• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Maryunani, 2016). 2. Proses Manajemen Kebidanan

Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap

klien. Dalam proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu:

a. Langkah I: Pengkajian

Pengkajian data merupakan langkah mengumpulakan semua data yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan (Walyani dan Purwoastuti, 2015). 1) Data Subyektif

Data subyektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Data subyektif yang meliputi: a) Identitas

Identitas menurut Maryunani (2016), meliputi:

(1) Nama Klien

Digunakan untuk membedakan dengan pasien yang lain.

(2) Umur

Untuk mengantisipasi diagnose masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.

(3) Suku/ Bangsa

Untuk mengetahui identitas suatu bangsa.

(4) Agama

Dapat berpengaruh terhadap kehidupan terutama masalah kesehatan dalam mengetahui agama klien akan lebih mudah mengatasi masalahnya.

(5) Pendidikan

Menurut hasil penelitian kesehatan ibu dan anak akan lebih terjamin pada tingkat pendidikan lebih tinggi.

(6) Pekerjaan

Untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan dan permasalahan kesehatan serta biaya.

(7) Alamat

Memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal. b) Keluhan utama untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu

setelah melahirkan (Marmi, 2015). Pada kasus hipertensi ibu mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010). c) Riwayat Penyakit

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Data-data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan nifas dan bayinya (Ambarwati, 2010).

(2) Riwayat Penyakit Sistemik

Data-data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi yang dapat mempengaruhi pada masa nifas (Ambarwati, 2010).

(a) Jantung

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala sakit dada sebelah kiri dan tidak mudah lelah saat beraktivitas atau tidak.

(b) Ginjal

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala nyeri pinggang sebelah kanan dan kiri atau tidak.

(c) Asma

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala sesak nafas atau tidak.

(d) TBC

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala batuk berkepanjangan lebih dari 2 minggu atau tidak.

(e) Hepatitis

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala kuning pada kuku, kulit, mata atau tidak.

(f) DM

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala sering haus, lapar, dan BAK pada malam hari atau tidak. (g) Hipertensi

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala tensinya lebih dari 140/90 mmHg atau tidak.

(h) Epilepsi

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami gejala kejang sampai mengeluarkan busa atau tidak.

(i) Lain-lain

Untuk mengetahui ibu pernah menderita penyakit apapun seperti HIV/AIDS.

(3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui apakah klien memiliki penyakit menular dan penyakit menurun dari genetik atau tidak (Walyani, 2015).

(4) Riwayat Keturunan Kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarganya maupun keluarga suami.

(5) Riwayat Operasi

Untuk mengetahui riwayat yang lalu atau operasi bekas luka SC, operasi laparatomi maupun operasi lainnya (Rukiyah, 2012).

d) Riwayat Menstruasi

Menurut Walyani (2015), riwayat menstruasi meliputi: (1) Menarche

(2) Siklus

Untuk mengetahui siklus haid terhitung mulai dari hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya. Perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu mengalami kelainan siklus haid atau tidak.

(3) Lamanya

Untuk mengatahui lama haid. Normalnya lama haid adalah 7 hari.

(4) Banyaknya

Untuk mengatahui banyaknya darah yang keluar.Dapat dilihat dari berapa kali ibu ganti pemabalut. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.

(5) Teratur atau tidak

Untuk mengatahui ibu mengalami menstruasi secara teratur atau tidak. Ibu mengalami menstruasi setiap bulan atau tidak.

(6) Sifat darah

Untuk mengetahui sifat darah dari menstruasi apakah darahnya encer atau kental.

(7) Dismenorhoe

Untuk mengetahui apakah saat menstruasi ibu mengalami nyeri haid atau tidak.

e) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi apa, berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi tersebut, apakah ibu mengalami keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi tersebut dan setelah masa nifas ini akan memakai kontrasepsi apa (Walyani & Purwoastuti, 2015). f) Riwayat Perkawinan

Untuk mengkaji tentang menikah sejak umur berapa, lama perkawinan, berapa kali menikah, status perkawinan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

g) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu melahirkan, cara persalinan, jumlah anak, apakah pernah abortus, keadaan nifas yang lalu (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

h) Riwayat Kehamilan Ini

Menurut Walyani (2015), riwayat kehamilan ini meliputi:

(1) HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir)

(2) TP (Tafsiran Persalinan/Perkiraan Kelahiran)

(3) Keluhan-keluhan

(4) ANC (Antenatal Care/Asuhan Kehamilan)

(5) Penyuluhan yang pernah didapat

(7) Penggunaan Obat-obatan i) Riwayat Persalinan Ini

Riwayat persalinan ini meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

j) Kebiasaan Selama Nifas

(1) Nutrisi dan Cairan

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, warna, serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan bau (Walyani, 2015).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup

dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Keadaan Psikologis

Untuk mengetahui respons ibu dan keluarga terhadap bayinya (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(6) Riwayat Sosial Budaya

Untuk mengetahui klien dan keluarga yang menganut adat istiadat tertentu dengan budaya yang akan menguntungkan atau merugikan ibu dalam masa nifas (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(7) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2) Data Objektif

Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini, bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan apakah klien dalam keadaan normal atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Yang termasuk dalam komponen data obyektif adalah: a) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan Umum

Untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan apakah baik atau lemah (Sulistyawati, 2015). Pada ibu nifas dengan hipertensi keadaan umum ibu adalah baik.

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2015). Pada ibu dengan hipertensi kesadaran adalah composmentis.

(3) Vital Sign

Menurut Walyani & Purwoastuti (2015), Vital sign sebagai berikut:

(a) Tekanan Darah

Untuk mengetahui tekanan darah ibu dalam batas normal atau tidak.Tekanan darah normal yaitu

110/70-120/80 mmHg. Pada ibu nifas dengan hipertensi tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu tubuh ibu normal atau tidak . Suhu tubuh normal yaitu 36,5-37 .

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak.Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100 x/menit.

(d) Pernafasan

Untuk mengetahui pernafasan ibu normal atau tidak. Pernafasan normal yaitu 16-20 x/menit.

(4) Berat Badan

Untuk mengetahui berat badan klien, karena berat badan adalah salah satu parameter pertumbuhan untuk mengetahui status nutrisi (Matondang dkk, 2013).

b) Pemeriksaan Sistematis

(1) Kepala (a) Rambut

Untuk mengetahui keadaan rambut meliputikebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulistyawati, 2015).

(b) Muka

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, pucat atau tidak (Heryani, 2012).

(c) Mata

Untuk melakukan pemeriksaan konjungtiva, sclera, kebersihan, kelainan, gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2015).

(d) Hidung

Untuk melakukan kebersihan hidung, polip, dan alergi debu (Sulistyawati, 2015).

(e) Telinga

Untuk melakukan kebersihan telinga dan gangguan pendengaran (Sulistyawati, 2015).

(f) Mulut, gigi, gusi

Untuk mengetahui kebersihan mulut, bau mulut atau tidak, ada gangguan pada mulut atau tidak, kebersihan gigi, adanya karies gigi, keadaan gusi, gusi sering berdarah atau tidak (Walyani, 2015).

(2) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid, parotitis (Sulistyawati, 2015).

(3) Dada dan Axilla

(a)

Mammae

Untuk mengetahui ada pembengkakan atau tidak, ada benjolan atau tidak, simetris atau tidak, keadaan areola, puting susu, kolostrum/ASI sudah keluar atau belum (Sulistyawati, 2015).

(b)

Axilla

Untuk mengetahui ada benjolan atau tidak, nyeri atau tidak (Sulistyawati, 2015).

(4) Ekstremitas

Untuk memeriksa adanya edema, kemerahan, varices, reflek patella positif atau negatif (Marmi, 2015).

c)

Pemeriksaan khusus obstetric

(1) Abdomen

(a) Inspeksi

Untuk mengetahui pembesaran perut dan luka bekas operasi (Walyani, 2015).

(b) Palpasi

Pada ibu nifas palpasi yang diperiksa meliputi kontraksi, TFU dan kandung kencing (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Anogenital

(a) Vulva Vagina

Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada kemerahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, lochea warnanya bagaimana, berbau/tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(b) Perineum

Untuk mengetahui apakah perineum ada luka bekas jahitan atau tidak, perineumnya bersih atau tidak (Marmi, 2015).

(c) Anus

Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak dan kebersihan anus (Sulistyawati, 2015).

(d) Inspekulo

Vagina ada kemerahan atau tidak serta infeksi atau tidak.

d) Pemeriksaan Penunjang

Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium berupa kadar Hb, haematokrit, kadar leukosit, golongan darah (Sulistyawati, 2015). Pada ibu nifas dengan hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan proteinuri untuk menunjang pemeriksaan.

b. Langkah II : Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan indentifikasi terhadap diagnose masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar tata nama (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Diagnosa pada ibu nifas dengan hipertensi sebagai berikut: Ny. X umur X tahun dengan hipertensi.

Data Dasar: a) Data Subyektif

Ibu mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010). b) Data Obyektif

(1) Keadaan umum : Baik

(2) Kesadaran : Composmentis (3) Tekanan darah

Pada ibu nifas dengan hipertensi tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

(4) Abdomen

Untuk mengetahui kontraksi uterus pada ibu nifas dalam batas normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Fundus

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri pada masa nifas dalam batas normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (6) Lochea

Untuk mengahui perdarahan yang keluar berubah secara normal sesuai fase dan lama setelah melahirkan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(7) Perineum

Untuk mengetahui apakah perineum ada luka bekas jahitan atau tidak, perineumnya bersih atau tidak (Marmi, 2015). c) Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang terjadi pada respons ibu terhadap masa nifas (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan hipertensi yaitu ibu mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010). d) Kebutuhan

Kebutuhan yaitu berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi, 2011). Kebutuhan pada ibu nifas dengan hipertensi adalah

informasi, dukungan dan support mental (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi paermasalah yang akan timbul dari kondisi yang ada (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan hipertensi adalah terjadi preeklamsi (Prawirohardjo, 2011).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Setelah merumuskan tidakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Antisipasi yang dilakukan adalah monitoring balance cairan, diet yang tepat, pemberian obat anti hipertensi yaitu metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram per hari dan Nefedipin 30-90 mg per hari (Prawiroharjo, 2011).

e. Langkah V : Rencana Tindakan

Langkah ini merupakan kelanjutan pelaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hipertensi menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011), sebagai berikut:

1) Periksa tekanan darah secara teratur dan kerja sama dengan spesialis untuk memodifikasi pengobatan dan untuk mengubah ke pengobatan pra-kehamilan jika perlu.

2) Motivasi penggunaan obat antihipertensi berkelanjutan. 3) Dukung pemberian ASI.

4) Berikan saran mengenai kontrasepsi dan konseling pra-kehamilan untuk masa mendatang.

5) Monitoring balance cairan.

6) Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia prenatal.

7) Terapi obat antihipertensi yaitu :

a. Metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram per hari. b. Nefedipin 30-90 mg per hari.

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hipertensi menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011) telah dilaksanakan pada ibu nifas Ny. X dengan hipertensi.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan kebidanan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Evaluasi ibu nifas dengan hipertensi yaitu: a) Keadaan umum baik

b) Tekanan darah normal

c) Ibu sudah tidak nyeri kepala, tidak mual maupun muntah dan penglihatan sudah normal.

h. Data Perkembangan

Menurut Walyani (2015), pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP sebagai berikut:

1) S (Subyektif)

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa.

2) O (Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.

3) A (Assesment)

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

4) P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment.

Dokumen terkait