• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan berubah. Dengan kata lain, kalau perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan dan Pujiastuti, 1996: 293). Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas. Dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan struktur modal mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri.

Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan di dalam menentukan perimbangan antara hutang dan ekuitas adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar di bursa. Terdapat berbagai teori tentang kebijakan struktur modal. Tetapi tidak ada yang terbaik. Kebijakan struktur modal erat kaitannya dengan sumber pendanaan perusahaan. Sumber pendanaan perusahaan dibagi ke dalam 2 (dua) bagian yaitu sumber pendanaan intern dan sumber pendanaan ekstern. Sumber pendanaan intern diperoleh dari laba ditahan dan cadangan sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh dari hutang, penerbitan saham maupun penerbitan obligasi.

Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut juga akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti adanya bauran utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham menjadi maksimal. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya. Apabila suatu perusahaan bermaksud untuk melakukan kombinasi atas struktur modal yang ada, maka tingkat biaya modal dari struktur modal tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of

capital). Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang merupakan kombinasi dari tingkat

biaya hutang dan tingkat biaya ekuitas yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Houston & Brigham, 2001: 418):

WACC = wd kd (1 – T) + wps kps + wce ks Di mana, wd = persentase hutang

kd = biaya hutang sebelum pajak T = tarif pajak marjinal perusahaan wps = persentase saham preferen kps = biaya saham preferen wce = persentase saham biasa ks = biaya saham biasa.

(Young dan Byrne, 2001: 147) menyatakan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) sebagai berikut:

   X (BIAYATOTAL)(1 T) TOTAL PEMBIAYAAN UTANG WACC X BIAYAEKUITAS TOTAL PEMBIAYAAN EKUITAS

Di dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average

Cost of Capital), kita perlu memperoleh data-data tentang jumlah utang dan ekuitas

dalam struktur modal, biaya utang, tingkat pajak dan biaya ekuitas (Young dan Byrne, 2001: 149).

Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian, di mana menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham, namun di sisi lain menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin

tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga saham (Weston & Brigham, 2001: 5-6).

Martono dan Harjito (2001: 239) menyatakan bahwa struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Martin et.al (1999: 385) menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham perusahaan. Pendanaan perusahaan yang bersumber dari modal sendiri dapat berupa modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika pendanaan dari dalam perusahaan masih mengalami kekurangan (defisit), maka perusahaan dapat mempertimbangkan pendanaan dari luar perusahaan, yaitu dari hutang. Kombinasi hutang dan modal sendiri harus dikelola sedemikian rupa, agar tercipta struktur modal yang optimal.

Hutang (debt) adalah sumber pembelanjaan yang mengandung risiko, yaitu risiko keuangan berupa bunga (interest) serta pembayaran kembali hutang (repayment). Karena mengandung risiko, maka hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan harus dilakukan dengan berhati-hati. Hutang hanya

dapat digunakan untuk membelanjai proyek, bila hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi.

Berikut akan dijelaskan beberapa teori struktur modal yang dikemukakan oleh para ahli, meliputi pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, teori

trade off, pendekatan laba operasi bersih dan pecking order theory.

1. Pendekatan Tradisional

Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950 an (Husnan & Pujiastuti, 1996: 296). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih besar. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun, dan setelah leverage tertentu meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Menurut pendekatan tradisional ini, struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.

2. Pendekatan Modigliani dan Miller

Profesor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller (MM) mempublikasikan teori ini pada tahun 1958. Di dalam artikel yang ditulisnya, mereka menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan perkataan lain, mereka menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan (Houston & Brigham, 2001: 31). Tetapi studi mereka didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain: tidak ada broker (pialang), tidak ada pajak dan tidak ada biaya kebangkrutan.

3. Teori Trade Off

Teori trade off menyatakan di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang, karena utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible). Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.

4. Pendekatan Laba Operasi Bersih

Pendekatan laba operasi bersih ini mengasumsikan investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapa pun tingkat hutang yang digunakan perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti

halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya, biaya modal rata- rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

5. Pecking Order Theory

Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.

Dokumen terkait