• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori Motivasi Prestasi

Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi salah satu faktor terhadap hasil belajar siswa. Metode konvensional, dimana guru masih menjadi pusat, cenderung membuat banyak siswa masih relatif sulit untuk menangkap materi pelajar. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah dari dalam diri siswa tersebut. Salah satu teori yang memparakan hal ini adalah teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan pencapaian (need for achievement), kebutuhan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan hubungan (need for affiliation).

Menurut Mc Clelland seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain pada banyak situasi.

Mc. Clelland menguatkan pada tiga kebutuhan yaitu :

1. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.

2. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya bersahabat. 3. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

McClelland menjelaskan bahwa setiap individu memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Dorongan ini mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras untuk memperoleh pencapaian pribadi ketimbang memperoleh penghargaan. Hal ini kemudian menyebabkan ia melakukan sesuatu yang lebih efisien dibandingkan sebelumnya.

Kebutuhan pertama yaitu pencapaian (nAch) merupakan keinginan untuk mencapai prestasi menjadi yang terbaik. Individu-individu dengan kebutuhan prestasi yang tinggi sangat termotivasi dengan bersaing dan menantang pekerjaan. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk umpan balik pada prestasi mereka.

Mereka mencoba untuk mendapatkan kepuasan dalam melakukan hal-hal yang lebih baik. Prestasi yang tinggi secara langsung berkaitan dengan kinerja tinggi. Kebutuhan kedua yaitu kekuatan (nPow) merupakan keinginan untuk memiliki pengaruh, menjadi yang berpengaruh, dan mengendalikan individu lain. Dalam bahasa sederhana, ini adalah kebutuhan atas kekuasaan dan otonomi. Individu dengan nPow tinggi, lebih suka bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam situasi kompetitif, dan berorientasi pada status, dan lebih cenderung lebih khawatir dengan wibawa dan pengaruh yang didapatkan ketimbang kinerja yang efektif.

Kebutuhan ketiga yaitu kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja (nAff). Kebutuhan ini ditandai dengan memiliki motif yang tinggi untuk persahabatan, lebih menyukai situasi kooperatif (dibandingkan kompetitif), dan menginginkan hubungan-hubungan yang melibatkan tingkat pengertian mutual yang tinggi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki dan menunjukkan kombinasi tiga karakteristik tersebut, dan perbedaan ini juga mempengaruhi bagaimana gaya seseorang berperilaku.

Orang-orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan, yaitu :

1. Menyukai pengambilan resiko yang layak sebagai fungsi ketrampilan, bukan kesempatan, menyukai suatu tantangan, dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.

2. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan. Salah satu alasan mengapa banyak perusahaanberpindah ke program Management by objection

(MBO) adalah karena adanya korelasi positif antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.

3. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.

4. Mempunyai ketrampilan dalam perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

Berdasarkan pemaparan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan pada setiap individu untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka yaitu pencapaian, kekuatan dan pengakuan sosial, sehingga pada akhirnya mereka dapat berprestasi atau menjadi yang terbaik.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Abin Syamsudin, motivasi belajar adalah dorongan – dorongan yang timbul pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, motivasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.

b) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s

emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

2) Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

a) Takut yang dipelajari ( learned fear),

b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat), d) Maksud (purpose) dan aspirasi,

e) Motif berprestasi (achievement motive).

Sedangkan motivasi belajar yang terjadi dalam proses belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ini, merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara tidak mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya anak rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan orang tuanya.

2) Motivasi Intrinsik

Motivasi ini, merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya anak belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah.

Menurut Abin Syamsudin, motivasi belajar seseorang dapat dilihat dari indikator berikut ini. Pertama, frekuensi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada sering tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Orang yang mempunya motivasi belajar tinggi akan ditandai oleh sering tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Orang yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan ditandai oleh serng tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Kedua, Durasi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada seberapa lama suatu kegiatan belajar dilakukan. Semakin lama orang melakukan kegiatan belajarnya ini mengandung arti semakin kuat motivasi belajarnya.Ketiga, Persistensi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada ketepatan dan kelekatan kegiatan belajar dilakukan. Ini artinya apa yang siswa pelajari sesuai dengan tuntutan kurikulum atau pembelajaran yang diselenggarakan guru. Dengan kata lain siswa mempeljari apa yang seharunya dipelajari. Keempat, devosi kegiatan belajar dilakukan. Aspek ini mengacu kepada pengorbanan yang individu lakukan dalam belajarnya. Misalnya ia bersedia mengorbankan waktu luangnya hanya untuk belajar, individu mengeluarkan uang hanya untuk membeli buku pelajaran. Kelima, kemampuan

menghadapi rintangan dan kesulitan dalam kegiatan belajar. Aspek ini mengacu kepada sejauh mana ia sanggup menghadapi dan menyelesaikan tantangan, hambatan dan rintangan dalam suatu pembelajaran. Misalnya, individu sanggup mencari buku sumber ke tempat lain ketika tidak ada di sekolah atau di guru. Keenam, tingkat aspirasinya dalam kegiatan belajar. Aspek ini mengacu kepada seberapa kuat dorongan belajarnya terutama dalam rangka pencapaian cita-cita belajar. Dengan adanya dorongan ini individu cenderung untuk selalu menyuguhkan yang terbaik dalam belajarnya.

Motivasi belajar dapat di identifikasi dari beberapa ciri atau indikator sebagai berikut :

a. Lama waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar b. Frekuensi kegiatan belajar

c. Ketetapan dan kelekatan pada tujuan kegiatan

d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menggapai kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Pengorbanan (baik dari segi uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan. f. Tingkat aspirasi (cita-cita, sasaran/target, idola) yang ingin dicapai. g. Kualifikasi prestasi yang dicapai dalam kegiatan.

h. Arah dan sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: 1) Lama waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar; 2) Frekuensi kegiatan belajar; 3) Ketetapan dan kelekatan pada tujuan kegiatan; 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menggapai kesulitan untuk mencapai tujuan; 5) Pengorbanan (baik dari segi uang, tenaga,

pikiran) untuk mencapai tujuan; 6) Tingkat aspirasi (cita-cita, sasaran/target, idola) yang ingin dicapai; 7) Kualifikasi prestasi yang dicapai dalam kegiatan; 8) Arah dan sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan berbagai hal yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Dokumen terkait