• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Motivasi

2.1.4 Teori Motivasi

1. Hirarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Thry)

Teori motivasi Maslow dinamakan, “A Theory of Human Motivation”. Teori ini mengikuti teori jamak, yakni seseorang berperilaku/bekerja karena adanya dorngan untuk memenuhi bermacam- macam kebutuhan. Maslow berpendapat kebutuhan yang diinginkan seseorang berjenjang, artinya bila kebutuhan pertama terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utamandan seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima. Dasar teori ini adalah:

1) Manusia adalah makhluk yang berkeinginan, ia akan selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayat tiba.

2) Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi motivator bagi pelakunya hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator.

3) Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang.

Teori motivasi Abraham Maslow ini menyatakan bahwa setiap diri manusia itu terdiri atas lima tingkat kebutuhan yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

2) Kebutuhan rasa aman: kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup, tidak dalam arti fisik semata akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.

3) Kebutuhan social: kebutuhan untuk merasa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.

4) Kebutuhan akan harga diri atau pengakuan: kebutuhan untuk dihormati dan dihargai pleh orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira 85% kebutuhan fisiologis, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40% kebutuhan harga diri dan hanya 10% dari kebutuhan aktualisasi diri.

2. Teori Kebutuhan Berprestasi (McCelland Theory of Needs)

Dari McCelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McCelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu:

1) Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat

2) Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan karena factor-faktor lain seperti kemujuran misalnya.

3) Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain) dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna ketiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama secara konseptual terdapat persamaan antara teori yang dikembangkan Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hirarki pertama dan kedua Maslow, “Realatedness” senada dengan hirarki kebutuhan ketiga dan keempat

Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg, Bernad, Barbara Mausner, dan Barbara Snydermen. Teori ini disebut juga teori motivator- hygienes. Menurut teori ini seseorang akan melakukan pekerjaan karena dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik misalnya gaji/kompensasi, tanggung jawab yang merupakan kesanggupan seorang stafdalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan akurat dan berani menagmbil resiko atas keputusan yang dibuatnya serta bertanggung jawab kepada yang memberikan wewenang, pengakuan dimana seorang akan merasa puas bila penghargaan apa yang diterima sesuai dengan upaya pekerjaan yang telah dilaksanakan, dan prestasi yang akan dicapai dimana prestasi dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesungguhan dan lingkungan kerja. Sedangkan faktor ekstrinsik misalnya reward/punishment, prosedur yang ada, budaya kerja, hubungan interpersonal, teknik kerja, pedoman penilaian kerja, audit dan pangkat/jabatan.

5. Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artrinya apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi yaitu seseorang akan berusaha mendapat imbalan yang lebih besar atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding yaitu:

1) Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi probadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamnya.

2) Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi dalam kualifikasi dan sifat pekerjaannya relative sama dengan yang bersangkutannya sendiri.

3) Imbalan yang diterima oleh orang lain di organisasi lain dikawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.

4) Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.

6. Teori Penetepan

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasi yaitu:

1) Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

2) Tujuan-tujuan mengatur upaya

3) Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

4) Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)

Menurut teori ini motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Sederhananya teori ini menjelaskan jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya jika hal yang diinginkan itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Teori-teori yang lain digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakupun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi ekternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya berbagai factor diluar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah upaya yang dikenal dengan hukum pengaruh yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada factor internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan factor eksternal : jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya dan system imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. Sederhananya apabila sumber daya

manusia (SDM) dapat diberdayakan dengan optimal, maka motivasi untuk berprestasi dalam pekerjaan yang diembannya akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi motivasi :

Dokumen terkait