i
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
YULIS MEIKA RUSMANINGSIH NIM 64010150024
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v
“Tujuanku bukanlah jadi yang lebih baik dari yang lain. Tetapi jadi lebih baik dari
diriku yang sebelumnya” (Dr. Wayne W. Dyer)
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk :
1. Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Kedua orangtua (Ayah Ruswanto dan Ibu Yeni Suryaningsih), terima kasih
atas kasih sayang dan doa yang diberikan selama ini.
3. Sahabat-sahabat (Dwi Hendrik, Dian, Fitri, Ulli, Dara, Shelya dan Nurul)
yang selalu mendukung dan menyemangati.
4. Teman-teman seperjuangan D III Perbankan Syariah angkatan 2015 yang
telah berjuang bersama selama ini.
vi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi DIII Perbankan
Syariah, IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Faqih Nabhan, M.M.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena pembiayaan murabahah yang disalurkan oleh suatu BMT mengalami hambatan pengembalian oleh nasabah sehingga menimbulkan pembiayaan bermasalah. Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh suatu BMT secara langsung mengancam kelangsungan hidup bagi BMT itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah dan prosedur penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Taruna Sejahtera Ungaran. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari teknik pengambilan data melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder berasal dari dokumen-dokumen BMT Taruna Sejahtera.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Taruna Sejahtera dan terdapat prosedur penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Taruna Sejahtera. Ada dua faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah di BMT Taruna Sejahtera yaitu faktor internal yang berasal dari petugas account officer yang kurang menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menganalisis nasabah dan faktor eksternal yang berasal dari kondisi nasabah yang usahanya sedang mengalami penurunan dan mengalami masalah keuangan di keluarganya. Penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera dilakukan secara kekeluargaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT Taruna Sejahtera.
vii
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah di BMT Taruna Sejahtera Ungaran” dengan lancar tanpa kendala
yang berarti. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullulah SAW,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penelitian ini diajukan guna memenuhi Tugas Akhir Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,
bantuan dan dukungan dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, melalui ruang ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku Ketua Program Studi D III
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Segenap dosen, staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
viii
memberikan izin penelitian dan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh teman DIII PS A dan sahabat (Dwi Hendrik, Dian , Ulli, Fitri, Dara,
Shelya dan Nurul) keluarga serta kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu-persatu, yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan
penelitian ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh
karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan
maaf. Namun, demikian sekecil apapun karya ini penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Salatiga, 28 Agustus 2018 Penulis
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
E. Metode Penelitian... 6
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Teori ... 10
B. Telaah Penelitian Sebelumnya ... 23
BAB III GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 27
A. Sejarah ... 27
x
BAB IV ANALISIS ... 48
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah ... 48
B. Laporan Kolektibilitas Pembiayaan BMT Taruna Sejahtera Tahun 2014-2016 ... 62
C. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 65
D. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah ... 67
BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xi
Tabel 4. 1 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Per 31 Desember 2014 ... 62
Tabel 4. 2 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Per 31 Desember 2015 ... 63
1 A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukan
peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
menyajikan pandangan dalam konteks aktivitas ekonomi manusia. Dasarnya
ada dalam teks yang suci sebagai petunjuk bagi perilaku manusia. Ekonomi
Islam merupakan warisan yang kaya dari pemikiran muslim untuk dibuka
kembali meskipun kebanyakan dari hal-hal tersebut tidak langsung
diaplikasikan dalam waktu sekarang tetapi memberikan ladang subur untuk
menyelidiki masa depan (Muttaqin, 2008).
Perkembangan pesat yang dialami oleh perbankan syariah merupakan
bentuk respon positif bagi perekonomian Islam ditengah masyarakat. Secara
kelembagaan, perbankan syariah di Indonesia dapat dipetakan menjadi Bank
Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul
Mal Wa Tamwil (BMT). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran seperti menghimpun dana,
menyalurkan pembiayaan, melakukan usaha kartu debit/kredit berdasarkan
dengan prinsip syariah. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang
seperti menghimpun dana, menyalurkan dana kepada masyarakat,
menempatkan dana pada bank syariah berdasarkan akad wadiah, dan
menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah lainnya
yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
Baitul Mal Wal Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan dengan konsep
syariah yang lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan
tamwil dalam satu kegiatan lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat muslim dalam hal menghimpun dan menyalurkan
dana untuk zakat, infaq, dan shadaqah secara produktif. Sedangkan tamwil
lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang murni untuk mendapatkan
keuntungan dengan sektor masyarakat menengah kebawah (mikro).
Kehadiran BMT menyerap aspirasi masyarakat muslim ditengah kegelisahan
kegiatan ekonomi dengan prinsip riba, sekaligus sebagai supporting funding
untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah.
BMT pada dasarnya bukan lembaga perbankan murni, melainkan
lembaga keuangan mikro syariah yang menjalankan sebagian sistem
operasional perbankan syariah. BMT adalah lembaga keuangan syariah
informal yang didirikan sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas
usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah berlandaskan
badan hukum yang paling mungkin adalah Koperasi Serba Usaha (KSU)
maupun Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) (Makhalul Ilmi, 2002).
BMT memilki berbagai macam produk yang ditawarkan dalam menjalankan
usahanya, adapun berbagai macam produk yang terdapat di BMT sebagai
berikut: wadiah (titipan), musyarakah (kerjasama), mudarabah (bagi hasil),
ijarah (sewa), murabahah (jual beli), ujrah (fee), al-hiwalah (talangan), rahn
(gadai).
Dari berbagai macam produk dan jasa yang di tawarkan oleh BMT
murabahah yang paling banyak digunakan dalam kegiatan usahanya dalam
memberikan pembiayaan. Murabahah ini merupakan model pembiayaan yang
sangat populer dalam dunia perbankan Indonesia. Hal ini di karenakan produk
ini dianggap sebagai produk yang mudah untuk diaplikasikan dan mempunyai
resiko yang relatif kecil. Namun bagaimanapun, produk murabahah ternyata
tidak sepenuhnya bebas resiko, resiko pembiayaan tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh jenis produk tapi juga sangat tergantung dari nominal,
waktu pembiayaan dan variabel lain.
Penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan
objek pembiayaan, bertujuan untuk memberikan keyakian kepada semua
pihak yang terkat bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajibannya
sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati (Arifin, 2005).
Kegiatan BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah tidak pernah lepas
dari masalah kredit. Dalam pemberian kredit terdapat unsur resiko yaitu
Oleh karena itu, pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan mark up, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian
kredit yang macet (Kasmir, 2002).
Pembiayaan bermasalah atau macet memberikan dampak yang kurang
baik bagi negara, masyarakat, Bank ataupun BMT. Semakin banyak
pembiayaan yang disalurkan oleh BMT tentunya juga mempunyai resiko
yang apabila kurang dikelola dengan baik akan membahayakan
perkembangan BMT itu sendiri. Bahaya atas pembiayaan bermasalah yakni
tidak terbayarnya kembali pembiayaan yang diberikan, baik sebagian atau
seluruhnya akan menurunkan tingkat likuiditas dan solvabilitas, yang dapat
mempengaruhi kepercayaan para penitip dana atau para nasabah.
Non Performing Financings (NPF) merupakan pembiayaan
non-lancar yang dikategorikan mulai dari kurang non-lancar sampai macet (Peraturan
Bank Indonesia, 2005). Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah
yaitu berasal dari faktor internal (faktor yang ada pada perusahaan itu sendiri,
seperti cara manajerial suatu perusahaan) dan faktor eksternal (faktor yang
berasal dari luar perusahaan, seperti nasabah, force majeur, dll), (Arifin,
2005). Pembiayaan dipandang dari segi produktivitas (performance)
merupakan kemampuan menghasilkan pendapatan bagi suatu lembaga
bank. Dilihat dari segi sudut pandang bank, NPF mengurangi pendapatan
bank, memperbesar dari biaya pencadangan atau biasa yang disebut dengan
akan mengurangi kontribusi terhadap pembangunan serta pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
Dengan besarnya jumlah pembiayaan bermasalah, maka BMT juga
harus menyediakan dana cadangan yang besar pula untuk mengurangi
kerugian yang ditanggung BMT. Dampak yang ditimbulkan oleh pembiayaan
bermasalah tersebut menguatkan keharusan BMT untuk berusaha
mengupayakan penanggulangan ataupun pencegahan bahaya yang timbul
akibat pembiayaan bermasalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di BMT Taruna
Sejahtera?
2. Bagaimana cara menyelesaikan pembiayaan bermasalah di BMT Taruna
Sejahtera?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di
BMT Taruna Sejahtera.
2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan pembiayaan bermasalah di BMT
Taruna Sejahtera.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir program
pengetahuan tentang analisis penyelesaian pembiayaan bermasalah di
BMT Taruna Sejahtera.
2. Manfaat bagi IAIN Salatiga
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, khususnya
untuk mahasiswa IAIN Salatiga program studi D III Perbankan Syariah
dan sebagai sarana kerjasama antara lembaga IAIN Salatiga dengan BMT
Taruna Sejahtera.
3. Manfaat bagi BMT Taruna Sejahtera
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada BMT Taruna Sejahtera untuk mempertahankan dan
mengembangkan kinerjanya di masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial (Nasution, 2003:24).
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang mengedepankan pengumpulan
data atau realitas persoalan berdasarkan pengungkapan.
2. Jenis Data a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
bersumber dari hasil observasi dan wawancara kepada karyawan BMT
Taruna Sejahtera.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010). Data ini
bersumber dari SOP (Standar Operasional Prosedur), brosur, laporan
RAT BMT Taruna Sejahtera Ungaran.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian
(Nawawi, 1990: 63). Dalam penelitian ini penulis mengikuti kegiatan
saat pelaksanaan akad, melakukan kegiatan marketing baik
menawarkan produk dan membantu input tabungan.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan
langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu,
maupun individu dengan kelompok (Ratna, 2010: 222). Dalam
penelitian ini penulis mewawancarai Bapak Yahsun selaku CEO BMT
Taruna Sejahtera dan Bapak Shodiq selaku bagian penagihan di Kantor
c. Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu penelusuran dan pengolahan data yang
telah tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk
keputusan atau kebijakan, sejarah dan hal lainnya yang berkaitan
dengan penelitian (Hakmat, 2011: 83). Dalam penelitian ini penulis
mendapatkan data berupa SOP (Standar Operasional Prosedur), brosur,
laporan RAT BMT Taruna Sejahtera Ungaran.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan urutan penyajian dari masing-masing bab
secara terperinci, singkat dan jelas serta diharapkan dapat mempermudah
dalam memahami laporan penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam
penelitian ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian , manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang telaah penelitian sebelumnya dan
teori dari pengertian pembiayaan bermasalah.
BAB III : GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
Bab ini menguraikan gambaran umum BMT, yaitu sejarah
organisasi dan job description, produk di BMT Taruna Sejahtera
dan perkembangan data perusahaan.
BAB IV : ANALISIS
Bab ini menguraikan hasil penelitian analisis faktor pembiayaan
bermasalah dan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT
Taruna Sejahtera.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini
yang berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah
10 percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang
artinya kepercayaan (trust), berati lembaga pembiayaan selaku shahibul
mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan
amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar,
adil, dan harus disertai ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak (Veithzal, 2008:3).
Pembiayaan atau financing yaitu, pendanaan yang diberikan kapada
satu pihak kepihak lain demi mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik yang dilakukan secara sendiri maupun oleh lembaga
(Muhammad, 2005:17). Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok
bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit(Syafi‟i, 2001).
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan).
2. Unsur Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:4-5) unsur-unsur dalam pembiayaan sebagai
berikut :
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib).
b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul
mal. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad
pembiayaan) atau berupa instrumen (credit instrument).
d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada
mudharib.
e. Adanya unsur waktu (time element).
f. Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal
maupun di pihak mudharib.
3. Jenis-Jenis Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:9-17), jenis-jenis pembiayaan sebagai
berikut :
a. Jenis pembiayaan dilihat dari tujuan
2) Pembiayaan produktif
b. Jenis pembiayaan dilihat dari jangka waktu
1) Short Term (pembiayaan jangka pendek) ialah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
2) Intermediate Term (pembiayaan jangka waktu menengah) ialah
suatu bentuk pembiayaan yang berjangka waktu dari satu tahun
hingga tiga tahun.
3) Long Term (pembiayaan jangka panjang) ialah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
4) Demand Loan atau Call Loan ialah suatu bentuk pembiayaan
yang setiap waktu dapat diminta kembali.
c. Jenis pembiayaan dilihat menurut lembaga yang menerima
pembiayaan
1) Pembiayaan untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu
pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha
yang dimiliki pemerintah.
2) Pembiayaan untuk badan usaha swasta, yaitu pembiayaan yang
diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
3) Pembiayaan perorangan, yaitu pembiayaan yang diberikan
bukan perusahaan tapi perorangan.
d. Jenis pembiayaan dilihat menurut tujuan penggunaan
1) Pembiayaan modal kerja/pembiayaan eksploitasi
3) Pembiayaan konsumsi
e. Jenis pembiayaan menurut sektor ekonomi
1) Sektor pertanian, perburuhan dan sarana pertanian
2) Sektor pertambangan
3) Sektor perindustrian
4) Sektor listrik, gas dan air
5) Sektor konstruksi
6) Sektor perdagangan, restoran, dan hotel
7) Sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi
8) Sektor jasa-jasa dunia usaha
9) Sektor jasa-jasa sosial/masyarakat
4. Tujuan Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:5-6), tujuan dari pembiayaan, yaitu :
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari
usaha yang dikelola bersama nasabah.
b. Safety, keamanan dan prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti.
5. Fungsi Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:7-9), fungsi dari pembiayaan, yaitu :
Para penabung menyimpan uangnya di lembaga keuangan. Uang
tersebut dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
lembaga keuangan.
b. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi
barang jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.
c. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh
karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga
penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif, apalagi
secara kuantitatif.
d. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat
Ditinjau dari sisi hukum permintaan dan penawaran, maka
terhadap segala macam dan ragamnya usaha. Permintaan akan terus
bertambah bilamana masyarakat telah memulai melakukan
penawaran. Timbulah kemudian efek kumulatif oleh semakin
besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian
menimbulkan kegairahan yang meluas di kalangan masyarakat untuk
sedemikian rupa sehingga meningkatkan produktivitas.
e. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah
pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi sarana, dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
f. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan
nasional
Pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan
kegiatan ekspor menghasilkan pertambahan devisa bagi negara.
g. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Negara-negara yang kaya atau kuat ekonominya, demi
persahabatan antar negara, banyak memberikan bantuan kepada
negara-negara berkembang atau sedang membangun.
Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk Bantuan-bantuan pembiayaan
dengan syarat-syarat ringan yaitu, bagi hasil/bunga yang relatif
murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang.
6. Prinsip Analisis Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:348-352), prinsip analisis pembiayaan 6C
sebagai berikut
a. Character adalah keadaan/sifat dari customer, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam lingkungan usaha
b. Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon
mudharib.
c. Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon mudharib dalam
d. Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai agunan
terhadap pembiayaan yang diterimanya.
e. Condition Of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian
yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi kelancaran
perusahaan calon mudharib.
f. Constrains adalah batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan
suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
7. Prosedur Analisis Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:353-354), ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam prosedur analisis pembiayaan, yaitu :
a. Berkas dan pencatatan
b. Data pokok dan analisis pendahuluan
c. Penelitian data
1) Realisasi pembelian, poduksi, dan penjualan
2) Rencana pembelian, produksi, dan penjualan
3) Jaminan
4) Laporan keuangan
5) Data kualitatif dari calon debitur
d. Penelitian atas realisasi usaha
e. Penelitian atas rencana usaha
f. Penelitian dan penilaian barang jaminan
8. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga
yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual
menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut
dan besarnya keuntungan yang diperolehnya, (Veithzal, 2008:145).
Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati, (Pasal 19 huruf D UU
No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah). Murabahah adalah akad
jual-beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang
tertentu dengan harga yang disepakati bersama, (Veithzal, 2008:145).
9. Rukun dan Syarat
Menurut Veithzal (2008:146-147), rukun dan syarat murabahah yaitu :
a. Rukun
1) Ba‟iu (penjual)
2) Musytari (pembeli)
3) Mabi‟ (barang yang diperjualbelikan)
4) Tsaman (harga barang)
5) Ijab qabul (pernyataan serah terima)
b. Syarat
1) Syarat yang berakad (ba‟iu dan musytari) cakap hukum dan
2) Barang yang diperjualbelikan (mabi‟) tidak termasuk barang
yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas
3) Harga barang (tsaman) harus dinyatakan secara transparan
(harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara
pembayarannya disebutkan dengan jelas.
4) Pernyataan serah terima (ijab qabul) harus jelas dengan
menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.
10. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah / Non Performing Financing (NPF) adalah
pembiayaan bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank
konvensional, menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian
kredit mengalami resiko kegagalan bahkan menunjukan kepada bank
akan mengalami resiko kegagalan (Rivai, 2005:39). Pembiayaan
bermasalah adalah sebagai penyalur dana yang dilakukan lembaga
syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran oleh nasabah terjadi seperti
pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak
memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak
menepati jadwal angsuran hingga memberikan dampak negatif bagi
kedua belah pihak (Karim, 2010: 260).
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio kredit bermasalah
dengan total kredit. NPL mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPL
semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan
produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank (Mawardi, 2005).
Rumus Perhitungan Non Performing Loan (NPL)
Sumber: SE BI 13/30/DPNP2011
Pembiayaan bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah
sudah tidak sanggup membayar sebagian atau atau seluruh kewajibannya
kepada bank seperti yang telah diperjanjikan sehingga akan berakibat
pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali
dana yang telah disalurkan maupun pendapatan yang tidak dapat diterima
(Ismail, 2011: 224).
Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Rasio NPL
Tabel 2. 1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Peringkat Rasio Predikat
1 0% < Rasio < 2% Sangat Baik
2 2% ≤ Rasio < 5% Baik
3 5% ≤ Rasio < 8% Cukup Baik
4 8% < Rasio ≤ 11% Kurang Baik
5 Rasio > 11% Tidak Baik
11. Penilaian Kualitas Pembiayaan
Menurut Veithzal (2008:33-38), penilaian kualitas pembiayaan
sebagai berikut :
a. Pembiayaan Lancar (Pass)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria :
1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif
3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai
(cash collateral)
b. Perhatian Khusus (Special Mention)
Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus
apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga bagi hasil
yang belum melampaui sembilan puluh hari
2) Kadang-kadang terjadi cerukan
3) Mutasi rekening relatif aktif
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
5) Didukung oleh pinjaman baru
c. Kurang Lancar (Substandart)
Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan kurang lancar
apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil
3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari sembilan puluh hari
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumentasi pinjaman yang lemah
d. Diragukan (Doubtful)
Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan yang diragukan
apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4) Terjadi kapitalisasi bunga
5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian
pembiayaan maupun pengikatan jaminan
e. Macet (Loss)
Pembiayaan yang digolongkan dalam pembiayaan macet apabila
memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga
2) Kerugian operasional ditutup dengan pijaman baru
3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
12. Faktor Terjadinya Pembiayaan Bermasalah
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kaeran
kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan
keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam faktor internal dan
faktor eksternal (Arifin, 2005:206).
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam perusahaan sendiri,
dan faktor yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya
kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan
dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan
biaya dan pengeluaran, kebijakan utang piutang yang kurang tepat,
penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang
tidak cukup.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar
kekuasan manajemen perusahaan, seperti bencana alam,
peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan
perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dll.
13. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Peraturan Bank Indonesia Nomor. 10/18/PBI/2008 tentang
Restrukturisasi Pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah,
rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.
Restrukturisasi ini antara lain dilakukan dengan cara :
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), perubahan jadwal pembayaran
kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan, jumlah angsuran, jangka waktu,
dan atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
c. Penataan kembali (restructuring) yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling dan reconditioning.
1) Penambahan fasilitas pembiayaan bank
2) Konversi akad pembiayaan
3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah
4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara
pada perusahaan nasabah.
B. Telaah Penelitian Sebelumnya
Penelitian Atika (2015), menyimpulkan bahwa dalam memberikan
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan pihak bank sangat perlu hati-hati.
Dengan deteksi dan pengenalan diri calon nasabah/debitur akan sangat
penting untuk mengantisipasi kemungkinan masalah yang timbul, menyusun
rencana serta mengambil langkah sebelum masalah kredit macet benar-benar
dengan 5 C‟s dan menggunakan prinsip penilaian 7 P, serta pemantauan dan
pengawasan pembiayaan. Apabila perbankan syariah dapat menerapkan pola
managemen secara disiplin kemungkinan pembiayaan bermasalah akan
berkurang. Dan perlu dibentuk undang-undang khusus tetang penanggulangan
kredit macet dari segi hukum, reformasi hukum di dunia perbankan terlebih
yang berkenaan dengan kredit macet harus dilakukan secara
berkesinambungan dan terus menerus disempurnakan agar mampu
menghadapi tantangan di bidang ini di kemudian hari.
Penelitian Astuti (2015), menyimpulkan ada beberapa faktor penyebab
bagi nasabah ketika pembiayaan mengalami permasalahan faktor tersebut
berasal dari pihak nasabah itu sendiri maupun dari pihak BMT XYZ. Usaha
BMT XYZ terhadap pembiayaan bermasalah yaitu tindakan preventif,
revitalisasi dan pengambilan alihan agunan. Tindakan resceduling yang
dilakukan BMT terhadap nasabah yang masih memunyai itikad baik sangat
mempengaruhi sikap nasabah untuk tetap melakukan pembiayaan kepada
BMT dan tindakan ini terbukti efektif untuk mengurangi pembiayaan
bermasalah di BMT XYZ. Selain itu tidak ada pembebanan jaminan terhadap
pedagang pasar mejadikan BMT XYZ sebagai alternatif pembiayaan yang
diminati masyarakat. Meningkatkan prinsip kehati-hatian yang merupakan
bagian dari manajemen resiko untuk meminimalisasi terhadap pembiayaan
bermasalah.
Penelitian Turmudi (2016), menyimpulkan bahwa manajemen
menerapkan standar pengendalian risiko, pencegahan risiko pembiayaan juga
dilakukan melalui peganalisaan terhadap character yaitu penilaian terhadap
karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk
memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi
kewajibannya, capacity yaitu penilaian kemampuan penerima pembiayaan
untuk melakukan pembayaran. Kedua, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali
(reconditioning), penataan kembali (restructuring), penyelesaian melalui
jaminan, dan hapus buku dan hapus tagih (write off).
Penelitian Suharini dan Fatmawati (2015), menyimpulkan bahwa BPRS
Metro Madani telah melakukan kegiatan penyelesaian pembiayaan
murabahah bermasalah secara efektif. Pihak BPRS memberikan keringanan
bagi nasabah pembiayaan bermasalah dengan cara penyelesaian pembiayaan
murabahah dilakukan dengan jalur musyawarah dan mufakat dengan hasil
berupa pemberian kelonggaran waktu bagi nasabah untuk membayar
kewajibannya kepada pihak BPRS. Penyelesaian melalui jalur musyawarah
ini dirasakan lebih efektif dan mengurangi beban biaya, karena dengan
musyawarah lebih mencerminkan prinsip ke Islaman dan melahirkan hasil
yang memuaskan bagi para pihak yang mengalami permasalahan. Kegiatan
ini dapat dikatakan efektif karena setelah di berikan rescheduling nasabah
mengangsur dengan lancar sampai sekarang.
Penelitian Shobirin (2016), menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
yaitu yang pertama faktor dari dalam berasal dari pengelola BMT dan faktor
dari nasabah, yang kedua faktor dari luar berasal dari faktor ketidak sengajaan
(faktor alam) berupa informasi dari nasabah atau anggota kurang jelas untuk
BMT mengenai situasi politik, legal, deregulasi sektor riil, financial, ekonomi
dan bencana alam. Mekanisme penyelesaian pembiayaan murabahah
bermasalah dengan cara identifikasi kondisi usaha, kondisi pembiayaan yang
meliputi besarnya, tindakan penyelesaian atau penyelamatan, memberikan
surat peringatan, rescheduling dan reconditioning, digunakan apabila anggota
masih ada potensi membayar atau masih ada tanggung jawab untuk
membayar, dan yang terakhir penjualan jaminan apabila benar sudah tidak
mampu dan sudah tidak ada rasa tanggung jawab melunasi.
Penelitian Andani (2016), menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah
di Bank Syariah Mandiri KC Purwokerto secara umum disebabkan atas
beberapa aspek yaitu aspek eksternal, aspek internal bank, aspek internal
nasabah. Penyebab pembiayaan bermasalah yang terjadi diantaranya yaitu
penurunan pendapatan usaha nasabah, tidak terpenuhinya analisis
pembiayaan karena unsur kejar target, nasabah tidak memiliki kiat untuk
membayar angsuran (karakter nasabah kurang baik). Adapun penyelesaian
pembiayaan tersebut dilakukan melalui penagihan, penebusan agunan,
penjualan agunan secara suka rela, langkah terakhir adalah lelang eksekusi
27
GAMBARAN OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah
Krisis Moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif harga
bahan makanan dan input pertanian sejak pertengahan tahun 1997. Selama
periode puncak harga krisis pangan di pasar ritel meningkat pada tingkat yang
lebih tinggi hingga 3-25 kali lipat pertumbuhan harga sebelum krisis, telah
mendorong sekelompok pemuda kota Ungaran untuk membentuk lembaga
usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat kecil akibat himpitan
ekonomi dampak krisis moneter. Sehingga pada tanggal 24 Agustus 1998
setelah Peringatan Kemerdekaan RI ke 53 telah berdiri Lembaga Usaha yang
diberi nama Koperasi Warung Taruna Sejahtera dengan kegiatan usaha
penyaluran sembako khususnya penjualan beras murah dan telah
mendapatkan pengesahan Badan Hukum dari Kementrian Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang No.:
007/BH/KWK.11.1/IX/1998 pada tanggal 23 September 1998.
Tetapi pada perkembangannya usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan
baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun 2000
koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih fokus pada usaha
simpan pinjam dengan sistem syariah yang bertujuan untuk memberikan
Taruna Sejahtera yang telah mendapatkan pengesahan Akte Perubahan Badan
Hukum No.: 019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 pada tanggal 18 Februari 2000.
Usaha Simpan Pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum dapat
beroperasi dengan baik dan Koperasi tidak mengalami pertumbuhan,
sehingga pada awal tahun 2011 Koperasi melakukan perubahan besar yang
meliputi perubahan Manajemen Kepegawaian dengan menerapkan IMS
(Incentive Manajemen System), perubahan sistem Akuntansi dengan
mengimplementasikan Aplikasi Core Banking IBS Realtime serta
memperluas jaringan kerja dengan membuka Kantor Kas diseluruh wilayah
Kabupaten Semarang. Pada saat yang bersamaan diterbitkan pula
produk-produk baru BMT, dan telah mendapatkan pengesahan Akte Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam Syariah dari Gubernur Jawa
Tengah No.: 035/PAD/XIV/IV/2015 pada tanggal 30 April 2015.
Perubahan dari pola Operasional lama ke Pola Operasional baru
membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan simpanan yang semula pada tahun 2011 sebesar 2 Milyar
meningkat menjadi 40 Milyar paa akhir tahun 2014, sedang pertumbuhan
penyaluran pembiayaan yang semula pada akhir tahun 2011 sebesar 1,5
Milyar tumbuh menjadi 35 Milyar pada akhir tahun 2014 untuk 9.235 orang
usaha ekonomi lemah. Sedangkan pertumbuhan asset yang semula pada awal
Disamping perubahan pola Operasional, pada RAT tahun 2012 pada
tanggal 27 April 2013 Kantor Pusat BMT Taruna Sejahtera yang semula
masih kontrak di Jl. HOS Cokroaminoto No.416 Ungaran pindah menempati
gedung baru milik sendiri di Jl. Gatot Subroto No.133 Mutiara Ungaran
Square Kav.3 Ungaran.
B. Visi, Misi dan Keuntungan 1. Visi
Mewujudkan BMT Taruna Sejahtera sebagai Lembaga Keuangan
Syariah yang mampu melayani kebutuhan modal usaha bagi anggota
guna menunjang kesejahteraan bersama yang diridhoi Allah SWT.
2. Misi
a. Pemberdayaan Usaha Ekonomi Ummat khususnya ekonomi lemah di
wilayah Jawa Tengah.
b. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam untuk melayani anggota
sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi.
c. Menjalankan usaha simpan pinjam yang sesuai prinsip syariah
dengan efektif, efisien dan transparan.
3. Keuntungan
a. Kenyamanan dan ketentraman hati, karena operasional BMT Taruna
Sejahtera berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil.
b. Kemudahan dalam pelayanan, karena penyetoran, penarikan dan
c. Anggota bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan (pinjaman) untuk
memperkuat modal usaha.
d. Anggota memperoleh informasi saldo pada setiap hari kerja melalu
telepon atau HP.
C. Struktur Organisasi
1. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
Sumber : SOP BMT Taruna Sejahtera
Keterangan :
a. Pengurus
CEO : Yahsun, S.E
Sekertaris : Maftria Yuliana
Bendahara : Supriyadi
b. Dewan Pengawas Syariah : Endro Suharyanto
: Hadi Solechan
c. General Manager : Yayuk Ardiani
: Hadi Solechan
d. Penagihan : Shodiq
2. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Kantor Cabang Asmara Ungaran
a. Manager Cabang : Bintari Petra Setiyandari
b. Teller : Nica Tri Widiastuti
c. Account Officer : Asep Setiawan
: Moh Arbain
: Nur Fahmi
D. Job Description
1. CHIEF EXCECUTIVE OFFICER (CEO)
a. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera sesuai dengan tujuan dan
kebijakan yang telah ditentukan BMT.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama
lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam upaya
mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
5) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal, baik dengan
para pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya (Dep Kop
UKM, INKOPSYAH, Dinas Pasar, Perusahaan Pengelola Pasar
dan lain-lain) maupun secara internal dengan seluruh aparat
b. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan-alasan jelas.
3) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap sesuai
dengan batas wewenang.
5) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
6) Menyetujui/menolak penggunaan keuangan yang diajukan yang
tidak melalui prosedur.
7) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
8) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9) Mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
10) Memutuskan menolak atau menerima kerjasama dengan pihak lain
dalam sesuai dengan kegiatan utama BMT Taruna Sejahtera
2. GENERAL MANAGER (GM) a. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera di wilayah Kantor
Cabang Utama sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan CEO.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
(nasabah) dan lainnya serta penyaluran dan yang merupakan
kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target Kantor Cabang Utama.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota (nasabah), dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
b. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
5) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
6) Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. MANAGER CABANG (MC)/KEPALA KAS (KK) a. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera di wilayah Kantor
Cabang/Kantor Kas sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan CEO.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
(nasabah) dan lainnya serta penyaluran dan yang merupakan
kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota (nasabah), dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
5) Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing
dan funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat
dalam upaya mencapai sasaran termasuk dalam menyelesaikan
pembiayaan bermasalah.
b. Wewenang
1) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan pembiayaan dengan
alasan-alasan yang jelas.
2) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
3) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
4) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
5) Mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
6) Memberi usulan untuk pengembangan pasar, potensi bisnis dan
strategi-strategi lainnya yang berhubungan dengan bisnis existing,
peluang bisnis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah kepada
Manager BMT.
7) Menentukan target funding, financing dan penyelesaian
pembiayaan bersama dengan Manager BMT.
9) Melakukan penilaian terhadap staf pemasaran (AO/FO) dan staf
penagihan.
4. ACCOUNT OFFICER (AO)
a. Fungsi Utama Jabatan
1) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan
serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai
dengan hasil analisis yang telah dilakukan.
2) Melayani permohonan penyimpanan dana (tabungan dan deposito)
dengan bekerjasama dengan bagian layanan anggota (nasabah)
usaha.
3) Melakukan sosialisasi seluruh produk BMT Taruna Sejahtera dan
melakukan upaya kerjasama atau sindikasi dengan pihak/lembaga
lainnya.
4) Mengelola administrasi data anggota (nasabah), melakukan proses
pembiayaan mulai dari pembiayaan hingga pelunasan, membuat
akad-akad dan surat-surat perjanjian lain.
b. Wewenang
1) Memberi usulan untuk pengembangan pasar kepada managemen
BMT.
2) Menentukan target funding dan financing bersama dengan manager
BMT.
4) Melakukan koordinasi dengan staff penagihan untuk target
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
5) Melakukan pengamanan atas data-data pembiayaan serta
arsip-arsip pendukung.
6) Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan.
7) Ikut memberikan kontribusi/usulan dalam rapat komite.
5. PETUGAS PENAGIHAN a. Fungsi Utama Jabatan
1) Melakukan penagihan terhadap angsuran/pembayaran pembiayaan
yang bermasalah.
2) Memberikan jalan keluar dan langkah-langkah penyelesaian bagi
anggota (nasabah) yang bermasalah serta melakukan tindakan
penarikan, penyitaan, penjualan jaminan dan lain-lain yang
berhubungan dengan aspek hukum.
b. Wewenang
1) Menerima setoran dana atas nama BMT Taruna Sejahtera terhadap
anggota (nasabah) pembiayaan maupun anggota (nasabah)
penabung sesuai dengan kebijakan yang ada.
2) Melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan aspek
6. INTERNAL AUDIT (IA) a. Fungsi Utama Jabatan
Melakukan pengawasan atau kontrol terhadap semua kegiatan usaha
operasional dan pembiayaan BMT Taruna Sejahtera agar tujuan dan
sasaran BMT Taruna Sejahtera dalam mengamankan dan
mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Sekaligus
agar pelaksanaan operasional dan pembiayaan BMT Taruna Sejahtera
dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan
serta tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang meliputi :
1) Pengumpulan data/informasi, pencatatan, pengumpulan/klasifikasi,
menyimpulkan atas segala transaksi operasional.
2) Pengumpulan data/informasi, pencatatan/klasifikasi,
menyimpulkan atas segala transaksi dan proses pembiayaan yang
diperlukan.
3) Memonitor seluruh kegiatan transaksi operasional dan pembiayaan,
dan memastikan tidak terjadinya penyimpangan atas Standart
Operating Procedure, memorandum, SK, SE dan fatwa DSN yang
dikeluarkan serta mebuat laporan hasil kinerja pengawasan internal
kepada Chief Executive Officer (CEO).
b. Wewenang
1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
2) Memeriksa semua catatan BMT, harta milik dan hutang,
memeriksa semua tingkat manajemen (kecuali top management)
dan dapat memasuki semua bagian dan unit kerja serta melakukan
berbagai teknik pemeriksaan.
3) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada
managemen.
4) Meminta fasilitas ke bagian umum untuk kebutuhan audit (ATK
dan lain-lain).
7. TELLER
a. Fungsi Utama Jabatan
1) Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatna
tunai.
2) Memberikan pelayanan prima kepada anggota (nasabah)
sehubungan dengan produk funding (penghimpunan dana) yang
dimiliki oleh BMT. Dalam hal ini Simpanan Lancar (Tabungan)
dan Simpanan Berjangka (Deposito).
3) Memberikan informasi hak dan kewajiban anggota (nasabah)
secukupnya dan informasi lain yang diperlukan dan mengarahkan
anggota (nasabah) pada pilihan produk yang sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Wewenang
1) Menerima transaksi tunai dan transaksi-transaksi yang terjadi di
2) Memegang kas tunai sesuai dengan kebijakan yang ada.
3) Mengeluarkan transaksi tunai pada batas nominal yang diberikan
atau atas persetujuan yang berwenang.
4) Menolak pengeluaran kas apabila tidak ada bukti-bukti pendukung
yang kuat.
5) Meminta pertanggungjawaban Persekot Kas AO setiap hari Jumat.
8. SUPERVISOR KAS a. Fungsi Utama Jabatan
1) Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi
seluruh aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan
dengan pembukuan/akuntansi, layanan anggota (nasabah) yang
dapat meningkatkan profesionalisme BMT Taruna Sejahtera.
2) Mengelola administrasi keuangan hingga pelaporan angka
keragaan.
9. SUPERVISOR SDM & UMUM a. Fungsi Utama Jabatan
1) Melakukan pengadministrasian dan pemeliharaan data karyawan,
serta hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan (absensi, cuti, dll),
pendidikan, pelatihan, karir dan hubungan antar karyawan.
2) Memberikan layanan kepada karyawan serta hal-hal umum lainnya
yang tidak termasuk dalam kegiatan bidang operasional koperasi
yang telah diatur secara khusu dalam bidang pemasaran,
b. Wewenang
1) Memegang kas kecil sesuai dengan kebijakan yang ada untuk
kebutuhan rumah tangga.
2) Membuat kbijakan yang berkaitan dengan hal-hal umum.
3) Membuat usulan tentang kebutuhan inventaris (pengadaan dan
administrasi inventaris).
4) Melakukan pencairan dana untuk kebutuhan pengadaan inventaris
kantor.
5) Membuat kebijakan yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan.
6) Membuat evaluasi terhadap absensi, job description & goal,
kompetensi, motivasi, profesional dan aktifitas karyawan lainnya
yang berhubungan dengan pencapaian prestasi kerja.
7) Memberikan rekomendasi atas prestasi kerja karyawan sehubungan
dengan kegiatan mutasi, promosi, diklat dan trainee serta reward
E. Produk BMT Taruna Sejahtera 1. Produk Pendanaan
a. Simpanan Amanah
Adalah simpanan anggota yang dapat melakukan penyetoran dan
penarikan sewaktu-waktu pada jam kerja BMT sesuai kebutuhan
anggota, yang dikelola secara halal sesuai syariah.
Dana tersebut diperuntukan untuk membiayaai berbagai macam
usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan
umat.
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan amanah.
b) Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku).
c) Setoran pertama minimal Rp 10.000.
d) Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000.
e) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000 (dapat diangsur
10 kali).
2) Fasilitas
a) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu
pada jam kerja BMT Taruna Sejahtera.
b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat
3) Keuntungan
a) Dikelola secara syariah bebas riba, menentramkan dan
menenangkan hati.
b) Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap
bulan yang akan ditambahkan pada saldo simpanan.
c) Berhadiah menarik (mobil, sepeda motor, tv, kulkas, mesin cuci,
dll) yang diundi setiap 6 bulan, setiap kelipatan saldo Rp
500.000 mendapatkan 1 kupon undian, saldo minimal Rp
1.000.000.
d) Gratis biaya administrasi (saldo dimpanan tidak akan
berkurang).
b. Simpanan Berkah
Adalah simpanan berjangka anggota, merupakan investasi dengan
waktu 1,3,6 dan 12 bulan. Diperuntukan bagi anggota BMT yang ingin
berinvestasi halal sesuai dengan syariah.
Dana tersebut diperuntukan untuk membiayaai berbagai macam
usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan
umat.
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan amanah.
b) Melampirkan fotocopy KTP (yang berlaku).
d) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000 (dapat diangsur
10 kali) bagi anggota baru.
2) Fasilitas
a) Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat
(rumah/warung/pasar).
c) Dapat diperpanjang secara otomatis (Auotomatic Roll Over)
d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (pinjaman) di BMT
Taruna Sejahtera.
3) Keuntungan
a) Dikelola dengan akad mudharobah, bebas riba, menentramkan
dan menenangkan hati.
b) Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap
bulan yang langsung dibukukan pada simpanan amanah.
1. Jangka waktu 1-3 bulan, nisbah : 33,34 atau setara 12,00%.
2. Jangka waktu 6 bulan, nisbah : 36,67 atau setara 13,20%.
3. Jangka waktu 12 bulan, nisbah : 40,00 atau setara 14,40%.
c) Gratis biaya administrasi.
c. Simpanan Berkah Discounted (Dibayar Dimuka)
Adalah simpanan berjangka anggota, merupakan investasi dengan
waktu 1,3,6 dan 12 bulan. Diperuntukan bagi anggota BMT yang ingin
Dana tersebut diperuntukan untuk membiayaai berbagai macam
usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan
umat.
1) Persyaratan
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan amanah.
b) Melampirkan fotocopy KTP (yang berlaku).
c) Setoran minimal Rp 5.000.000.
d) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000 (dapat diangsur
10 kali) bagi anggota baru.
2) Fasilitas
a) Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat
(rumah/warung/pasar).
c) Dapat diperpanjang secara otomatis (Auotomatic Roll Over)
d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (pinjaman) di BMT
Taruna Sejahtera.
3) Keuntungan
a) Dikelola secara syariah, bebas riba, menentramkan dan
menenangkan hati.
b) Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap
bulan yang dibayar dimuka dan langsung dibukukan pada
1. Jangka waktu 1-3 bulan, nisbah : 33,34 setara 12,00% -
2,00% = 10,00%.
2. Jangka waktu 6 bulan, nisbah 36,67 setara 13,20% - 2,00%
= 11,20%.
3. Jangka waktu 12 bulan, nisbah : 40,00 setara 14,40% - 2,00
% = 1,40%.
2. Produk Pembiayaan a. Pembiayaan Manfaat
Adalah fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan
modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola
secara halal sesuai syariah dengan akad murabahah (Bai Bithaman Ajil)
dan Qardul Hasan.
1) Persyaratan :
a) Mengisi formulir aplikasi permohonan pembiayaan.
b) Fotocopy KTP suami/istri dan fotocopy KK.
c) Fotocopy rekening listrik/rekening telepon (bulan terakhir).
d) Slip gaji bulanan terakhir (karyawan).
e) Kartu jamsostek (karyawan).
f) Buku tabungan bank dan kartu ATM.
g) Jaminan :
1. Sertifikat SHM dan PBB.
48 BAB IV
ANALISIS
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah 1. Persyaratan Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan Standart Operasional Prosedur (SOP) BMT Taruna
Sejahtera untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan, bagi setiap pejabat
pembiayaan BMT Taruna Sejahtera, haruslah mengikuti
langkah-langkah dan prosedur proses persetujuan pembiayaan yang meliputi :
a. Permohonan Pembiayaan
BMT Taruna Sejahtera hanya akan memberikan fasilitas
pembiayaan yang diajukan secara tertulis, baik untuk pembiayaan
baru maupun pembaharuan pembiayaan dengan menggunakan
formulir yang disediakan oleh BMT Taruna Sejahtera.
b. Permohonan Pembiayaan Berisi
1) Gambaran umum usaha
2) Rencana atau prospek usaha
3) Tujuan penggunaan dana
4) Jangka waktu penggunaan dana
5) Proyeksi penggunaan dana
c. Syarat Pembiayaan Usaha
1) Fotocopy KTP suami istri (yang masih berlaku)
2) Fotocopy Kartu Keluarga (KK)
3) Fotocopy Sertifikat (SHM) dan PBB
4) Fotocopy BPKB dan STNK
5) Surat Keterangan Usaha
6) Peta Lokasi Rumah tempat tinggal dan usaha
7) Fotocopy buku Simpanan Amanah
d. Syarat Pembiayaan Pabrik
1) Fotocopy KTP suami istri (yang masih berlaku)
2) Fotocopy Kartu Keluarga (KK)
3) Fotocopy Sertifikat (SHM) dan PBB
4) Fotocopy BPKB dan STNK
5) ATM dan buku tabungan bank
6) Daftar rincian gaji
7) Kartu BPJS
8) Peta lokasi rumah tempat tinggal dan pekerjaan
2. Inisiasi
a. Pengumpulan informasi
b. Calon debitur yang datang ke kantor BMT Taruna Sejahtera untuk
mendapatkan fasilitas pembiayaan, AO dalam melakukan proses
awal dan analisa terhadap calon debitur tersebut harus berhati-hati.
c. Calon debitur yang kualifikasinya baik harus dicari dan ditemukan
oleh AO haruslah proaktif mencari dan menemukan calon debitur
pembiayan agar pembiayaan yang disalurkan aman dan
menghasilkan secara optimal.
d. Taaruf (Perkenalan)
Dalam taaruf dipersiapkan dan dilakukan hal-hal :
1) Cakupan materi penting dalam wawancara
2) Kelengkapan data pemohon
3) Penjelasan data pendukung
4) Pemeriksaan kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon
5) Menentukan calon debitur
Dari hasil taaruf dapat ditentukan calon debitur pembiayaan
potensial menurut standart kualifikasi BMT Taruna Sejahtera, yang
tidak dibawah standar kualifikasi BMT Taruna Sejahtera.
3. Wawancara
Dalam pelaksanaan wawancara dilakukan untuk mengetahui
tentang kondisi usaha dan membicarakan hal-hal khusus yang menjadi
a. Eksistensi usaha
Faktor-faktor yang dianalisa sebagai dasar penilaian kelayakan untuk
memberikan pembiayaan adalah dengan menggunakan prinsip 5C, pada
hakikatnya adalah akronim dari Character, Capacity, Capital, Condition,
Collateral.
a. Character
Prinsip ini dilihat dari segi kepribadian nasabah. Hal ini bisa
dilihat dari hasil wawancara antara Account Officer/Manager kepada
nasabah yang hendak megajukan pembiayaan, mengenai latar
belakang, kebiasaan hidup, pola hidup nasabah, dan lain-lain. Inti
dari prinsip character ini ialah menilai calon nasabah nasabah
apakah bisa dipercaya dalam menjalani kerjasama dengan BMT
Taruna Sejahtera. Account Officer harus memperoleh informasi yang
benar terhadap calon debitur tentang :
1) Akhlak
AO harus menghindari orang yang berperilaku boros dan
2) Intergritas
Calon debitur yang mempunyai komitmen yang terhadap
janji, waktu, tata nilai aturan, hutang dan ucapannya tidak
menyimpang dari perbuatannya.
b. Capacity
Prinsip ini adalah yang menilai nasabah dari kemampuan
nasabah dalam menjalankan keuangan yang ada pada usaha yang
dimiliknya. Apakah nasabah tersebut tidak pernah mengalami
sebuah permasalahan keuangan sebelumnya atau tidak, dimana
prinsip ini menilai akan kemampuan membayar angsuran
pembiayaan nasabah terhadap BMT Taruna Sejahtera.
AO harus mengetahui keberadaan dan kemampuan usaha calon
debitur meliputi :
1) Tujuan penggunaan usaha
AO harus mengetahui secara pasti tentang tujuan
penggunaan dana oleh calon debitur.
2) Analisa keberadaan usaha
AO harus menilai bahwa usaha yang dijalankan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariah dan tidak bertentangan
dengan yuridis.
3) Analisa kondisi usaha
Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan oleh calon
mencukupi kebutuhan keluarga dan menutupi biaya operasional
usahanya dan ada kelebihan pendapatannya untuk mengasur
pembiayaan.
4) Analisa kemampuan usaha dan managemen
Calon debitur harus mempunyai kemampuan mengelola
usaha secara profesional, tanggh dan ulet.
5) Analisa keuangan
Dalam mengelola usaha calon debitur harus mampu
mengatur keuangan dengan baik, sehingga mampu
mengumpulkan sebagian keuntungannya untuk mengangsur
pembiayaan.
c. Capital
Yakni terikat akan kondisi aset dan kekayaan yang dimiliki,
khusunya nasabah yang mempunyai sebuah usaha. Capital dinilai
dari laporan bulanan atau tahunan perusahaan yang dikelola oleh
nasabah, sehingga dari penilaian tersebut pihak BMT dapat
menentukan layak atau tidaknya nasabah tersebut mendapat
pembiayaan, lalu seberapa besar bantuan pembiayaan yang akan
diberikan.
d. Collateral
Prinsip keempat yang perlu diperhatikan. Prinsip ini perlu
diperhatikan bagi para nasabah ketika mereka tidak dapat memenuhi