaritma) .... 64

13. Uang Beredar dan Likuiditas Perekonomian 1980-

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Tabel-tabel Data dan Sumbernya.

2. Hasil-hasil Perhitungan Regresi.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pandangan Umum

Keadaan dan perkembangan perekonomian Indonesia

selama ini masih sangat bergantung pada kondisi ekonomi

dunia, terutama pada perkembangan harga migas di pasaran

internasional dan pada penerimaan bantuan serta pinjaman

luar negeri. Perekonomian dunia yang mengalami kesulitan

se^ak awal tahun 1 9 8 0, telah mengubah keadaan pasar mi­

gas dunia ke arah yang kurang menguntungkan bagi kita,

nyatanya juga membawa dampak langsung terhadap pertum­

buhan ekonomi Indonesia.

Sejak tahun 1982 Indonesia mempunyai tingkat pertum­ buhan ekonomi yang rendah dibanding masa-masa sebe-

lumnya, Pertumbuhan secara rata-rata per tahun peri­

ode 1982-1985 sekitar 3>9%, sedangkan periode 1971 —

1 9 8 1 secara rata-rata mencapai 8 % . 1

Dalam memasuki Pelita IV, "... diperlukan pembia-

yaan yang memadai, yang terutama harus bersumber dari

dalam negeri, sedangkan sumber-sumber luar negeri meru-p

pakan sumber pelengkap." Bertitik tolak dari hal ini

kemudian didorong oleh tuntutan bahwa perkembangan serta

Anggito Abimanyu dan Darmawan Budiarto, "Tan-

tangan Deregulasi: Instrumen Apalagi?'.', Prisma, Nomor 6 ,

LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 61, 2

(13)

pertumbuhan ekonomi harus tetap berada pada tingkat yang

sebaik-baiknya, sementara itu sumber pembiayaan pemba­

ngunan yang berasal dari luarnegeri semakin sulit untuk

diperoleh, maka pemerintah terdorong untuk menggali sum­

ber pembiayaan pembangunan yang berasal dari dalam nege-

ri.

Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai kebijak­

sanaan telah dikeluarkan pemerintah dalam usahanya untuk

mengatasi tantangan yang dialami oleh perekonomian kita

— salah satunya adalah kebijaksanaan moneter. Diungkap-

kan dalam Kajian Perekonomian Indonesia dalam analisis-

nya tentang 'Perkembangan Moneter dan Perbankan1 bahwa

kebijaksanaan moneter di Indonesia mempunyai peranan

yang penting dalam mendukung usaha peningkatan pemba­

ngunan yaitu dengan menyediakan alat likuiditas yang me-

madai bagi perekonomian, meningkatkan pertumbuhan ekono­

mi yang optimal sambil tetap menjaga stabilitas ekonomi?

Tepatnya mulai tanggal 1 Juni 1983) Indonesia me-

masuki era baru dalam sistem moneter dan perbankan. Sua­

tu kebijaksanaan moneter dan perbankan yang mendasar te­

lah dikeluarkan oleh pemerintah yang selanjutnya disebut

sebagai Deregulasi Perbankan. Kebijaksanaan ini memberi

kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan tingkat

bu-^Dirangkum dari Kajian Perekonomian Indonesia,

(14)

nga dan ekspansi kreditnya. Tujuannya antara lain untuk

meningkatkan pengerahan dana pembangunan'yang berasal

dari dalam negeri — melalui perbankan — dan menyalur-

kan kembali dalam bentuk kredit bagi kegiatan dunia usa-

ha.

Pada kenyataannya selama tiga tahun deregulasi

perbankan, pihak bank mampu memobilisasi dana masyarakat

terutama deposito berjangka yang relatif besar. Namun,

pihak perbankan menghadapi kesulitan dalam menyalurkan

dananya yang berbentuk kredit bagi kegiatan dunia usaha.

Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan dari seorang

analis ekonomi yang menyatakan bahwa,

Kelesuan pasar dengan tingkat inflasi rendah, .ting­ kat bunga yang masih tinggi, merosotnya nilai dollar

(US$) serta ketidakpastian harga minyak — walaupun

telah ada kesepakan sementara — sangat raewamai

situasi moneter Indonesia hingga saat ini. 4

Investasi finansial menjadi pilihan yang lebih

menarik dengan rangsangan tingkat bunga nominal yang cu­

kup besar. Bahkan tingkat bunga riil pun masih tinggi,

karena rendahnya tingkat inflasi. Dengan demikian, dana

cenderung digunakan untuk spekulasi daripada untuk kegi­

atan investasi.

Menurut Anwar Nasution, dalam jangka pendek

dere-Anggito Abimanyu dan Darmawan Budiarto, "Uang,

(15)

49-gulasi itu telah menimbulkan ketidakpastian bagi pereko­

nomian secara keseluruhan. Sumber ketidakpastian terse­

but merupakan akibat perubahan sumber dana perbankan,

perubahan tingkat bunga, dan perubahan arah perkreditan?

Konsekuensi logis yang timbul sebagai akibat adanya de­

regulasi perbankan ini adalah berubahnya tingkat bunga

pada deposito berjangka dan tabungan yang selanjutnya

akan mempengaruhi minat masyarakat dalam menyimpan keka-

yaannya. Sebagai akibat lanjutnya, permintaan uang kuasi

— deposito berjangka dan tabungan — menjadi bertambah.

J ' Permintaan akan deposito berjangka dan tabungan

jika dilihat dari sisi perbankan identik dengan

penawar-an deposito berjpenawar-angka dpenawar-an tabungpenawar-an. Deng&n perkatapenawar-an

la-, inla-, permintaan uang ku&si itu identik dengan dana yang

ditawarlcan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan,

Beberapa definisi uang, masing-masing berbeda sesuai

dengan tingkat likuiditasnya, M1 adalah uang kertas

dan uang logam ditambah simpanan dalam bentuk re­

kening koran (demand deposit). M2 adalah M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka..(time deposit) pada bank umum. Deposito berjangka dan tabungan walaupun tidak dipandang sebagai uang dalam definisi M1 teta-

pi bersifat alat finansial yang likuid sekali dan

merupakan suatu cara yang penting untuk mengumpulkan

nilai (store of value) . 6

Dari pernyataan tersebut terkandung suatu

penger-^Anwar Hasution, "Fungsi Supervisi BI Masih Ku-

rang". Prisma, no, 6 , LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 25.

(16)

tian bahwa uang kuasi merupakan bagian dari definisi

uang secara luas (M2) yang permintaannya lebih banyak

ditujukan untuk menyimpan kekayaan. Uang kuasi juga mem-

punyai arti penting dalam memelihara likuiditas pereko­

nomian suatu negara, karena likuiditas perekonomian ter-

diri atas jumlah uang beredar (M1) ditambah dengan uang

kuasi.

Model permintaan uang kuasi dari Bijan B. Aghevli

dan N.A.L. Mailangkay dapat dipakai untuk mengkuantifi-

kasikan hubungan antara variabel-variabel bebas dan tak

bebas dalam teori permintaan uang. Suatu modifikasi yang

mungkin dilakukan terhadap model tersebut dapat memberi-

kan suatu kerangka analitis dalam rangka mengkaji peri-

laku variabel-variabel yang ada dalam model tersebut.

Dari hasil pengujian model permintaan uang kuasi

tersebut, pengaruh kebijaksanaan moneter 1 Juni 1983 ter­

hadap permintaan uang kuasi di Indonesia dapat dilihat

melalui pengujian secara kuantitatif.

2. Pen.jelasan Judul

Judul skripsi ini adalah "PENGARUH KEBIJAKSANAAN

MONETER 1 JUNI 1983 TERHADAP ?2R!ffiTTAAN UANG KUASI DI IN­

DONESIA". Adapun maksudnya secara terinci dapat diurai-

kan sebagai berikut:

(17)

yang dalam hal ini adalah kebijaksanaan moneter 1 Ju­

ni 1983;

(2) Kebijaksanaan moneter adalah rencana dan tindakan

otoritas moneter yang terkoordinasikan untuk menjaga'

keseimbangan moneter dan kestabilan ekonomi;

(3) 1 Juni 1983 merupakan tanggal, bulan dan tahun dite-

tapkannya kebijaksanaan tersebut oleh pemerintah;

(4) Dari penggabungan penjelasan (2) dan (3) maksudnya

adalah kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter,

dan perbankan untuk mengarahkan dan menaikkan kebe-

basan yang lebih luas bagi perbankan agar lebih man-

diri yang selanjutnya disebut sebagai Deregulasi Per­

bankan;

(5) Kata ’terhadap* berarti hanya dikaitkan dengan, yai­

tu dikaitkan dengan 'permintaan uang kuasi di Indo­

nesia;

(6 ) Permintaan uang kuasi yang dimaksud adalah perminta-

an uang oleh masyarakat dalam bentuk deposito ber­

jangka, tabungan dan rekeningAabungan dalam valuta

asing;

(7) Di Indonesia merupakan batasan geografis pembahasan

skripsi ini,

Dengan demikian maksud judul tersebut secara

ke-seluruhan adalah bagaimanan pengaruh variabel-variabel

(18)

de-ngan adanya kebijaksanaan moneter 1 Juni 1983 terhadap

permintaan uang kuasi di Indonesia.

3. Alasan Pemilihan Judul

Setelah adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983,

tingkat bunga uang kuasi di Indonesia mengalami perubah-

an yang menyolok. Hal ini tentu berpengaruh pada jumlah

permintaan uang kuasi. Jika dibandingkan dengan masa se-

belum deregulasi perbankan, sekarang ini masyarakat cen-

derung memegang uang kuasi dalam jumlah yang lebih besar

dibanding uang sempit. Bertitik tolak dari kenyataan

itulah, penulis mehjadi tertarik untuk melihat secara em-

piris tentang pengaruh deregulasi perbankan terhadap per­

mintaan uang kuasi di Indonesia, akhirnya menetapkan ju­

dul seperti telah disebutkan pada bagian muka,

4. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan skripsi ini dapat diuraikan se­

bagai berikut:

(1) Untuk lebih memahami teori ekonomi moneter, khusus-

nya tentang teori permintaan uang dan teori ekonome-

trika yang biasa dipakai dalam analisis kuantitatif

di dalam ilmu ekonorni;

(2) r.lenganalisis bentuk hubungan antara variabel-varia­

(19)

(3) Menerapkan model permintaan uang kuasi Bijan B. Aghe­

vli dan N.A.L. I.lailangkay dalam pembahasan skripsi

ini sehingga pengaruh deregulasi perbankan 1 Juni

1983 terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia da­

pat dilihat melalui pengujian empiris;

(4) Agar memperoleh gambaran bagaimana pengaruh deregu­

lasi perbankan 1 Juni 1983 terhadap permintaan uang

kuasi di Indonesia.

5. Sistetnatika Skripsi

Sistematika di dalam skripsi ini mencakup lima

bab, Bab I merupakan pendahuluan, Bab II, III, dan IV

adalah bagian uraian skripsi ini. Pada Bab V merupakan

kesimpulan dan saran. Adapun uraian secara lengkap bab-

bab dan sub-sub bab adalah sebagai berikut;

Bab I: Pendahuluan. Secara berurutan meliputi sub

bab: Pandangan Umum, Penjelasan Judul, Alasan Pemilihan

Judul, Tujuan Penyusunan, Sistematika Skripsi, dan Meto-

dologi, Sub bab Metodologi dirinci lagi, yaitu meliputi'-

Permasalahan, Hipotesis kerja, Teba telaah, serta Prose-

dur pengumpulan dan pengolahan data.

Bab II: Teori Permintaan Uang dalam Hubungannya

dengan M0del Permintaan Uang dari Bijan B. Aghevli dan

N.A.L. Mailangkay. Sub bab pertama secara ringkas memba-

(20)

teori permintaan uang yang ditekankan pada teori kuanti­

tas uang modern. Kemudian pada sub bab terakhir dikemu-

kakan model permintaan uang Bijan B. Aghevli- N.A.L. Ma-

ilangkay. Bab II ini secara keseluruhan akan menunjukkan

teori yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan

skripsi ini, kemudian dihubungkan dengan model perminta­

an uang Bijan B. Aghevli - N.A.L. Mailangkay yang ber-

manfaat sebagai alat analisis.

Bab III: Kebijaksanaan dan Perkembangan Moneter

di Indonesia. Pengertian tentang kebijaksanaan moneter -1.

Juni 1983 dikemukakan dalam sub bab pertama. Tiga sub

bab berikutnya menyajikan data mengenai perkembangan mo­

neter di Indonesia, yaitu perkembangan jumlah uang kua­

si, tingkat bunga, tingkat inflasi dan Produk Domestik

Bruto untuk periode 1979-1985.

Bab IV: Analisis Perkembangan Permintaan Uang Ku­

asi di Indonesia Periode 1980-1985. Analisis secara kua-

litatif mengenai pengaruh variabel tingkat bunga, ting­

kat inflasi dan Produk Domestik Bruto terhadap perminta­

an uang kuasi disajikan pada sub bab pertama. Pada sub

bab berikutnya disajikan analisis secara kuantitatif ya­

itu dengan menggunakan model Bijan B. Aghevli-H.A.L. Ma­

ilangkay, dan selanjutnya, pengaruh deregulasi perbankan

terhadap permintaan uang kuasi akan dianalisis pada sub

(21)

ba-gaimana efektivitas kebijaksanaan deregulasi perbankan

terhadap permintaan uang kuasi.

Bab V: Kesimpulan dan Saran. Di dalam bab ini sub

bab pertama menyimpulkan mengenai hasil-hasil pengujian

dan pembahasan dalam skripsi ini. Beberapa saran yang

berkaitan dengan kesimpulan dalam sub bab pertama akan

disajikan dalam sub bab kedua.

6 . Metodologi

6.1. Permasalahan.

Permintaan uang kuasi, antara lain dipengaruhi

oleh tingkat bunganya. Hubungan antara tingkat bunga dan

permintaan uang kuasi bersifat searah, sehingga apabila

tingkat bunganya naik, permintaan uang kuasi akan naik.

Demikian pula sebaliknya, jika tingkat bunga turun, per­

mintaan uang kuasi akan turun pula.

Deregulasi perbankan 1 Juni 1983, pada av/alnya me-

nimbulkan konsekuensi logis, yaitu naiknya tingkat bunga

uang kuasi. Hal ini menyebabkan jumlah kekayaan masya­

rakat yang dialokasikan dalam bentuk uang kuasi menjadi

meningkat, yang berarti bahwa permintaan uang kuasi juga

meningkat.

Pada perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya

(22)

kuasi mulai tampak, tetapi permintaannya tetap mengalami

peningkatan. Mengutip pernyataan suatu sumber "... bahwa

suku bunga deposito yang terus menurun pada tahun 19 8 5

7 ternyata disertai oleh kenaikan volumenya . '

Dengan demikian jelaslah bahwa kondisi tersebut

merupakan suatu penyimpangan. Seharusnya bila tingkat bu­

nga uang kuasi turun maka permintaannya juga menurun.

6.2. Hipotesis kerja.

Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mai^afigkay menerang-

kan bahwa "Permintaan uang kuasi tidak semata-mata dipe­

ngaruhi oleh tingkat bunganya saja, tetapi dipengaruhi

o

pula oleh tingkat inflasi yang diharapkan." Sehingga

kondisi yang menyimpang — seperti telah dikemukakan da­

lam permasalahan — disebabkan oleh anggapan masyarakat,

bahwa lebih menguntungkan bila kekayaannya ditanamkan .da-

l&Hi bentuk uang kuasi daripada dalam bentuk asset fisik

lainnya — yang return-nya diukur dari tingkat inflasi.

Hal tersebut disebabkan, walaupun tingkat bunga uang ku­

asi sudah menurun, tetapi tingkatnya masih lebih tinggi

daripada tingkat inflasi yang diharap. v

7"Perkembangan Moneter dan Perbankan", Kajian Per­

ekonomian Indonesia, No. 07 Vol. V, Juli 1986, hal. 10. o

Hendi Kariawan, "Pengaruh .Deregulasi Perbankan

(23)

Melalui perbandingan antara .nilai elastisitas

tingkat bunga uang kuasi dan nilai elastisitas tingkat

inflasi, akan dapat dilihat bagaimana pengaruh perubahan

tingkat inflasi masih mampu memacu laju kenaikan permin­

taan uang kuasi.

Dengan demikian dapatlah dikemukakan suatu hipo-

tesis kerja, bahwa permintaan uang kuasi itu dipengaruhi

oleh bentuk hubungan — perbandingan — antara elastisi-

tas tingkat bunga uang kuasi dengan elastisitas tingkat

inflasi. Dengan perkataan lain, jika tingkat bunga uang

kuasi lebih besar daripada tingkat inflasi maka permin­

taan uang kuasi tetap meningkat.

6.3. Teba telaah. ®

Pembahasan dan analisis di dalam skripsi ini ha­

nya melihat satu sisi, yaitu sisi permintaan uang kuasi

saja. Agar dalam penulisan skripsi ini tidak mengalami

kesimpangsiuran, maka penulis menetapkan batasan-batasan

sebagai berikut;

(1) Uang kuasi yang dimaksud adalah'deposito berjangka,

tabungan, rekening valuta asing milik penduduk seba-

gaimana yang dilaporkan oleh Bank Indonesia;

(2) Model yang digunakan dalam analisis data adalah mo­

del permintaan uang kuasi Bijan B. Aghevli dan N.A.L.

(24)

Mailangkay. Variabel-variabel yang tercakup di dalam-

nya adalah uang kuasi, Produk Domestik Bruto, ting­

kat bunga dan laju inflasi;

(3) Pengukuran tingkat bunga uang kuasi berdasarkan pada

rata-rata tertimbang tingkat bunga berbagai. deposito

berjangka pada bank-bank pemerintah, karena sekitar

62,5% dari deposito berjangka berada pada bank-bank

pemerintah;^

(4) Tingkat inflasi diukur dari perubahan indeks harga

konsumen (IIIK) yang mulai digunakan sebagai indi-

kator laju inflasi di Indonesia pada tahun 1979;

(5) Pendapatan riil masyarakat diukur dari Produk Domes­

tik Bruto riil (PDB riil);

(6) Pembahasan skripsi ini didukung oleh data tahun 1979

sampai dengan 19 8 5 dalam bentuk data triwulanan, se-

bab untuk menyusun model tersebut data tahunan tidak

mencukupi.

6 .4 . Prosedur pengumpulan dan pengolahan data.

Data yang digunakan dalam skripsi ini berjenis da­

ta sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan

mengguna-kan metoda survey, yakni survey kepustakaan dengan jalan

o

Penulis mengambil data yang telah diolah dari

(25)

membaca buku-buku literatur, majalah, surat kabar, lapor­

an laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Biro

Pusat Statistik dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan

penulisan skripsi ini.

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model permintaan uang kuasi Bijan B. Aghevli

dan N.A.L. Mailangkay, Yaitu: f

Log (QM)t = a^k + a2k log (Y)t + a^k log (i)^

+ a^k log (P)t + (1-k) log (QM) t _ 1

Sebelum itu, akan diadakan penyesuaian terhadap data

yang telah diperoleh. Rumus-rumus yang digunakan untuk

pengo'lahan data itu adalah:

(1) QMt = (QM*/3?)t- . 100

QM^ = Permintaan uang kuasi riil pada periode t *

QM^ = Permintaan uang kuasi nominal pada periode t

Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode t

(2) Yt = (Y*/P)t . 100

Y^ = Pendapatan riil pada periode t *

Y^ «= Pendapatan nominal pada periode t

P^ = Indeks Harga Konsumen pada periode t

IHKt - IHKt _ 1

(3) Pt =

---P^ = Tingkat inflasi pada periode t

(26)

t = triwulan ke 1 , 2 , 3, .. • >

_ i

K Yt - 4,5/12 <Yt. -

Yt-Q 2 = i Yt

I UI ro <Yt -

Yt-1^

q3 = i Yt + 1,5/12 <Yt "

Yt-Q4

1

= T Yt ♦ 4,5/12 <Yt - Yt-■

1>

Q = data triwulanan

Y^ = data tahun yang berlaku (periode t)

Y^ . ^ 1 = data tahun sehelumnya

Rumus (4) disebut cara interpolasi linier yang

berfungsi untuk mengubah data tahunan menjadi data tri- 1°

wulanan.

10

Cara ini telah digunakan oleh Insukindro untuk

memperoleh data PDB triwulanan dalam beberapa makalah-

nya. Perumusan interpolasi linier tersebut dilakukan de­

ngan cara coba-coba dan didasarkan pada model yang di-

kembangkan oleh A.C. Diz. Lihat Insukindro, "Pengaruh

(27)

TEORI PERMINTAAN UANG DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN MODEL PERMINTAAN UANG DARI

BIJAN B. AGHEVLI-N, A. L. MAILANGKAY

Deregulasi perbankan 1 Juni 1983 menimbulkan be-

berapa perubahan pada sistem perbankan di Indonesia. An­

tara lain berubahnya tingkat bunga deposito dan tabungan

yang araat menyolok, sehingga minat masyarakat untuk me-

nyimpan kekayaan dalam bentuk deposito dan tabungan atau

uang kuasi juga meningkat. Atau dengan kata lain, dengan

adanya kebijakan tersebut, permintaan uang kuasi masya­

rakat meningkat.

Untuk melihat bagaimana pengaruh deregulasi per­

bankan terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia dapat

dianalisis secara kuantitatif. Seperti telah dikemukakan

pada Bab I, bahwa model permintaan uang kuasi dari Bijan

B. Aghevli - N.A.L. Mailangkay dapat dipakai untuk meng-

kuantifikasikan hubungan antara variabel-variabel dalam

teori permintaan uang.

Variabel-variabel yang ada dalam model tersebut

ternyata mempunyai kesamaan dengan variabel-variabel di

dalam teori tentang permintaan uang yang dikemukakan Mil­

ton Friedman atau disebut Teori Kuantitas Modern. Dapat

(28)

dasarkan pada Teori Kuantitas Uang Modern. Dengan demi­

kian dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan teori

permintaan uang yang ada hubungannya dengan model terse­

but sehingga pengaruh deregulasi perbankan terhadap per­

mintaan uang kuasi dapat dilihat dari teori permintaan

uang melalui pengujian secara kuantitatif.

1. Pengertian Uang

Uang merupakan bagian yang tak terpiaahkan dari

kehidupan kita sehari-hari. Mengutip pernyataan Iswardo-

no Sardjono, "Bahwa uang itu merupakan darahnya pereko­

nomian .*. dimana mekanisme perekonomian berdasarkan la-

lulintas barang dan jasa semua kegiatan ekonomi ... akan

memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tu- . i

Ouan.u

Jika ditinjau dari proses terjadinya, pada mula-

nya uang itu berwujud barang-barang — barang yang sa-

ngat disukai oleh semua orang dan jumlahnya terbatas —

yang disetujui untuk digunakan sebagai alat penukar. De­

ngan meningkatnya peradaban masyarakat, muncullah suatu

lembaga yang raengorganisasikan kegiatan masyarakat. Lem-

baga tersebut kemudian raenetapkan dan mengeluarkan alat

penukar (uang) dalam bentuk,, ukuran, berat dan bahan

(29)

tertentu, yaitu logam. Pada perkembangan selanjutnya mun-

cul alat penukar yang dibuat dari kertas, Can saat ini

apa yang disebut uang sebagai alat tukar, wujudnya ada­

lah logam dan kertas,

Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa uang ada­

lah sesuatu yang secara umum diterima sebagai alat tukar,

alat bayar, satuan dasar penilaian, penyimpan daya beli

atau kekayaan. Untuk menjadikan sesuatu itu dapat dise­

but sebagai uang, ada beberapa kriteria yang dapat digu­

nakan sebagai pedoman, yaitu:

(1) accetability dan cogniaability yang berarti da­

pat diterima secara umum dan diketahui secara umum.

(2) stability value, memiliki nilai yang stabil, (3)

elasticity of supply yaitu jumlah uang yang beredar harus dapat mencukupi kebutuhan dunia usaha (pereko­ nomian) . (4) portability artinya uang harus mudah di-

bawa untuk urusan setiap hari, (5) durability atau

tahan lama. (6 ) divisibility berarti dapat digunakan

untuk memantapkan transaksi dari berbagai jumlah se- hingga harus dicetak nominal yang bermacam-macam.

Definisi mengenai uang telah dikemukakan oleh pa­

ra ahli dalam teorinya masing-masing. Perbedaan definisi

tersebut pada umumnya didasarkan pada perbedaan motif-

motif permintaan uang. Uang juga didefinisikan berdasar

tingkat likuiditas dari aktiva-aktiva finansial, karena

"Aspek uang yang terpenting adalah 'likuiditas1, ... yang

berarti uang itu dapat ditukar menjadi barang-barang

(30)

atau jasa-jasa *••• Makin roudah pertukarannya, makin li-

kuid sesuatu asset.

Uang dalam pengertian sempit (Ml) adalah uang ker-

tas dan logam ditambah uang giral yang dimiliki oleh

individu, perusahaan dan lembaga-lembaga pemerintah (de­

mand deposit). Dalam arti luas (M2) adalah uang kartal,

uang giral dan ditambah uang kuasi. Uang kuasi tersebut

meliputi deposito berjangka, tabungan dan rekening atau

tabungan dalam bentuk valuta asing. Mengutip pernyataan

Anwar Nasution, bahwa "Total liquidity in Indonesia is

compused of currency, demand deposit, and quasi .money.

Sehingga pengertian uang secara luas (M2) disebut juga

likuiditas perekonomian.

Sedangkan tabungan dan deposito berjangka sebe-

narnya merupakan alat penyimpan kekayaan yang mempunyai

tingkat likuiditas tinggi, sehingga dapat dengan cepat

diubah menjadi uang. Dengan demikian, tabungan dan depo­

sito berjangka dapat difungsikan sebagai alat pembayaran,

sebagai alat penyimpan kekayaan dan sebagai alat pemba­

yaran tertunda. Oleh sebab itu, deposito berjangka dan

*3ruce Glassburner dan Aditiawan Chandra, Teori

dan Kebi.jaksanaan Bkonomi Makro, Cetakan ICetiga, LP3ES, Jakarta, 1983) hal. 93*

^Anwar Nasution, Financial Institutions and Poli­ cies in Indonesia, Institute- of Southeast Asian Studies,

(31)

tabungan digolongkan sebagai uang dan dinamakan uang ku­

asi. Jika ditinjau dari fungsinya, permintaan uang kuasi

ini lebih condong ditujukan sebagai alat penyimpan keka­

yaan, sedang uang dalam pengertian sempit (Ml) perminta-

annya lebih banyak ditujukan untuk keperluan transaksi

sehari-hari.

Untuk dapat menaksir permintaan uang dalam penger­

tian sempit (M1) digunakan asumsi keseimbangan pada pa-

sar uang, sehingga jumlahnya dapat ditaksir dari jumlah

uang beredar yang dikeluarkan oleh pemerintah (supply of

money). Sedangkan jumlah dana yang terkumpul pada per­

bankan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ser­

ta rekening-rekening valuta asing milik penduduk dapat

dipakai sebagai penaksir jumlah uang kuasi yang diminta,

Mengenai penggunaan uang secara luas di dalam ke~

giatan perekonomian yang meliputi konsumsi, produksi dan

distribusi, oleh Boediono dikemukakan sebagai empat

fung-si uang, yaitu:

Jika digunakan secara luas ... sebagai: (a) alat tu­ kar menukar (means of exchange), (b) pengukur nilai (measure of value), (c) standar (ukuran) pembayaran masa depan (standard of deffered payments), (d) satu cara untuk menyimpan daya beli atau kekayaan (store of value atau store of wealth).5

Luas dan pentingnya fungsi uang yang semakin

nya-c

(32)

ta bagi setiap kegiatan ekonomi anggota masyarakat dan

bagi perekonomian suatu negara, dinyatakan pula oleh

Is-mid Hadad sebagai berikut:

... bukan saja bagi perorangan, melainkan sebagai

penggerak roda perekonomian secara keseluruhan, baik nasional maupun internasional, uang menyandang sifat dan dinamika yang mampu menjelma sebagai sarana pe- ngatur kehidupan masyarakat, negara, bahkan dunia mo­

dern dewasa ini. 6

2, Teori Permintaan Uang

Teori permintaan uang, secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi dua klasifikasi. Pengelompokan itu

pada umuranya didasarkan pada perbedaan mengenai pandang-

an-pandangan pencetusnya, khususnya mengenai hubungan

antara variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan

uang. Dua klasifikasi tersebut selanjutnya disebut de­

ngan Aliran Teori Keynes dan Aliran Teori Kuantitas Uang.

Penganut Aliran Keynes disebut kaum Keynesian, sedang pe-

nganut Aliran Teori Kuantitas disebut kaum Monetaris.

Dua aliran teori permintaan uang tersebut mempu­

nyai kesamaan konsepsi, yakni bahwa uang adalah salah sa­

tu alat untuk meriyimpan daya beli atau kekayaan (store

of value). Perbedaan yang pokok antara dua aliran teori

permintaan uang tersebut adalah mengenai hubungan antara

^Ismid Hadad, "Topik Kita", Prisma, Edisi Juni,

(33)

uang yang berada pada sektor moneter dengan tingkat har-

ga-harga umum yang berada pada sektor riil,

Kaum monetaris berpendapat bahwa teori permintaan

uang merupakan teori pokok adanya hubungan antara kuan-

titas uang dengan harga-harga, Dengan perkataan lain ter-

dapat hubungan yang erat dan langsung antara kel.ebihan

uang tunai yang ada dalam masyarakat dengan laju inflasi*/

Di pihak lain, aliran Keynes menyatakan bahwa ti­

dak terdapat hubungan yang langsung antara kuantitas

uang dengan inflasi. Hubungan tersebut adalah melalui me-

kanisme tingkat bunga* Dalam teorinya, Keynes pada haki-

katnya menyatakan bahwa terdapat berbagai motif raasyara-

kat memegang uang, yaitu untuk tujuan transaksi, speku-

lasi, dan berjaga-jaga. Dalam hal ini, Keynes raenekankan

pada £ungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan,

- Perbedaan yang fundamental antara dua aliran per­

mintaan uang tersebut menyebabkan perbedaan pula dalam

implikasinya. Teori Keynes lebih cocok bagi negara-nega-

ra maju yang perekonomiannya memiliki sektor keuangan

yang lengkap sehingga dapat terjadi mekanisme tingkat bu­

nga dengan baik.

Sedangkan mekanisme aliran monetaris lebih cocok

untuk negara-negara sedang berkembang karena sektor keu-

angannya belum rumit sehingga dapat terjadi mekanisme se­

(34)

umura. Oleh karena Indonesia termasuk pada negara sedang

berkembang, maka teori kuantitas uang kiranya lebih se-

suai untuk diterapkan.

Dalam kaitannya dengan analisis dalam skripsi ini,

Teori Kuantitas Uang dapat dipergunakan sebagai landasan

untuk memilih model yang akan digunakan. Oleh karena itu,

teori kuantitas uang akan dibahas lebih mendalam bila di-

bandingkan dengan pembahasan tentang teori Keynes* Pemba-

hasan mengenai teori kuantitas lebih. ditekankan pada te­

ori kuantitas uang yang modern, karena teori ini merupa­

kan dasar teori model permintaan uang Bijan B. Aghevli -

N.A.L. Mailangkay.

2.1. Teori Kuantitas Uang.

Dalam pemikirannya yang tradisional, teori kuan­

titas uang menyatakan bahwa penambahan kuantitas uang

akan menyebabkan pengeluaran masyarakat bertambah juga,

dan pada akhirnya akan menyebabkan pendapatan nasional

meningkat secara nominal. Dengan perkataan lain, permin­

taan uang oleh masyarakat hanya didasarkan pada motif

transaksi saja.

Teori kuantitas uang ini menyatakan hubungan an­

tara kuantitas uang dengan harga-harga. Teori ini meng­

ambil landasan bahwa kuantitas uang dihubungkan secara

(35)

Da-pat dikatakan bahwa permintaan uang merupakan kekuatan

yang stabil dan dominan dalam perekonomian,

Aliran kuantitas uang ini cenderung menganggap

bahwa pemerintah tidak mempunyai pengaruh penting terha­

dap permintaan uang. Pada perkembangan selanjutnya, teo­

ri kuantitas uang dibedakan lagi menjadi dua golongan,

yaitu teori kuantitas uang Klasik dan teori kuantitas

uang Modern. Teori-teori yang dikelompokkan dalam teori

kuantitas Klasik adalah teori Irving Fisher, teori Al­

fred Marshall dan A.C. Pigou. Sedangkan teori kuantitas

Modern dicetuskan pertama kali oleh pTofesor dari Uni­

versitas Chicago, yaitu Milton Friedman. Uraian yang le­

bih mendalam mengenai teori ini akan dibahas pada bagian

selanjutnya.

2*1,1* Teori Kuantitas Uang Modern.

Milton Friedman adalah seorang yang mengembangkan

teori kuantitas uang dari kaum Klasik. Teorinya disebut

sebagai teori kuantitas uang Modern. Penganut aliran te­

ori ini disebut kaum Monetaris.

Teori kuantitas uang Modern ini dapat diintsrpre-

tasikan sebagai pengembangan lebih lanjut dari teori

Cambridge. Dasar pemikiran yang digunakan dalam teorinya

menganggap bahwa "...teori permintaan uang hanyalah satu

(36)

7

pemilihan antara berbagai alternatif oleh konsumen '

Dalam tulisannya, Anwar Nasution juga menyatakan "...

the monetarists who see money as part of an individual

asset treat the demand for money like the demand for any Q

durable goods." Sehingga cara pendekatan Milton

Eried-man terhadap permintaan uang ialah dengan anggapan uang

seperti barang-barang, dan menganalisis permintaan uang

dari segi teori tentang pilihan konsumen, yaitu pilihan

antara memegang uang atau membeli

barang-barang.berdasar-kan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Friedman melihat lima faktor yang menentukan permin­

taan uang: (1) kegunaan atau manfaat persediaan uang

(money balances), (2) tingkat harga, (3) tingkat pen­

dapatan riel, (4) suku bunga, dan (5 ) tingkat peru­

bahan dalam tingkat harga ....9

Teori Friedman tersebut dapat ditulis sebagai

ber-ikut: 10

Md = f (U, P, Y, i, p) (1)

i«I^ = Demand for money

permintaan uang

U = Utility of balance

7

Boediono, op cit, hal. 50.

®Anwar Kasution, op cit, hal. 1 5 8 .

^Dudley G. Luckett, Money and Banking. Second

Edition,, terjemahan Paul C.^Tosyadi, Krlangga, Jakarta, 1983r 'hal- 465.

(37)

Kegunaan/manfaat sisa-aisa uang

P = Price level

tingkat harga

Y = Level of real income

tingkat pendapatan riil

i = Interest rate

suku..bunga

p s Rate of change in the price level

tingkat perubahan dalam tingkat harga

Menurut Friedman, pendapatan nominal sama dengan

hasil kali tingkat harga dan pendapatan riil, Y = Py. Se­

hingga Friedman lebih suka memperlakukan P dan y secara

terpisah daripada dalam bentuk pendapatan nominal atau Y.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendapatan nominal dengan

permintaan uang mempunyai hubungan yang proporsional dan

searah. Akan tetapi untuk pendapatan riil, hubungan ter­

sebut lebih daripada proporsional, misalnya bila terjadi

kenaikan pendapatan riil 1$, permintaan uang akan mening­

kat lebih besar dari ' ]%,

Tingkat bunga menurut Friedman sebenarnya merupa­

kan opportunity cost untuk menyimpan uang, yaitu merupa­

kan pendapatan yang diperoleh seandainya uang tersebut

diinvestasikan. Jika tingkat bunga tinggi berarti makin

besar biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menyim­

(38)

menyirapan kekayaannya dalam bentuk uang, yakni uang kua-*

si. Dengan kata lain, tingkat bunga dan permintaan uang

dalam pengertian sempit (Ml) mempunyai hubungan yang ter-

balik, sedangkan .tingkat.bunga dengan permintaan uang ku­

asi mempunyai hubungan yang searah.

Variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan

/

uang adalah tingkat perubahan dalam tingkat harga (in­

flasi). Inflasi ini merupakan biaya kerugian dalam daya

beli jika harga-harga naik. Bila inflasi tersebut melaju

semakin cepat berarti makin tinggi biayanya. Sebagai aki-

bat lebih lanjut, kuantitas uang yang diminta, baik itu

uang sempit (uang beredar) maupun uang kuasi akan sema­

kin kecil.

Kegunaan/manfaat sisa-sisa uang (U) dalam persa-

maan (1) dapat diabaikan karena dianggap tidak pernah

bergerak secara menyolok — stabil, Variabel p (tingkat

perubahan dalam tingkat harga) juga diabaikan karena in­

flasi dianggap stabil — penelitian yang diadakan di Ame-

rika Serikat yang pada saat itu keadaan : perekonomiannya

stabil dalam arti sudah selesainya masa hiper inflasi

yang lama. Sehingga persamaan (1) dapat .disederhanakan

menjadi: ^ **

Md = f (P, Y, i) (2)

(39)

Beberapa modifikasi terhadap persamaan (2) perlu

dilakukan agar dapat diperoleh suatu persamaan dasar un­

tuk mengadakan studi empiris tentang permintaan uang. Un­

tuk itu, persamaan (2 ) dapat ditulis lagi dalam bentuk

spesifik sebagai berikut:

Md = a P Yb i° (3)

di mana a, b, dan c adalah konstan-konstan yang nilainya

dapat ditentukan dengan analisis regresi.

Kemudian digunakan aeumsi keseimbangan antara

pe-d a

nawaran dan permintaan di pasar uang, yakni M * M , se­

hingga diperoleh suatu persamaan:

Ms = a P Yb i c (4)

Kuruf ,s! dihilangkan agar bentuknya lebih sederhana dan

selanjutnya membagi kedua sisi persamaan (4) itu dengan

variabel P, sehingga persamaan (4) menjadi:

M/P = a Yb ic (5 )

M/P merupakan sisa-sisa uang riil — permintaan uang ri­

il yang diperlakukan sebagai variabel tunggal. Dalam har­

ga logaritma, persamaan (5 ) menjadi:

Log M/P = log a + b (log Y) + (c (log i) (6 )

Persamaan (6) "..♦merupakan bentuk dasar yang diambil

oleh kebanyakan studi empiris tentang permintaan uang

yang dilakukan teoretikus-teoretikus kuantitas dalam ta-1 2

(40)

Penulisan dalam bentuk logaritma seperti terlihat

pada persamaan (6) dimaksudkan agar koefisien a, b, dan

c secara langsung dapat mencerminkan harga elastisitas

variabel-variabel yang bersangkutan. Selanjutnya, konsep

elastisitas ini dapat digunakan untuk menerangkan bagai-

mana pengaruh satu variabel — dengan asumsi variabel la­

innya tetap — terhadap permintaan uang.

Dalam mengemukakan teorinya, Friedman lebih mene-

kankan pada analisis secara empiris dan teori yang dike-

mukakannya mempunyai beberapa kelebihan, antara lain da­

lam hal penentuan definisi uang, yakni dapat menggunakan

definisi dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2).

Demikian juga terhadap suku bunga, dapat menggunakan su­

ku bunga dalam jangka pendek atau suku bunga jangka pan-

jang surat-surat berharga milik pemerintah atau swasta.

Jangka waktu yang dipakai juga dapat berbeda-beda, misal-

nya dapat dipakai data tahunan, triwulanan atau pun bu-

lanan. Kelebihan lainnya adalah dapat menggunakan data

dari berbagai negara.

3. r.Iodel Permintaan Uang Menurut Bi.jan B. Aghevli serta

Penggunaannya dalam Analisis Permintaan Uang Kuasi

3.1. Model permintaan uang menurut Bijan B. Aghevli.

(41)

dike-mukakan oleh Milton Friedjnan — Teori Kuantitas Uang Mo­

dern — Bijan B. Aghevli secara khusus menyusun model

permintaan akan aktiva moneter di Indonesia dengan meng­

gunakan analisis kuantitatif.

Metoda-raetoda kuantitatif di bidang ekonomi — se-

perti ilmu ekonometri — penggunaannya semakin pesat ber-

kembang, yaitu dipergunakan untuk mengadakan analisis ma-

upun pendekatan masalah serta digunakan pula untuk menga­

dakan peramalan dan perencanaan. Hal tersebut *dikemuka-

kan oleh Boediono dalam tulisannya:

Today almost every Central Bank, Finance Department and National Planning Institution of various coun­

tries of the world employ the econometric model to formulate their policies, as well as to forecast‘the

out comes. Indonesia is one of the few countries

which does not, as yet, employ this ’new technology1

to formulate her own development policies.13

Bijan B, Aghevli menyusun model ekonometri sektor

moneter Indonesia — salah satunya adalah model permin­

taan aktiva moneter — didasarkan pada pengamatan kwar-

talan 1968:1 - 1973:IV. Alasannya adalah karena pada pe­

riode sebelum tahun 19 6 8 uang kartal dan giral merupakan

bagian besar dalam likuiditas total. Setelah tahun 1968,

volume uang kuasi tumbuh cepat sekali sehingga menduduki

bagian yang besar dalam likuiditas perekonomian.

^Boediono, "Sebuah Model Iflakro Triwulanan Untuk

Indonesia", Ekonomi dan Keuangan Indonesia, September,

(42)

Hasil-hasil ramalan yang didasarkan pada model

tersebut sangat bermanfaat sebagai taksiran bebas yang

digunakan bersama-sama informasi lain untuk tujuan peng-

ambilan keputusan.

Mengenai kekayaan moneter, Bijan B. Aghevli

menge-mukakan sebagai berikut:

Kekayaan-kekayaan moneter memaittkan p:eranan ganda

yang penting di negara-negara berkembang karena ke­

kayaan-kekayaan semacam ini tidak hanya digunakan

untuk tujuan transaksi tetapi juga merupakan bentuk tabungan ... * Masyarakat memegang tabungan-tabungan- nya dalam bentuk barang-barang riil atau sebagai ke­ kayaan moneter.14

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kekayaan

moneter riil dapat berupa uang beredar (M1) maupun beru-

pa tabungan dan deposito berjangka (uang kuasi). Dengan

demikian berarti bahwa Bijan B. Aghevli mengemukakan

, fungsi permintaan uang dengan istilah fungsi permintaan

kekayaan moneter riil. Selanjutnya, dikeraukakan oleh Bi­

jan B. Aghevli bahwa n... permintaan kekayaan’moneter ri­

il yang diinginkan (M/P)D merupakan fungsi dari pendapat­

an riel, Y, laju inflasi, ft, dan bunga yang dibayarkan

15 untuk uang kuasi, r, sebagai berikut:”

Log W P ) ^ = aQ + a1 log(Y) + a2 *K: + log(r)(7)

^Bijan B. Aghevli, "Model Ekonometri Sektor Mo­ neter Indonesia", dalam Faried Wijaya dan Soetatwo Kadi- wigeno (ed), Untaian Ekonomi Moneter dan Perbankan^ Edi­ si Pertama, BPfE-UQM, YogyakarlTa, 1980, hal. 69.

(43)

Di dalam model tersebut, pendapatan diukur dengan

Produk Domestik Bruto yang penggunaannya lebih sesuai de­

ngan kondisi di Indonesia dibanding dengan Produk Nasio-

nal Bruto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anwar Na-

sution bahwa "... the former GDP gives better picture of

the domestic economic activity .

Tingkat bunga yang digunakan dalam model^ini ada­

lah tingkat bunga yang dibayarkan pada deposito berjang­

ka dengan jatuh tempo satu tahun atau lebih yang dinya-

takan dengan persentase atas dasar tahunan. Dasar pertim-

bangan yang digunakan dalam pemilihan tingkat bunga ter­

sebut adalah bahwa komposisi deposito berjangka mendu-

duki persentase yang besar terhadap jumlah uang . kuasi,

dan sebagian besar dari deposito berjangka berada pada

bank-bank pemerintah (lihat Lampiran 1 Tabel 2 dan 3).

Bijan B. Aghevli mengemukakan pula tentang ting­

kat inflasi yang diharapkan, yaitu bahwa:

Masyarakat mengukur besarnya ongkos pengganti (the

opportunity cost) .... Selanjutnya dianggap bahwa ma­ syarakat menyesuaikan harapan-harapan menurut hubung­ an berikut ini:

A K e = Y : 0 < Y < 1 (8 )

Formula di atas berarti bahwa masyarakat menyesuai­ kan harapan inflasinya menurut perbedaan antara in­ flasi alctual dan, harapan-harapan yang ditunjukkan da­ lam periode sebelumnya. Sebuah analisa data di Indo­ nesia menunjukkan bahwa koefisien penyesuaiannya

(44)

ngat mendekati satu. Laju inflasi aktual dapat digu- nakan sebagai pengganti untuk inflasi yang diharap-

kan .,..17

Model yang dikemukakan oleh Bijan B. Aghevli ini

hanya memandang dari satu sisi saja, yakni sisi

permin-taan uang dan model ini mengasumsikan bahwa:

... masyarakat menyesuaikan saldo riil yang . mereka

pegang dalam setiap bentuk kekayaan moneter dengan

tingkat yang mereka inginkan* Penyesuaian <tersebut

didasarkan pada mekanisme penyesuaian parsial yang

berarti masyarakat menambah persediaan saldo uang se- belumnya dengan suatu fraction/pecahan yaitu perbe- daan antara permintaan uang yang diinginkan dan pe- nawaran aktual periode sebelumnya

Mekanisme tersebut dapat dituliskan dalam persamaan se- 19

bagai berikut: 7

^adalah koefisien penyesuaiannya,

Melalui substitusi persamaan (7 ) dan (8 ) ke dalam

persamaan (9 ) dan dengan menggunakan asumsi bahwa perrain-

taan uang riil selalu sama dengan penawarannya, maka da­

pat diperoleh model permintaan kekayaan moneter riil —

model permintaan uang — sebagai berikut:

A Log (M/P)t =A Jllog (M/P)* - log (M/P)t_1'

o U O

(9)

Log (M/P)® = aQ ..\ + a r>\ log (Y)t

Soetatwo Hadiwigeno (ed), loc cit. 4

17Bijan B. Aghevli* op cit dalam Paried Wijaya &

1 8Ibid, hal. 69.

1 9

(45)

+ V A Ttt + a

3

-A 10s (r)t

+ (1-A) log (M/P) t _ 1 (10)

Untuk definisi uang sempit (M1), koefiaien a 1 .diharapkan

positif, sedangkan ag cLs.n a^ diharapkan negatif. Kemudi-

an untuk definisi uang kuasi (QM) dan uang luas (M2), ko-

efisien a^ dan a^ diharapkan positif, sedangkan a^ diha­

rapkan negatif.

Di dalara model permintaan uang ini, Bijan B. Aghe­

vli menggunakan rumusan interpolasi linier — sebagai-

mana yang dilakukan oleh A.C. Diz — untuk meraperoleh da­

ta Produk Domestik Bruto triwulanan dari data tahunan.

Hal ini ;juga dinyatakan oleh Anwar Nasution:

Aghevli derive their quarterly nominal GDP series

from', annual figures by the linier interpolation

technique as first popularized by Adolfo Caesar Diz (1970). In this technique, the quarterly nominal GDP series is derive by taking a linier interpolation of the annual series for real income subject to the con­ dition that sum for each year should add to the cor­

responding v a l u e .2 0

3.2« Penggunaan Model Bi;jan B. Aghevli dalam _ -Analisis

Permintaan Uang Kuasi.

Penggunaan metoda-metoda kuantitatif untuk menga-

nalisis variabel-variabel ekonomi dalam rangka merumus-

kan suatu kebijakan pada saat ini memang semakin berkem-

(46)

pendamping dari rumusan yang dibuat secara kualitatif

oleh para pengambil keputusan. Seperti dinyatakan oleh

Boediono:

Menggunakan model ekonometri untuk perumusan kebijak- ■sanaari tldaklah berarti bahwa intuiai dan penilaian kualitatif dari perumus kebijaksanaan tidak diperlu- kan lagi .... Intuisi perumus kebijaksanaan yang di- dasarkan atas pengalaman dan pengetahuannya yang men-

dalam mengenai bidang kebijaksanaan tersebut tetap

merupakan unsur yang terpenting dalam proses perumus-

san kebijaksanaan maupun proyeksi. ^ 1

Dengan demikian, model ekonometri hanya merupakan

alat untuk mempertajam dan mengoreksi lembaga-lembaga

tersebut, sehingga model ekonometri yang ditaksir secara

baik akan dapat memberikan landasan yang objektif serta

konsisten bagi pengambilan keputusan kebijakan. Akan te—

tapi perlu diperhatikan bahwa model ekonometri yang baik

adalah tidak hanya mencakup variabel-variabel kuantita-

tif saja, namun juga harus dapat mencakup aspek-aspek

kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap variabel eko-

nomi yang pada umumnya bersifat kuantitatif. Suatu model

ekonometri juga perlu disempumakan dari waktu ke waktu

sesuai dengan tersedianya data baru.

Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay secara khu-

sus juga pernah menggunakan model ekonometri untuk menga-

nalisis permintaan uang kuasi di Indonesia pada periode

tahun 1968-1973* Model tersebut akan digunakan .kembali

21

(47)

dalam menganalisis permintaan uang kuasi (QM) sehubungan

dengan adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983.

Penggunaan model uang kuasi tersebut dalam skrip-

si ini adalah dengan alasan bahwa sebelum deregulasi per­

bankan 1 Juni 1983 tersebut uan^; beredar — uang dalam

pengertian sempit (M1) menempati bagian yang besar da­

lam likuiditas perekonomian. Uamun, setelah masa deregu­

lasi perbankan 1 Juni 1983, uang kuasi tumbuh dengan ce-

pat dan menempati bagian yang besar dalam likuiditas per-

ekonomian Indonesia. Dengan perkataan lain, 'jumlah uang

kuasi lebih besar daripada jumlah uang beredar. Kondisi

ini mempunyai persamaan dengan kondisi tahun 1 9 6 8-1 9 7 3,

pada saat Bijan B. Aghevli dan II.A.L. Mailangkay menerap-

kan model tersebut di Indonesia.

ModeJ permintaan uang kuasi tersebut adalah seba- 22

gai berikuts

Log (QIvl/P)t = aQk + a^k log (Y/P)t

+ a 2k log (i)t + a^k log (P)t

+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (11)

(QM/P)^ = permintaan uang kuasi pada periode t

a^k = titik potong (intercept)

. (Y)^. = pendapatan riil pada periodo t

22

Hendi Kariawan, "Pengaruh Deregulasi Perbankan Terhadap Permintaan Uang11, Prisma, Edisi Juni 1986, ha-

(48)

(i) ^ = tingkat bunga uang kuasi pada periode t

k = angka penyesuaian parsial permintaan uang ku­

asi yang terjadi terhadap permintaan uang ku­

asi yang diinginkan

(QM/P) t _ 1 = permintaan uang kuasi pada periode t-1

a = elastisitas masing-masing variabel

Dalam model tersebut yang terpenting adalah , mengetahui

besamya koefisien tiap-tiap variabel bebas agar dapat

dilihat pengaruhnya terhadap variabel tak bebas. Alat

yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Model permintaan uang kuasi ini menggunakan kon-

sep 'beda kala* atau time lag dengan alasan bahwa penga-

ruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas

dalam kenyataannya memerlukan waktu, Adanya konsep beda

kala dalam model ini tercermin pada variabel (QM/PK 1s

iz I

yaitu permintaan uang kuasi pada periode t- 1 atau perio­

de sebelumnya. J. Supranto menyatakan bahwa:

Di dalam ekonomi ketergantungan variabel tak bebas (Y) pada variabel bebas (X) jarang terjadi seketika itu juga (rarely instantaneous). Seringkali reaksi Y terhadap X memerlukan waktu. V/aktu yang diperlukan

untuk timbulnya reaksi atau jav/aban terhadap suatu

aksi atau pengaruh disebut beda kala atau 'lag1.23

Anggapan-anggapan atau asumsi penyesuaian parsial

juga digunakan dalam model ini, yang berarti bahwa

masya-23 Supranto, Ekonometrik, Buku II, Lembaga Pe-

(49)

rakat menyesuaikan permintaan uang kuasi yang terjadi

terhadap permintaan uang kuasi yang diinginkan* Variabel

k dalam model tersebut menunjukkan angka penyesuaian par-

sial permintaan uang kuasi yang terjadi terhadap permin­

taan uang kuasi yang diinginkan.

Untuk melihat perubc;han tingkat bunga dan tingkat

inflasi sebagai akibat adanya deregulasi perbankan ter­

hadap permintaan uang kuasi dalam model tersebut dimasuk-

kan variabel boneka atau dummy variable. Sehingga model

permintaan uang kuasi atau persamaan (1 1) menjadi:2^

Log (QM/P)t = aQk + a ^ log (Y/P)t

+ a2k log (i)t + a^k log (P)t

+ a^k log (Di)t + a^k log (DP)t

+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (1 2 )

(Di)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat bunga

uang kuasi yang terjadi setelah kebijakan dere­

gulasi dilakukan terhadap permintaan uang kuasi.

(DP)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat inflasi

yang diharapkan terjadi terhadap permintaan uang

kuasi se,t§lah_ kebijakan deregulasi dilakukan.

Uengenai variabel boneka t J. Supranto mengemuka-

kan sebagai berikut:

Suatu cara untuk membuat kuantitifikasi (berbentuk

(50)

ia-lah dengan jalan memberikan nilai 1 (satu) atau 0 (nol). Angka nol (0) kalau atribut yang dimaksudkan

tidak ada (tidak terjadi) dan diberi angka satu (1)

kalau ada (terjadi) .... Variabel yang mengambil ni­

lai 0 atau 1 tersebut dinamakan variabel boneka (dum­

my variable) .•••Variabel boneka dapat digunakan de­ ngan mudah seperti variabel-variabel lainnya yang ku- antitatif sifatnya.25

Dengan demikian, variabel boneka berfungsi untuk menang-

kap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel kuali­

tatif yang berpengaruh pada variabel-variabel kuantita-

tif. Dalam hal ini adalah deregulasi perbankan yang

me-V

nirabulkan perubahan tingkat bunga:..dan tingkat inflasi.

Pemberian angka nol merupakan suatu cara untuk mengkuan-

tifikasikan masa sebelum adanya deregulasi perbankan,

sedangkan angka satu untuk masa setelah deregulasi per­

bankan *

Bentuk logaritma digunakan pula dalam model per­

mintaan uang kuasi atau persamaan (1 2 ), karena logaritma

sangat ber'guna bagi karya empiris dalam ilmu ekonomi. Be-

berapa alasan yang menunjukkan bahwa logaritma sangat be-

sar manfaatnya untuk karya empiris dalam ilmu ekonomi

adalah sebagai berikut: (1) Hubungan antara variabel da­

lam ekonomi lebih baik diuraikan dengan sebuah kurva da-

ripada dengan sebuah garis lurus (linier). Sebuah kurva

sulit untuk ditaksir dengan analisis regresi, Oleh kare­

na itu, data asli diambil logaritraanya dan kemudian

(51)

nyelesaikan sebuah regresi garis lurus pada logaritma-

logaritma tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena trans-

formas! ke dalam bentuk logaritma dari banyak kurva akan

menghasilkan garis lurus. (2) Logaritma berhubungan de­

ngan konsep ekonomi, khususnya elastisitas. Logaritma da­

pat menerangkan konsep elastisitas secara langsung. Oleh

karena itu, koefisien dari variabel-variabel dalam model

tersebut dapat langsung menunjukkan harga elastisitasnya.

Langkah berikutnya untuk melakukan pembuktian em-

piris terhadap model yang terdapat dalam persamaan (1 2 )

itu adalah dengan mengumpulkan data dari variabel-varia-

belnya dalam suatu seri yang cukup mewakili dan selan-

jutnya dilakukan perhitungan-perhitungan untuk rnenentu-

kan besarnya koefisien regresi variabel-variabel bebas-

nya.

Dengan demikian dapat diketahui bentuk hubungan

antara variabel-variabel bebas itu dengan variabel . tak

bebasnya dalam model tersebut. Sehingga dapat dilihat ba-

gaimana pengaruh variabel-variabel pendapatan riil, ting­

kat bunga, dan tingkat inflasi sebagai akibat adanya de­

regulasi perbankan 1 Juni 1983 terhadap permintaan uang

(52)

KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAH

MONETER DI INDONESIA

Kebijaksanaan moneter pada dasarnya mempunyai tu-

juan yang sama dengan kebijaksanaan ekonomi umumnya, an-

tara lain meliputi tujuan untuk mencapai full employment,

pertumbuhan ekonomi, stabilitas hargn-harga, dan pemera-

taan.

Kebijaksanaan moneter mejL'upttican snj-tui .-*nuu I Un i/or A

yang dapat mompcngaruhi kegiatan ekonomi, Dalam pelaksa

naannya kebijakan ini menggunakan suatu instrumen baik

yong^bersifat umum seperti cash ratio, discount rate po

licy dan open market operation maupun instrumen yang ber

oifat khusus untuk tujuan selektif. Sehingga kebijakan

monoter dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan.

Untuk mengendalikan keadaan perekonomian, pemerin-

tah melalui Bank Indonesia (Bank Sentral) dapat mengam-

bil langkah, yakni menetapkan kebijakeanaan moneter. Se­

perti deregulasi perbankan yang dikeluarkan oleh pemerin-

tah pada tanggal 1 Juni 1983.

1. Deregulasi Perbankan

Sebelum adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983,

(53)

yang berasal dari Bank Indonesia melalui injeksi kredit

likuiditas. Dalam kebijaksanaan pemberian kreditnya, pi-

hak bank berusaha untuk sebanyak mungkin menggunakan da-

na dari Bank Indonesia dan sesedikit mungkin menggunakan

dana sendiri. Usaha untuk menghimpun dana dari masyara­

kat berupa deposito berjangka dan tabungan atau uang ku­

asi relatif tidak digalakkan.

Struktur pendanaan perbankan — khususnya bank-

bank peraerintah — sangat bergantung pada Bank Indonesia.

Demikian juga besarnya suku bunga deposito berjangka dan

tabungan serta suku bunga kredit ditentukan oleh Bank In­

donesia. Bank Indonesia pada raasa sebelum deregulasi per­

bankan berfungsi sebagai lender of the first resort bank-

bank pemerintah. Dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi

— melalui penyediaan likuiditas yang mencukupi serta un­

tuk memelihara stabilitas moneter — Bank Indonesia meng­

gunakan pengaturan seoara langsung.

Dengan berubahnya keadaan perekonomian Indonesia,

maka sangat dirasakan bahwa dana pembangunan semakin su-

lit untuk diperoleh, Oleh sebab itu, pemerintah berang-

gapan perlu segera mengambil langkah baru untuk menga-

tasi keterbatasan dana pembangunan.

Pada tanggal 1 Juni 1983, pemerintah melalui Bank

Indonesia mengeluarkan serangkeian peraturan yang sifat-

(54)

Serangkai-an peraturSerangkai-an tersebut adalah kebijaksSerangkai-anaSerangkai-an moneter dere­

gulasi perbankan. Pada av^alnya kebijaksanaan ini sering

disehut sebagai langkah liberalisasi perbankan, "... ber-

hubung kata 'liberal* saat ini di Indonesia mengandung

konotasi negatif, setidak-tidaknya dari sudut pandang pe­

merintah, maka langkah 1 Juni 1983 kemudian lebih dike-i

nal sebagai deregulasi perbankan.” 1

-Di dalam kebijaksanaan deregulasi perbankan

ter-kandung beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh otoritas

moneter Indonesia, antara lain:

(1) Meningkatkan pengerahan dana pembangunan yang

berasal dari dalam negeri melalui perbankan, yang di- tempuh dengan cara meningkatkan permintaan masyara­ kat akan tabungan dan deposito berjangka^ (uang kua­ si). (2) Mendorong pertumbuhan investasi. (3) Mendo-

rong peningkatan efisiensi perbankan. (4) Mengubah

fungsi Bank Indonesia yang semula sebagai lender of first resort bagi bank-bank pemerintah menjadi lend­ er of last resort. Untuk itu di luar sektor priori- tas, Bank Indonesia hanya akan memberikan kredit li­ kuiditas dengan pertimbangan tertentu. (5) Mengubah

pola kebijaksanaan pengaturan jumlah uang beredar,

yaitu dari pengaturan langsung menjadi tidak lang­

sung, 2

Dengan demikian, pada dasarnya, deregulasi perban­

kan berisikan:

(1) Penghapusan pagu kredit pada bank pemerintah.

(2) Penghapusan pagu tingkat bunga deposito berjangka

pa-1

Syahrir, "Deregulasi Perbankan: Pengurangan Dis- torsi dalam Elconomi", Prisma, Edisi Juni, 1986, hal. 3.

2

(55)

da bank-bank pemerintab.

(3) Menaikkan tingkat bunga Tabanas dan Taska.

(4) Tetap diberlakukannya pagu tingkat bunga dan kredit

likuiditas Bank Indonesia untuk sektor-sektor yang

diprioritaskan oleh pemerintah.

(5 ) Kelonggaran pembebasan pajaKbunga atas deposito

ber-* jangka rupiah yang dimiliki penduduk Indonesia.

2. Perkembangan Permintaan Uang Periode 1980-1985

Permintaan uang yang didefinisikan dalam arti lu-

as adalah merupakamlikuiditas perekonomian. Likuiditas

perekonomian terdiri dari jumlah uang kuasi (QM) ditam-

bah jumlah uang beredar (M1), sehingga dari posisi likui­

ditas perekonomian ini dapat dilihat perkembangan permin-

taan uang di Indonesia, baik uang beredar, uang kuasi ma­

upun uang luas.

Perkembangan permintaan uang — menurut pengelom-

pokannya — dapat pula dilihat menurut periode waktu se­

perti yang dikehendaki, kemudian dibedakan untuk masa se-

belum deregulasi perbankan (1979sIV—1983sll) dan masa se-

tel&h deregulasi perbankan (1903:III-1985:IV).

Pada masa sebelum deregulasi perbankan, secara

umum, permintaan uang beredar (M1) dari triwulan ke tri-

wulan naik. Dari Tabel 1 dapat dilihat, hanya pada ta-

(56)
(57)

persen atau menjadi Rp 7.121 milyar, sedang untuk uang

kuasi terjadi penurunan permiritaannya pada tahun 1 9 8 1:1 ,

yaitu sekitar 0,14% atau menjadi Rp 2.692 milyar.

Kenaikan permintaan uang beredar yang tertinggi

adalah sebesar 12%, yaitu pada 1980:1 dan 1980:111. Se­

dangkan permintaan uang kuaai kenaikan tertingginya se­

besar 23,1% atau menjadi Rp 4.869 milyar pada 1983:1.

Untuk periode setelah deregulasi perbankan, per­

mintaan uang beredar mengalami turun naik, tetapi permin-

taan uang kuasi dari triwulan ke triwulan selalu raenun-

jukkan peningkatan dan tidak pernah menurun.

* *

Bila dibandingkan menurut periode waktu, secara

rata-rata, permintaan uang sempit mengalami penurunan da­

ri 5, 5% menjadi 3% untuk masa setelah deregulasi perban­

kan. Sedangkan uang kuasi, secara rata-rata permintaan-

nya mengalami peningkatan sekitar *1, 5% atau menjadi 3%

pada masa setelah deregulasi perbankan.

Kemudian,, perkembangan permintaan uang sempit,

luas, dan kuasi (Ml, M2, dan QM) dapat dilihat dari ra-

sio atau perbandingan maging-masing kelompok uang — M1

dan QM — terhadap likuiditas perekonomian (M2). Menurut

perbedaan masa, yaitu sebelum dan sesudah deregulasi per­

bankan, secara rata-rata, perbandingan atara uang sempit

dan uang luas (M1/M2) mengalami penurunan dari 65% men-

(58)

anta-ra QM dan M2 (QM/M2) mengalami peningkatan sekitar 17%,

yaitu dari 35% menjadi 52%.

Dari Tabel 1 juga dapat disimpulkan bahwa pada ma­

sa sebelum deregulasi perbankan, masyarakat memegang

uang sempit dalam jumlah yang lebih besar bila dibanding-

kan dengan jumlah uang kuasi yang dipegangnya. Hal ini

ditunjukkan oleh perbandingan (rasio) secara rata-rata

antara M1 terhadap M2 yang nilainya lebih besar daripada

rasio antara QM terhadap M2, yakni M1/M2 = 65% sedangkan

QM/M2 = 37%.

Tetapi untuk masa setelah deregulasi perbankan,

keadaan berubah menjadi sebaliknya. Rasio QM terhadap M2

lebih besar daripada M1 terhadap QM, yakni M1/M2 adalah

sekitar 48%, sedangkan QM/M2 sebesar 52%. Dengan demiki-

an, pada masa setelah deregulasi perbankan, masyarakat

Indonesia cenderung memegang uang kuasi dalam suatu jum­

lah yang lebih besar dibanding dengan jumlah! uang sempit.

3. Perkembangan Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi Perio­

de 1979-1985

Paktor-faktor yang merapengaruhi besar dan kecil-

nya permintaan uang kuasi antara lain adalah tingkat bu­

nga dan tingkat inflasi, Perkembangan tingkat inflasi

dan tingkat bunga, baik secara nominal maupun riil mulai

Gambar

PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT TABEL 2BUNGA 1979:IV - 1985:IV
PERKEMBANGAR UANG KUASI DAN DEPOSITO TABEL 3BERJANGICA TAHUN 1980 - 1985
P^ICEMBANGAN DEPOSITO BERJAKGKA TABEL 4TAHUN 1980 - 1985
PERKEfrlBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TRIV/ULAHAN TABEL 6INDONESIA DALAM HARGA NOMINAL DAN RIIL
+7

Referensi

Dokumen terkait

bagian dari kepribadian itu mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dan dinamisasi serta mekanisme tersendiri yang bekerja dalam diri

Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati kota Semarang adalah sebuah desa yang mempunyai kawasan wisata alam Goa Kreo yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan Menurut Jenis Industri Manufaktur, 2011-2012..

Kesimpulan yang dapat kita peroleh adalah bahwa permasalahan migrasi yang terjadi ini bukan hanya merupakan permasalahan konseptual tetapi juga merupakan permasalahan

Dalam permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang diambil dalam penelitian : bagaimana tanggapan konsumen terhadap citra merk, Bagaimana tingkat keputusan konsumen

Jadi hipotesis menyatakan “ada perbedaan yang s ignifikan antara kemampuan menulis recount text dari siswa kelas delapan SMP 1 Mejobo Kudus sebelum dan sesudah diajarkan

[r]

[r]