• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pendukung

Implementasi adalah suatu proses melaksanakan atau mentarnsfer

suatu gagasan, aturan, program, bahkan pedoman yang sebelumnya

belum pernah dilakukan. Menurut Agustino yang dikutip dalam skripsi

Soamole, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksanaan kebijakan melakukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada

akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebujikan itu sendiri.

2. Audit

a. Pengertian Audit

Audit adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang

kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada

pihak-pihak yang berkepentingan (Messier et al. 2014: 12).

Elder et al. (2011: 4) mendefinisikan audit sebagai pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan

melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang

yang kompeten dan independen.

Dari beberapa pengertian audit yang dipaparkan oleh para ahli

dapat ditarik kesimpulan bahwa audit merupakan suatu proses

sistematis yang bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi bukti

kejadian ekonomi oleh pihak independen secara objektif sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan serta memberikan pendapat

akan kesesuaiannya. Hasil yang diperoleh nantinya akan

dikomunikasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Jenis-jenis Audit

Menurut Jusup (2001), audit pada umumnya dikelompokkan menjadi

tiga golongan, yaitu:

1) Audit operasional

Audit oprasional yaitu mengevaluasi efisiensi dan

efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi yang

diterapkan suatu organisasi. Hasil dari audit operasional ini

berupa rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan

operasi.

2) Audit ketaatan

Audit ketaaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah

pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau

lebih tinggi. Hasil audit ini dilaporkan pada seseorang atau

pihak tertentu yang lebih tinggi dalam organisasi yang diaudit

misalnya manajemen.

3) Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan

apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria

tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang

digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum (PABU).

c. Tujuan Audit

Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1) Kelengkapan (Completeness)

Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau

ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.

2) Ketepatan (Accurancy)

Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang telah

dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar,

dan dicatat dengan benar.

3) Eksistensi (Existence)

Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang

tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal

4) Penilaian (Valuation)

Untuk memastikan bahwa PABU telah diterapkan dengan benar.

5) Klasifikasi (Classification)

Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam

jurnal diklasifikasikan dengan tepat.

6) Ketepatan (Accurancy)

Untuk memastikan bahwa transaksi dicatat pada tanggal yang

benar, dirinci dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka

buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan

tepat.

7) Pisah Batas (Cut-off)

Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal

neraca dicatat dalam periode yang tepat.

8) Pengungkapan (Disclosure)

Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan

pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dangan wajar

dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi

dan catatan kaki laporan tersebut.

Tujuan audit laporan keuangan oleh auditor independen pada

umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran

dalam semua hal yang material tentang (1) posisi keuangan; (2) hasil

usaha; (3) perubahan ekuitas; dan (4) arus kas sesuai dengan prinsip

3. International Standards on Auditing (ISA)

International Standards on Auditing adalah standar audit yang dikeluarkan oleh The International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB ini merupakan badan yang dibentuk oleh

International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing dan assurance. Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa IFAC merupakan the organization for the accountancy profession with members and associates in 127 countries (Tuanakotta 2013: 20). Selain IAASB, masih ada badan pembuat standar yang dimiliki oleh

IFAC antara lain The International Accounting Education Standards Board (IAESB), The International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA), dan The International Public Sector Accounting Standards Board (IPASB). Tujuan utama dari IFAC membentuk badan pembuat standar ini menurut Tuanakotta (2013: 20) yaitu melayani

kepentingan umum dengan mengembangkan, mempromosikan, dan

memberdayakan standar-standar yang diakui secara internasional yang

menjadi tumpuan harapan investor dan pengakuan kepentingan

(stakeholders) lainnya.

Standar yang dikeluarkan oleh IAASB terbagi menjadi tiga kategori:

a. Standar audit dan review informasi keuangan historis

Standar ini terdiri dari dua standar yaitu International Standard on Auditing (ISAs) dan International Standard on Review Engagement

b. Standar penugasan assurance selain audit atau rivew laporan keuangan historis

Untuk standar ini, IAASB mengeluarkan International Standard Assurance Engagemnets (ISAEs).

c. Standar jasa lainnya

Untuk kategori ini, IAASB menerbitkan standar yang diterapkan

pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi, jasa penugasan

lain yaitu International Standard on Related Service (ISRSs).

ISA merupakan salah satu produk dari standar audit informasi

keuangan historis yang cakupannya lebih terbatas pada KAP dan para

praktisinya (partner dan staf KAP) saja. Berbeda dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang cakupannya lebih luas karena melibatkan perusahaan dari segala macam ukuran, bentuk hukum,

bentuk kepemilikan, dan bentuk latar belakang investasi yang berbeda

pula. Sehingga IFRS lebih dikenal daripada ISA diberbagai negara. ISA

di Indonesia juga belum terlalu dikenal oleh berbagai kalangan. Selain

disebabkan karena lingkup cakupannya, di Indonesia ISA juga baru

mulai diadopsi mulai 1 Januari 2014 untuk audit atas laporan keuangan

2013.

Indonesia mengadopsi ISA sebagai wujud komitmen negara sebagai

salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk

menggunakan standar profesi internasional. Pengadopsian ISA juga

Statement of Membership Obligation (SMO) nomer tiga yaitu berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk anggota

(dalam hal ini Institut Akuntan Publik Indonesia). Selain itu,

pengadopsian ISA ini merupakan respon terhadap rekomendasi World

Bank dan juga merupakan salah satu cara untuk menjalankan amanah UU

No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

Tabel 2.1

Daftar International Standards on Auditing ISA /

ISQC 1 Referensi

Standar

ISQC 1 Pengendalian mutu untuk perusahaan yang melakukan audit dan rivew laporan keuangan, dan jaminan lainnya dan jasa terkait

ISA

200-299 Prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab

200 Tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan audit berdasarkan standar audit

210 Persetujuan atas ketentuan perikatan audit

220 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan 230 Dokumentasi audit

240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan

250 Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit laporan keuangan

260 Komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola

265 Pengkomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dan manajemen

ISA 300-450

Penilaian risiko dan respons terhadap risiko yang telah dinilai

300 Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan

315 Pengidentifikasian dan penilaian kesalahan penyajian material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya

320 Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit

ISA / ISQC 1 Referensi

Standar

402 Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu organisasi jasa

450 Pengevaluasian atas kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit

ISA

500-580 Bukti audit

500 Bukti audit

501 Bukti audit – pertimbangan spesifikasi atas unsur pilihan 505 Konfirmasi eksternal

510 Perikatan audit tahun pertama – saldo awal 520 Prosedur analitis

530 Sampling audit

540 Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan 550 Pihak berelasi 560 Peristiwa kemudian 570 Kelangsungan usaha 580 Representasi tertulis ISA

600-620 Penggunaan pekerjaan pihak lain

600 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan grup (termasuk pekerjaan auditor komponen)

610 Penggunaan pekerjaan auditor internal 620 Penggunaan pekerjaan seorang pakar auditor

ISA

700-720 Kesimpulan audit dan pelaporan

700 Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan

705 Modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen

706 Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan auditor independen

710 Informasi komparatif – angka korespondensi dan laporan keuangan komparatif

720 Tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan auditan

ISA

800-810 Area-area khusus

800 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus

ISA / ISQC 1 Referensi

Standar

tunggal dan unsur, akun atau pos spesifikasi dalam suatu laporan keuangan

810 Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan

Standar Perakitan Reviu

Standar Perikatan Reviu 2400

Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan

Standar Perikatan Reviu 2410

Reviu atas informasi keuangan interim yang dilaksanakan oleh auditor independen entitas

Sumber: Audit Berbasis ISA, Tuanakotta (2013) & IAPI

4. Perbedaan Standar Audit menurut U.S.GAAS dengan Standar Audit menurut IAASB

Menurut Tuanakotta (2013: 10-13), ada beberapa sifat perbedaan

antara standar audit menurut IAASB dengan standar audit menurut

U.S.GAAS yang bersifat substantif dan mendasar, yaitu:

a. Audit berbasis risiko

Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Ciri yang paling menonjol dari ISA ialah penekanan terhadap aspek risiko. Penekanan terhadap risiko sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan audit sampai sesudah laporan yang berisi opini diterbitkan. ISA berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor dalam menilai risiko (to assessed risk), dalam menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent). Sedangkan pada SA lebih menekankan audit atas akun satu per satu dengan penekanan pada akun-akun neraca.

b. Rules-based standards ke principles-based standards

ISA dan IFRS adalah standar-standar berbasis prinsip yang merupakan perubahan besar dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan. Menurut Tuanakotta (2015: 57) ada dua sifat yang

membedakan standar berbasis aturan dari standar berbasis prinsip. Pertama, standar berbasis aturan sangat “rumit” (“jelimet”) dan

member kesan eksak atau tepat. c. Berpaling dari model matematis

Ciri dari semua buku teks auditing Amerika maupun buku-buku pedoman dari KAP besar seperti the Big Four di era Assurance Model ialah membantu auditornya memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical sampling maupun non-statistical sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius yaitu membuat auditor menjadi robot serta kerumitannya. Sedangkan ISA menekankan pada penggunaan

professional judgment.

d. Kearifan profesional dan konsekuensinya

Konsekuensi dari ISA mewajibkan kearifan profesional ialah keterlibatan auditor yang berpengalaman dalam praktik dan dalam praktik akuntan publik ini berarti keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu), pendidikan, dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu. Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman yang memadai, ISA menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISA.

e. Pengendalian internal

Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas dalam membangun, memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal dan kewajiban auditor dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil penelitiannya serta komunikasi dengan manajemen dalam hal auditor menemukan defisiensi dalam pengendalian internal. Selain itu, ISA menekankan perubahan pola pikir contohnya cara berfikir lama dapat dilihat dalam praktik di Indonesia. Akuntan publik mereviu sistem pengendalian internal dan produk yang dihasikan ialah rekomendasi perbaikan sistem. Yang terpenting justru tidak dilakukan auditor, ia tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnya dengan hasil reviu atas pengendalian internal.

f. Those Charged with Governance (TCWG)

TCWG merupakan orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas. ISA menekankan perlu adanya TCWG dalam suatu entitas. Tujuannya adalah mewakili entitas untuk berkomunikasi secara efektif dengan auditor.

5. Kantor Akuntan Publik

Audit umum atas semua laporan keuangan yang ada di Indonesia

publik, terkecuali organisasi milik pemerintah. Selain melakukan audit

atas laporan keuangan, KAP juga memberikan jasa lain seperti jasa

konsultasi, jasa akuntansi, dan jasa perpajakan. Menurut UU No.5 Tahun

2011 kantor akuntan publik adalah badan usaha yang didirikan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan

izin usaha berdasarkan undang-unadang.

Di Indonesia, KAP yang terdaftar jumlahnya dari tahun ke tahun

semakin meningkat. Untuk saat ini KAP yang beroperasi kurang dari 500

kantor (Elder 2011: 34). Walaupun KAP yang beroperasi di Indonesia

kurang dari 500 kantor tetapi sudah ada kurang lebih 40 kantor yang

bertaraf internasional. Menurut Adityasih (2010) yang dikutip dalam

Darwin (2012) KAP di Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan

KAP asing. Bentuk kerja sama ini dapat berupa network maupun asosiasi. KAP yang bekerja sama dengan KAP asing biasa disebut juga

dengan KAP afiliasi. Sedangkan KAP yang belum mempunyai kerja

sama dengan KAP internasional atau belum mau bekerja sama dengan

KAP internasional sering disebut dengan KAP lokal.

6. Kualitas Audit

Kualitas audit memiliki arti yang beranekaragam bagi setiap orang.

Menurut T.Husni (2010), para pengguna laporan keuangan berpendapat

bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat

material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan klien. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka

bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis

klien dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat

meminimalisasi ketidakpuasan klien dan menjaga kerusakan reputasi

auditor. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa kualitas audit

adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan

tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditnya. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar

dibandingkan dengan KAP yang kecil (De Angelo, 1981).

7. Hubungan Implementasi ISA dengan Kualitas Audit

Standar audit merupakan pedoman utama bagi auditor eksternal atau

KAP dalam melaksanakan penugasan audit. Seperti yang sudah diketahui

bahwa untuk Indonesia sendiri, mulai audit laporan keuangan 2013

standar yang berlaku saat ini ialah ISA. Walaupun standar ini baru

berlaku di Indonesia, sudah sewajarnya jika para auditor eksternal atau

KAP menggunakan ISA. Kemudian auditor sendiri memandang kualitas

audit terjadi salah satunya jika mereka bekerja sesuai standar profesional

yang ada (T.Husni: 2010). Disini dapat dilihat bahwa dengan adanya

pengimplementasian ISA di Indonesia merupakan salah satu indikator

Dokumen terkait