• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pembahasan

3. Upaya Penanggulangan Terhadap Kejahatan Yang

Kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di Kota Makassar khususnya wilayah hukum Tamalanrea pada dasarnya dapat ditekan jumlahnya. Tetapi membutuhkan waktu yang lama dan proses yang cukup panjang untuk bisa memberantas geng motor yang semakin meresahkan masyarakat kota Makassar saat ini. Hal ini terjadi karena sangat pesatnya perkembangan dari anggota geng motor dan semakin banyak yang mengikuti untuk membentuk kelompok

60 geng motor tersebut. Dari hasil penelitian penulis terdapat dua upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan yang dilakukan oleh geng motor yakni upaya preventif dan upaya represif.

Tindakan-Tindakan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Operasi terbuka yang dilakukan oleh aparat di daerah rawan terjadi kejahatan geng motor.

2) Pengungkapan terhadap kasus kejahatan 3) Melakukan penyuluhan hukum

4) Melaksanakan bimbingan serta menyalurkan kegiatan masyarakat.

a. Upaya Preventif

Dalam menegakkan hukum pidana, cara penanggulangan atau penegakan, baik bersifat preventif maupun bersifat represif harus selalu melibatkan aparat penegak hukum dengan disertai peran aktif masyarakat.Penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif ini juga merupakan tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu kejahatan. Tindakan preventif ini berusaha memberantas kejahatan itu dengan jalan 65 menghilangkan segala sesuatu yang menjadi penyebab terjadinya suatu kejahatan. Dengan kata lain, kesempatan pelaku yang dicegah.

Adapun upaya preventif yang dilakukan oleh Polsekta Tamalanrea adalah sebagai berikut :

61 1) Mengadakan patroli-patroli secara rutin di daerah yang dianggap rawan terjadi kejahatan yang dilakukan oleh geng motor.

2) Patroli yang dilakukan bersifat terbuka dan tertutup.

3) Melakukan penyuluhan hukum di masyarakat maupun di sekolah-sekolah.

b. Upaya Represif

Penanggulanagan kejahatan geng motor dengan bersifat represif merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah suatu kejahatan terjadi. tindakan ini dapat berupa penangkapan, penahanan, dengan menjatuhkan pidana dan menempatkan dalam lembaga permasyarakatan. Tujuan pemidanaan terhadap perbuatan suatu kejahatan, untuk memperbaiki tingkah lakunya yang menyimpang dari norma-norma yang hidup dan di junjung tinggi oleh masyarakat. Baik norma agama, adat 66 maupun norma hukum.

Pembinaan merupakan tindakan yang efektif agar seseorang pembuat sesuatu kejahatan tidak mengulangi lagi perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat.Pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pemidanaan, yaitu :

1) Untuk memperbaiki pribadi terpidana.

2) Untuk memmbuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan.

62 3) Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lain, setelah mereka bebas dari tahanan.

4) Melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap tersangka kejahatan penganiayaan.

5) Mengadakan pemeriksaan terhadap tersangka beserta barang bukti lainnya dalam rangka penyidikan kasus tersebut, dan selanjutnya berkas perkaranya akan dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk diproses lebih lanjut.

Setelah putusan Pengadilan Negeri dijatuhkan, selanjutnya terdakwa dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan untuk diberikan pembinaan-pembinaan dengan tujuan memperbaiki perilaku tersebut.

Hal inipun belum menjamin bahwa si pelaku kejahatan tersebut dapat berubah sikapnya. Kenyataan yang terjadi, kerap kali si pelaku kejahatan tersebut kembali lagi ke Lembaga Pemasyarakatan, apakah dengan kasus yang serupa ataupun dengan kasus yang berbeda. Oleh karena itu, dibutuhakan pembinaan yang serius, yaitu pembinaan yang sifatnya tepat sasaran dan menggambarkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan bentuk pembalasan atas apa yang kita perbuat di dunia dan kelak di akhirat, kita akan mendapatkan balasan juga. Jadi, pembinaan ini membuka

63 kesadaran berpikir dan bertindak para pelaku kejahatan agar kembali ke jalan yang benar dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai agama yang dianutnya, agar hidupnya bahagia di dunia dan akhirat kelak.

64 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di wilayah hukum Tamalanrea antara lain adalah penganiayaan, pencurian dan pengrusakan fasilitas umum. Sementara penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di wilayah hukum Tamalanrea antara lain :

a. Faktor lingkungan seperti kurangnya pengawasan dari orang tua dan pengaruh lingkungan pergaulan seseorang.

b. Mudahnya mendapatkan sepeda motor menyebabkan banyak perkumpulan motor yang melakukan tindakan kriminal atau kejahatan.

c. Pengaruh minuman keras dapat menyebabkan seseorang diluar control dan tanpa sadar melakukan kejahatan dan pengrusakan fasilitas umum.

d. Faktor ekonomi dan minimnya pendidikan menyebabkan seseorang sulit mendapatkan pekerjan sehingga menyebabkan seseorang melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

65 e. Faktor dendam atau sakit hati dapat menyebabkan seseorang atau kelompok geng motor diluar kendali dan melakukan kejahatan dan pengrusakan fasilitas umum.

Dalam prakteknya ada beberapa hal yang telah di lakukan oleh pihak aparatur negara dalam penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di wilayah hukum Tamalanrea, yaitu :

a. Operasi terbuka yang dilakukan oleh aparat di daerah rawan terjadi kejahatan geng motor.

b. Pengungkapan terhadap kasus kejahatan c. Melakukan penyuluhan hukum

d. Melaksanakan bimbingan serta menyalurkan kegiatan masyarakat.

B. Saran

a. Memperbaiki sistem pengawasan untuk mencegah terjadinya tindakan-tindakan kejahatan.

b. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih meningkatkan tindakan reprensif maupun preventif.

c. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan.

d. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum rakyat.

66 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Kholiq, 2009, Teori Kontrol Sosial: Bahan Ajar Kuliah Kriminologi, Yogyakarta.

Abdul Syani, 1987, Sosiologi Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makassar.

Baharuddin Lopa, Muh. Yamin, 2001, Undang-undang Pemberantasan Tipikor, Bandung..

Bardan Nawawi Arif, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

---, 2010, Masalah Penanggulangan dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Gerson W. Bawengan, 1991, Pengantar Psychologi Kriminil, Cetakan Keempat, Pradnya Paramita, Jakarta.

Guse Prajudi, 2012, PanduanLengkapHukumPidanadanJaminan, Tora Book, Yogyakarta.

Kartini Kartono, 1986, Patologi Sosial Kenakalan Anak, Rajawali Pers, Jakarta Utara.

Moeljatno, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cetakan keduapuluh enam, Bumi Aksara, Jakarta.

Rob White, 2008, Geng Remaja Fenomena dan Tragedi Remaja di Dunia, Gala Ilmu Semesta, Yogyakarta.

Romli Atamasasmita, 1992, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT.

Eresco, Bandung.

---, 2007, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Cetakan Kedua PT.Refika Aditama, Bandung.

Simanjuntak. B, 1984, Latar belakang Kenakalan Remaja, Alumni, Bandung.

Dokumen terkait