• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori tentang Karakteristik Kewirausahaan .1. Karakteristik Kewirausahaan

Ciri-ciri umum kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai aspek kepribadian seperti jiwa, watak, sikap dan perilaku seseorang. Ciri-ciri kewirausahaan meliputi enam komponen penting, yaitu : percaya diri, berorientasi pada hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitasan, dan berorientasi pada masa depan.

Selain ciri-ciri tersebut, masih banyak ciri-ciri khas lainnya yang bergantung dari sudut pandang dan konteks penerapannya. Para ahli masih mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda, akan tetapi pada umumnya memiliki makna yang hampir sama. Misalnya Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2013 : 22) mengemukakan enam ciri dan watak kewirausahaan yang dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan

No Karakteristik Watak

1. Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat,

ketidakbergantungan terhadap orang lain dan individualistis.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, bertekad kerja keras dan inisiatif.

3. Berani mengambil risiko dan menyukai tantangan

Mampu mengambil risiko yang wajar. 4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi

dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik.

5. Keorisinalitasan Inovatif, kreatif, dan fleksibel.

6. Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.

Sumber : Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2013 : 22)

1. Percaya diri dan optimis

Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini dalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu). Karakteristik kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis, tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi mempertimbangkan secara kritis.

Berdasarkan penjelasan tersebut, percaya diri tinggi akan membantu seseorang wirausaha yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Seorang wirausaha akan lebih mempertimbangkan segala hal yang akan dijalankan dalam usahanya.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seorang wirausaha tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi kemudian. Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika berusaha menyingkirkan prestise.

Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus mengutamakan pekerjaannya, dengan pekerjaan yang dilakukan secara maksimal maka akan mendapatkan sebuah prestasi atau hasil yang didapatkan.

3. Pengambilan risiko

Anak muda sering dikatakan menyukai tantangan. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh risiko dan tantangan. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa dalam wirausaha yang penuh tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya. Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan.

Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus bisa mengambil risiko. Kesulitan dalam mengembangkan atau menjalankan usaha adalah sebuah risiko yang akan dihadapi. Wirausahawan harus memiliki pertimbangan dan perhitungan matang untuk mengatasi risiko yang menghadang.

4. Kepemimpinan

Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih tetapi tergantung pada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi.

Berdasarkan paparan tersebut, sifat kemimpinan harus melekat pada diri wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan memimpin jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin pekerjanya agar dapat menjalankan usaha dengan baik.

5. Keorisinilan

Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil ialah sifat tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi atau komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru.

Berdasarkan paparan tersebut, sifat keorisinilan behubungan dengan mengkombinasikan berbagai hasil usaha yang ada dengan hal yang asing. Menciptakan inovasi sangat penting untuk bersaing demi melancarkan sebuah usaha, karena inovasi akan menciptakan sebuah kreasi atau hal baru yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah usaha.

6. Berorientasi ke masa depan

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi kedepan apa yang hendak dilakukan. Sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan, dalam menghadapi pandangan ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan setrategi yang matang, agar jelas langkah yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan paparan tersebut, orientasi ke masa depan harus diperhatikan. Sebuah usaha tidak semata-mata musiman, usaha dijalankan untuk selamanya. Strategi yang matang akan membuat sebuah usaha akan berjalan berkelanjutan.

Berdasarkan definisi karakteristik tersebut, seorang wirausaha mempunyai sifat yang harus melekat pada dirinya. Seorang wirausaha dapat menjalankan usahanya jika mempunyai percaya diri yang tinggi, harus bisa mengkodisikan bidang usaha untuk maju, bisa memimpin pekerja, dan bisa merencanakan usaha secara matang juga mengutamakan pekerjaan daripada hasil (Buchari Alma, 2004: 39-40).

Menurut Murphy & Peck dalam Alma (2004: 82-85), menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh wirausaha dalam mengembangkan profesinya.

1. Mau kerja keras (Capacity for Hard Work)

Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. Demikianlah setiap pengusaha yang sukses selalu menempuh saat-saat harus banting tulang dalam merintis perusahaannya. Sikap kerja keras harus dimiliki seorang wirausahawan.

Berdasarkan paparan tersebut, kerja keras merupakan sikap yang pasti dijalani. Sebuah usaha dijalankan perlu kerja keras untuk mencapai kesuksesan. Kerja keras juga perlu memperhatikan stamina dan waktu, jika bekerja keras tanpa memperhatikan waktu dan istirahat maka akan membuat kacau sebuah usaha.

2. Bekerjasama dengan orang lain (Getting Things Done With and Through People)

Perbanyaklah teman di bawah atau di atas, dengan bekerjasama dengan orang lain, maka tujuan akan mudah tercapai. Inilah yang disebut

“manajemen” yaitu, ilmu atau seni menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan paparan tersebut, sebuah usaha tidak mungkin dijalankan sendiri. Seorang wirausaha harus bekerjasama dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih. Kemampuan seseorang pasti ada batasnya, sehingga dibutuhkan orang lain untuk membantu sebuah usaha. Kerjasama dengan orang lain juga dibutuhkan sifat saling percaya.

3. Penampilan yang baik (Good Appearance)

Dalam hal ini bukan berarti penampilan body face atau muka yang elok dan paras cantik tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur, disiplin. Banyak orang tertipu dengan wajah elok tetapi ternyata orang itu penipu ulung.

Berdasarkan paparan tersebut, dengan berperilaku baik maka akan membuat orang lain percaya dengan kemampuan seorang wirausaha. Perilaku baik akan menciptakan keakraban dan menjauhkan perasaan curiga baik dengan pekerja atau rekan bisnis sehingga menciptakan kondisi harmonis. 4. Yakin (Self Confidence)

Harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha. Yakin dapat diterapkan dalam tidakan sehari-hari, melangkah pasti, tekun, sabar, tidak ragu.

Berdasarkan paparan tersebut, keyakinan akan membantu seorang wirausaha mempertahankan pendapat atau langkah yang diambil. Keyakinan yang kuat dapat mengatasi segala macam permasalahan dalam berwirausaha karena ada dorongan kuat dari dalam individu itu sendiri. 5. Pandai membuat keputusan (Making Sound Decision)

Jika dihadapkan pada alternatif, harus memilih, maka buat pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi, bisa pendapat orang lain, setelah itu ambil keputusan, jangan ragu.

Berdasarkan paparan tersebut, pembuatan keputusan yang cermat dapat menghadapi atau mencegah sebuah permasalahan. Pertimbangan harus diingat, pertimbangan yang kurang matang tidak akan menjadikan keputusan sempurna.

6. Mau menambah ilmu pengetahuan (College Education)

Zaman sekarang pendidikan adalah nomor satu. Tenaga tak terdidik harganya murah dan sebaliknya. Pendidikan ini bukan berarti masuk perguruan tinggi, melainkan pendidikan dalam bentuk kursus atau membaca buku. Akan tetapi, hal terpenting adalah tambahan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan paparan tersebut, penambahan sebuah ilmu membantu menciptakan dan mengembangkan sebuah usaha. Usaha harus terus dikembangkan sesuai perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan yang terus bervariasi. Jika seorang wirausaha mempunyai banyak ilmu, maka akan lebih luas menciptakan dan mengembangkan usaha.

7. Ambisi untuk maju (Ambition Drive)

Harus punya semangat tinggi, mau berjuang untuk maju. Orang yang gigih dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan, biasanya banyak berhasil dalam kehidupan.

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa semangat tinggi untuk maju akan membawa hasil keberhasilan. Ambisi harus ada agar seseorang mempunyai semangat untuk berusaha keras. Kita tidak hanya fokus dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi harus memikirkan untuk memajukan bidang usaha yang dijalankan.

8. Pandai berkomunikasi (Ability to communicate)

Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi sebuah pemikiran dalam bentuk ucapan, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perhatian orang lain. Komunikasi baik, diikuti perilaku jujur, konsisten dalam berbicara akan sangat membantu mengembangkan usaha.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah hal yang penting. Komunikasi yang baik juga akan membuat orang yang bekerja dalam sebuah usaha merasa nyaman.

Berdasarkan definisi tersebut, untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses maka harus bekerja keras, mempunyai semangat juang yang tinggi, dan yakin terhadap kemampuan, karena untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tidak mudah. Setiap kegiatan wirausaha pasti melewati masa kritis, dengan adanya kerja keras, semangat juang, dan keyakinan yang kuat maka segala kendala bisa teratasi.

Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti yang di uraikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan

No Nilai-Nilai Perilaku

1. Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai.

2. Risiko moderat Tidak melakukan tindakan spekulatif, melainkan pada perhitungan yang matang.

3. Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin 4. Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata untuk

memperoleh kejelasan.

5. Umpan balik Menganalisa data kinerja waktu untuk memandu kegiatan

6. Optimisme Menunjukan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi berat

7. Uang Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir.

8. Manajemen proaktif Mengelola berdasarkan pada perencanaan masa depan

Sumber: Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23).

Seorang wirausahawan selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil yang diharapkan. wirausahawan tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan karena wirausahawan selalu tekun, ulet, dan pantang menyerah. Tindakannya tidak disadari oleh spekulasi, melainkan prhitungan yang matang. Wirausahawan berani menghadapi risiko terhadap pekerjaannya karena sudah melakukan perhitungan yang matang. Seorang wirausahawan selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang dihadapi tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian mengambil risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat mendorong seorang wirausahawan untuk terus berjuang

mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata, jelas, dan objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatan. Dengan semangat optimism yang tinggi karena ada hasil yang diharapkan, seorang wirausahawan selalu mengelola uang secara secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya, bukan tujuan akhir (Suryana, 2013: 24).

2.4.2. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan

Sukses tidaknya seorang wirausahawan dalam mengelola bisnis atau usahanya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor banyaknya modal yang dimiliki, dan fasilitas atau koneksi/kedekatan dengan sumbu kekuasaan yang dinikmati. Akan tetapi yang lebih menonjol adalah karena adanya faktor bahwa bisnis atau udahanya dapat dikelola oleh orang yang berjiwa wirausaha dan tahu persis tentang apa, mengapa, dan bagaimana bisnis itu harus berjalan dan dikelolanya.

Kelebihan modal dan kedekatan dengan sumbu kekuasaan ataupun fasilitas yang dimiliki oleh seorang pebisnis belum dapat menjamin bahwa bisnis atau usahanya akan sukses dalam jangka panjang. Terbukti di negara-negara berkembang banyak bisnis yang maju karena faktor koneksi dan fasilitas yang diberikan oleh pucuk pimpinan suatu negara (karena faktor kedekatan dengan sumbu kekuasaan), atau anak-anak kolega pejabat ternyata bisnisnya tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Umumnya, bisnis hanya seumur masa jabatan yang memberi fasilitas tersebut karena banyak fakta bila pemerintah (terutama pucuk pimpinan yang bersangkutan tumbang) atau tergantikan, maka kebanyakan bisnisnya juga ikut tumbang bersama dengan tumbangnya pucuk pimpinan tersebut. Berbeda dengan pembisnis atau usahawan yang memang usahanya dikelola secara professional dengan menjalankan prinsip-prinsip manajemen

modern dan prinsip-prinsip bisnis, bisnisnya berjalan dari generasi ke generasi, bahkan pada generasi ketiga pun masih tetap eksis dan berkembang baik. Hal ini jelas bahwa yang menjamin berhasil atau suksesnya seorang wirausahawan dalam mengemudikan bisnisnya terletak pada, apakah orang yang bersangkutan memiliki jiwa wirausaha atau tidak (Saiman, 2014: 52). Rye merumuskan karakteristik sukses bagi seorang wirausahawan sebagaimana Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan No Karakteristik Kesukses Ciri Kesukses yang Menonjol

1. Pengendalian diri Mereka ingin mengendalikan semua usaha yang mereka lakukan.

2. Mengusahakan

terselesaikannya urusan

Mereka menyukai aktivitas yang menunjukan kemajuan yang berorientasi pada tujuan. 3. Mengarahkan diri sendiri Mereka memotivasi diri sendiri dengan suatu

hasrat yang tinggi untuk berhasil. 4. Mengelola dengan

sasaran

Mereka cepat memahami rincian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai alasan. 5. Penganalisa kesempatan Mereka akan menganalisa semua pilihan untuk

memastikan kesuksesannya meminimalkan risiko.

6. Pengendalian pribadi Mereka mengendali pentingnya kehidupan pribadi terhadap hidup bisnis.

7. Pemikir kreatif Mereka akan selalu mencari cara yang lebih baik dalam melakukan suatu usaha.

8. Pemecar masalah Mereka akan selalu melihat pilihan-pilihan untuk memecahkan setiap masalah yang menghadang.

9. Pemikir objektif Mereka tidak takut untuk mengakui jika melakukan kekeliruan.

Sumber: Rye dalam Saiman (2014: 53)

Hal yang harus digarisbawahi pada karakteristik sukses bagi seorang wirausahawan dan perlu dilekatkan pada benak pikiran usahawan adalah bagaimana berpikir objektif dan kreatif, sehingga mampu menganalisis setiap kesempatan bisnis yang mungkin muncul dan pengendalian diri secara matang,

sehingga mampu merencanakan dan mengendalikan bisnis secara objektif dan tidak mengandalkan diri pada pertolongan ataupun fasilitas yang ada di luar kemampuannya atau mengandalkan fasilitas/kemudahan dari pihak lain.

2.4.3. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan

Kegagalan yang sering dialami oleh seorang wirausahawan dapat disebabkan karena faktor ketidakmampuan dalam mengelola usahanya. Kegagalan yang sering dialami atau terjadi karena tidak dapat mengantisipasi terhadap faktor-faktor ketidakpastian dalam usahanya di kemudian hari. Hal yang menjadi sorotan pada umumnya berfokus pada pertanyaan mengapa wirausahawan dapat sukses, akan tetapi jarang sekali yang bertanya mengapa wirausahawan dapat gagal. Karakteristik dan ciri kegagalan yang menonjol bagi seorang wirausahawan dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan No Karakteristik Kegagalan Ciri Kegagalan yang Menonjol

1. Pengalaman manajemen Pemahaman umum mereka terhadap disiplin-disiplin manajemen yang utama rata-rata kurang.

2. Perencanaan keuangan Mereka meremehkan kebutuhan modal bisnis. 3. Lokasi usaha Mereka memilih lokasi awal yang buruk untuk

perusahaan.

4. Pengendalian bisnis Mereka gagal mengendalikan aspek-aspek utama dalam bisnisnya.

5. Pembelanja besar Mereka menghabiskan pengeluaran awal yang tinggi yang sebenarnya dapat ditunda/tidak perlu.

6. Manajemen piutang Mereka menimbulkan masalah arus kas yang buruk karena kurangnya perhatian pada piutang.

7. Dedikasi Mereka meremehkan waktu dan dedikasi pribadi yang diperlukan untuk memulai bisnis.

8. Memperluas berlebihan Mereka memulai suatu program perluasan sebelum mereka siap.

Dari karakteristik kegagalan tersebut Saiman (2014: 54) menyimpulkan bahwa kegagalan utama dalam berwirausaha diantaranya;

1. Karena pengetahuan dan pengalaman manajemen yang minim.

2. Perencanaan dan penggunaan uang perusahaan yang buruk (sering kali tidak ada pemisah antara uang untuk operasional dan biaya perusahaan dengan pengeluaran pribadi/keluarga) tidak memisahkan antara kebutuhan pribadi dengan kebutuhan bisnisnya.

3. Pengendalian bisnis yang kurang memadai, dengan kata lain pengendalian bisnis yang longgar dan mungkin dipaksakan.

4. Pemilihan lokasi tempat usaha awal yang buruk, berfokus pada pusat pemerintahan agar memperolah berbagai kemudahan atau fasilitas dan menentukan lokasi sesuai dengan selera pribadi pemilik atau feng shui.

5. Perencanaan ekspansi usaha baru yang buruk, misalnya membuka usaha baru diluar usaha kompetensinya atau diluar inti bisnisnya.

6. Tidak memiliki kemampuan menyusun rencana usaha. 7. Lemahnya pengelolaan usaha.

8. Keterbatasan akses kepada perbankan. 9. Keterbatasan dalam akses pasar.

10.Minimnya penguasaan teknologi dan informasi. 2.5Produktivitas Usaha

Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam kesejahteraan usaha. Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan usaha dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Tingkat produktivitas

yang dicapai dalam usaha merupakan indikator seberapa efisien usaha tersebut dalam mengkombinasikan sumber daya.

2.5.1. Pengertian Produktivitas Usaha

Produktivitas telah banyak didefinisikan oleh berbagai kalangan maupun lembaga, diantaranya Tarwaka et al (2004: 137) mendefinisikan “Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas”. Irawan (2011: 2) mendefinisikan “Produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil kegiatan yang sesungguhnya dengan hasil kegiatan yang seharusnya (antara realisasi dan target)”. Secara sederhana produktivitas ditunjukan oleh rasio antara output dan input.

Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.

Ada yang menyatakan bahwa produktivitas ialah kuantitas atau volume dari produk atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi banyak pandangan menyatakan produktivitas bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas produk yang dihasilkan, yang harus juga dipakai sebagai pertimbangan mengukur tingkat produktivitas. Seperti yang dinyatakan Killian dalam Alma (2011: 85) sebagai berikut :

output per man hour in anyone, company or organization. Productivity refer to the ratio of output to input by industry of section of the economy” (Produktivitas berarti kualitas output maupun kuantitas. Produktivitas mengacu pada output per jam, baik itu perusahaan atau organisasi. Produktivitas mengacu pada rasio output

ke input dengan industri bagian dari perekonomian).

Pandangan Killian termasuk pandangan tradisional dan ada yang termasuk pandangan modern terntang produktivitas. Pandangan tradisional memfokuskan pada perbandingan antara output fisik dan resources inputs, sedangkan pandangan yang lebih modern pendapat Schermerhorn dalam Alma (2011: 85) sebagai berikut: “Productivity is a summary measure of the quantity and quality of work performance with resource utilization considered” (Produktivitas adalah ukuran ringkasan dari kuantitas dan kualitas kinerja dengan pemanfaatan sumber daya). Sutermeister dalam Alma (2011: 85) berpendapat sebagai berikut : Productivity is defined for our purpose as output per employee hour quality considered

(Produktivitas didefinisikan untuk tujuan sebagai output per jam kualitas karyawan).

Jadi dalam menentukan produktivitas tidak hanya dilihat faktor kuantitasnya saja, tetapi juga faktor kualitasnya dengan pemanfaatan sumber daya. Jika seseorang menghasilkan 20 unit produk bulan yang lalu, dan sekarang dihasilkan 22 unit, maka dikatakan produktivitasnya meningkat 10%. Jika seseorang menghasilkan 20 unit produk bulan lalu dan sekarang tetap 20 unit, tetapi dalam kualitas yang lebih baik, maka dikatakan produktivitasnya juga meningkat.

2.5.2. Pengukuran Produktivitas Usaha

Berdasarkan dari definisi yang telah diuraikan sebelumnya, maka produktivitas dapat diukur menurut tiga tingkatan (Alma 2011: 86), yaitu :

1. Individu 2. Kelompok 3. Organisasi

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber Gambar: Alma (2011: 86)

Gambar 2.2. Pengukuran Produktivitas Tiga Tingkat

Menurut Alma (2011: 86) ketiga kelompok tersebut yang terdapat dalam organisasi bisnis dapat diukur produktivitasnya. Ada tiga ukuran produktivitasnya yang harus dipertimbangkan dalam mengelola organisasi, yaitu:

1. Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan apa yang telah digariskan.

2. Efektivitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti kuantitas dan kualitas.

Organisasi

Kelompok Kerja Individu

3. Efisiensi, bagaimana perbandingan output dibagi input, dimana pengukuran output termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas.

Produktivitas seringkali rancu dengan istilah produksi, atau bahkan ada yang mengartikan sama dengan kata produksi, padahal kedua istilah itu sangat jauh berbeda dalam pengertian, indikator maupun ukurannya. Produksi adalah proses yang dilakukan baik dengan atau tanpa menggunakan mesin untuk menghasilkan keluaran atau output, sedangkan produktivitas adalah tingkatan output yang dihasilkan dari penggunaan seluruh input dan sumber daya yang digunakan. Ukuran produksi biasanya digunakan dalam bentuk kapasitas produksi dan standar output yang dihasilkan per satuan waktu atau siklus waktu untuk menghasilkan satu unit produk.

Jadi, tingkat hasil produksi yang tinggi belum tentu menunjukan produktivitas yang tinggi pula, bisa jadi produktivitasnya malah semakin rendah, tergantung dari efiensi penggunaan input dan sumber daya yang digunakan. Tinggi atau rendahnya tingkat produktivitas berkaitan dengan efisiensi dari sumber-sumber daya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa (output) David L.

Dokumen terkait