• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Suku Bunga

2.3.3 Jenis-Jenis Suku Bunga

Dalam realitas sehari-hari terdapat berbagai jenis suku bunga. Jenis- jenis suku bunga ini dapat dikelompokkan menjadi empat jenis suku bunga, yaitu:

a. Suku Bunga Dasar (Bank Rate), yaitu tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral atau kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral untuk mendiskontokan surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dengan perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersil untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabahnya.

b. Suku Bunga Efektif (Effective Rate), yaitu tingkat suku bunga yang atas harga beli suatu obligasi. Semakin rendah harga pembelian suatu obligasi dengn tingkat bunga nasinal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan sebaliknya. Jadi, ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

c. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate), yaitu tingkat suku bunga yang dibiarkan tanpa dilakukan penyesuian terhadap akibat-akibat inflasi

d. Suku Bunga Pedoman (Equivalent Rate), yaitu tingkat suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (harga harian), setiap minggu (harga mingguan), setiap tahun (harga tahunan), untuk sejumlah pinjaman atau investasi secara jangka waktu tertentu, yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan menawarkan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat (dalam hubungan dengan nasabah), maka suku bunga dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

a. Bunga Simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya: Giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. b. Bunga Pinjaman, yaitu bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (pinjaman)

kepada bank atas dana pinjaman yang diberikan kepadanya.

2.3.4 Teori Suku Bunga

a. Teori Klasik

Bunga adalah “harga” dari pengunaan loanable funds, terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah dana yang tersedia untuk “dipinjamkan”, atau disebut “dana investasi” sebab menurut teori klasik bunga adalah harga-harga yang terjadi di “pasar” dana investasi.

Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok “penabung”. Bersama-sama jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplai/ penawaran akan loanable funds. Dilain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin mereka ingin berkonsumsi lebih dari pendapatan yang diterima selama periode tertentu. Dengan kata lain, mereka digolongkan pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor. Jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable funds selanjutnya para penabung dan para investor ini akan bertemu dipasar loanable funds, dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan kesepakatan/ keseimbangan. Terjadinya tingkat bunga keseimbangan dipasar dan investasi loanable funds dalam suatu periode dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

Tingkat Bunga Dana Investasi (Loanable Funds) S I1 I0 i1 io S0 Gambar 2.2 S1

Kurva Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik Io, dimana jumlah tabungan sama dengan investsi. Apabila tingkat bunga Io, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjam dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi Io. Sebaiknya, apabila tingkat bunga io, para pengusaha akan bersaing memperoleh dana yang relatif lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke io.

b. Teori Keynes

Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter yang artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, dengan demikian akan mempengaruhi GNP (Gross National product). Sedangkan menurut kaum klasik, uang hanyalah mempengruhi harga barang (teori kuantitas uang).

Dalam hal ini ada tiga motif mengapa orang mnghendaki memegang uang tunai, yaitu meliputi:

1) Motif Transaksi

Keynes tetap menerima pendapat golongan cambridgo bahwa orang memegang uang tunai guna memenuhi dan melancarkan transaksi yang dilakukan dan permintaan masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh pendapatan nasional, semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi transaksi.

2) Motif Berjaga-Jaga

Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran-pembayaran tidak reguler, atau yang di luar rencana transaksi normal. Misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat, seperti kecelakaan, sakit, dan pembayaran yang tidak terduga tersebut, karena sifat uang yang likuid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang lain.

3) Motif Spekulasi

Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya pemegang uang tersebut meramal apa yang terjadi diwaktu yang datang dengan betul. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan untuk tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan apabila tingkat bunga tinggi permintaan kecil, orang perlu memegang uang tunai dan karena kegiatan spekulasi tersebut mendapatkan keuntungan, maka orang akan bersedia membayar harga tertentu untuk memegang uang tunai.

Permintaan akan uang menurut Keynes disebut dengan “Liquidity Preference”. Harga tergantung dari tingkat bunga. Sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat bunga.

Tabungan (%) Jumlah uang (Liquidity Preference) r

Jumlah Uang dan Permintaan

Gambar 2.3

Teory Keynes Tentang Tingkat Bunga

Permintaan akan uang memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat bunga normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan naik di waktu yang akan datang. Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik, maka harganya akan turun dan

mereka akan menderita kerugian (Capital Loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegangnya pada waktu tingkat bunga naik. Hubungan permintaan negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (Opportunity Cost Holding Money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas). Sehingga keinginan memegang uang kas juga menurun, sebaliknya jika tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan uang kas juga naik.

c. Teori Paritas Tingkat Bunga.

Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas, yaitu apabila penduduk masing-masing negara bebas memperjualbelikan devisa.

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa “ dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara yang satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang satu negara dengan negara lain’’.

Secara aljabar dirumuskan sebagai berikut: Rn = Rf +E *

Dimana =

Rn = Tingkat bunga nominal didalam negeri Rf = Tingkat bunga nominal diluar negeri

E* = Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi

Dalam analisa diasumsikan bahwa tingkat bunga dalam perekonomian terbuka kecil sama dengan tingkat bunga dunia (Rn = Rf ). Namun demikian, karena beberapa alasan tingkat bunga berbeda diseluruh dunia. Ketika diasumsikan tingkat bunga dalam perekonomian kecil ditentukan oleh tingkat bunga dunia. Jika tingkat suku bunga domestik berada diatas tingkat bunga dunia, penduduk domestik akan memberikan pinjaman ke luar negeri untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi yang mendorong tingkat bunga domestik naik akhirnya tingkat bunga domestik akan sama dengan tingkat bunga dunia. Perlu dicatat bahwa dalam praktek dan biaya transaksi untuk memindahkan dana dari dalam negeri. Oleh sebab itu, teori paritas tingkat bunga ini lebih tepat jika berbunyi bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang yang satu terhadap mata uang negara lain dan biaya transaksi tersebut sangat rendah, tetapai dalam sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga didalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga diluar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan.

2.4 Kurs

Dokumen terkait