• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Magang Kerja di Hotel Amerika Antar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Magang Kerja di Hotel Amerika Antar"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MAGANG KERJA DI HOTEL

MAGANG KERJA DI HOTEL

MAGANG KERJA DI HOTEL

MAGANG KERJA DI HOTEL

MAGANG KERJA DI HOTEL

AMERIKA SERIKAT

AMERIKA SERIKAT

AMERIKA SERIKAT

AMERIKA SERIKAT

AMERIKA SERIKAT

(3)

MAGANG KERJA DI HOTEL AMERIKA SERIKAT

Putu Eka Wirawan, Made Antara Edisi I, Cetakan I

Pelawa Sari, 2017

MAGANG KERJA DI HOTEL AMERIKA SERIKAT

1. Judul

Hak Cipta 2017, pada pengarang

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apapun juga tanpa ijin tertulis dari penulis.

Diterbitkan pertama, 2017

Hak penerbitan pada Percetakan dan Penerbit Pelawa Sari Dps.

Editor : Putu Eka Wirawan, Made Antara

Desain Sampul : Ni Ketut Asrini

ISBN : 978-602-8409-66-7

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya / karunia-Nya, buku “Magang Kerja di Hotel Amerika Serikat”, yang merupakan modifikasi dan transformasi dari hasil pengkajian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Mengikuti Magang Kerja pada Industri Hotel di Amerika Serikat, dapat diselesaikan. Dalam penyelesaian buku ini penulis banyak mendapat bantuan dan perhatian yang tidak terhingga dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1) Manajemen dan segenap karyawan PT. Bali Duta Mandiri yang telah bersedia memberikan dukungan dan kesempatan penulis untuk melakukan pengkajian, serta membantu penulis dalam memberikan data, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

2) Para mahasiswa pariwisata peserta magang yang menjadi responden, yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai.

3) Para manajer atau host hotel lokasi mahasiswa magang di Amerika Serikat, yang telah sudi memberikan informasi dan meluangkan waktu untuk diwawancarai.

4) Manajemen dan seluruh karyawan Yayasan Dharma Widya Ulangun yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan wawancara kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional yang telah usai mengikuti magang kerja di Amerika Serikat.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Januari 2017

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sumber daya manusia dibidang pariwisata memainkan peran sangat penting dalam perkembangan industri pariwisata. Pendidikan yang berhasil, dapat membangun dan memberdayakan sumber daya manusia pariwisata, terdiri dari beberapa sifat atau sikap yang merupakan kunci sukses. Lembaga pendidikan pariwisata merupakan pendidikan formal yang harus ditekankan pada keterampilan teknis, kemampuan menguasai bahasa asing, pengertian antar kebudayaan, kemampuan menghargai dan menghormati kebudayaan lain, kemampuan mengerti perbedaan selera, keterampilan manajemen, kemampuan menggunakan komputer dan mengumpulkan data serta kemampuan bergaul dengan wisatawan mancanegara (Spillane, 1994). Magang merupakan salah satu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dan diperoleh melalui pengalaman ditempat kerja (bekerja sambal belajar) dalam jangka waktu tertentu.

(6)

Pengkajian ini membahas tentang motivasi ekstrinsik dan intrinsik mahasiswa pariwisata Bali magang kerja di Amerika Serikat. Herzberg (dalam Robbin 2008: 284) menyatakan jika ingin memotivasi karyawan pada pekerjaannya, maka diperlukan penekanan pada hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil yang diakibatkan seperti peluang promosi, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian. Ini merupakan karakteristik yang berguna secara intrinsik oleh individu. Dengan menggunakan analisis faktor, dari pengkajian ini akan diketahui faktor yang menjadi penentu dalam motivasi mahasiswa pariwisata Bali mengikuti magang kerja pada industri hotel di Amerika Serikat. Hasil yang diperoleh berupa tingkat motivasi, perbedaan motivasi dan faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa pariwisata Bali dapat direkomendasikan kepada perusahaan di industri pariwisata yang ada di Bali dan perusahaan penyalur tenaga kerja lain sebagai pedoman untuk memperhatikan mahasiswanya sehingga tidak kehilangan mahasiswanya sebelum menyelesaikan kuliah.

Pengkajian ini menggunakan paradigma pengkajian kualitatif dan kuantitatif. Pengkajian ini untuk mengukur konstruk motivasi magang kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari variabel-variabel antara lain (1) pendidikan; (2) lingkungan pekerjaan; (3) umur; (4) minat kerja; (5) pengalaman; (6) kebudayaan lingkungan sekitar; (7) informasi; (8) kemampuan dalam tugas; (9) kemampuan mengelola tugas; (10) kemampuan mengatasi suatu masalah dengan tepat; (11) Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan kerja; (12) konsisten terhadap aturan kerja; (13) bertindak secara sistematis; (14) kerjasama yang baik; (15) dedikasi yang tinggi dan etos kerja; (16) karakteristik fisik; (17) konsistensi tanggapan terhadap situasi; (18) emosi; (19) hasrat; (20) kebutuhan psikologis. Pengukuran variabel dengan menggunakan Skala Ordinal sehingga pendekatan yang tepat adalah menggunakan analisis faktor.

(7)

seluruh variabel yang digunakan dalam pengkajian memiliki nilai validitas lebih besar dari r tabel 0.17 dan r tabel 0.22 sehingga dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa nilai reabilitas total dengan Cronbach’alpha adalah 0.915, dapat disimpulkan data yang diperoleh dari hasil kusioner adalah reliabelatau jawaban yang diberikan oleh responden adalah konsisten dan dapat dipercaya.

Berdasarkan laporan tahunan kegiatan magang kerja mahasiswa pariwisata pada PT. Bali Duta Mandiri, total tenaga kerja yang telah mengajukan aplikasi magang kerja ke Amerika Serikat dari tahun 2010 hingga 2015 adalah berjumlah 615 orang. Pada tahun 2010 sejumlah 28 orang telah mengajukan aplikasi, tahun 2011 meningkat menjadi 52 orang, tahun 2012 berjumlah 79 orang, tahun 2013 berjumlah 154, tahun 2014 berjumlah 159 orang, dan tahun 2015 berjumlah 143 orang. Pengiriman tenaga kerja pada tahun 2010 sejumlah 28 orang ditempatkan di 2 lokasi yaitu Setai Hotel Miami dan Four Season Jackson Hole. Hingga akhir tahun 2010 tercatat seluruh peserta magang sudah kembali ke Indonesia setelah melakukan kegiatan magang kerja.

(8)

Berdasarkan hasil kuisioner, diantara 7 variabel motivasi faktor pengetahuan diperoleh hasil bahwa variabel pembentukan karakter yang positif dipersepsikan paling kecil dibandingkan dengan variabel lainnya. Variabel pengalaman terhadap peningkatan keterampilan menjadi variabel yang dipersepsikan tertinggi oleh responden (skor 4.71-Kategori Sangat Tinggi). Mengacu kepada hasil kuisioner interval nilai persepsi digambarkan sebesar antara 4.01 (Tinggi) sampai dengan 4.71 (Sangat Tinggi) dengan skala 5. Penggambaran motivasi faktor keterampilan digambarkan oleh responden dengan interval nilai variabel antara 4.25 (Sangat Baik) sampai dengan 4.49 (Sangat Baik) dengan skala 5. Nilai variabel terendah adalah pengaruh kegiatan magang kerja terhadap peningkatan kemampuan mengelola tugas dengan skor 4.25 (Sangat Baik) dan variabel manfaat untuk mengerjakan berbagai tugas dengan skor 4.49 dengan kategori Sangat Baik. Skor motivasi faktor konsep diri memiliki nilai interval 4.45 (Sangat Baik) sampai dengan 4.33 (Sangat Baik) dengan skala 5. Penggambaran motivasi faktor konsep diri dengan skor terendah yaitu variabel peningkatan kemampuan menerapkan prinsip dan nilai perusahaan dengan skor 4.33 (Sangat Baik). Sementara skor tertinggi terkait dengan variabel peningkatan kemampuan bertindak sistematis dengan skor 4.45 (atau kategori Sangat Baik dalam skala likert. Skor motivasi faktor konsep diri digambarkan dengan tiga variabel yaitu variabel kemampuan ekspresi emosi dengan skor 4.26 (Sangat Baik), variabel pengembangan kompetensi diri dengan skor 4.44 (Sangat Baik) dan variabel peningkatan kebutuhan psikologis dengan skor 4.36 (Sangat Baik). Berdasarkan kondisi ini, persepsi variabel pengembangan kompetensi diri dipersepsikan lebih besar dibandingkan kemampuan ekspresi emosi dan peningkatan kebutuhan psikologis. Berdasarkan rekapan skor setiap faktor motivasi mahasiswa untuk melakukan magang kerja, diperoleh hasil bahwa faktor karakteristik pribadi merupakan faktor motivasi terbesar dan faktor konsep diri merupakan faktor terkecil. Secara berurutan, rata – rata nilai tiap faktor motivasi mulai dari faktor tertinggi yaitu faktor konsep diri sebesar 4.40, faktor karakteristik pribadi, faktor pengetahuan, faktor keterampilan dan faktor motif dengan nilai yang sama sebesar 4.35.

(9)
(10)

faktor yang mampu menjelaskan variabel sebesar 54.996%. Analisis komunalitas faktor motif pribadi diperoleh hasil bahwa kemampuan ekspresi emosi memiliki nilai komunalitas 0.664, pengembangan kompetensi diri memiliki nilai komunalitas 0.610, dan peningkatan kebutuhan psikologis memiliki nilai komunalitas 0.710. Bila dilihat dari hasil perhitungan total variance explained diperoleh hasil bahwa terdapat 1 faktor yang mampu menjelaskan variabel sebesar 66.124% dengan nilai ekstraksi untuk variabel kemampuan ekspresi emosi sebesar 0.815, pengembangan kompetensi diri 0.781 dan peningkatan kebutuhan psikologis sebesar 0.842.

Sejak awal kegiatan pengkajian, ditegaskan bahwa terdapat lima faktor yang digunakan untuk menganalisis sejauh mana motivasi mahasiswa mengikuti magang kerja di Amerika Serikat. Sejumlah faktor yang digunakan yaitu : faktor pengetahuan, faktor keterampilan, faktor konsep diri / nilai, faktor karakteristik pribadi, faktor motif. Faktor pengetahuan, faktor keterampilan, faktor konsep diri / nilai merupakan faktor ektrinsik, sementara faktor karakteristik pribadi, faktor motif merupakan faktor intrinsik.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis faktor ektrinsik yang berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa mengikuti magang kerja, diperoleh hasil bahwa nilai komunalitas faktor konsep diri / nilai memiliki nilai 0.741 sementara faktor pengetahuan memiliki skor komunalitas 0.857 dan faktor keterampilan 0.764. Hasil perhitungan yang disajikan dalam transformasi komponen menggunakan metode principal componen analysis dan metode rotasi yang digunakan adalah varimax with kaizer normalization. Bilamana melihat hasil analisis faktor yang dilakukan, faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling memberikan pengaruh paling tinggi sebagai motivasi mahasiswa mengikuti magang kerja dengan 85,7%. Merupakan hal yang sangat wajar bilamana faktor pengetahuan cenderung memiliki nilai lebih sebagai motivasi faktor ektrinsik. Hal ini disebabkan pelaksanaan magang kerja diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh mahasiswa magang. Dengan magang kerja di luar negeri, mahasiswa magang berharap dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dari yang telah diperoleh di lembaga pendidikan sehingga nantinya dapat menjadi bekal dalam pelaksanaan kerja nyata.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAGIAN SATU: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Pengkajian ... 11

1.4 Manfaat Pengkajian ... 12

BAGIAN DUA: TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK ... 13

2.1. Tinjauan Teoritik ... 13

2.1.1 Teori Motivasi ... 13

2.1.2 Teori Kompetensi ... 17

2.1.3 Teori Adaptasi ... 20

2.1.4 Teori Permintaan dan Penawaran ... 22

2.2 Tinjauan Empirik ... 26

BAGIAN TIGA: KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33

3.1 Kerangka Berpikir ... 33

3.2 Konsep ... 37

3.3 Hipotesis ... 40

BAGIAN EMPAT: METODE PENGKAJIAN ... 42

4.1 Pendekatan Pengkajian ... 42

4.2 Lokasi dan Waktu Pengkajian ... 43

4.3 Populasi dan Sampel ... 44

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 45

4.5 Variabel Pengkajian ... 46

4.6 Instrumen Pengkajian ... 53

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 58

(13)

BAGIAN LIMA: MAGANG KERJA DI HOTEL

AMERIKA SERIKAT ... 64 5.1 Sejarah Pelaksana Penempatan Magang Kerja ... 64 5.2 Persepsi User terhadap Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja

di Amerika Serikat ... 73 5.2.1 Persepsi User secara Umum terhadap Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 73 5.2.2 Persepsi User terhadap Kompetensi Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 76 5.2.3 Persepsi User terhadap Produktivitas Mahasiswa Pariwisata

Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 79 5.3 Tingkat Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja

di Amerika Serikat ... 84 5.3.1 Tingkat Motivasi Faktor Pengetahuan Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 84 5.3.2 Tingkat Motivasi Faktor Keterampilan Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 87 5.3.3 Tingkat Motivasi Faktor Konsep Diri/Nilai Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 90 5.3.4 Tingkat Motivasi Faktor Karakteristik Pribadi Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 92 5.3.5 Tingkat Motivasi Faktor Motif Mahasiswa Pariwisata Bali

Magang Kerja di Amerika Serikat ... 94 5.3.6 Tingkat Motivasi Umum Mahasiswa Pariwisata Bali

Magang Kerja di Amerika Serikat ... 95 5.4 Pengaruh Variabel terhadap Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja

di Amerika Serikat ... 97 5.4.1 Pengaruh Variabel terhadap Faktor Pengetahuan Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 99 5.4.2 Pengaruh Variabel terhadap Faktor Keterampilan Mahasiswa

Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 104 5.4.3 Pengaruh Variabel terhadap Faktor Konsep Diri/Nilai

Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja

(14)

5.4.4 Pengaruh Variabel terhadap Faktor Karakteristik Pribadi Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja

di Amerika Serikat ... 112

5.4.5 Pengaruh Variabel terhadap Faktor Motif Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 116

5.4.6 Variabel yang Berpengaruh terhadap Faktor Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 119

5.4.7 Faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Magang Kerja di Amerika Serikat ... 121

BAGIAN ENAM: PENUTUP ... 124

6.1 Simpulan ... 124

6.2 Rekomendasi Kebijakan ... 125

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

4.1 Konstruk, Faktor, dan Variabel dalam Kerangka “Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Mengikuti Magang Kerja

Pada Industri Hotel Di Amerika Serikat” ... 47

4.2 Skala Pengukuran (Likert) Lima Tingkatan ... 49

4.3 Skala Likert Pengukuran Motivasi ... 50

4.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas dengan Menggunakan SPSS ... 56

4.5 Hasil Perhitungan Uji Reabilitas dengan Menggunakan SPSS .... 57

5.1 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2010 ... 66

5.2 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2011 ... 67

5.3 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2012 ... 68

5.4 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2013 ... 69

5.5 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2014 ... 71

5.6 Peserta Program Magang Kerja Tahun 2015 ... 72

5.7 Persepsi User terhadap Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 74

5.8 Persepsi User terhadap Kompetensi Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 77

6.9 Persepsi User terhadap Produktivitas Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 80

5.10 Motivasi Faktor Pengetahuan Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 85

5.11 Motivasi Faktor Keterampilan Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 88

5.12 Motivasi Faktor Konsep Diri / Nilai Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 91

5.13 Motivasi Faktor Karakteristik Pribadi Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 93

5.14 Motivasi Faktor Motif Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 95

(16)

5.16 Hasil Statistik Motivasi faktor Pengetahuan Mahasiswa

Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 101 5.17 Hasil Statistik Motivasi faktor Keterampilan Mahasiswa

Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 106 5.18 Serikat Hasil Statistik Motivasi faktor Konsep Diri / Nilai

Mahasiswa Mengikuti Magang Kerja di Amerika ... 110 5.19 Hasil Statistik Motivasi faktor Karakteristik Pribadi Mahasiswa

Mengikuti Magang Kerja di Amerika Serikat ... 114 5.20 Hasil Statistik Motivasi faktor Motif Mahasiswa Mengikuti Magang

Kerja di Amerika Serikat ... 118 5.21 Motivasi Faktor Pengetahuan Mahasiswa Mengikuti Magang

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir ... 36 4.1 Variabel-variabel pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Motivasi Mahasiswa Pariwisata Bali Mengikuti Magang Kerja

(18)

BAGIAN SATU

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah salah satu bagian dari fenomena modernisasi, yang tidak

dapat dihindari apalagi ditolak kehadirannya. Pariwisata sebagai suatu industri tidak dapat diingkari telah memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat,

terutama dari sisi ekonomi. Bali bahkan sangat identik dengan pariwisata, bila

mendengar kata Bali, maka imajinasi akan tertuju pada daya tarik wisata yang

tersebar di seluruh kabupaten di Bali. Masyarakat Bali dengan agama dan adat- istiadatnya menjadi salah satu daya tarik orang untuk berkunjung ke Bali.

Mengembangkan Bali sebagai destinasi pariwisata budaya, adalah sebuah

strategi yang memiliki makna ganda, sebagai daya pikat orang orang untuk

berkunjung dan fungsi pelestarian agama dan adat istiadat masyarakat Bali. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Daerah tentang Kepariwisatan Budaya

Bali Nomor 12 Tahun 2010.

Sampai saat ini, sektor pariwisata masih dijadikan sektor andalan dalam

pembangunan Indonesia dan pembangunan daerah Bali khususnya. Pembangunan sektor pariwisata yang dilaksanakan selama ini ternyata telah

mampu meningkatkan perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Bali, baik secara langsung maupun tidak langsung. Data Dinas

Pariwisata Bali tahun 2013 menunjukkan bahwa tahun 2010 tingkat kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2.493.058 orang, tahun 2011 sebanyak

2.756.579 orang, tahun 2012 sebanyak 2.892.019 orang, tahun 2013 sebanyak

3.278.598 orang dan untuk tahun 2014 sebanyak 3.766.638 orang.

Semakin tingginya animo kunjungan wisatawan mancanegara untuk berlibur ke Bali, mendorong stakeholders pariwisata yaitu pemerintah, masyarakat

dan pelaku pariwisata mencari paradigma baru, baik dalam hal pengelolaan

(19)

terhadap pembangunan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan saat berada di Bali. Perkembangan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia secara mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, seperti

pembangunan fasilitas pokok, penunjang, dan pelengkap pariwisata seperti

akomodasi, penyediaan fasilitas makanan dan minuman, angkutan wisata, wisata

tirta, dan kawasan pariwisata.

Pariwisata juga merupakan kegiatan strategis jika ditinjau dari segi

pengembangan ekonomi dan sosial budaya, karena kepariwisataan mendorong

terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat,

peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air terhadap nilai–nilai budaya bangsa sekaligus sebagai instrument untuk

melestarikan lingkungan (Suradnya, 2008).

Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang,

memerlukan sumber daya manusia berkualitas unggul, termasuk didalamnya sumber daya manusia pariwisata yang diharapkan mau terus menerus mengubah

diri agar tetap eksis mengikuti perkembangan yang terjadi. Sumber daya manusia

pariwisata berkualitas unggul hendaknya berusaha menyeimbangkan pada

berbagai tuntutan yang disebabkan oleh persaingan dan berusaha untuk selalu menjadi yang terbaik.

Untuk memenuhi tenaga terampil dan professional dalam bidang pariwisata

yang diharapkan, pemerintah telah melakukan perluasan, peningkatan mutu

dan relevansi melalui pendidikan tinggi bidang pariwisata. Hal ini diselenggarakan melalui pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja dibidang pariwisata sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Spillane (1994) lembaga pendidikan pariwisata merupakan pendidikan

formal yang harus ditekankan pada keterampilan teknis, kemampuan menguasai bahasa asing, pengertian antar kebudayaan, kemampuan menghargai dan

menghormati kebudayaan lain, kemampuan mengerti perbedaan selera,

(20)

mengumpulkan data serta kemampuan bergaul dengan wisatawan mancanegara.

Faktor yang terpenting adalah sikap dalam menerima tamu (hospitality) yang sangat tergantung pada bidang psikologi supaya tenaga pariwisata dapat

sungguh-sungguh menghargai diri sendiri, rekan sekerja dan para wisatawan

mancanagera. Konsep pendidikan ini diterapkan pada jenjang pendidikan

kepariwisataan mulai dari Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3 dan Diploma 4. Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan mahasiswa pariwisata baik dari

pendidikan formal maupun non formal melakukan beberapa upaya, diantaranya

menyelenggarakan kegiatan perkuliahan yang efektif dan efisien dengan tujuan

untuk membina mahasiswa agar memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang pariwisata khususnya perhotelan. Disamping kegiatan perkuliahan,

mahasiswa juga dibekali dengan seperangkat kompetensi melalui pengalaman

nyata dilapangan dalam bentuk program magang. Magang merupakan salah

satu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dan diperoleh melalui pengalaman ditempat kerja (bekerja sambal belajar) dalam jangka waktu tertentu.

Program magang dijadikan sebagai salah satu upaya untuk menjabatani

kesenjangan antara teori yang diperoleh oleh mahasiswa dibangku perkuliahan

dengan kondisi pekerjaan yang sebenarnya dilapangan. Kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman mahasiswa dalam bekerja dan dapat

mengetahui sejauh manakah teori - teori yang diberikan selama perkuliahan

dapat diaplikasikan ditempat magang yang selanjutnya dapat dijadikan perbaikan

pada program magang berikutnya.

Dengan dibukanya peluang magang untuk meningkatkan kompetensi

mahasiswa dalam bidang pariwisata khususnya perhotelan. Amerika Serikat

memberikan kesempatan kepada mahasiswa pariwisata Bali untuk magang

kerja ke hotel-hotel bintang lima yang tersebar di Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara adi daya yang sangat maju di dunia. Terpuruknya

Amerika Serikat pada tragedi World Trade Center di New York tanggal 11

(21)

membutuhkan bantuan dari negara-negara sekutunya karena

ketidaksanggupannya dalam menghadapi isu keamanan tersebut (Hermawan, 2007 : 81). Pemerintah Indonesia sangat mendukung dan melakukan kerjasama

dengan Amerika Serikat dalam bidang keamanan dan memerangi terorisme

(Smith, 2003). Akibat serangan teroris tersebut berpengaruh luas terhadap

jatuhnya perekonomian dunia. Total jumlah orang yang bekerja turun hampir 2,7 juta. Tapi hingga akhir tahun 2002 perekonomian Amerika Serikat sudah

bangkit kembali dengan perlahan dan hingga akhir tahun 2005, hampir 3,5 juta

pekerjaan telah tercipta (Karl, E. and Ray A, 2006). Dengan perekonomian

yang kembali bangkit, menawarkan peluang kerja yang besar baik bagi warga negaranya maupun warga negara asing.

Peluang kerja yang terdapat di Amerika Serikat beragam, mulai dari sektor

manufaktur, informasi dan telekomunikasi, perbankan serta pariwisata. Dengan

potensi atraksi wisata dan budaya yang beragam, Amerika Serikat menjadi magnet bagi wisatawan asing yang untuk menikmati keindahan setiap kota di

Amerika Serikat. Kemasan yang menarik beserta peran pemerintahnya yang

kuat untuk mengembangkan kepariwisataan menjadikan Amerika Serikat sebagai

salah satu destinasi pariwisata menarik di dunia. Salah satu efek dari perkembangan pariwisata yang begitu signifikan menghasilkan pertumbuhan

industri kepariwisataan yang sangat pesat di Amerika Serikat. Fasilitas utama

dan pendukung kepariwisataan antara lain hotel bintang lima yang bertebaran

di Amerika Serikat.

Banyaknya usaha industri pariwisata khususnya di bidang perhotelan

membuka peluang kerja, baik diisi oleh tenaga lokal maupun tenaga luar negeri.

Untuk dapat bersaing dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan

pariwisata khususnya perhotelan, mahasiswa pariwisata Bali diwajibkan untuk melaksanakan magang kerja. Untuk melaksanakan program magang,

mahasiswa pariwisata Bali dapat melakukan magang kerja di dalam negeri dan

(22)

Pariwisata menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan

sebagai sektor andalan, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak membawa efek ganda (multiplier effect) dalam pembangunan diberbagai

sektor serta diyakini sebagai sebuah industri masa depan yang mampu

meningkatkan kualitas hidup masyarakat kearah yang lebih baik. Di banyak

negara, kepariwisataan merupakan sektor penting sebagai katalisator perkembangan perekonomian, sebab industri pariwisata dipercaya dapat

meningkatkan devisa negara (foreign exchanges) dan sekaligus dapat

menyedot kesempatan kerja bagi masyarakat (Yoeti, 1996).

Perkembangan pariwisata berpengaruh positip pada perluasan kesempatan kerja, khususnya bidang perhotelan. Namun tenaga kerja yang dibutuhkan adalah

mereka yang memiliki keterampilan teknis dan manajerial maka diperlukan

pendidikan dalam bidang pariwisata khususnya perhotelan yang efektif (Spillane,

1994). Dalam industri pariwisata pada tahun 2007 di Amerika Serikat ada sekitar 8.750.000 orang bekerja di sektor industri pariwisata dan di kepulauan Bahama

70% dari seluruh tenaga kerja bekerja di sektor perhotelan. Nampak bahwa

perkembangan pariwisata memperluas kesempatan kerja. Penciptaan

kesempatan kerja yang bersifat langsung dan sangat menonjol adalah di bidang perhotelan suatu industri jasa yang bersifat padat karya (Spillane, 1994).

Sumber daya manusia dibidang pariwisata memainkan peran sangat penting

dalam perkembangan industri pariwisata. Pendidikan yang berhasil, dapat

membangun dan memberdayakan sumber daya manusia pariwisata, terdiri dari beberapa sifat atau sikap yang merupakan kunci sukses. Untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia pariwisata, salah satu agensi yang berada di

Amerika Serikat yang bernama International Trainee Network memberikan

penawaran kerjasama dalam bidang perhotelan kepada mahasiswa pariwisata Bali untuk dapat meningkatkan kompetensi dalam bidang perhotelan khususnya

knowledge, skill dan kualitas individu mahasiswa untuk mencapai kesuksesan

(23)

hotel bintang lima di Amerika Serikat disambut baik oleh PT Bali Duta Mandiri.

PT Bali Duta Mandiri merupakan salah satu agensi yang memiliki ijin resmi untuk perekrutan tenaga kerja ke luar negeri baik untuk bekerja dan magang

kerja. PT Bali Duta Mandiri berdiri tahun 2007, bernaung di bawah Yayasan

Dharma Widya Ulangun beralamatkan di Jalan Kecak No. 12 Gatot Subroto

Timur, Denpasar Timur.

Adanya permintaan dari perusahaan atau agent di Amerika Serikat akan

kebutuhan mahasiswa pariwisata direspon oleh para mahasiswa pariwisata

Bali. Permintaan terhadap sumber daya manusia merupakan sejumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang akan datang, sebagaimana komposisi tenaga kerja dalam keterampilan yang

diperlukan (Mckenna, E. 1995). Mahasiswa pariwisata yang melaksanakan

magang kerja ke Amerika Serikat adalah mahasiswa yang sudah dididik dan

dibekali baik secara teori maupun praktek pada lembaga sekolah yang ada, sehingga mahasiswa yang melaksanakan magang kerja sudah siap pada keahliaan

mereka masing - masing. Menurut Moeheriono (2002) pengukuran kompetensi

dasar pada setiap individu seseorang telah memudahkan pihak perusahaan untuk

menempatkan orang yang tepat dan tepat pada pekerjaannya (the right man

on the right job). Jumlah mahasiswa pariwisata Bali yang sudah dikirim ke

berbagai hotel bintang lima yang ada di Amerika Serikat sampai tahun 2014

adalah sebanyak 640 orang.

Permintaan magang kerja bagi mahasiswa pariwisata Bali di hotel - hotel bintang lima di Amerika Serikat merupakan upaya bagi PT Bali Duta Mandiri

untuk mendapatkan dan menghimpun, serta menyediakan tenaga kerja yang

mempunyai kualitas dan dapat bekerja secara efisien. Dalam menyediakan

kebutuhan mahasiswa pariwisata Bali untuk magang kerja ke Amerika Serikat, PT Bali Duta Mandiri berusaha untuk menyediakan tenaga kerja yang dapat

didayagunakan secara maksimal, sehingga dapat diartikan sebagai usaha untuk

(24)

selama jangka waktu tertentu (Fathoni, 2006). Untuk memenuhi permintaan

dari International Trainee Network, PT Bali Duta Mandiri melakukan kerjasama dengan beberapa kampus dan balai pelatihan pariwisata yang ada di Bali yaitu

Sekolah Tinggi Pariwisata Bali International, Sekolah Perhotelan Bali, Sekolah

Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana,

Universitas Dhyana Pura. Program magang untuk ke Amerika Serikat disebut dengan Internship Program. Program ini berlangsung selama duabelas bulan

dengan menggunakan Visa J-1. Internship Program yang dilakukan mahasiswa

pariwisata Bali memberikan kontribusi ketenagakerjaan pada industri pariwisata

khususnya perhotelan di Amerika Serikat. Magang bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terbiasa dengan lingkungan kerja, sehingga dari magang kerja

tersebut mahasiswa dilatih cara kerja yang baik dan benar. Sebelum mahasiswa

memasuki dunia kerja, mahasiswa bisa memahami betapa sulitnya bekerja dan

perlu banyak latihan sebelum memasuki dunia keja dan disiplin merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi mahasiswa. Dengan magang ke Amerika Serikat

mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat dibangku kuliah

ke dunia kerja dan mendapatkan ilmu serta pengalaman internasional dalam

dunia kerja.\

Pola pikir dan pandangan yang telah mengalami modernisasi tidak

membatasi mahasiswa pariwisata Bali untuk melaksanakan magang di luar

daerah atau bahkan diluar negeri. Hal ini terbukti dengan meningkatnya animo

mahasiswa pariwisata Bali untuk magang ke industri pariwisata di Amerika Serikat khususnya di sektor perhotelan. Untuk dapat bersaing pada industri

pariwisata ini diperlukan keahlian yang benar-benar dapat menunjang industri

kepariwisataan. Salah satunya adalah dengan mengasah kemampuan atau

pengetahuan dan keahlian. Mahasiswa pariwisata Bali yang magang di Amerika Serikat adalah mahasiswa pariwisata Bali yang memiliki kualifikasi pengetahuan,

keahlian atau keterampilan sebagai tenaga kerja yang ditempatkan di hotel

(25)

dengan kontrak kerja yang telah dibuat. Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga

kerja pariwisata profesional khususnya di bidang perhotelan, seperti di bidang

food and beverage service, housekeeping, food and beverage production,

spa, front office. Mahasiswa yang melakukan magang di Amerika Serikat

pada umumnya masih berstatus kuliah dengan pendidikan perhotelan dan memiliki

pengalaman sebagai daliy worker sesuai dengan bidangnya di industri pariwisata seperti hotel, restoran dan bar.

Memasuki era globalisasi tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia

dan Bali pada khususnya. Dengan masuknya tenaga kerja asing ke Bali, dapat

mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja Bali untuk bekerja di sektor industri pariwisata. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut, Bali harus

mampu mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan profesional. Untuk

mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan profesional tidaklah mudah.

Pihak penyedia tenaga kerja yaitu lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta haruslah bekerjasama dengan pengguna tenaga kerja, duduk bersama

dalam membuat kurikulum agar lulusannya bisa match dengan kebutuhan industri.

Mahasiswa pariwisata Bali yang magang di Amerika Serikat, umumnya

mereka telah melalui beberapa tahap seleksi dan memenuhi syarat untuk keberangkatan. Tahapan tersebut yaitu Pra-interview (wawancara awal), final

interview (wawancara akhir). Setelah lulus mereka mempersiapkan

dokumen-dokumen yang diperlukan untuk keberangkatan, antara lain medical check

up, passport dan visa. Bahasa Inggris merupakan alat komunikasi internasional,

sehingga akan menjadi modal utama keberhasilan masyarakat termasuk

insan-insan yang bergerak di bidang kepariwisataan. Demikian pula mahasiswa yang

akan mengikuti training di sejumlah hotel bintang lima di Amerika Serikat,

diharuskan memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang cukup memadai dan apabila kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa kurang baik, akan sulit diterima

(26)

Magang di Amerika Serikat merupakan impian setiap mahasiswa kepariwisataan. Mahasiswa telah melihat bahwa dengan magang ke Amerika Serikat benefit yang didapatkan oleh para mahasiswa adalah pengalaman internasional yang mereka tidak akan dapatkan bila melakukan on the job

training di hotel-hotel di Indonesia dan Bali. Beberapa mahasiswa pariwisata

Bali yang sebelumnya sudah melakukan magang kerja di hotel bintang lima di Amerika Serikat yang sempat diwawancarai pada hari Senin, 23 Maret 2015, seperti; Shisya Ayudya Septiana menjelaskan bahwa ia magang kerja di St. Regis Aspen Colorado, USA sebagai juru masak (cook) ia mengatakan magang kerja di Amerika Serikat merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dengan nuansa budaya yang sangat berbeda dengan yang ada di Bali, di hotel tempat ia magang sebelum mulai magang kerja ia mendapatkan pelatihan untuk menyesuaikan dengan standar di hotel tersebut dan setalah mulai magang kerja ia diberikan tanggungjawab dengan pekerjaan yang telah diberikan. Disiplin merupakan suatu hal yang diharuskan ditempat kerja, ia harus datang tepat waktu sampai di tempat kerja dan kadang jika dibutuhkan ia harus bekerja lebih lama dari waktu yang sesuai dengan kontrak. Keselamatan kerja sangat diperhatikan oleh pihak hotel, karena ia magang kerja sebagai juru masak (cook) diwajibkan untuk menggunakan safety shoes. Dewi Ambarwati yang diwawancarai pada hari Rabu, 29 April 2015, menjelaskan ia magang kerja di Mesa Verde Fair View Terrace (Aramark Property), USA sebagai juru masak (cook) ia mengatakan bahwa pengalaman yang ia dapat selama mengikuti magang kerja di Amerika Serikat sangat berharga, selain pengalaman ditempat kerja, lingkungan tempat ia tinggal ia juga bisa mengunjungi tempat - tempat wisata di Amerika Serikat. Ia merasa sangat nyaman melakukan magang kerja karena hubungan antar sesama pekerja maupun atasan yang baik dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya membuat ia bekerja lebih semangat. Selama magang kerja keselamatan dan kesehatan sangat diperhatikan oleh pihak hotel, ia juga mendapatkan sebagai pegawai terbaik (employee of the

month) dan mendapatkan penghargaan dari pihak hotel, ia juga diberikan

(27)

Kenyataan ini memotivasi mahasiswa pariwisata Bali untuk magang di Amerika Serikat. Dengan magang di Amerika Serikat di samping mendapatkan

pengalaman internasional dibandingkan dengan magang di Bali, mereka juga

dapat jalan-jalan di luar negeri. Dengan demikian mampu membuka wawasan

tenaga kerja, mampu bersaing dengan tenaga kerja asing dan siap bekerja di industri pariwisata di mana saja. Dengan magang di Amerika Serikat, di samping

bisa berjalan-jalan keluar negeri, penghasilan yang lebih, medapatkan

pengalaman yang baru, sehingga akan bisa merubah masa depan, dan dengan

kondisi tersebut akan bisa mengangkat kepercayaan diri, mengangkat status keluarga, dan nantinya setelah selesai magang di Amerika Serikat akan bisa

bersaing dengan tenaga kerja asing. Bukti keunggulan ini juga membuat beberapa

mahasiswa pariwisata Bali menginginkan untuk magang ke Amerika Serikat Photo 1 : Mahasiswa Pariwisata Bali tampak senang bekerja di sebuah kitchen

(28)

dibandingkan magang di dalam negeri. Untuk dapat mengoptimalkan manfaat

kegiatan magang mahasiswa pariwisata Bali ke Amerika serikat, perlu digali bagaimana motivasi mahasiswa untuk melakukan magang, persepsi user dan

informasi faktor yang mempengaruhi mahasiswa melakukan kegiatan magang.

Berdasarkan uraian tersebut, dipandang perlu untuk melakukan pengkajian terkait

motivasi para mahasiswa pariwisata di Bali untuk melakukan magang ke Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana persepsi user terhadap kualitas mahasiswa pariwisata Bali

mengikuti magang kerja di Amerika Serikat?

2) Bagaimana motivasi mahasiswa pariwisata Bali untuk mengikuti magang kerja di Amerika Serikat?

3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi mahasiswa pariwisata Bali

magang di Amerika Serikat?

1.3 Tujuan Pengkajian

Tujuan umum dari pengkajian ini adalah untuk mendeskripsikan

faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa pariwisata Bali mengikuti magang di Amerika

Serikat.

Tujuan khusus dari pengkajian ini adalah sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan persepsi user terhadap kualitas mahasiswa pariwisata

Bali mengikuti magang kerja di Amerika Serikat.

2) Mengkaji tingkat motivasi mahasiswa pariwisata Bali mengikuti magang kerja di Amerika Serikat.

3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa

(29)

1.4 Manfaat Pengkajian

Manfaat Praktis

Secara praktis adalah bagi pemerintah, masyarakat dan pelaku pariwisata.

Hasil pengkajian ini dapat dijadikan bahan dan acuan dalam mengambil atau

menentukan kebijakan terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) Bali baik dari aspek kebutuhan user maupun motivasi mahasiswa pariwisata

Bali. Pengkajian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi lembaga

pendidikan di Bali untuk menentukan kebijakan dalam menentukan sasaran

standar kompetensi mahasiswa yang mengikuti program magang, penentuan lokasi progam magang dan kualitas tenaga kerja mahasiswa pariwisata Bali.

Manfaat Teoretis

Secara teoretis pengkajian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan tentang pemilihan dan penentuan faktor motivasi, serta dapat dijadikan

(30)

BAGIAN DUA

TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK

2.1. Tinjauan Teoritik

2.1.1 Teori Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata Latin”movere” yang mempunyai arti

dorongan atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan (Hasibuan, 2011:141). Definisi lain dari motivasi menurut Terry (dalam

Hasibuan, 2011:145) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri

seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Berdasarkan definisi motivasi di atas, hal yang vital bagi individu agar dapat

melakukan yang terbaik. Setiap orang diberikan kesempatan untuk meraih kinerja

yang baik dengan ketrampilan yang diperlukan, namun efektivitas hasil yang

dicapai tergantung pada motivasi orang itu sendiri. Pemberian motivasi yang tepat akan dapat mendorong orang lebih bersemangat dalam melaksanakan

pekerjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selain itu dengan

motivasi yang tepat akan menimbulkan gairah dan keiklasan dalam diri seseorang

sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan pada akhirnya bertujuan memenuhi kebutuhannya. Motivasi seseorang untuk bekerja tidak hanya

semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya tapi juga meningkatkan taraf hidupnya

kearah yang lebih baik.

Menurut Handoko (dalam Witarsana, 2012:26), jika dilihat atas dasar fungsinya motivasi terbagi atas motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

intrinsik yaitu motivasi yang berfungsi tanpa adanya rangsangan luar, dalam

(31)

ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi dengan adanya faktor dorongan dari

luar.

Bahri (2011:149) menyatakan bahwa motivasi intrinsik yaitu motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar,

karena dalam diri setiap individu ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Selanjutnya menurut Sumarni (dalam Witarsana, 2012:26) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seorang. Sutikno,

2007 (dalam Witarsana, 2012:26) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi

yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan, dorongan orang

lain, tetapi atas dasar kemauannya sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seorang

tanpa memerlukan rangsangan luar atau sebuah perintah. Bila seseorang telah

memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan

suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Berbagai kebutuhan keinginan dan harapan yang terdapat di dalam pribadi seseorang

menyusun motivasi internal orang tersebut. Jadi motivasi intrinsik muncul

berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan

seremonial.

Herzberg (dalam Robbins, 2008:284) menyatakan bahwa yang termasuk

faktor motivasi intrinsik adalah pencapaian, partisipasi, tanggungjawab,

pengakuan, dan kesempatan untuk berkembang. Jika ingin memotivasi karyawan

pada pekerjaannya, maka diperlukan penekanan pada hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil yang diakibatkan seperti peluang promosi,

pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian. Ini merupakan

karakteristik-karakteristik yang dianggap berguna secara intrinsik oleh individu.

Bahri (2011:151) menyatakan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya rangsangan dari luar. Sutikno (dalam Witarsana, 2012:29)

(32)

pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari

orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik dapat didefinisikan sebagai seseorang yang

melakukan sesuatu karena dorongan dari luar yang berupa penghargaan yang

didapat dari melakukan pekerjaan tersebut.

Motivasi ekstrinsik yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan ekternal. Motivasi ekstrinsik merupakan

keseluruhan pemberian penggerak dari seseorang kepada orang lain sehingga

mau bertindak dalam pencapaian tujuan, juga tergantung pada dorongan yang

menyebabkan seseorang itu mau bertindak. Teori motivasi eksternal meliputi kekuatan yang ada diluar individu yang berkaitan dengan pekerjaan seperti gaji

atau imbalan, kondisi kerja, jabatan, kebijakan perusahaan dan pengawasan

(Robbins, 2008:227).\

Menurut Maslow (dalam Hasibuan, 2011:153) mengemukakan Maslow’s

Need Hierarchy Theory yang mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku

atau bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam

kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang

itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan pertama yaitu kebutuhan fisiologi telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan

keselamatan akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan

tingkat kedua telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat ketiga yaitu kebutuhan

sosial akan muncul menjadi kebutuhan utama dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Kelima tingkat

kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebagai berikut.

Kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs). Merupakan

kebutuhan dasar yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup seseorang yakni berupa sandang, pangan, papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer

yang harus dipenuhi. Contoh dari kebutuhan ini adalah makan, minum, dan

(33)

Kebutuhan keamanan ini mengarah kepada dua bentuk yakni kebutuhan akan

keamanan jiwa, yang bagi pemimpin organisasi terutama berarti keamanan jiwa, yang bagi pemimpin organisasi terutama berarti keamanan jiwa di tempat

pekerjaan pada waktu jam kerja. Dalam arti luas tentunya setiap manusia

membutuhkan keamanan jiwanya dimanapun dia berada, kebutuhan keamanan

akan harta, ditempat pekerjaan pada waktu bekerja. Bentuk lain dari pemuasan kebutuhan ini adalah dengan jalan memberikan perlindungan asuransi pada para

karyawan; kebutuhan sosial (social needs). Sebagai mahluk sosial, manusia

memiliki empat kebutuhan yang dapat digolongkan menjadi kebutuhan akan

perasaan diterima orang lain dimana ia hidup dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya

penting (sense of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal

(sense of achievement), kebutuhan akan perasaan ikut serta dalam berbagai

kegiatan (sense of participation); kebutuhan akan prestise (esteem needs). Merupakan kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta

penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya

prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Perlu

diperhatikan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi maka semakin tinggi pula tingkat

prestisenya; kebutuhan mempertinggi aktualisasi diri (self actualization).

Adalah kebutuhan akan aktualisasi diri menggunakan kemampuan, ketrampilan,

dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan/ luar biasa.

Maslow (dalam Robbins, 2008:224) memisahkan lima kebutuhan ke dalam

urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa

aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-order needs); kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat

atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut

(34)

internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah secara

dominan dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja, kontra serikat kerja, dan masa jabatan).

Herzberg, 1950 (dalam Hasibuan, 2011:157) penggagas teori motivasi dua

faktor mengemukakan bahwa orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan

yaitu faktor pemeliharaan (hygiene factors) dan faktor motivator (motivation

factors). Hygiene factors adalah kebutuhan yang berhubungan dengan hakikat

manusia yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah.

Kebutuhan ini akan kembali ke titik nol ketika telah dipenuhi. Kebutuhan ini

meliputi gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, status pekerjaan, hubungan dengan teman pekerja dan

lain-lain. Hygiene faktor akan menimbulkan ketidakpuasan ketika tidak dipenuhi.

Sedangkan motivator faktor merupakan faktor yang meliputi serangkaian kondisi

intrinsik yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun contoh dari faktor ini adalah adanya pengakuan, penghargaan, tanggung jawab dari perusahaan,

promosi, kesempatan untuk berkembang dan berprestasi dan lain-lain. Kepuasan

kerja yang diperoleh dalam pekerjaan akan mendorong motivasi yang kuat

seseorang untuk bekerja dan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Teori ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi intrinsik dan ekstrinsik mahasiswa pariwisata Bali

mengikuti magang kerja pada industri hotel di Amerika Serikat. Adapun faktor

motivasi intrinsik yang mempengaruhi mahasiswa pariwisata Bali mengikuti magang kerja pada industry hotel di Amerika Serikat adalah kesempatan untuk

promosi dan pengakuan. Sedangkan faktor motivasi ekstrinsik yang digunakan

dalam pengkajian ini adalah kondisi kerja, kompensasi dan kebijakan perusahaan.

2.1.2 Teori Kompetensi

Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan

(35)

dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten

adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Boyatzis dalam Hutapea dan Nurianna Thoha (2008) kompetensi adalah

kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu

memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan. Webster.s Ninth

New Collegiate Dictionary dalam Sri Lastanti (2005) mendefinisikan

kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan

sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.

Analisa kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi

penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivas tingkat

kinerja yang diharapkan. Menurut Boulter (1996) level kompetensi adalah sebagai berikut: Skill, Knowledge, Self-Concept, Self Image, Trait dan

Motive.

Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik

misalnya seorang programmer komputer. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya bahasa komputer.

Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan

dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai dari), misalnya: pemimpin, Self Image

adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, mereflesikan identitas contoh: melihat diri sendiri sebagai seorang ahli. Trait adalah karakteristik abadi dari

seseroang yang membuat orang untuk berperilaku, misalnya: percaya diri sendiri.

Kompetensi Skill dan Knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan

relative berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki manusia.

Social role dan self image cenderung sedikit visible dan dapat dikontrol perilaku

dari luar. Sedangkan trait dan motivasi letaknya lebih dalam pada titik sentral

(36)

dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat

kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian seseorang, sehingga cukup sulit dinilai dan

dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik

tersebut dalam proses seleksi. Adapun konsep diri dan social role terletak

diantara keduanya dan dapat diubah melalui pelatihan, psikotropi sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit. Penggunaan kompetensi sebagai

dasar dari berbagai aspek sumber daya manusia kini semakin menjadi satu

trend dalam mewujudkan satu organisasi pendidikan dan pelatihan. Kompetensi

membedakan pengetahuan kerja (jobknowledge) dalam perilaku tersirat (underlying behaviours) seseorang karyawan didalam organisasi. Berdasarkan

berbagai kajian yang dilakukan, hampir 70% dari perusahaan swasta

menggunakan modal kompetensi untuk membantu mereka dalam strategis bisnis

dan seterusnya memperbaiki kinerja perusahaan. Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan

untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan

motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian seseorang, sehingga cukup

sulit dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi. Adapun konsep diri dan

social role terletak diantara keduanya dan dapat diubah melalui pelatihan,

psikoterapi sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang

efektif. Kesimpulan ini sesuai dengan yang dikatakan Armstrong (1998), bahwa

kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu untuk mencapai

kesuksesan pekerjaannya.

Pembahasan mengenai kompetensi akan dijabarkan menjadi persepsi

perusahaan tempat magang kerja (user) terhadap kompetensi mahasiswa

(37)

negari dapat meningkatkan kompetensi mereka. Penilaian kompetensi

mahasiswa magang ker oleh perusahaan tempat magang yang dalam pengkajian ini adalah atasan langsung didasarkan atas sejumlah aspek kompetensi yaitu :

pengetahuan mahasiswa terkait dengan standar perusahaan, kemampuan

mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang dimiliki,

mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup dalam menyelesaikan masalah pekerjaan, tingkat keterampilan yang dimiliki mahasiswa untuk menyelesaikan

pekerjaan sesuai standar perusahaan, inisiatif mahasiswa untuk menyelesaikan

pekerjaan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai standar perusahaan,

kesiapan mahasiswa untuk bekerja dalam tim, sikap peduli mahasiswa dengan rekan kerja dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan rekan kerja. Dalam

pengkajian ini, mahasiswa pariwisata Bali yang menginginkan untuk magang

ke luar negeri mampu meningkatkan kompetensi mereka dalam knowledge,

skill dan attitude yang didapat dari magang kerja pada industri hotel di Amerika

Serikat sehingga nanti mereka mampu memiliki kompetensi dalam bidangnya

masing-masing sehingga diharapakan mereka mampu bersaing dengan tenaga

kerja asing. Memiliki harapan untuk mendapatkan benefit yang lebih baik dari

tempat magang di dalam negeri. Hal ini sesuai dengan teori harapan yang telah dipaparkan diatas.

2.1.3 Teori Adaptasi

Menurut Shadily (dalam Utama, 2011:42), adaptasi berasal dari bahasa Inggris adaptation yang artinya menyesuaikan dengan kebutuhan atau tuntutan

baru, atau dapat pula berarti usaha mencari keseimbangan kembali ke keadaan

normal. Sementara menurut Sanderson (dalam Utama, 2011:43), adaptasi adalah

suatu trait sosial (sifat atau peringai sosial) yang muncul sebagai akibat adanya kebutuhan, tujuan dan hasrat individu. Definisi lain disebutkan oleh Hayes dan

Ninemeier (2009: 135) “adaptation is the process by which new employees

(38)

adaptasi adalah suatu proses dimana karyawan baru mulai belajar dan mengenal

nilai yang dimiliki oleh suatu perusahaan dan bekerja untuk perusahaan tersebut. Adaptasi erat kaitannya dengan sebuah pola sosiokultural, sebab bentuk-bentuk

sosiokultural baru muncul sebagai adaptasi.

Menurut Hayes dan Ninemeier (2009:137), terdapat empat proses adaptasi

yang biasanya terjadi pada karyawan baru, yakni (1) When new employee are

selected, they have basic perceptions about the work and the organization,

(2) Early on –job experience including orientation and training may

reinforce initial perception, (3) Employee who begin to recognize and

accept the culture of the organization and who want to become cooperating members of work teams will likely be accepted by their peers, (4) The new

staff member has a positive attitude about organization and is willing to

learn about and contribute to it. Dapat dijelaskan karyawan baru memiliki

empat proses dalam beradaptasi dengan suatu perusahaan. Tahap awal dimana seorang karyawan baru hanya memiliki persepsi awal dan mendasar mengenai

perusahaan tersebut, tahap selanjutnya melalui proses orientasi dan pelatihan,

seorang karyawan baru akan mampu mengubah dan menambah persepsi awal,

berikutnya karyawan baru yang sudah mulai mengenal dan menerima budaya kerja di perusahaan tersebut serta mulai berpartisipasi dengan team yang ada

akan diterima baik oleh rekan kerjanya, tahapan terakhir adalah ketika karyawan

baru tersebut memiliki perilaku yang positif terhadap perusahaan tersebut serta

bersedia untuk tetap belajar dan berkontribusi terhadap perusahan tersebut. Adaptasi yang dimaksud dalam pengkajian ini adalah upaya sistematis yang

dilakukan oleh mahasiswa pariwisata Bali untuk menyesuaikan dirinya terhadap

sistem kerja, rekan kerja dan lingkungan kerja yang baru di setiap hotel bintang

lima yang ditempatkan di Amerika. Kondisi kerja di hotel bintang lima cukup berbeda dengan kondisi kerja di tempat lain pada umumnya. Untuk proses

adaptasi, pihak hotel menyediakan program orientasi bagi karyawan baru dalam

(39)

dan struktur organisasi perusahaan, produk yang ditawarkan, struktur pelayanan

dan hal-hal penting mengenai perusahaan. Pihak hotel sebagai user dari mahasiswa magang kerja memberikan masa persiapan mahasiswa yang

mengikuti magang kerja untuk dapat lebih mengenai perusahaan terutama terkait

dengan nilai yang dianut perusahaan. Pengenalan nilai ini diharapkan dapat

memberikan manfaat dan hasil kerja lebih optimal oleh mahasiswa magang kerja bagi perusahaan tempat magang kerja sebagai user.

2.1.4 Teori Permintaan dan Penawaran

Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) menjabarkan faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal

wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial

masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time),

sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada. Aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu negara

asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki

yang berhubungan dengan musim di suatu negara, kemajuan teknologi informasi

dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan dunia, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik

wisatawan. Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, menjelaskan tiga

pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, yaitu:

a) Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/

pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan

tingkat harap ataukah permintaan dengan variable lainnya.

b) Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh

(40)

perjalanan maupun sesuatu hal belum mampu melakukan wisata karena

suatu alasan tertentu.

c) Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat

permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon

wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan

kepariwisataan.

Secara umum, penawaran pariwisata merupakan serangkaian barang dan

jasa yang disediakan oleh pelaku usaha pariwisata atau industri pariwisata untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan dalam kegiatan wisata yang sedang dilakukan. Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai barang dan jasa

yang harus disediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi enam kelompok besar,

yaitu: (1) Transportation, (2) Travel services, (3) Accommodation, (4) Food

services, (5) Activities and attractions (recreation culture/entertainment),

dan (6) Retail goods. Menurut Medlik, 1980, ada empat aspek (4A) yang

harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)

untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa

alam maupun masyarakat dan budayanya.

b) Accesable (transportasi); accesable dimaksudkan agar wisatawan

domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata

c) Amenities (fasilitas); amenities memang menjadi salah satu syarat daerah

tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di

DTW.

d) Ancillary (kelembagaan); adanya lembaga pariwisata wisatawan akan

(41)

wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of tourism) dan

terlindungi.

Berdasarkan pengkajian UNDP/ILO (Man Power Survey on Tourist

Development and Tourist Industry in Indonesia 1974), pada tahun 1974 tenaga

kerja dalam sektor pariwisata berjumlah 48.300. Apabila rangkaian tenaga itu dilengkapi tenaga kerja pada industri penunjang pariwisata, seperti perusahaan

kerajinan, dekorasi hotel, toko souvenir dan sebagainya, maka jumlah tenaga

kerja yang diserap makin banyak lagi. Selain tenaga kerja terampil di bidang

pariwisata, kita juga membutuhkan tenaga ahli kepariwisataan. Tenaga ahli yang memiliki wawasan luas, baik di bidang perencanaan, pengembangan,

maupun pemasaran. Semuanya itu, baik tenaga-tenaga terampil di industri

maupun tenaga- tenaga ahli tadi harus memiliki sikap yang benar-benar

professional (Spilane, 1987).

Perkembangan industri pariwisata berpengaruh positif pada perluasan

kesempatan kerja, walaupun khususnya bidang perhotelan bersifat padat karya.

Namun demikian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki

keterampilan teknis dan manejerial. Untuk itu diperlukan pendidikan kejuruan yang efektif. Berhubung investasi yang dibutuhkan sangat besar (gedung,

peralatan, tenaga ahli), maka ditinjau dari segi komersial semata-mata tidak

menguntungkan (Spilane, 1987).

Untuk lebih meningkatkan jasa pelayanan dalam pariwisata berbagai langkah dan kebijaksanaan antara lain dengan melaksanakan penataran,

penyuluhan kepada biro perjalanan, pengusaha restoran dan pendidikan

keterampilan, serta penyegaran-penyegaran untuk pemandu wisata dalam

bertugas. Dengan berbagai langkah kebijaksanaan tersebut diharapkan dapat dicapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: memperbesar output dan sekaligus

meninggikan mutu, akan dapat bekerja secara produktif, dalam jangka panjang

(42)

tingkat pendidikan. Kebutuhan tenaga kerja industri pariwisata yang sangat

menonjol adalah bidang perhotelan. Selain itu juga yang paling rumit diatasi. Hal ini disebabkan oleh sifat pekerjaan yang menuntut paduan pendidikan dan

pengalaman.

Berbeda dengan konsep permintaan dan penawaran pariwisata, pada

pengkajian ini, fokus pengkajian lebih megarah kepada permintaan dan penawaran kepada tenaga bidang pariwisata. Perusahaan tempat magang kerja

mahasiswa pariwisata Bali merupakan pihak yang melakukan permintaan tenaga

kerja pariwisata. Untuk itu terdapat sejumlah aspek permintaan yang diharapkan

dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan pariwisata. Sejumlah hal/kriteria tenaga kerja yang harus dipenuhi terkait dengan standar kompetensi dan produktivitas

tenaga kerja pariwisata. Dari aspek penawaran, dalam pengkajian ini lebih

dilihat dari peserta magang sebagai pekerja pariwisata dimana mereka

menawarkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga memenuhi standar kompetensi dan produktivitas kerja sesuai dengan keinginan

perusahaan. Mahasiswa yang ingin untuk magang ke luar tentu memiliki motivasi

yang tinggi untuk bekerja keras dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan/

keinginannya di masa depan yang cerah sesuai dengan kemampuan mereka. Adanya keinginan untuk magang ke luar negeri ini tentunya didasarkan kepada

adanya permintaan (demand) dari suatu perusahaan atau agent yang ada di

luar negeri terhadap kebutuhan akan mahasiswa yang ingin magang ke luar

negeri. Adanya permintaan dari perusahaan atau agent di luar negeri akan kebutuhan mahasiswa pariwisata direspons oleh para mahasiswa pariwisata

Bali.

Mahasiswa pariwisata Bali yang akan melakukan magang kerja akan

mengupayakan segala persyaratan yang telah ditentukan agar dapat diterima dan magang di perusahaan tersebut. Besarnya kesempatan yang ada tergantung

dari permintaan yang diberikan oleh perusahaan atau agent tersebut. Pendekatan

(43)

permintaan dan penawaran. Jadi dalam pelaksanaannya perlu

mempertimbangkan pasokan serta permintaan mahasiswa di bidang pariwisata khusunya perhotelan (Sadia, 2011:31).

2.2 Tinjauan Empirik

Memasuki era globalisasi dan khususnya dalam rangka menghadapi Asian Free Trade Area (AFTA) tenaga kerja asing bebas masuk ke Indonesia dan

Bali pada khususnya. Lembaga pendidikan pariwisata harus mampu mencetak

tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Dengan semakin pesatnya

pertumbuhan pariwisata di Bali, para generasi muda semakin tertarik bekerja di sektor pariwisata dan jasa dibandingkan dengan pekerjaan pada sektor

pertanian, karena masyarakat Bali telah memiliki pilihan-pilihan dalam bidang

pekerjaan sehingga sektor pariwisata menjadi pilihan pertama disamping sektor

lain. Bekerja di sektor pariwisata juga telah menjadi kebanggan dan memberikan gengsi bagi masyarakat Bali (Guerrier, 1994).

Sumber Daya Manusia (SDM) Bali pada berbagai jabatan di bidang

pariwisata memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan kemampuan

rata-rata yang diharapkan dari masing-masing jabatan yang disebabkan oleh aspek pribadi, namun kurang menonjol di bidang yang berhubungan dengan

kemampuan konseptual, manajerial serta aspek bisnis lainnya, sehingga

keunggulan SDM khusunya etnis Bali lebih banyak pada front liners atau tingkat

pelaksana.

Mira (2013) dengan pengkajiannya tentang “Motivasi Tenaga Kerja Bali

Bekerja Di Kapal Pesiar Disney Cruise Line”, bertujuan (1) mengetahui tingkat

motivasi tenaga kerja Bali bekerja di kapal pesiar Disney Cruise Line, (2)

mengetahui perbedaan motivasi tenaga kerja Bali yang belum berpengalaman bekerja di kapal pesiar lain sebelumnya dan yang sudah berpengalaman bekerja

di kapal pesiar lain untuk bekerja di kapal pesiar Disney Cruise Line, (3)

(44)

kapal pesiar Disney Cruise Line. Hasil pengkajian ini menunjukkan tingkat

motivasi tenaga kerja Bali untuk bekerja di kapal pesiar Disney Cruise Line, secara umum berada pada level sedang. Ditemukan perbedaan motivasi tenaga

kerja Bali yang belum berpengalaman bekerja di kapal pesiar dan yang sudah

berpengalaman bekerja di kapal pesiar lainnya untuk bekerja di kapal pesiar

Disney Cruise Line.

Tingkat motivasi tenaga kerja Bali yang belum berpengalaman lebih tinggi

dibandingkan dengan yang sudah berpengalaman. Kelima faktor dalam

pengkajian ini memiliki pengaruh masing-masing terhadap motivasi tenaga kerja,

tetapi faktor yang berpengaruh paling kuat adalah faktor kondisi kerja dan yang berpengaruh paling kecil adalah faktor kesempatan untuk promosi. Perbedaan

pengkajian ini dengan pengkajian Mira (2013) adalah pengkajian Mira perbedaan

utamanya terletak pada objek kajiannya, dimana pengkajian Mira mengkaji

tenaga kerja Bali bekerja dikapal pesiar Disney Cruise Line, sedangkan pengkajian ini mengkaji mengenai mahasiswa pariwisata Bali magang kerja

pada industry hotel di Amerika Serikat. Persamaan pengkajian ini dengan

pengkajian Mira adalah sama - sama bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor

yang memotivasi tenaga kerja.

Pengkajian Sunarsa (2009) dengan tentang “Faktor-faktor Penentu

Kepuasan Kerja Tenaga Kerja Bali Yang Bekerja di Kapal Pesiar: Studi Kasus

di Carnival Cruise Line”, dengan tujuan mengetahui faktor-faktor penentu

kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali yang bekerja di kapal pesiar, serta mengetahui perbedaan kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali yang berpendapatan tipping

system dan non tipping system dan yang berstatus menikah dan yang belum

menikah. Hasil pengkajian ini adalah faktor penentu kepuasan bagi tenaga kerja

Bali yang bekerja di kapal pesiar yang paling signifikan adalah faktor kondisi kerja, kompensasi, pengawasan, kesempatan berprestasi, pengakuan, tanggung

jawab, dan pekerjaan yang lebih menantang. Secara umum terdapat perbedaan

(45)

tipping system, sedangkan dilihat dari status perkawinan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan dalam hal pendapatan. Perbedaan pengkajian Sunarsa (2009) dengan pengkajian ini adalah pengkajian ini tentang motivasi mahasiswa

pariwisata Bali magang di Amerika Serikat, sedangkan pengkajian Sunarsa

mengenai faktor - faktor penentu kepuasan kerja tenaga kerja Bali yang bekerja

di kapal pesiar pengkajian ini ditujukan untuk mahasiswa pariwisata Bali yang mengikuti program magang ke Amerika Serikat. Persamaan pengkajian ini

dengan pengkajian Sunarsa adalah sama - sama meneliti tenaga kerja Bali

pada industri pariwisata.

Sadia (2011) dalam pengkajian yang berjudul “Motivasi Tenaga Kerja Bali Bekerja di Mediteranean Shipping Company (MSC) Studi Kasus di Balindo

Paradiso Cruise”, menyebutkan tujuan dari pengkajian adalah untuk mengkaji

motivasi tenaga kerja Bali bekerja di Kapal Pesiar Mediterranean Shipping

Company (MSC) dan untuk mengkaji korelasi atau hubungan umur, pendidikan,

pengalaman kerja, dan pendapatan keluarga terhadap motivasi kerja tenaga

kerja bekerja di kapal pesiar MSC. Hasil pengkajian menyebutkan bahwa

motivasi kerja tenaga kerja Bali bekerja di Kapal Pesiar Mediterranean

Shipping Company yang paling signifikan yaitu motivasi ekonomi sebesar

91,58% dan motivasi non ekonomi sebesar 8,24%. Motivasi desakan ekonomi

keluarga menduduki peringkat teratas diikuti oleh motivasi untuk meningkatkan

pendapatan keluarga, meningkatkan status sosial dan untuk meneruskan hobi.

Sedangkan terkait jabatan dan posisi yang bisa diraih oleh sebagian besar tenaga kerja Bali di Kapal Pesiar Mediterranean Shipping Company adalah

masih sebatas sebagai staf/crew/ tenaga pelaksana. Untuk variabel umur,

pendidikan, lama kerja dan pendapatan keluarga memiliki korelasi negatif

terhadap motivasi kerja tenaga kerja Bali bekerja di Kapal Pesiar MSC. Persamaan pengkajian Sadia (2011) dengan pengkajian ini adalah

sama-sama meneliti tentang motivasi mahasiswa pariwisata Bali magang di Amerika

Gambar

Gambar 3.1Kerangka Berpikir
Tabel 4.1Konstruk, Faktor, dan Variabel dalam Kerangka “Motivasi Mahasiswa
Gambar 4.1Variabel-Variabel pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Tabel 4.2Skala Pengukuran (Likert) Lima Tingkatan Terhadap Faktor Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dua variabel penting yang berpotensi menjelaskan hubungan job insecurity dan kepuasan kerja adalah employability – yang didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap

Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas tentang faktor faktor keberhasilan Benazir Bhutto dalam usahanya meraih kekuasaan, pada bab ini akan diuraikan lebih

Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Perusahan Subsektor perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Divertikular disease merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang timbul karena adanya penonjolan berbentuk kantung dari dinding kolon dengan besar

Dari nilai rata-rata penilaian sensori tertinggi terhadap penerimaan keseluruhan dodol ketan yaitu pada perlakuan tanpa penambahan ekstrak daun sirsak (P0) sebesar

Penelitian ini di mulai Tahun 1970 karena pada tahun itu masyarakat mulai mengenal pertanian padi, dan tahun 2000 sebagai akhir dari penelitian ini karena selama 30 tahun telah

Persaingan usaha ini secara tidak lansung memotivasi perusahaan untuk beroperasi lebih baik dari sebelumnya untuk kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Dalam hal ini

BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG