S K R I P S I
D I N I N G R E T N O W A T I
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER t JUNI 1983
TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI
DI
I N D ON ES I A
FAKULTAS EKONOMI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER 1 JUNI 1983
TERHADAP PERMINTAAN UANG KUASI
DI INDONESIA
C
MtLlfc
p e r p u s ta k a a h
\
r
S N I V E R S I T A S A . R L A N O O A S U R A Bj*
Skripsi
Diajukan untuk Memperlengkapi Syarat-syarat dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Studi Pembangunan
Oleh:
DINING RETNOWATI
No. Pokok: 048211276
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Surabaya.
Disetujui dan diterima baik
oleh:
Dosen Pembimbing: Ketua Jurusan
Surabaya,
Disetujui dan diterima baik
oleh:
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullillah penulis panjatkan ke hadli-
rat Allah S.W.T. Atas segala rakhmat dan karunia-Nya pe-
nulis telah memperoleh kekuatan fisik dan mental sehing
ga dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai dengan
yang diharapkan.
Penulls menyadari bahwa masih terdapat berbagai
kekurangan dalam skripsi ini. Dengan lapang dada penulis
mengharap dan menerima segala bentuk saran maupun kritik
yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan skripsi
ini.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fa-
kultas Ekonomi Universitas Airlangga. Dalam penulisan
skripsi ini, penulis tidak dapat terlepas dari dukungan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penu
lis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ayah, Xbu, dan adik-adikku atas segala pengertian,
pengorbanan dan doa restunya;
2. Bapak Drs. Sc. Samekto Hartojo, selaku dosen pembim-
Mng;
3. Bapak Drs. Ec. Sihhadi Poernomo, Bapak Drs. Ec. Suba-
Drs. Ec. Soekarnoto;
4. Sdr. Ir. Nur Iriawan, Sdr. Yudhi Wahyu Maharani, dan
Sdr, Drs. Ec. Bambang Eko Afiatno;
5* Dekan beserta seluruh staf dan pengajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya;
6 . Pimpinan serta staf perpustakaan Universitas Airlang
ga Surabaya;
7. Sdr. Eko Siswantoro selaku petugas pada ruang baca
Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya;
8 . Seseorang yang menyertai penulis dalam perjalanan pan-
jang ini;
9 . Teman-teman dan sahabat-sahabat, terutama yang terga-
bung dalam warga MA.BES SP 182;
10. Semua pihak yang memberi pengaruh positif.
Akhir kata, penulis senantiasa berharap, skripsi
yang amat sederhana ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca maupun penulis.
Surabaya, Oktober 1987
DAFTAB IS I
Halaman
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel .... ;... vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB: I. Pendahuluan ... 1
1. Pandangan Umum ...,... 1
2. Penjelasan Judul ... 5
3. Alasan Pemilihan Judul ... *... 7
4* Tujuan Penyusunan ... 7
5. Sistematika Skripsi ... 8
• ' 6 . Metodologi ... 10
6.1. Permasalahan ... 10
6.2. Hipotesis kerja ... 1t * 6.3. Teba telaah ... 12
6.4. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data 13 II. Teori Permintaan Uang dalam Hubungannya dengan Model Permintaan Uang dari Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay ... 16
1. Pengertian Uang ... 17
2. Teori Permintaan Uang ... 21
2.1. Teori Kuantitas U a n g ... 23
2.1.1. Teori Kuantitas Uang Modern ... 24
Aghe-BAB: Halaman
vli serta Penggunaannya dalam , Analisis Per
mintaan Uang Kuasi ... 29
3.1. Model permintaan uang menurut Bijan B. Aghevli ... 29
3.2. Penggunaan model Bijan B. Aghevli dalam analisis permintaan uang kuasi ... 34
III. Kebijaksanaan dan Perkembangan Moneter di Indo
nesia ... 41
1. Deregulasi Perbankan ... 41
2. Perkembangan Permintaan Uang Periode 1980-
1985 ... 44
3. Perkembangan Tingkat Bunga dan Tingkat Infla si Periode 1979-1985 '...47
4. Perkembangan Pendapatan Riil Masyarakat Peri
ode 19 8 0 sampai dengan 1985 ... -.... 52
IV. Analisis Perkembangan Permintaan Uang Kuasi di
. Indonesia ... 56
1. Analisis Permintaan Uang Kuasi dalam Ilubung- &jmyu dengan Tingkat Bunga dan Tingkat Infla
si ...«. ... . 2r' 6
2. Analisis Permintaan Uang Kuasi dan Pendapatan Riil Masyarakat ... 59
3* Analisis Model Permintaan Uang Kuasi menurut Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay ... 62
3.1. Pengaruh kebijaksanaan moneter 1 Juni
19 8 3 terhadap permintaan uang kuasi .... 6 8
4. Efektivitas Kebijaksanaan Moneter 1 Juni 1983 terhadap Permintaan Uang Kuasi di Indonesia . 74
V. Kesimpulan dan Saran ... 77
1 . Kesimpulan ... 77
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Permintaan Uang Sempit, Uang Kua si, dan Uang Luas dalam Nilai Nominal 1979:IV- 1985:IV (dalam milyar rupiah) ... 45
2. Perkembangan Tingkat Inflasi dan Tingkat Bunga 1979:IV - 1985:IV ... 49
3. Perkembangan Uang Kuasi dan Deposito Berjangka Tahun 1980 - 1985 (dalam milyar rupiah) ... 50
4. Perkembangan Deposito Berjangka Tahun 1980 -
1985 (dalam milyar rupiah) ... ... 51
5. Posisi Produk Domestik Bruto Periode Tahun
1979 - 1985 ... 53
6 . Perkembangan Produk Domestik Bruto Triwulanan
Indonesia dalam Nilai Nominal dan Riil 1980:1- 1985:IV (dalam milyar rupiah) ... 54
7. Perkembangan Permintaan Uang Kuasi di Indone
sia Periode 1979 - 1980 ... 57
8 . Tingkat Inflasi dan Tingkat Bunga Deposito
Berjangka pada Bank-bank Pemerintah 1979 -
1985 ... 58
9. Posisi Produk Domestik Bruto dan Uang Kuasi di Indonesia Tahun 1979 - 1985 ... 60
10. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dan Uang Ku
asi di Indonesia Tahun 1979 - 1985 ... 61
11. Permintaan Uang Kuasi, Tingkat Bunga, Tingkat
Inflasi dan Produk Domestik Bruto Indonesia
1980:1 - 1985:1V ... 63
12. Permintaan Uang Kuasi, Tingkat Bunga, Tingkat
Inflasi dan Produk Domestik Bruto Indonesia
1980:1 - 1985:1V (dalam harga logaritma) .... 64
13. Uang Beredar dan Likuiditas Perekonomian 1980-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Tabel-tabel Data dan Sumbernya.
2. Hasil-hasil Perhitungan Regresi.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pandangan Umum
Keadaan dan perkembangan perekonomian Indonesia
selama ini masih sangat bergantung pada kondisi ekonomi
dunia, terutama pada perkembangan harga migas di pasaran
internasional dan pada penerimaan bantuan serta pinjaman
luar negeri. Perekonomian dunia yang mengalami kesulitan
se^ak awal tahun 1 9 8 0, telah mengubah keadaan pasar mi
gas dunia ke arah yang kurang menguntungkan bagi kita,
nyatanya juga membawa dampak langsung terhadap pertum
buhan ekonomi Indonesia.
Sejak tahun 1982 Indonesia mempunyai tingkat pertum buhan ekonomi yang rendah dibanding masa-masa sebe-
lumnya, Pertumbuhan secara rata-rata per tahun peri
ode 1982-1985 sekitar 3>9%, sedangkan periode 1971 —
1 9 8 1 secara rata-rata mencapai 8 % . 1
Dalam memasuki Pelita IV, "... diperlukan pembia-
yaan yang memadai, yang terutama harus bersumber dari
dalam negeri, sedangkan sumber-sumber luar negeri meru-p
pakan sumber pelengkap." Bertitik tolak dari hal ini
kemudian didorong oleh tuntutan bahwa perkembangan serta
Anggito Abimanyu dan Darmawan Budiarto, "Tan-
tangan Deregulasi: Instrumen Apalagi?'.', Prisma, Nomor 6 ,
LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 61, 2
pertumbuhan ekonomi harus tetap berada pada tingkat yang
sebaik-baiknya, sementara itu sumber pembiayaan pemba
ngunan yang berasal dari luarnegeri semakin sulit untuk
diperoleh, maka pemerintah terdorong untuk menggali sum
ber pembiayaan pembangunan yang berasal dari dalam nege-
ri.
Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai kebijak
sanaan telah dikeluarkan pemerintah dalam usahanya untuk
mengatasi tantangan yang dialami oleh perekonomian kita
— salah satunya adalah kebijaksanaan moneter. Diungkap-
kan dalam Kajian Perekonomian Indonesia dalam analisis-
nya tentang 'Perkembangan Moneter dan Perbankan1 bahwa
kebijaksanaan moneter di Indonesia mempunyai peranan
yang penting dalam mendukung usaha peningkatan pemba
ngunan yaitu dengan menyediakan alat likuiditas yang me-
madai bagi perekonomian, meningkatkan pertumbuhan ekono
mi yang optimal sambil tetap menjaga stabilitas ekonomi?
Tepatnya mulai tanggal 1 Juni 1983) Indonesia me-
masuki era baru dalam sistem moneter dan perbankan. Sua
tu kebijaksanaan moneter dan perbankan yang mendasar te
lah dikeluarkan oleh pemerintah yang selanjutnya disebut
sebagai Deregulasi Perbankan. Kebijaksanaan ini memberi
kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan tingkat
bu-^Dirangkum dari Kajian Perekonomian Indonesia,
nga dan ekspansi kreditnya. Tujuannya antara lain untuk
meningkatkan pengerahan dana pembangunan'yang berasal
dari dalam negeri — melalui perbankan — dan menyalur-
kan kembali dalam bentuk kredit bagi kegiatan dunia usa-
ha.
Pada kenyataannya selama tiga tahun deregulasi
perbankan, pihak bank mampu memobilisasi dana masyarakat
terutama deposito berjangka yang relatif besar. Namun,
pihak perbankan menghadapi kesulitan dalam menyalurkan
dananya yang berbentuk kredit bagi kegiatan dunia usaha.
Hal tersebut berkaitan dengan pernyataan dari seorang
analis ekonomi yang menyatakan bahwa,
Kelesuan pasar dengan tingkat inflasi rendah, .ting kat bunga yang masih tinggi, merosotnya nilai dollar
(US$) serta ketidakpastian harga minyak — walaupun
telah ada kesepakan sementara — sangat raewamai
situasi moneter Indonesia hingga saat ini. 4
Investasi finansial menjadi pilihan yang lebih
menarik dengan rangsangan tingkat bunga nominal yang cu
kup besar. Bahkan tingkat bunga riil pun masih tinggi,
karena rendahnya tingkat inflasi. Dengan demikian, dana
cenderung digunakan untuk spekulasi daripada untuk kegi
atan investasi.
Menurut Anwar Nasution, dalam jangka pendek
dere-Anggito Abimanyu dan Darmawan Budiarto, "Uang,
49-gulasi itu telah menimbulkan ketidakpastian bagi pereko
nomian secara keseluruhan. Sumber ketidakpastian terse
but merupakan akibat perubahan sumber dana perbankan,
perubahan tingkat bunga, dan perubahan arah perkreditan?
Konsekuensi logis yang timbul sebagai akibat adanya de
regulasi perbankan ini adalah berubahnya tingkat bunga
pada deposito berjangka dan tabungan yang selanjutnya
akan mempengaruhi minat masyarakat dalam menyimpan keka-
yaannya. Sebagai akibat lanjutnya, permintaan uang kuasi
— deposito berjangka dan tabungan — menjadi bertambah.
J ' Permintaan akan deposito berjangka dan tabungan
jika dilihat dari sisi perbankan identik dengan
penawar-an deposito berjpenawar-angka dpenawar-an tabungpenawar-an. Deng&n perkatapenawar-an
la-, inla-, permintaan uang ku&si itu identik dengan dana yang
ditawarlcan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan,
Beberapa definisi uang, masing-masing berbeda sesuai
dengan tingkat likuiditasnya, M1 adalah uang kertas
dan uang logam ditambah simpanan dalam bentuk re
kening koran (demand deposit). M2 adalah M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka..(time deposit) pada bank umum. Deposito berjangka dan tabungan walaupun tidak dipandang sebagai uang dalam definisi M1 teta-
pi bersifat alat finansial yang likuid sekali dan
merupakan suatu cara yang penting untuk mengumpulkan
nilai (store of value) . 6
Dari pernyataan tersebut terkandung suatu
penger-^Anwar Hasution, "Fungsi Supervisi BI Masih Ku-
rang". Prisma, no, 6 , LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 25.
tian bahwa uang kuasi merupakan bagian dari definisi
uang secara luas (M2) yang permintaannya lebih banyak
ditujukan untuk menyimpan kekayaan. Uang kuasi juga mem-
punyai arti penting dalam memelihara likuiditas pereko
nomian suatu negara, karena likuiditas perekonomian ter-
diri atas jumlah uang beredar (M1) ditambah dengan uang
kuasi.
Model permintaan uang kuasi dari Bijan B. Aghevli
dan N.A.L. Mailangkay dapat dipakai untuk mengkuantifi-
kasikan hubungan antara variabel-variabel bebas dan tak
bebas dalam teori permintaan uang. Suatu modifikasi yang
mungkin dilakukan terhadap model tersebut dapat memberi-
kan suatu kerangka analitis dalam rangka mengkaji peri-
laku variabel-variabel yang ada dalam model tersebut.
Dari hasil pengujian model permintaan uang kuasi
tersebut, pengaruh kebijaksanaan moneter 1 Juni 1983 ter
hadap permintaan uang kuasi di Indonesia dapat dilihat
melalui pengujian secara kuantitatif.
2. Pen.jelasan Judul
Judul skripsi ini adalah "PENGARUH KEBIJAKSANAAN
MONETER 1 JUNI 1983 TERHADAP ?2R!ffiTTAAN UANG KUASI DI IN
DONESIA". Adapun maksudnya secara terinci dapat diurai-
kan sebagai berikut:
yang dalam hal ini adalah kebijaksanaan moneter 1 Ju
ni 1983;
(2) Kebijaksanaan moneter adalah rencana dan tindakan
otoritas moneter yang terkoordinasikan untuk menjaga'
keseimbangan moneter dan kestabilan ekonomi;
(3) 1 Juni 1983 merupakan tanggal, bulan dan tahun dite-
tapkannya kebijaksanaan tersebut oleh pemerintah;
(4) Dari penggabungan penjelasan (2) dan (3) maksudnya
adalah kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter,
dan perbankan untuk mengarahkan dan menaikkan kebe-
basan yang lebih luas bagi perbankan agar lebih man-
diri yang selanjutnya disebut sebagai Deregulasi Per
bankan;
(5) Kata ’terhadap* berarti hanya dikaitkan dengan, yai
tu dikaitkan dengan 'permintaan uang kuasi di Indo
nesia;
(6 ) Permintaan uang kuasi yang dimaksud adalah perminta-
an uang oleh masyarakat dalam bentuk deposito ber
jangka, tabungan dan rekeningAabungan dalam valuta
asing;
(7) Di Indonesia merupakan batasan geografis pembahasan
skripsi ini,
Dengan demikian maksud judul tersebut secara
ke-seluruhan adalah bagaimanan pengaruh variabel-variabel
de-ngan adanya kebijaksanaan moneter 1 Juni 1983 terhadap
permintaan uang kuasi di Indonesia.
3. Alasan Pemilihan Judul
Setelah adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983,
tingkat bunga uang kuasi di Indonesia mengalami perubah-
an yang menyolok. Hal ini tentu berpengaruh pada jumlah
permintaan uang kuasi. Jika dibandingkan dengan masa se-
belum deregulasi perbankan, sekarang ini masyarakat cen-
derung memegang uang kuasi dalam jumlah yang lebih besar
dibanding uang sempit. Bertitik tolak dari kenyataan
itulah, penulis mehjadi tertarik untuk melihat secara em-
piris tentang pengaruh deregulasi perbankan terhadap per
mintaan uang kuasi di Indonesia, akhirnya menetapkan ju
dul seperti telah disebutkan pada bagian muka,
4. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan skripsi ini dapat diuraikan se
bagai berikut:
(1) Untuk lebih memahami teori ekonomi moneter, khusus-
nya tentang teori permintaan uang dan teori ekonome-
trika yang biasa dipakai dalam analisis kuantitatif
di dalam ilmu ekonorni;
(2) r.lenganalisis bentuk hubungan antara variabel-varia
(3) Menerapkan model permintaan uang kuasi Bijan B. Aghe
vli dan N.A.L. I.lailangkay dalam pembahasan skripsi
ini sehingga pengaruh deregulasi perbankan 1 Juni
1983 terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia da
pat dilihat melalui pengujian empiris;
(4) Agar memperoleh gambaran bagaimana pengaruh deregu
lasi perbankan 1 Juni 1983 terhadap permintaan uang
kuasi di Indonesia.
5. Sistetnatika Skripsi
Sistematika di dalam skripsi ini mencakup lima
bab, Bab I merupakan pendahuluan, Bab II, III, dan IV
adalah bagian uraian skripsi ini. Pada Bab V merupakan
kesimpulan dan saran. Adapun uraian secara lengkap bab-
bab dan sub-sub bab adalah sebagai berikut;
Bab I: Pendahuluan. Secara berurutan meliputi sub
bab: Pandangan Umum, Penjelasan Judul, Alasan Pemilihan
Judul, Tujuan Penyusunan, Sistematika Skripsi, dan Meto-
dologi, Sub bab Metodologi dirinci lagi, yaitu meliputi'-
Permasalahan, Hipotesis kerja, Teba telaah, serta Prose-
dur pengumpulan dan pengolahan data.
Bab II: Teori Permintaan Uang dalam Hubungannya
dengan M0del Permintaan Uang dari Bijan B. Aghevli dan
N.A.L. Mailangkay. Sub bab pertama secara ringkas memba-
teori permintaan uang yang ditekankan pada teori kuanti
tas uang modern. Kemudian pada sub bab terakhir dikemu-
kakan model permintaan uang Bijan B. Aghevli- N.A.L. Ma-
ilangkay. Bab II ini secara keseluruhan akan menunjukkan
teori yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan
skripsi ini, kemudian dihubungkan dengan model perminta
an uang Bijan B. Aghevli - N.A.L. Mailangkay yang ber-
manfaat sebagai alat analisis.
Bab III: Kebijaksanaan dan Perkembangan Moneter
di Indonesia. Pengertian tentang kebijaksanaan moneter -1.
Juni 1983 dikemukakan dalam sub bab pertama. Tiga sub
bab berikutnya menyajikan data mengenai perkembangan mo
neter di Indonesia, yaitu perkembangan jumlah uang kua
si, tingkat bunga, tingkat inflasi dan Produk Domestik
Bruto untuk periode 1979-1985.
Bab IV: Analisis Perkembangan Permintaan Uang Ku
asi di Indonesia Periode 1980-1985. Analisis secara kua-
litatif mengenai pengaruh variabel tingkat bunga, ting
kat inflasi dan Produk Domestik Bruto terhadap perminta
an uang kuasi disajikan pada sub bab pertama. Pada sub
bab berikutnya disajikan analisis secara kuantitatif ya
itu dengan menggunakan model Bijan B. Aghevli-H.A.L. Ma
ilangkay, dan selanjutnya, pengaruh deregulasi perbankan
terhadap permintaan uang kuasi akan dianalisis pada sub
ba-gaimana efektivitas kebijaksanaan deregulasi perbankan
terhadap permintaan uang kuasi.
Bab V: Kesimpulan dan Saran. Di dalam bab ini sub
bab pertama menyimpulkan mengenai hasil-hasil pengujian
dan pembahasan dalam skripsi ini. Beberapa saran yang
berkaitan dengan kesimpulan dalam sub bab pertama akan
disajikan dalam sub bab kedua.
6 . Metodologi
6.1. Permasalahan.
Permintaan uang kuasi, antara lain dipengaruhi
oleh tingkat bunganya. Hubungan antara tingkat bunga dan
permintaan uang kuasi bersifat searah, sehingga apabila
tingkat bunganya naik, permintaan uang kuasi akan naik.
Demikian pula sebaliknya, jika tingkat bunga turun, per
mintaan uang kuasi akan turun pula.
Deregulasi perbankan 1 Juni 1983, pada av/alnya me-
nimbulkan konsekuensi logis, yaitu naiknya tingkat bunga
uang kuasi. Hal ini menyebabkan jumlah kekayaan masya
rakat yang dialokasikan dalam bentuk uang kuasi menjadi
meningkat, yang berarti bahwa permintaan uang kuasi juga
meningkat.
Pada perkembangan selanjutnya menunjukkan adanya
kuasi mulai tampak, tetapi permintaannya tetap mengalami
peningkatan. Mengutip pernyataan suatu sumber "... bahwa
suku bunga deposito yang terus menurun pada tahun 19 8 5
7 ternyata disertai oleh kenaikan volumenya . '
Dengan demikian jelaslah bahwa kondisi tersebut
merupakan suatu penyimpangan. Seharusnya bila tingkat bu
nga uang kuasi turun maka permintaannya juga menurun.
6.2. Hipotesis kerja.
Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mai^afigkay menerang-
kan bahwa "Permintaan uang kuasi tidak semata-mata dipe
ngaruhi oleh tingkat bunganya saja, tetapi dipengaruhi
o
pula oleh tingkat inflasi yang diharapkan." Sehingga
kondisi yang menyimpang — seperti telah dikemukakan da
lam permasalahan — disebabkan oleh anggapan masyarakat,
bahwa lebih menguntungkan bila kekayaannya ditanamkan .da-
l&Hi bentuk uang kuasi daripada dalam bentuk asset fisik
lainnya — yang return-nya diukur dari tingkat inflasi.
Hal tersebut disebabkan, walaupun tingkat bunga uang ku
asi sudah menurun, tetapi tingkatnya masih lebih tinggi
daripada tingkat inflasi yang diharap. v
7"Perkembangan Moneter dan Perbankan", Kajian Per
ekonomian Indonesia, No. 07 Vol. V, Juli 1986, hal. 10. o
Hendi Kariawan, "Pengaruh .Deregulasi Perbankan
Melalui perbandingan antara .nilai elastisitas
tingkat bunga uang kuasi dan nilai elastisitas tingkat
inflasi, akan dapat dilihat bagaimana pengaruh perubahan
tingkat inflasi masih mampu memacu laju kenaikan permin
taan uang kuasi.
Dengan demikian dapatlah dikemukakan suatu hipo-
tesis kerja, bahwa permintaan uang kuasi itu dipengaruhi
oleh bentuk hubungan — perbandingan — antara elastisi-
tas tingkat bunga uang kuasi dengan elastisitas tingkat
inflasi. Dengan perkataan lain, jika tingkat bunga uang
kuasi lebih besar daripada tingkat inflasi maka permin
taan uang kuasi tetap meningkat.
6.3. Teba telaah. ®
Pembahasan dan analisis di dalam skripsi ini ha
nya melihat satu sisi, yaitu sisi permintaan uang kuasi
saja. Agar dalam penulisan skripsi ini tidak mengalami
kesimpangsiuran, maka penulis menetapkan batasan-batasan
sebagai berikut;
(1) Uang kuasi yang dimaksud adalah'deposito berjangka,
tabungan, rekening valuta asing milik penduduk seba-
gaimana yang dilaporkan oleh Bank Indonesia;
(2) Model yang digunakan dalam analisis data adalah mo
del permintaan uang kuasi Bijan B. Aghevli dan N.A.L.
Mailangkay. Variabel-variabel yang tercakup di dalam-
nya adalah uang kuasi, Produk Domestik Bruto, ting
kat bunga dan laju inflasi;
(3) Pengukuran tingkat bunga uang kuasi berdasarkan pada
rata-rata tertimbang tingkat bunga berbagai. deposito
berjangka pada bank-bank pemerintah, karena sekitar
62,5% dari deposito berjangka berada pada bank-bank
pemerintah;^
(4) Tingkat inflasi diukur dari perubahan indeks harga
konsumen (IIIK) yang mulai digunakan sebagai indi-
kator laju inflasi di Indonesia pada tahun 1979;
(5) Pendapatan riil masyarakat diukur dari Produk Domes
tik Bruto riil (PDB riil);
(6) Pembahasan skripsi ini didukung oleh data tahun 1979
sampai dengan 19 8 5 dalam bentuk data triwulanan, se-
bab untuk menyusun model tersebut data tahunan tidak
mencukupi.
6 .4 . Prosedur pengumpulan dan pengolahan data.
Data yang digunakan dalam skripsi ini berjenis da
ta sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengguna-kan metoda survey, yakni survey kepustakaan dengan jalan
o
Penulis mengambil data yang telah diolah dari
membaca buku-buku literatur, majalah, surat kabar, lapor
an laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, Biro
Pusat Statistik dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan
penulisan skripsi ini.
Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model permintaan uang kuasi Bijan B. Aghevli
dan N.A.L. Mailangkay, Yaitu: f
Log (QM)t = a^k + a2k log (Y)t + a^k log (i)^
+ a^k log (P)t + (1-k) log (QM) t _ 1
Sebelum itu, akan diadakan penyesuaian terhadap data
yang telah diperoleh. Rumus-rumus yang digunakan untuk
pengo'lahan data itu adalah:
(1) QMt = (QM*/3?)t- . 100
QM^ = Permintaan uang kuasi riil pada periode t *
QM^ = Permintaan uang kuasi nominal pada periode t
Pt = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode t
(2) Yt = (Y*/P)t . 100
Y^ = Pendapatan riil pada periode t *
Y^ «= Pendapatan nominal pada periode t
P^ = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt - IHKt _ 1
(3) Pt =
---P^ = Tingkat inflasi pada periode t
t = triwulan ke 1 , 2 , 3, .. • >
_ i
— K Yt - 4,5/12 <Yt. -
Yt-Q 2 = i Yt
I UI ro <Yt -
Yt-1^
q3 = i Yt + 1,5/12 <Yt "
Yt-Q4
1
= T Yt ♦ 4,5/12 <Yt - Yt-■
1>
Q = data triwulanan
Y^ = data tahun yang berlaku (periode t)
Y^ . ^ 1 = data tahun sehelumnya
Rumus (4) disebut cara interpolasi linier yang
berfungsi untuk mengubah data tahunan menjadi data tri- 1°
wulanan.
10
Cara ini telah digunakan oleh Insukindro untuk
memperoleh data PDB triwulanan dalam beberapa makalah-
nya. Perumusan interpolasi linier tersebut dilakukan de
ngan cara coba-coba dan didasarkan pada model yang di-
kembangkan oleh A.C. Diz. Lihat Insukindro, "Pengaruh
TEORI PERMINTAAN UANG DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN MODEL PERMINTAAN UANG DARI
BIJAN B. AGHEVLI-N, A. L. MAILANGKAY
Deregulasi perbankan 1 Juni 1983 menimbulkan be-
berapa perubahan pada sistem perbankan di Indonesia. An
tara lain berubahnya tingkat bunga deposito dan tabungan
yang araat menyolok, sehingga minat masyarakat untuk me-
nyimpan kekayaan dalam bentuk deposito dan tabungan atau
uang kuasi juga meningkat. Atau dengan kata lain, dengan
adanya kebijakan tersebut, permintaan uang kuasi masya
rakat meningkat.
Untuk melihat bagaimana pengaruh deregulasi per
bankan terhadap permintaan uang kuasi di Indonesia dapat
dianalisis secara kuantitatif. Seperti telah dikemukakan
pada Bab I, bahwa model permintaan uang kuasi dari Bijan
B. Aghevli - N.A.L. Mailangkay dapat dipakai untuk meng-
kuantifikasikan hubungan antara variabel-variabel dalam
teori permintaan uang.
Variabel-variabel yang ada dalam model tersebut
ternyata mempunyai kesamaan dengan variabel-variabel di
dalam teori tentang permintaan uang yang dikemukakan Mil
ton Friedman atau disebut Teori Kuantitas Modern. Dapat
dasarkan pada Teori Kuantitas Uang Modern. Dengan demi
kian dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan teori
permintaan uang yang ada hubungannya dengan model terse
but sehingga pengaruh deregulasi perbankan terhadap per
mintaan uang kuasi dapat dilihat dari teori permintaan
uang melalui pengujian secara kuantitatif.
1. Pengertian Uang
Uang merupakan bagian yang tak terpiaahkan dari
kehidupan kita sehari-hari. Mengutip pernyataan Iswardo-
no Sardjono, "Bahwa uang itu merupakan darahnya pereko
nomian .*. dimana mekanisme perekonomian berdasarkan la-
lulintas barang dan jasa semua kegiatan ekonomi ... akan
memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tu- . i
Ouan.u
Jika ditinjau dari proses terjadinya, pada mula-
nya uang itu berwujud barang-barang — barang yang sa-
ngat disukai oleh semua orang dan jumlahnya terbatas —
yang disetujui untuk digunakan sebagai alat penukar. De
ngan meningkatnya peradaban masyarakat, muncullah suatu
lembaga yang raengorganisasikan kegiatan masyarakat. Lem-
baga tersebut kemudian raenetapkan dan mengeluarkan alat
penukar (uang) dalam bentuk,, ukuran, berat dan bahan
tertentu, yaitu logam. Pada perkembangan selanjutnya mun-
cul alat penukar yang dibuat dari kertas, Can saat ini
apa yang disebut uang sebagai alat tukar, wujudnya ada
lah logam dan kertas,
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa uang ada
lah sesuatu yang secara umum diterima sebagai alat tukar,
alat bayar, satuan dasar penilaian, penyimpan daya beli
atau kekayaan. Untuk menjadikan sesuatu itu dapat dise
but sebagai uang, ada beberapa kriteria yang dapat digu
nakan sebagai pedoman, yaitu:
(1) accetability dan cogniaability yang berarti da
pat diterima secara umum dan diketahui secara umum.
(2) stability value, memiliki nilai yang stabil, (3)
elasticity of supply yaitu jumlah uang yang beredar harus dapat mencukupi kebutuhan dunia usaha (pereko nomian) . (4) portability artinya uang harus mudah di-
bawa untuk urusan setiap hari, (5) durability atau
tahan lama. (6 ) divisibility berarti dapat digunakan
untuk memantapkan transaksi dari berbagai jumlah se- hingga harus dicetak nominal yang bermacam-macam.
Definisi mengenai uang telah dikemukakan oleh pa
ra ahli dalam teorinya masing-masing. Perbedaan definisi
tersebut pada umumnya didasarkan pada perbedaan motif-
motif permintaan uang. Uang juga didefinisikan berdasar
tingkat likuiditas dari aktiva-aktiva finansial, karena
"Aspek uang yang terpenting adalah 'likuiditas1, ... yang
berarti uang itu dapat ditukar menjadi barang-barang
atau jasa-jasa *••• Makin roudah pertukarannya, makin li-
kuid sesuatu asset.
Uang dalam pengertian sempit (Ml) adalah uang ker-
tas dan logam ditambah uang giral yang dimiliki oleh
individu, perusahaan dan lembaga-lembaga pemerintah (de
mand deposit). Dalam arti luas (M2) adalah uang kartal,
uang giral dan ditambah uang kuasi. Uang kuasi tersebut
meliputi deposito berjangka, tabungan dan rekening atau
tabungan dalam bentuk valuta asing. Mengutip pernyataan
Anwar Nasution, bahwa "Total liquidity in Indonesia is
compused of currency, demand deposit, and quasi .money.
Sehingga pengertian uang secara luas (M2) disebut juga
likuiditas perekonomian.
Sedangkan tabungan dan deposito berjangka sebe-
narnya merupakan alat penyimpan kekayaan yang mempunyai
tingkat likuiditas tinggi, sehingga dapat dengan cepat
diubah menjadi uang. Dengan demikian, tabungan dan depo
sito berjangka dapat difungsikan sebagai alat pembayaran,
sebagai alat penyimpan kekayaan dan sebagai alat pemba
yaran tertunda. Oleh sebab itu, deposito berjangka dan
*3ruce Glassburner dan Aditiawan Chandra, Teori
dan Kebi.jaksanaan Bkonomi Makro, Cetakan ICetiga, LP3ES, Jakarta, 1983) hal. 93*
^Anwar Nasution, Financial Institutions and Poli cies in Indonesia, Institute- of Southeast Asian Studies,
tabungan digolongkan sebagai uang dan dinamakan uang ku
asi. Jika ditinjau dari fungsinya, permintaan uang kuasi
ini lebih condong ditujukan sebagai alat penyimpan keka
yaan, sedang uang dalam pengertian sempit (Ml) perminta-
annya lebih banyak ditujukan untuk keperluan transaksi
sehari-hari.
Untuk dapat menaksir permintaan uang dalam penger
tian sempit (M1) digunakan asumsi keseimbangan pada pa-
sar uang, sehingga jumlahnya dapat ditaksir dari jumlah
uang beredar yang dikeluarkan oleh pemerintah (supply of
money). Sedangkan jumlah dana yang terkumpul pada per
bankan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ser
ta rekening-rekening valuta asing milik penduduk dapat
dipakai sebagai penaksir jumlah uang kuasi yang diminta,
Mengenai penggunaan uang secara luas di dalam ke~
giatan perekonomian yang meliputi konsumsi, produksi dan
distribusi, oleh Boediono dikemukakan sebagai empat
fung-si uang, yaitu:
Jika digunakan secara luas ... sebagai: (a) alat tu kar menukar (means of exchange), (b) pengukur nilai (measure of value), (c) standar (ukuran) pembayaran masa depan (standard of deffered payments), (d) satu cara untuk menyimpan daya beli atau kekayaan (store of value atau store of wealth).5
Luas dan pentingnya fungsi uang yang semakin
nya-c
ta bagi setiap kegiatan ekonomi anggota masyarakat dan
bagi perekonomian suatu negara, dinyatakan pula oleh
Is-mid Hadad sebagai berikut:
... bukan saja bagi perorangan, melainkan sebagai
penggerak roda perekonomian secara keseluruhan, baik nasional maupun internasional, uang menyandang sifat dan dinamika yang mampu menjelma sebagai sarana pe- ngatur kehidupan masyarakat, negara, bahkan dunia mo
dern dewasa ini. 6
2, Teori Permintaan Uang
Teori permintaan uang, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua klasifikasi. Pengelompokan itu
pada umuranya didasarkan pada perbedaan mengenai pandang-
an-pandangan pencetusnya, khususnya mengenai hubungan
antara variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan
uang. Dua klasifikasi tersebut selanjutnya disebut de
ngan Aliran Teori Keynes dan Aliran Teori Kuantitas Uang.
Penganut Aliran Keynes disebut kaum Keynesian, sedang pe-
nganut Aliran Teori Kuantitas disebut kaum Monetaris.
Dua aliran teori permintaan uang tersebut mempu
nyai kesamaan konsepsi, yakni bahwa uang adalah salah sa
tu alat untuk meriyimpan daya beli atau kekayaan (store
of value). Perbedaan yang pokok antara dua aliran teori
permintaan uang tersebut adalah mengenai hubungan antara
^Ismid Hadad, "Topik Kita", Prisma, Edisi Juni,
uang yang berada pada sektor moneter dengan tingkat har-
ga-harga umum yang berada pada sektor riil,
Kaum monetaris berpendapat bahwa teori permintaan
uang merupakan teori pokok adanya hubungan antara kuan-
titas uang dengan harga-harga, Dengan perkataan lain ter-
dapat hubungan yang erat dan langsung antara kel.ebihan
uang tunai yang ada dalam masyarakat dengan laju inflasi*/
Di pihak lain, aliran Keynes menyatakan bahwa ti
dak terdapat hubungan yang langsung antara kuantitas
uang dengan inflasi. Hubungan tersebut adalah melalui me-
kanisme tingkat bunga* Dalam teorinya, Keynes pada haki-
katnya menyatakan bahwa terdapat berbagai motif raasyara-
kat memegang uang, yaitu untuk tujuan transaksi, speku-
lasi, dan berjaga-jaga. Dalam hal ini, Keynes raenekankan
pada £ungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan,
- Perbedaan yang fundamental antara dua aliran per
mintaan uang tersebut menyebabkan perbedaan pula dalam
implikasinya. Teori Keynes lebih cocok bagi negara-nega-
ra maju yang perekonomiannya memiliki sektor keuangan
yang lengkap sehingga dapat terjadi mekanisme tingkat bu
nga dengan baik.
Sedangkan mekanisme aliran monetaris lebih cocok
untuk negara-negara sedang berkembang karena sektor keu-
angannya belum rumit sehingga dapat terjadi mekanisme se
umura. Oleh karena Indonesia termasuk pada negara sedang
berkembang, maka teori kuantitas uang kiranya lebih se-
suai untuk diterapkan.
Dalam kaitannya dengan analisis dalam skripsi ini,
Teori Kuantitas Uang dapat dipergunakan sebagai landasan
untuk memilih model yang akan digunakan. Oleh karena itu,
teori kuantitas uang akan dibahas lebih mendalam bila di-
bandingkan dengan pembahasan tentang teori Keynes* Pemba-
hasan mengenai teori kuantitas lebih. ditekankan pada te
ori kuantitas uang yang modern, karena teori ini merupa
kan dasar teori model permintaan uang Bijan B. Aghevli -
N.A.L. Mailangkay.
2.1. Teori Kuantitas Uang.
Dalam pemikirannya yang tradisional, teori kuan
titas uang menyatakan bahwa penambahan kuantitas uang
akan menyebabkan pengeluaran masyarakat bertambah juga,
dan pada akhirnya akan menyebabkan pendapatan nasional
meningkat secara nominal. Dengan perkataan lain, permin
taan uang oleh masyarakat hanya didasarkan pada motif
transaksi saja.
Teori kuantitas uang ini menyatakan hubungan an
tara kuantitas uang dengan harga-harga. Teori ini meng
ambil landasan bahwa kuantitas uang dihubungkan secara
Da-pat dikatakan bahwa permintaan uang merupakan kekuatan
yang stabil dan dominan dalam perekonomian,
Aliran kuantitas uang ini cenderung menganggap
bahwa pemerintah tidak mempunyai pengaruh penting terha
dap permintaan uang. Pada perkembangan selanjutnya, teo
ri kuantitas uang dibedakan lagi menjadi dua golongan,
yaitu teori kuantitas uang Klasik dan teori kuantitas
uang Modern. Teori-teori yang dikelompokkan dalam teori
kuantitas Klasik adalah teori Irving Fisher, teori Al
fred Marshall dan A.C. Pigou. Sedangkan teori kuantitas
Modern dicetuskan pertama kali oleh pTofesor dari Uni
versitas Chicago, yaitu Milton Friedman. Uraian yang le
bih mendalam mengenai teori ini akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
2*1,1* Teori Kuantitas Uang Modern.
Milton Friedman adalah seorang yang mengembangkan
teori kuantitas uang dari kaum Klasik. Teorinya disebut
sebagai teori kuantitas uang Modern. Penganut aliran te
ori ini disebut kaum Monetaris.
Teori kuantitas uang Modern ini dapat diintsrpre-
tasikan sebagai pengembangan lebih lanjut dari teori
Cambridge. Dasar pemikiran yang digunakan dalam teorinya
menganggap bahwa "...teori permintaan uang hanyalah satu
7
pemilihan antara berbagai alternatif oleh konsumen '
Dalam tulisannya, Anwar Nasution juga menyatakan "...
the monetarists who see money as part of an individual
asset treat the demand for money like the demand for any Q
durable goods." Sehingga cara pendekatan Milton
Eried-man terhadap permintaan uang ialah dengan anggapan uang
seperti barang-barang, dan menganalisis permintaan uang
dari segi teori tentang pilihan konsumen, yaitu pilihan
antara memegang uang atau membeli
barang-barang.berdasar-kan pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Friedman melihat lima faktor yang menentukan permin
taan uang: (1) kegunaan atau manfaat persediaan uang
(money balances), (2) tingkat harga, (3) tingkat pen
dapatan riel, (4) suku bunga, dan (5 ) tingkat peru
bahan dalam tingkat harga ....9
Teori Friedman tersebut dapat ditulis sebagai
ber-ikut: 10
Md = f (U, P, Y, i, p) (1)
i«I^ = Demand for money
permintaan uang
U = Utility of balance
7
Boediono, op cit, hal. 50.
®Anwar Kasution, op cit, hal. 1 5 8 .
^Dudley G. Luckett, Money and Banking. Second
Edition,, terjemahan Paul C.^Tosyadi, Krlangga, Jakarta, 1983r 'hal- 465.
Kegunaan/manfaat sisa-aisa uang
P = Price level
tingkat harga
Y = Level of real income
tingkat pendapatan riil
i = Interest rate
suku..bunga
p s Rate of change in the price level
tingkat perubahan dalam tingkat harga
Menurut Friedman, pendapatan nominal sama dengan
hasil kali tingkat harga dan pendapatan riil, Y = Py. Se
hingga Friedman lebih suka memperlakukan P dan y secara
terpisah daripada dalam bentuk pendapatan nominal atau Y.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendapatan nominal dengan
permintaan uang mempunyai hubungan yang proporsional dan
searah. Akan tetapi untuk pendapatan riil, hubungan ter
sebut lebih daripada proporsional, misalnya bila terjadi
kenaikan pendapatan riil 1$, permintaan uang akan mening
kat lebih besar dari ' ]%,
Tingkat bunga menurut Friedman sebenarnya merupa
kan opportunity cost untuk menyimpan uang, yaitu merupa
kan pendapatan yang diperoleh seandainya uang tersebut
diinvestasikan. Jika tingkat bunga tinggi berarti makin
besar biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menyim
menyirapan kekayaannya dalam bentuk uang, yakni uang kua-*
si. Dengan kata lain, tingkat bunga dan permintaan uang
dalam pengertian sempit (Ml) mempunyai hubungan yang ter-
balik, sedangkan .tingkat.bunga dengan permintaan uang ku
asi mempunyai hubungan yang searah.
Variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan
/
uang adalah tingkat perubahan dalam tingkat harga (in
flasi). Inflasi ini merupakan biaya kerugian dalam daya
beli jika harga-harga naik. Bila inflasi tersebut melaju
semakin cepat berarti makin tinggi biayanya. Sebagai aki-
bat lebih lanjut, kuantitas uang yang diminta, baik itu
uang sempit (uang beredar) maupun uang kuasi akan sema
kin kecil.
Kegunaan/manfaat sisa-sisa uang (U) dalam persa-
maan (1) dapat diabaikan karena dianggap tidak pernah
bergerak secara menyolok — stabil, Variabel p (tingkat
perubahan dalam tingkat harga) juga diabaikan karena in
flasi dianggap stabil — penelitian yang diadakan di Ame-
rika Serikat yang pada saat itu keadaan : perekonomiannya
stabil dalam arti sudah selesainya masa hiper inflasi
yang lama. Sehingga persamaan (1) dapat .disederhanakan
menjadi: ^ **
Md = f (P, Y, i) (2)
Beberapa modifikasi terhadap persamaan (2) perlu
dilakukan agar dapat diperoleh suatu persamaan dasar un
tuk mengadakan studi empiris tentang permintaan uang. Un
tuk itu, persamaan (2 ) dapat ditulis lagi dalam bentuk
spesifik sebagai berikut:
Md = a P Yb i° (3)
di mana a, b, dan c adalah konstan-konstan yang nilainya
dapat ditentukan dengan analisis regresi.
Kemudian digunakan aeumsi keseimbangan antara
pe-d a
nawaran dan permintaan di pasar uang, yakni M * M , se
hingga diperoleh suatu persamaan:
Ms = a P Yb i c (4)
Kuruf ,s! dihilangkan agar bentuknya lebih sederhana dan
selanjutnya membagi kedua sisi persamaan (4) itu dengan
variabel P, sehingga persamaan (4) menjadi:
M/P = a Yb ic (5 )
M/P merupakan sisa-sisa uang riil — permintaan uang ri
il yang diperlakukan sebagai variabel tunggal. Dalam har
ga logaritma, persamaan (5 ) menjadi:
Log M/P = log a + b (log Y) + (c (log i) (6 )
Persamaan (6) "..♦merupakan bentuk dasar yang diambil
oleh kebanyakan studi empiris tentang permintaan uang
yang dilakukan teoretikus-teoretikus kuantitas dalam ta-1 2
Penulisan dalam bentuk logaritma seperti terlihat
pada persamaan (6) dimaksudkan agar koefisien a, b, dan
c secara langsung dapat mencerminkan harga elastisitas
variabel-variabel yang bersangkutan. Selanjutnya, konsep
elastisitas ini dapat digunakan untuk menerangkan bagai-
mana pengaruh satu variabel — dengan asumsi variabel la
innya tetap — terhadap permintaan uang.
Dalam mengemukakan teorinya, Friedman lebih mene-
kankan pada analisis secara empiris dan teori yang dike-
mukakannya mempunyai beberapa kelebihan, antara lain da
lam hal penentuan definisi uang, yakni dapat menggunakan
definisi dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2).
Demikian juga terhadap suku bunga, dapat menggunakan su
ku bunga dalam jangka pendek atau suku bunga jangka pan-
jang surat-surat berharga milik pemerintah atau swasta.
Jangka waktu yang dipakai juga dapat berbeda-beda, misal-
nya dapat dipakai data tahunan, triwulanan atau pun bu-
lanan. Kelebihan lainnya adalah dapat menggunakan data
dari berbagai negara.
3. r.Iodel Permintaan Uang Menurut Bi.jan B. Aghevli serta
Penggunaannya dalam Analisis Permintaan Uang Kuasi
3.1. Model permintaan uang menurut Bijan B. Aghevli.
dike-mukakan oleh Milton Friedjnan — Teori Kuantitas Uang Mo
dern — Bijan B. Aghevli secara khusus menyusun model
permintaan akan aktiva moneter di Indonesia dengan meng
gunakan analisis kuantitatif.
Metoda-raetoda kuantitatif di bidang ekonomi — se-
perti ilmu ekonometri — penggunaannya semakin pesat ber-
kembang, yaitu dipergunakan untuk mengadakan analisis ma-
upun pendekatan masalah serta digunakan pula untuk menga
dakan peramalan dan perencanaan. Hal tersebut *dikemuka-
kan oleh Boediono dalam tulisannya:
Today almost every Central Bank, Finance Department and National Planning Institution of various coun
tries of the world employ the econometric model to formulate their policies, as well as to forecast‘the
out comes. Indonesia is one of the few countries
which does not, as yet, employ this ’new technology1
to formulate her own development policies.13
Bijan B, Aghevli menyusun model ekonometri sektor
moneter Indonesia — salah satunya adalah model permin
taan aktiva moneter — didasarkan pada pengamatan kwar-
talan 1968:1 - 1973:IV. Alasannya adalah karena pada pe
riode sebelum tahun 19 6 8 uang kartal dan giral merupakan
bagian besar dalam likuiditas total. Setelah tahun 1968,
volume uang kuasi tumbuh cepat sekali sehingga menduduki
bagian yang besar dalam likuiditas perekonomian.
^Boediono, "Sebuah Model Iflakro Triwulanan Untuk
Indonesia", Ekonomi dan Keuangan Indonesia, September,
Hasil-hasil ramalan yang didasarkan pada model
tersebut sangat bermanfaat sebagai taksiran bebas yang
digunakan bersama-sama informasi lain untuk tujuan peng-
ambilan keputusan.
Mengenai kekayaan moneter, Bijan B. Aghevli
menge-mukakan sebagai berikut:
Kekayaan-kekayaan moneter memaittkan p:eranan ganda
yang penting di negara-negara berkembang karena ke
kayaan-kekayaan semacam ini tidak hanya digunakan
untuk tujuan transaksi tetapi juga merupakan bentuk tabungan ... * Masyarakat memegang tabungan-tabungan- nya dalam bentuk barang-barang riil atau sebagai ke kayaan moneter.14
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kekayaan
moneter riil dapat berupa uang beredar (M1) maupun beru-
pa tabungan dan deposito berjangka (uang kuasi). Dengan
demikian berarti bahwa Bijan B. Aghevli mengemukakan
, fungsi permintaan uang dengan istilah fungsi permintaan
kekayaan moneter riil. Selanjutnya, dikeraukakan oleh Bi
jan B. Aghevli bahwa n... permintaan kekayaan’moneter ri
il yang diinginkan (M/P)D merupakan fungsi dari pendapat
an riel, Y, laju inflasi, ft, dan bunga yang dibayarkan
15 untuk uang kuasi, r, sebagai berikut:”
Log W P ) ^ = aQ + a1 log(Y) + a2 *K: + log(r)(7)
^Bijan B. Aghevli, "Model Ekonometri Sektor Mo neter Indonesia", dalam Faried Wijaya dan Soetatwo Kadi- wigeno (ed), Untaian Ekonomi Moneter dan Perbankan^ Edi si Pertama, BPfE-UQM, YogyakarlTa, 1980, hal. 69.
Di dalam model tersebut, pendapatan diukur dengan
Produk Domestik Bruto yang penggunaannya lebih sesuai de
ngan kondisi di Indonesia dibanding dengan Produk Nasio-
nal Bruto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anwar Na-
sution bahwa "... the former GDP gives better picture of
the domestic economic activity .
Tingkat bunga yang digunakan dalam model^ini ada
lah tingkat bunga yang dibayarkan pada deposito berjang
ka dengan jatuh tempo satu tahun atau lebih yang dinya-
takan dengan persentase atas dasar tahunan. Dasar pertim-
bangan yang digunakan dalam pemilihan tingkat bunga ter
sebut adalah bahwa komposisi deposito berjangka mendu-
duki persentase yang besar terhadap jumlah uang . kuasi,
dan sebagian besar dari deposito berjangka berada pada
bank-bank pemerintah (lihat Lampiran 1 Tabel 2 dan 3).
Bijan B. Aghevli mengemukakan pula tentang ting
kat inflasi yang diharapkan, yaitu bahwa:
Masyarakat mengukur besarnya ongkos pengganti (the
opportunity cost) .... Selanjutnya dianggap bahwa ma syarakat menyesuaikan harapan-harapan menurut hubung an berikut ini:
A K e = Y : 0 < Y < 1 (8 )
Formula di atas berarti bahwa masyarakat menyesuai kan harapan inflasinya menurut perbedaan antara in flasi alctual dan, harapan-harapan yang ditunjukkan da lam periode sebelumnya. Sebuah analisa data di Indo nesia menunjukkan bahwa koefisien penyesuaiannya
ngat mendekati satu. Laju inflasi aktual dapat digu- nakan sebagai pengganti untuk inflasi yang diharap-
kan .,..17
Model yang dikemukakan oleh Bijan B. Aghevli ini
hanya memandang dari satu sisi saja, yakni sisi
permin-taan uang dan model ini mengasumsikan bahwa:
... masyarakat menyesuaikan saldo riil yang . mereka
pegang dalam setiap bentuk kekayaan moneter dengan
tingkat yang mereka inginkan* Penyesuaian <tersebut
didasarkan pada mekanisme penyesuaian parsial yang
berarti masyarakat menambah persediaan saldo uang se- belumnya dengan suatu fraction/pecahan yaitu perbe- daan antara permintaan uang yang diinginkan dan pe- nawaran aktual periode sebelumnya
Mekanisme tersebut dapat dituliskan dalam persamaan se- 19
bagai berikut: 7
^adalah koefisien penyesuaiannya,
Melalui substitusi persamaan (7 ) dan (8 ) ke dalam
persamaan (9 ) dan dengan menggunakan asumsi bahwa perrain-
taan uang riil selalu sama dengan penawarannya, maka da
pat diperoleh model permintaan kekayaan moneter riil —
model permintaan uang — sebagai berikut:
A Log (M/P)t =A Jllog (M/P)* - log (M/P)t_1'
o U O
(9)
Log (M/P)® = aQ ..\ + a r>\ log (Y)t
Soetatwo Hadiwigeno (ed), loc cit. 4
17Bijan B. Aghevli* op cit dalam Paried Wijaya &
1 8Ibid, hal. 69.
1 9
+ V A Ttt + a
3
-A 10s (r)t
+ (1-A) log (M/P) t _ 1 (10)
Untuk definisi uang sempit (M1), koefiaien a 1 .diharapkan
positif, sedangkan ag cLs.n a^ diharapkan negatif. Kemudi-
an untuk definisi uang kuasi (QM) dan uang luas (M2), ko-
efisien a^ dan a^ diharapkan positif, sedangkan a^ diha
rapkan negatif.
Di dalara model permintaan uang ini, Bijan B. Aghe
vli menggunakan rumusan interpolasi linier — sebagai-
mana yang dilakukan oleh A.C. Diz — untuk meraperoleh da
ta Produk Domestik Bruto triwulanan dari data tahunan.
Hal ini ;juga dinyatakan oleh Anwar Nasution:
Aghevli derive their quarterly nominal GDP series
from', annual figures by the linier interpolation
technique as first popularized by Adolfo Caesar Diz (1970). In this technique, the quarterly nominal GDP series is derive by taking a linier interpolation of the annual series for real income subject to the con dition that sum for each year should add to the cor
responding v a l u e .2 0
3.2« Penggunaan Model Bi;jan B. Aghevli dalam _ -Analisis
Permintaan Uang Kuasi.
Penggunaan metoda-metoda kuantitatif untuk menga-
nalisis variabel-variabel ekonomi dalam rangka merumus-
kan suatu kebijakan pada saat ini memang semakin berkem-
pendamping dari rumusan yang dibuat secara kualitatif
oleh para pengambil keputusan. Seperti dinyatakan oleh
Boediono:
Menggunakan model ekonometri untuk perumusan kebijak- ■sanaari tldaklah berarti bahwa intuiai dan penilaian kualitatif dari perumus kebijaksanaan tidak diperlu- kan lagi .... Intuisi perumus kebijaksanaan yang di- dasarkan atas pengalaman dan pengetahuannya yang men-
dalam mengenai bidang kebijaksanaan tersebut tetap
merupakan unsur yang terpenting dalam proses perumus-
san kebijaksanaan maupun proyeksi. ^ 1
Dengan demikian, model ekonometri hanya merupakan
alat untuk mempertajam dan mengoreksi lembaga-lembaga
tersebut, sehingga model ekonometri yang ditaksir secara
baik akan dapat memberikan landasan yang objektif serta
konsisten bagi pengambilan keputusan kebijakan. Akan te—
tapi perlu diperhatikan bahwa model ekonometri yang baik
adalah tidak hanya mencakup variabel-variabel kuantita-
tif saja, namun juga harus dapat mencakup aspek-aspek
kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap variabel eko-
nomi yang pada umumnya bersifat kuantitatif. Suatu model
ekonometri juga perlu disempumakan dari waktu ke waktu
sesuai dengan tersedianya data baru.
Bijan B. Aghevli dan N.A.L. Mailangkay secara khu-
sus juga pernah menggunakan model ekonometri untuk menga-
nalisis permintaan uang kuasi di Indonesia pada periode
tahun 1968-1973* Model tersebut akan digunakan .kembali
21
dalam menganalisis permintaan uang kuasi (QM) sehubungan
dengan adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983.
Penggunaan model uang kuasi tersebut dalam skrip-
si ini adalah dengan alasan bahwa sebelum deregulasi per
bankan 1 Juni 1983 tersebut uan^; beredar — uang dalam
pengertian sempit (M1) menempati bagian yang besar da
lam likuiditas perekonomian. Uamun, setelah masa deregu
lasi perbankan 1 Juni 1983, uang kuasi tumbuh dengan ce-
pat dan menempati bagian yang besar dalam likuiditas per-
ekonomian Indonesia. Dengan perkataan lain, 'jumlah uang
kuasi lebih besar daripada jumlah uang beredar. Kondisi
ini mempunyai persamaan dengan kondisi tahun 1 9 6 8-1 9 7 3,
pada saat Bijan B. Aghevli dan II.A.L. Mailangkay menerap-
kan model tersebut di Indonesia.
ModeJ permintaan uang kuasi tersebut adalah seba- 22
gai berikuts
Log (QIvl/P)t = aQk + a^k log (Y/P)t
+ a 2k log (i)t + a^k log (P)t
+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (11)
(QM/P)^ = permintaan uang kuasi pada periode t
a^k = titik potong (intercept)
. (Y)^. = pendapatan riil pada periodo t
22
Hendi Kariawan, "Pengaruh Deregulasi Perbankan Terhadap Permintaan Uang11, Prisma, Edisi Juni 1986, ha-
(i) ^ = tingkat bunga uang kuasi pada periode t
k = angka penyesuaian parsial permintaan uang ku
asi yang terjadi terhadap permintaan uang ku
asi yang diinginkan
(QM/P) t _ 1 = permintaan uang kuasi pada periode t-1
a = elastisitas masing-masing variabel
Dalam model tersebut yang terpenting adalah , mengetahui
besamya koefisien tiap-tiap variabel bebas agar dapat
dilihat pengaruhnya terhadap variabel tak bebas. Alat
yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Model permintaan uang kuasi ini menggunakan kon-
sep 'beda kala* atau time lag dengan alasan bahwa penga-
ruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas
dalam kenyataannya memerlukan waktu, Adanya konsep beda
kala dalam model ini tercermin pada variabel (QM/PK 1s
iz I
yaitu permintaan uang kuasi pada periode t- 1 atau perio
de sebelumnya. J. Supranto menyatakan bahwa:
Di dalam ekonomi ketergantungan variabel tak bebas (Y) pada variabel bebas (X) jarang terjadi seketika itu juga (rarely instantaneous). Seringkali reaksi Y terhadap X memerlukan waktu. V/aktu yang diperlukan
untuk timbulnya reaksi atau jav/aban terhadap suatu
aksi atau pengaruh disebut beda kala atau 'lag1.23
Anggapan-anggapan atau asumsi penyesuaian parsial
juga digunakan dalam model ini, yang berarti bahwa
masya-23 Supranto, Ekonometrik, Buku II, Lembaga Pe-
rakat menyesuaikan permintaan uang kuasi yang terjadi
terhadap permintaan uang kuasi yang diinginkan* Variabel
k dalam model tersebut menunjukkan angka penyesuaian par-
sial permintaan uang kuasi yang terjadi terhadap permin
taan uang kuasi yang diinginkan.
Untuk melihat perubc;han tingkat bunga dan tingkat
inflasi sebagai akibat adanya deregulasi perbankan ter
hadap permintaan uang kuasi dalam model tersebut dimasuk-
kan variabel boneka atau dummy variable. Sehingga model
permintaan uang kuasi atau persamaan (1 1) menjadi:2^
Log (QM/P)t = aQk + a ^ log (Y/P)t
+ a2k log (i)t + a^k log (P)t
+ a^k log (Di)t + a^k log (DP)t
+ (1-k) log (QM/P) t - 1 (1 2 )
(Di)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat bunga
uang kuasi yang terjadi setelah kebijakan dere
gulasi dilakukan terhadap permintaan uang kuasi.
(DP)^ = mencerminkan pengaruh perubahan tingkat inflasi
yang diharapkan terjadi terhadap permintaan uang
kuasi se,t§lah_ kebijakan deregulasi dilakukan.
Uengenai variabel boneka t J. Supranto mengemuka-
kan sebagai berikut:
Suatu cara untuk membuat kuantitifikasi (berbentuk
ia-lah dengan jalan memberikan nilai 1 (satu) atau 0 (nol). Angka nol (0) kalau atribut yang dimaksudkan
tidak ada (tidak terjadi) dan diberi angka satu (1)
kalau ada (terjadi) .... Variabel yang mengambil ni
lai 0 atau 1 tersebut dinamakan variabel boneka (dum
my variable) .•••Variabel boneka dapat digunakan de ngan mudah seperti variabel-variabel lainnya yang ku- antitatif sifatnya.25
Dengan demikian, variabel boneka berfungsi untuk menang-
kap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel kuali
tatif yang berpengaruh pada variabel-variabel kuantita-
tif. Dalam hal ini adalah deregulasi perbankan yang
me-V
nirabulkan perubahan tingkat bunga:..dan tingkat inflasi.
Pemberian angka nol merupakan suatu cara untuk mengkuan-
tifikasikan masa sebelum adanya deregulasi perbankan,
sedangkan angka satu untuk masa setelah deregulasi per
bankan *
Bentuk logaritma digunakan pula dalam model per
mintaan uang kuasi atau persamaan (1 2 ), karena logaritma
sangat ber'guna bagi karya empiris dalam ilmu ekonomi. Be-
berapa alasan yang menunjukkan bahwa logaritma sangat be-
sar manfaatnya untuk karya empiris dalam ilmu ekonomi
adalah sebagai berikut: (1) Hubungan antara variabel da
lam ekonomi lebih baik diuraikan dengan sebuah kurva da-
ripada dengan sebuah garis lurus (linier). Sebuah kurva
sulit untuk ditaksir dengan analisis regresi, Oleh kare
na itu, data asli diambil logaritraanya dan kemudian
nyelesaikan sebuah regresi garis lurus pada logaritma-
logaritma tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena trans-
formas! ke dalam bentuk logaritma dari banyak kurva akan
menghasilkan garis lurus. (2) Logaritma berhubungan de
ngan konsep ekonomi, khususnya elastisitas. Logaritma da
pat menerangkan konsep elastisitas secara langsung. Oleh
karena itu, koefisien dari variabel-variabel dalam model
tersebut dapat langsung menunjukkan harga elastisitasnya.
Langkah berikutnya untuk melakukan pembuktian em-
piris terhadap model yang terdapat dalam persamaan (1 2 )
itu adalah dengan mengumpulkan data dari variabel-varia-
belnya dalam suatu seri yang cukup mewakili dan selan-
jutnya dilakukan perhitungan-perhitungan untuk rnenentu-
kan besarnya koefisien regresi variabel-variabel bebas-
nya.
Dengan demikian dapat diketahui bentuk hubungan
antara variabel-variabel bebas itu dengan variabel . tak
bebasnya dalam model tersebut. Sehingga dapat dilihat ba-
gaimana pengaruh variabel-variabel pendapatan riil, ting
kat bunga, dan tingkat inflasi sebagai akibat adanya de
regulasi perbankan 1 Juni 1983 terhadap permintaan uang
KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAH
MONETER DI INDONESIA
Kebijaksanaan moneter pada dasarnya mempunyai tu-
juan yang sama dengan kebijaksanaan ekonomi umumnya, an-
tara lain meliputi tujuan untuk mencapai full employment,
pertumbuhan ekonomi, stabilitas hargn-harga, dan pemera-
taan.
Kebijaksanaan moneter mejL'upttican snj-tui .-*nuu I Un i/or A
yang dapat mompcngaruhi kegiatan ekonomi, Dalam pelaksa
naannya kebijakan ini menggunakan suatu instrumen baik
yong^bersifat umum seperti cash ratio, discount rate po
licy dan open market operation maupun instrumen yang ber
oifat khusus untuk tujuan selektif. Sehingga kebijakan
monoter dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan.
Untuk mengendalikan keadaan perekonomian, pemerin-
tah melalui Bank Indonesia (Bank Sentral) dapat mengam-
bil langkah, yakni menetapkan kebijakeanaan moneter. Se
perti deregulasi perbankan yang dikeluarkan oleh pemerin-
tah pada tanggal 1 Juni 1983.
1. Deregulasi Perbankan
Sebelum adanya deregulasi perbankan 1 Juni 1983,
yang berasal dari Bank Indonesia melalui injeksi kredit
likuiditas. Dalam kebijaksanaan pemberian kreditnya, pi-
hak bank berusaha untuk sebanyak mungkin menggunakan da-
na dari Bank Indonesia dan sesedikit mungkin menggunakan
dana sendiri. Usaha untuk menghimpun dana dari masyara
kat berupa deposito berjangka dan tabungan atau uang ku
asi relatif tidak digalakkan.
Struktur pendanaan perbankan — khususnya bank-
bank peraerintah — sangat bergantung pada Bank Indonesia.
Demikian juga besarnya suku bunga deposito berjangka dan
tabungan serta suku bunga kredit ditentukan oleh Bank In
donesia. Bank Indonesia pada raasa sebelum deregulasi per
bankan berfungsi sebagai lender of the first resort bank-
bank pemerintah. Dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi
— melalui penyediaan likuiditas yang mencukupi serta un
tuk memelihara stabilitas moneter — Bank Indonesia meng
gunakan pengaturan seoara langsung.
Dengan berubahnya keadaan perekonomian Indonesia,
maka sangat dirasakan bahwa dana pembangunan semakin su-
lit untuk diperoleh, Oleh sebab itu, pemerintah berang-
gapan perlu segera mengambil langkah baru untuk menga-
tasi keterbatasan dana pembangunan.
Pada tanggal 1 Juni 1983, pemerintah melalui Bank
Indonesia mengeluarkan serangkeian peraturan yang sifat-
Serangkai-an peraturSerangkai-an tersebut adalah kebijaksSerangkai-anaSerangkai-an moneter dere
gulasi perbankan. Pada av^alnya kebijaksanaan ini sering
disehut sebagai langkah liberalisasi perbankan, "... ber-
hubung kata 'liberal* saat ini di Indonesia mengandung
konotasi negatif, setidak-tidaknya dari sudut pandang pe
merintah, maka langkah 1 Juni 1983 kemudian lebih dike-i
nal sebagai deregulasi perbankan.” 1
-Di dalam kebijaksanaan deregulasi perbankan
ter-kandung beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh otoritas
moneter Indonesia, antara lain:
(1) Meningkatkan pengerahan dana pembangunan yang
berasal dari dalam negeri melalui perbankan, yang di- tempuh dengan cara meningkatkan permintaan masyara kat akan tabungan dan deposito berjangka^ (uang kua si). (2) Mendorong pertumbuhan investasi. (3) Mendo-
rong peningkatan efisiensi perbankan. (4) Mengubah
fungsi Bank Indonesia yang semula sebagai lender of first resort bagi bank-bank pemerintah menjadi lend er of last resort. Untuk itu di luar sektor priori- tas, Bank Indonesia hanya akan memberikan kredit li kuiditas dengan pertimbangan tertentu. (5) Mengubah
pola kebijaksanaan pengaturan jumlah uang beredar,
yaitu dari pengaturan langsung menjadi tidak lang
sung, 2
Dengan demikian, pada dasarnya, deregulasi perban
kan berisikan:
(1) Penghapusan pagu kredit pada bank pemerintah.
(2) Penghapusan pagu tingkat bunga deposito berjangka
pa-1
Syahrir, "Deregulasi Perbankan: Pengurangan Dis- torsi dalam Elconomi", Prisma, Edisi Juni, 1986, hal. 3.
2
da bank-bank pemerintab.
(3) Menaikkan tingkat bunga Tabanas dan Taska.
(4) Tetap diberlakukannya pagu tingkat bunga dan kredit
likuiditas Bank Indonesia untuk sektor-sektor yang
diprioritaskan oleh pemerintah.
(5 ) Kelonggaran pembebasan pajaKbunga atas deposito
ber-* jangka rupiah yang dimiliki penduduk Indonesia.
2. Perkembangan Permintaan Uang Periode 1980-1985
Permintaan uang yang didefinisikan dalam arti lu-
as adalah merupakamlikuiditas perekonomian. Likuiditas
perekonomian terdiri dari jumlah uang kuasi (QM) ditam-
bah jumlah uang beredar (M1), sehingga dari posisi likui
ditas perekonomian ini dapat dilihat perkembangan permin-
taan uang di Indonesia, baik uang beredar, uang kuasi ma
upun uang luas.
Perkembangan permintaan uang — menurut pengelom-
pokannya — dapat pula dilihat menurut periode waktu se
perti yang dikehendaki, kemudian dibedakan untuk masa se-
belum deregulasi perbankan (1979sIV—1983sll) dan masa se-
tel&h deregulasi perbankan (1903:III-1985:IV).
Pada masa sebelum deregulasi perbankan, secara
umum, permintaan uang beredar (M1) dari triwulan ke tri-
wulan naik. Dari Tabel 1 dapat dilihat, hanya pada ta-
persen atau menjadi Rp 7.121 milyar, sedang untuk uang
kuasi terjadi penurunan permiritaannya pada tahun 1 9 8 1:1 ,
yaitu sekitar 0,14% atau menjadi Rp 2.692 milyar.
Kenaikan permintaan uang beredar yang tertinggi
adalah sebesar 12%, yaitu pada 1980:1 dan 1980:111. Se
dangkan permintaan uang kuaai kenaikan tertingginya se
besar 23,1% atau menjadi Rp 4.869 milyar pada 1983:1.
Untuk periode setelah deregulasi perbankan, per
mintaan uang beredar mengalami turun naik, tetapi permin-
taan uang kuasi dari triwulan ke triwulan selalu raenun-
jukkan peningkatan dan tidak pernah menurun.
* *
Bila dibandingkan menurut periode waktu, secara
rata-rata, permintaan uang sempit mengalami penurunan da
ri 5, 5% menjadi 3% untuk masa setelah deregulasi perban
kan. Sedangkan uang kuasi, secara rata-rata permintaan-
nya mengalami peningkatan sekitar *1, 5% atau menjadi 3%
pada masa setelah deregulasi perbankan.
Kemudian,, perkembangan permintaan uang sempit,
luas, dan kuasi (Ml, M2, dan QM) dapat dilihat dari ra-
sio atau perbandingan maging-masing kelompok uang — M1
dan QM — terhadap likuiditas perekonomian (M2). Menurut
perbedaan masa, yaitu sebelum dan sesudah deregulasi per
bankan, secara rata-rata, perbandingan atara uang sempit
dan uang luas (M1/M2) mengalami penurunan dari 65% men-
anta-ra QM dan M2 (QM/M2) mengalami peningkatan sekitar 17%,
yaitu dari 35% menjadi 52%.
Dari Tabel 1 juga dapat disimpulkan bahwa pada ma
sa sebelum deregulasi perbankan, masyarakat memegang
uang sempit dalam jumlah yang lebih besar bila dibanding-
kan dengan jumlah uang kuasi yang dipegangnya. Hal ini
ditunjukkan oleh perbandingan (rasio) secara rata-rata
antara M1 terhadap M2 yang nilainya lebih besar daripada
rasio antara QM terhadap M2, yakni M1/M2 = 65% sedangkan
QM/M2 = 37%.
Tetapi untuk masa setelah deregulasi perbankan,
keadaan berubah menjadi sebaliknya. Rasio QM terhadap M2
lebih besar daripada M1 terhadap QM, yakni M1/M2 adalah
sekitar 48%, sedangkan QM/M2 sebesar 52%. Dengan demiki-
an, pada masa setelah deregulasi perbankan, masyarakat
Indonesia cenderung memegang uang kuasi dalam suatu jum
lah yang lebih besar dibanding dengan jumlah! uang sempit.
3. Perkembangan Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi Perio
de 1979-1985
Paktor-faktor yang merapengaruhi besar dan kecil-
nya permintaan uang kuasi antara lain adalah tingkat bu
nga dan tingkat inflasi, Perkembangan tingkat inflasi
dan tingkat bunga, baik secara nominal maupun riil mulai