• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori

1. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang

artinya kepercayaan (trust), berati lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (Veithzal, 2008:3).

Pembiayaan atau financing yaitu, pendanaan yang diberikan kapada satu pihak kepihak lain demi mendukung investasi yang telah direncanakan, baik yang dilakukan secara sendiri maupun oleh lembaga (Muhammad, 2005:17). Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit(Syafi‟i, 2001).

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).

2. Unsur Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:4-5) unsur-unsur dalam pembiayaan sebagai berikut :

a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib).

b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib.

c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa instrumen (credit instrument).

d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib.

e. Adanya unsur waktu (time element).

f. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal maupun di pihak mudharib.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:9-17), jenis-jenis pembiayaan sebagai berikut :

a. Jenis pembiayaan dilihat dari tujuan 1) Pembiayaan konsumtif

2) Pembiayaan produktif

b. Jenis pembiayaan dilihat dari jangka waktu

1) Short Term (pembiayaan jangka pendek) ialah suatu bentuk pembiayaan yang berjangka waktu maksimum satu tahun. 2) Intermediate Term (pembiayaan jangka waktu menengah) ialah

suatu bentuk pembiayaan yang berjangka waktu dari satu tahun hingga tiga tahun.

3) Long Term (pembiayaan jangka panjang) ialah suatu bentuk pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

4) Demand Loan atau Call Loan ialah suatu bentuk pembiayaan yang setiap waktu dapat diminta kembali.

c. Jenis pembiayaan dilihat menurut lembaga yang menerima pembiayaan

1) Pembiayaan untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

2) Pembiayaan untuk badan usaha swasta, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta. 3) Pembiayaan perorangan, yaitu pembiayaan yang diberikan

bukan perusahaan tapi perorangan.

d. Jenis pembiayaan dilihat menurut tujuan penggunaan 1) Pembiayaan modal kerja/pembiayaan eksploitasi 2) Pembiayaan investasi

3) Pembiayaan konsumsi

e. Jenis pembiayaan menurut sektor ekonomi

1) Sektor pertanian, perburuhan dan sarana pertanian 2) Sektor pertambangan

3) Sektor perindustrian 4) Sektor listrik, gas dan air 5) Sektor konstruksi

6) Sektor perdagangan, restoran, dan hotel

7) Sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi 8) Sektor jasa-jasa dunia usaha

9) Sektor jasa-jasa sosial/masyarakat 4. Tujuan Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:5-6), tujuan dari pembiayaan, yaitu :

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah.

b. Safety, keamanan dan prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

5. Fungsi Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:7-9), fungsi dari pembiayaan, yaitu :

Para penabung menyimpan uangnya di lembaga keuangan. Uang tersebut dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh lembaga keuangan.

b. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi barang jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.

c. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif, apalagi secara kuantitatif.

d. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat

Ditinjau dari sisi hukum permintaan dan penawaran, maka terhadap segala macam dan ragamnya usaha. Permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbulah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa sehingga meningkatkan produktivitas.

e. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan kepada usaha-usaha untuk

pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi sarana, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

f. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor menghasilkan pertambahan devisa bagi negara. g. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Negara-negara yang kaya atau kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara, banyak memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk Bantuan-bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat ringan yaitu, bagi hasil/bunga yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.

6. Prinsip Analisis Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:348-352), prinsip analisis pembiayaan 6C sebagai berikut

a. Character adalah keadaan/sifat dari customer, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha

b. Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon mudharib.

c. Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon mudharib dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.

d. Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya.

e. Condition Of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi kelancaran perusahaan calon mudharib.

f. Constrains adalah batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.

7. Prosedur Analisis Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:353-354), ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam prosedur analisis pembiayaan, yaitu :

a. Berkas dan pencatatan

b. Data pokok dan analisis pendahuluan c. Penelitian data

1) Realisasi pembelian, poduksi, dan penjualan 2) Rencana pembelian, produksi, dan penjualan 3) Jaminan

4) Laporan keuangan

5) Data kualitatif dari calon debitur d. Penelitian atas realisasi usaha

e. Penelitian atas rencana usaha

f. Penelitian dan penilaian barang jaminan g. Laporan keuangan dan penelitiannya.

8. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya, (Veithzal, 2008:145). Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati, (Pasal 19 huruf D UU No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah). Murabahah adalah akad jual-beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama, (Veithzal, 2008:145). 9. Rukun dan Syarat

Menurut Veithzal (2008:146-147), rukun dan syarat murabahah yaitu : a. Rukun

1) Ba‟iu (penjual)

2) Musytari (pembeli)

3) Mabi‟ (barang yang diperjualbelikan)

4) Tsaman (harga barang)

5) Ijab qabul (pernyataan serah terima) b. Syarat

1) Syarat yang berakad (ba‟iu dan musytari) cakap hukum dan

2) Barang yang diperjualbelikan (mabi‟) tidak termasuk barang

yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas

3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan (harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara pembayarannya disebutkan dengan jelas.

4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.

10. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah / Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank konvensional, menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan bahkan menunjukan kepada bank akan mengalami resiko kegagalan (Rivai, 2005:39). Pembiayaan bermasalah adalah sebagai penyalur dana yang dilakukan lembaga syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran oleh nasabah terjadi seperti pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran hingga memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak (Karim, 2010: 260).

Non Performing Loan (NPL) adalah rasio kredit bermasalah dengan total kredit. NPL mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva

produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005).

Rumus Perhitungan Non Performing Loan (NPL)

Sumber: SE BI 13/30/DPNP2011

Pembiayaan bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan sehingga akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan yang tidak dapat diterima (Ismail, 2011: 224).

Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Rasio NPL

Tabel 2. 1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Peringkat Rasio Predikat

1 0% < Rasio < 2% Sangat Baik

2 2% ≤ Rasio < 5% Baik

3 5% ≤ Rasio < 8% Cukup Baik

4 8% < Rasio ≤ 11% Kurang Baik

5 Rasio > 11% Tidak Baik Sumber: Kodefikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

11. Penilaian Kualitas Pembiayaan

Menurut Veithzal (2008:33-38), penilaian kualitas pembiayaan sebagai berikut :

a. Pembiayaan Lancar (Pass)

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria : 1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif

3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

b. Perhatian Khusus (Special Mention)

Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga bagi hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari

2) Kadang-kadang terjadi cerukan 3) Mutasi rekening relatif aktif

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan 5) Didukung oleh pinjaman baru

c. Kurang Lancar (Substandart)

Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil 2) Sering terjadi cerukan

3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur 6) Dokumentasi pinjaman yang lemah

d. Diragukan (Doubtful)

Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan yang diragukan apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga 2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari 4) Terjadi kapitalisasi bunga

5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan

e. Macet (Loss)

Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga 2) Kerugian operasional ditutup dengan pijaman baru

3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

12. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kaeran kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam faktor internal dan faktor eksternal (Arifin, 2005:206).

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam perusahaan sendiri, dan faktor yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan utang piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dll.

13. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Peraturan Bank Indonesia Nomor. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah, restrukturisasi didefenisikan sebagai upaya yang dilakukan bank dalam

rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya. Restrukturisasi ini antara lain dilakukan dengan cara :

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.

b. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, jumlah angsuran, jangka waktu, dan atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.

c. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling dan reconditioning. 1) Penambahan fasilitas pembiayaan bank

2) Konversi akad pembiayaan

3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah.

Dokumen terkait