• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KERANGKA TEOR

B. Wawasan Semantik

3. Teori Makna

Berangkat dari latar belakang masalah, menurut informasi mengenai teori makna, pada dasarnya teori makna mempunyai hubungan yang sangat erat dengan makna semantik. Dalam hal ini, teori makna lebih condong dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Sedangkan pada makna semantik menjelaskan tentang ilmu yang mempelajari tentang makna.30 Berbicara mengenai teori makna dalam linguistik modern, ada beberapa teori yang dipakai untuk memahami makna, antara lain:

1. NadzariyahSiyaqiyah (Teori Kontekstual)

Menurut Teori ini, cara untuk memahami makna bukan dengan melihat, mendeskripsikan, atau mendefinisikan acuan atau benda. Akan tetapi, makna dipahami melalui konteks kebahasaan (siyaq lughawi) yang digunakan dan konteks situasi-kondisi (siyaq hal- mawqif) pada saat ungkapan itu terjadi. Oleh karena itu, studi tentang makna perlu menganalisis konteks kebahasaan dan konteks situasi- kondisi secara sekaligus, tepat dan cermat.

Konteks (siyaq) menurut bahasa berarti kesesuaian dan hubungan. Di sini, konteks berarti lingkungan kebahasaan (intra-

30

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. Ke- 2. h. 5

lingual) dan luar-kebahasaan (ekstra-lingual) yang meliputi wacana dan mengungkap maknanya.

a. Konteks Bahasa (Siyaq Lughawi)

Yaitu, lingkungan kebahasaan (intra-lingual) yang mencakup bagian-bagian bahasa seperti: kosakata, kalimat dan wacana. Unsur-unsur intra-lingual dibedakan menjadi enam aspek, yaitu: 31 1. Struktur Fonem (Tarkib Shauti)

Yaitu konteks atau kesesuaian fonemik yang membentuk makna. Misalnya, kalimat ݆ﺪﻮْ݆ا مﺎݎ (anak itu tidur). Dari aspek fonemik, kedua kata yang membentuk kalimat ini dapat di batasi maknanya berdasarkan fonem sehinga makna ungkapan ini bisa dibedakan dengan ungkapan lain. Umpamanya, fonem dari مﺎݎ tidak bisa diubah menjadi ماد (selalu), بﺎݎ (menggantikan), فﺎݎ (tinggi), dan sebagainya. Demikian juga dengan fonem dari ݆ﺪﻮْ݆ا tidak bisa diganti menjadi ݇ﺪ۹ْ݆ا (negeri), ْ݇ﺪﺨْ݆ا(pikiran), dan sebagainya.

2. Struktur Morfologis (Tarkib Sharfi)

Yaitu perubahan struktur morfem pada sebuah kata, juga dapat mengubah makna. Morfem kata ݆ﺪﻮْ݆اpada contoh ݆ﺪﻮْ݆امﺎݎadalah kata benda tinggal, mudzakkar, marfu’. Kata ݆ﺪﻮْ݆ا tidak sama dengan ةدﻻﻮْ݆ا,نا ْ݆ﺪﻮْ݆ا دﻻْوﻷْا ,ﺪ݆اﻮْ݆ا ,دْﻮْ݆ﻮ݋ْ݆ا, dan seterusnya, sebab masing-masing morfem memiliki konteks makna yang berbeda.

31

H.R. Taufiqurrochman, M.A, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), cet. Ke-1. h.47

3. Struktur Sintaksis (Tarkib Nahwi)

Yaitu, struktur sintaksis di bedakan menjadi dua macam, makna sintaksis umum dan makna sintaksis khusus. Makna sintasis umum adalah makna drama tikal secara umum yang dapat dipahami dari sebuah kalimat atau ungkapan. Misalnya:

أ ْﺣ ݋ ݊ ܛ ܺﺎ

ٌﺮ (makna sintaksis: kalimat berita; ‘Ahmad pergi’). ( ْ݆ﻢ ܛ ܺﺎ ْﺮ أ ْﺣ ݋

makna sintaksis: kalimat negatif; ‘Ahmad tidak/ belum pergi’). ݊ ۿ ܛ ܺﺎ ﺮأ ْﺣ ݋

؟ ( makna sintaksis: kalimat tanya; ‘Kapan Ahmad pergi?’).

Sedangkan makna sintaksis khusus adalah makna drama tikal khusus yang dipahami melalui kedudukan kata dalam kalimat. Contoh: ْا ﻮ݆ ݆ﺪ ݎ

م ( makna sintaksis khussu dari ݆ﺪﻮْ݆اadalah fail/ subyek).

ْا ﻮ݆ ݆ﺪ ܦ ْ۸

۽ ( makna sintaksis khusus dari ݆ﺪﻮْ݆ا sebagai maf’ul bih atau obyek).

4. Struktur leksikal (Tarkib Mu’jami)

Yaitu, hal yang berkaitan dengan kosakata kamus (leksim) dan karakteristik bidang makna pada kata atau leksem tersebut. Dengan kata lain, setiap leksim memiliki karakter makna yang bisa membedakan denga leksem lainnya. Misalnya, ungkapan

ݎ مﺎ أ۸ ْﻮ

ك (ayahmu tidur). Leksem tidak مﺎݎ sama maknanya

5. Unsur Idiomatik (Mushahabah)

Yaitu, keberadaan makna sebuah kata atau leksem masih tergantung dengan kata lain yang selalu menyertainya. Disebut juga dengan idiom. Contoh: ٌܹأْݎ berarti ‘hidung’, bisa berubah makna ketika kata ٌܹأْݎ bersamaan atau beridiom dengan kata lain.Contoh: مْﻮْ݆ܿا ܹأْݎ (pemimpin kaum), dan ܹأْݎ

ﱠ݆ا ْهﺪ

(abadpertama).

6. Unsur Pragmatik (Uslub)

Yaitu, perbedaan unsur gaya bahasa (uslub) yang berada dalam wacana dapat memberi arti lain sebuah ungkapan. Contoh:

ܲ ݋ ْܿ م ر ܆ ًݣ و ﻳﺌ ڲﺨ ر ܆

ًݣ ( berarti: Umar sedang bingung)

ز ْﻳٌﺪ آ ܃ْݛ ڲﺮ݆ا ݊ دﺎ

( berarti: Zaid seorang dermawan)

أ ْﺣ ݋ ܧ ْݛ ܱ ܲ ܣ ﱠۿ݆اﺎ لﺎ

( berarti: ahmad sering bepergian)

4. Perubahan Makna

Di dalam hal ini bahasa mengalami perubahan yang dirasakan oleh setiap orang, dan salah satu aspek dari perkembangan makna (perubahan arti) yang menjadi objek tela’ah semantik historis. Perkembangan bahasa sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Kita ketahui bahwa penggunaan bahasa diwujudkan dalam kata- kata dan kalimat. Pemakai bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, pemakai itu pula yang menambah, menguranngi atau mengubah kata-kata

atau kalimat. Gejala perubahan makna sebagai akibat dari perkembangan makna oleh para pemakai bahasa. Sejalan dengan hal tersebut Karena manusia yang menggunakan bahasa maka bahasa akan berkembang dan makna pun ikut berkembang.

Di sisi lain, seperti dinyatakan terdahulu bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan makna adalah sebagai akibat perkembangan bahasa. Perubahan makna terjadi dapat pula sebagai akibat:

a. Faktor Kebahasaan

b. Faktor Kesejarahan yang dapat diuraikan atas: objek, institusi, ide, dan konsep ilmiah.

c. Sebab Sosial

d. Faktor Psikologis yang berupa: factor emotif, kata-kata tabu (1) tabu karena takut (2) tabu karena kehalusan (3) tabu karena kesopanan. e. Pengaruh Bahasa Asing

f. Karena kebutuhan akan kata-kata baru32

Selain dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan makna di atas masih terdapat perubahan makna yang diakibatkan oleh banyak hal. Karena bagaimanapun juga seperti yang telah penulis ungkapkan sebelumnya bahwa perubahan makna itu sangat erat kaitannya dengan pemakai bahasa. Sedangkan pemakai bahasa selalu berinteraksi dengan banyak hal yang berada disekitarnya. Dalam hal ini, pengaruh bahasa asing juga menjadi salah satu factor yang terkait pada makna bahasa itu

32

Prof.Dr. T. Fatimah Djajasudarma Semantik II (Pemahaman Ilmu Makna), (Bandung: Refika Aditama, 1999), cet. Ke-2. h. 62-63

sendiri. Secara etimologi pengaruh bahasa asing adalah perubahan bahasa yang satu terhadap bahasa yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa.itu sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap BI, jugatidak dapat dihindarkan. Perubahan makna karena pengaruh bahasa asing, misalnya kata keran yang berasal dari bahasa inggris crank yang kemudian dalam BI bermakna keran, pancuran air leding yang dapat dibuka dan ditutup. Tetapi kalimat”Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk kemajuan daerah kita.”Makna kata keran bukan lagi katup penutup, tetapi lebih banyak dikaitkan dengan anggaran. Oleh sebab itulah banyak hal yang bisa mengakibatkan makna sebuah itu menjadi berubah.

Hal penting yang harus diketahui berkaitan dengan perubahan makna yaitu perubahan makna karena diakibatkan oleh perubahan lingkungan, contohnya seperti kata cetak. Bagi mereka yang bergerak dalam bidang persurat kabaran, kata cetak selalu dihubungkan dengan kata tinta, huruf, dan kertas. Tetapi bagi tukang bata, kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan membuat bata, mencetak batu bata pada

cetakannya. Sedangkan bagi petani, kata cetak biasanya dikaitkan dengan usaha membuka lahan baru untuk pertanian sehingga muncul urutan kata

pencetakan sawahbaru. Selanjutnya bagi para dokter kata cetak biasanya dihubungkan dengan kegiatan menghasilkan uang.

40

Penjelasan pada contoh di atas dapat disimpulkan bahwa faktor perubahan makna mempunyai kaitan dengan bahasa yang berkembang sesuai dengan perkembangan pikiran manusia.33

33

Dokumen terkait