• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Permintaan dan Penawaran

Dalam dokumen Buku Magang Kerja di Hotel Amerika Antar (Halaman 39-43)

2.1. Tinjauan Teoritik

2.1.4 Teori Permintaan dan Penawaran

Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) menjabarkan faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada. Aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan. Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, menjelaskan tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, yaitu: a) Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/ pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variable lainnya.

b) Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan

perjalanan maupun sesuatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.

c) Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

Secara umum, penawaran pariwisata merupakan serangkaian barang dan jasa yang disediakan oleh pelaku usaha pariwisata atau industri pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam kegiatan wisata yang sedang dilakukan. Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa yang harus disediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar, yaitu: (1) Transportation, (2) Travel services, (3) Accommodation, (4) Food

services, (5) Activities and attractions (recreation culture/entertainment),

dan (6) Retail goods. Menurut Medlik, 1980, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a) Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)

untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.

b) Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan

domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata

c) Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah

tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.

d) Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan

wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan terlindungi.

Berdasarkan pengkajian UNDP/ILO (Man Power Survey on Tourist

Development and Tourist Industry in Indonesia 1974), pada tahun 1974 tenaga

kerja dalam sektor pariwisata berjumlah 48.300. Apabila rangkaian tenaga itu dilengkapi tenaga kerja pada industri penunjang pariwisata, seperti perusahaan kerajinan, dekorasi hotel, toko souvenir dan sebagainya, maka jumlah tenaga kerja yang diserap makin banyak lagi. Selain tenaga kerja terampil di bidang pariwisata, kita juga membutuhkan tenaga ahli kepariwisataan. Tenaga ahli yang memiliki wawasan luas, baik di bidang perencanaan, pengembangan, maupun pemasaran. Semuanya itu, baik tenaga-tenaga terampil di industri maupun tenaga- tenaga ahli tadi harus memiliki sikap yang benar-benar professional (Spilane, 1987).

Perkembangan industri pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja, walaupun khususnya bidang perhotelan bersifat padat karya. Namun demikian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki keterampilan teknis dan manejerial. Untuk itu diperlukan pendidikan kejuruan yang efektif. Berhubung investasi yang dibutuhkan sangat besar (gedung, peralatan, tenaga ahli), maka ditinjau dari segi komersial semata-mata tidak menguntungkan (Spilane, 1987).

Untuk lebih meningkatkan jasa pelayanan dalam pariwisata berbagai langkah dan kebijaksanaan antara lain dengan melaksanakan penataran, penyuluhan kepada biro perjalanan, pengusaha restoran dan pendidikan keterampilan, serta penyegaran-penyegaran untuk pemandu wisata dalam bertugas. Dengan berbagai langkah kebijaksanaan tersebut diharapkan dapat dicapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: memperbesar output dan sekaligus meninggikan mutu, akan dapat bekerja secara produktif, dalam jangka panjang akan dapat tercipta suatu mekanisme antara jenjang karir di perusahaan dan

tingkat pendidikan. Kebutuhan tenaga kerja industri pariwisata yang sangat menonjol adalah bidang perhotelan. Selain itu juga yang paling rumit diatasi. Hal ini disebabkan oleh sifat pekerjaan yang menuntut paduan pendidikan dan pengalaman.

Berbeda dengan konsep permintaan dan penawaran pariwisata, pada pengkajian ini, fokus pengkajian lebih megarah kepada permintaan dan penawaran kepada tenaga bidang pariwisata. Perusahaan tempat magang kerja mahasiswa pariwisata Bali merupakan pihak yang melakukan permintaan tenaga kerja pariwisata. Untuk itu terdapat sejumlah aspek permintaan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan pariwisata. Sejumlah hal/kriteria tenaga kerja yang harus dipenuhi terkait dengan standar kompetensi dan produktivitas tenaga kerja pariwisata. Dari aspek penawaran, dalam pengkajian ini lebih dilihat dari peserta magang sebagai pekerja pariwisata dimana mereka menawarkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga memenuhi standar kompetensi dan produktivitas kerja sesuai dengan keinginan perusahaan. Mahasiswa yang ingin untuk magang ke luar tentu memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja keras dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan/ keinginannya di masa depan yang cerah sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya keinginan untuk magang ke luar negeri ini tentunya didasarkan kepada adanya permintaan (demand) dari suatu perusahaan atau agent yang ada di luar negeri terhadap kebutuhan akan mahasiswa yang ingin magang ke luar negeri. Adanya permintaan dari perusahaan atau agent di luar negeri akan kebutuhan mahasiswa pariwisata direspons oleh para mahasiswa pariwisata Bali.

Mahasiswa pariwisata Bali yang akan melakukan magang kerja akan mengupayakan segala persyaratan yang telah ditentukan agar dapat diterima dan magang di perusahaan tersebut. Besarnya kesempatan yang ada tergantung dari permintaan yang diberikan oleh perusahaan atau agent tersebut. Pendekatan permintaan dan penawaran mahasiswa pariwisata Bali didasarkan pada teori

permintaan dan penawaran. Jadi dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan pasokan serta permintaan mahasiswa di bidang pariwisata khusunya perhotelan (Sadia, 2011:31).

Dalam dokumen Buku Magang Kerja di Hotel Amerika Antar (Halaman 39-43)

Dokumen terkait