• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Wirausahawan Dan Karakteristik Wirausahawan Terhadap Produktivitas Usaha Pemuda Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Wirausahawan Dan Karakteristik Wirausahawan Terhadap Produktivitas Usaha Pemuda Di Kota Medan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

1. Yunal dan Indriyani (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Pengaruh Motivasi Berwirausaha dan Inovasi Produk Terhadap Pertumbuhan Usaha

Kerajinan Gerabah di Lombok Barat”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah motivasi berwirausaha, inovasi produk, pertumbuhan usaha kerajinan gerabah di Lombok Barat, dan untuk mengetahui pengaruh langsung motivasi berwirausaha terhadap pertumbuhan usaha dan pengaruh tidak langsung motivasi terhadap pertumbuhan usaha dengan melalui inovasi produk.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskripstif dan asosiatif kausal. Pengumpulan sampel dengan menyebarkan kuesioner, menggunakan metode probability sampling dengan teknik simple random sampling kepada 91 responden wirausaha yang bergerak dibidang industri kerajinan gerabah. Teknik analisis yang digunakan adalah Path Analysis dengan bantuan software SPSS versi 20 dengan alpha sebesar 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi berwirausaha berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan usaha. Namun, tidak terdapat pengaruh tidak langsung antara motivasi berwirausaha terhadap pertumbuhan usaha melalui inovasi produk. Koefisien determinasi dalam model penelitian ini adalah sebesar 74,7%.

2. Handayani (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor Penentu

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai faktor apa saja yang menentukan keberhasilan wirausahawan dalam menjalankan usahanya.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis penelitian kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan kerja.

3. Nauli (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Karakteristik Wirausahawan dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter wirausahawan dalam membangun UKM ditinjau dari percaya diri, orientasi tugas dan hasil, pengambil resiko, orientasi masa depan, keorisinilan dan kepemimpinan. Populasi penelitian ini adalah wirausahawan dalam UKM di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

(3)

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa berdasarkan nilai mean masing-masing karakteristik wirausahawan, maka secara berurutan karakteristik wirausahawan yang menonjol di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri adalah berorientasi masa depan, berorientasi tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, percaya diri dan keorisinilan. Dari setiap variabel karakteristik wirausahawan, indikator yang menonjol pada setiap variabel masing-masing adalah sebagai berikut ; indikator yang menonjol dari kepercayaan diri adalah kayakinan agama, indikator yang menonjol dari orientasi tugas dan hasil adalah ketekunan dan ketabahan, indikator yang menonjol dari pengambil resiko adalah kemampuan menilai situasi risiko secara realistis, indikator yang menonjol dari kepemimpinan adalah selalu ingin bergaul dan keahlian dibidangnya, indikator yang menonjol dari keorisinilan adalah memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu yang menambah nilai, indikator yang menonjol orientasi masa depan adalah memiliki misi dan visi.

4. Dalimunthe (2002), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir di Sumatera”.

Tujuan penelitian ini mengkaji pengaruh karakteristik individu, kewirausahaan, gaya kepemimpinan terhadap kemampuan usaha serta keberhasilan usaha industri kecil, baik secara sendiri maupun bersama-sama.

(4)

kemampuan usaha, dan keberhasilan usaha. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat statistik inferensial pada derajat ketelitian a = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa model hipotesis 1,2,3,4,5,7 diterima sedangkan hipotesis 6 ditolak. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pengaruh karakteristik individu yang paling dominan berpengaruh adalah pelatihan dan pengalaman pengusaha. Pada kewirausahaan yang menonjol sifat kewirausahaan yang dimiliki motivasi, peluang dan percaya diri. Untuk kemampuan usaha yang paling signifikan adalah indikator bahan Baku, akses pasar dan modal. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan selalu dipergunakan gaya kepemimpinan otoriter, partisipasi dan konsiderasi secara bersama atau sendiri-sendiri.

5. Wijayanto (2009), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Wirausahawan Terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha (Studi Pada Sentra Usaha

Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa permasalahan mengenai: profil industri kecil pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, karakteristik wirausahawan pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, tingkat keberhasilan usaha pada industri pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, pengaruh karakteristik wirausahawan terhadap tingkat keberhasilan usaha pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, dan variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha.

(5)

penelitian. Sedangkan analisis inferensial menggunakan Multiple linear regression untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berdasarkan pada hasil penelitian, para pelaku usaha pengasapan ikan di Krobokan memiliki tingkat kesadaran diri dan pengaturan diri yang baik, motivasi yang cukup tinggi untuk mengembangkan usahanya, rasa empati yang yang cukup baik, dan ketrampilan sosial yang cukup baik. Tingkat keberhasilan usaha tergolong cukup baik yang ditunjukkan dengan tren penjualan yang stabil dan sedikit mengalami peningkatan. Variabel Kecakapan Pribadi dan Kecakapan sosial secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel Keberhasilan Usaha. Variabel kecakapan sosial berpengaruh signifikan terhadap tingkat keberhasilan usaha. Variabel ketrampilan sosial berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha.

2.2Tinjauan Umum tentang Kewirausahaan 2.2.1. Definisi Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta berani menanggung risiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian mengambil risiko sudah menjadi milik seorang wirausahawan, karena seorang wirausahawan dituntut berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut belum memiliki nilai perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses menuju wirausahawan sejati (Fahmi, 2013: 1).

Clelland dalam As’ad (2002: 145) mendefinisikan wirausaha adalah

(6)

produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut”.

Menurut Bygrave dalam Alma (2004: 21), “Entrepreneur is the person who

perceives an opportunity and creates an organization to persue it”. Berdasarkan definisi tersebut seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Menurut Peters dalam Alma (2004: 26), “Entrepreneur is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence”. Artinya; kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Prawirokusumo dalam Suryana (2009: 16) juga berpendapat bahwa

“Seorang wirausaha adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk

menemukan peluang dan perbaikan hidup”.

Menurut Sukardi dalam As’ad (2002: 145), mendefinisikan “Wirausaha merujuk kepada kepribadian tertentu, yaitu pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, sehingga mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas dasar pertimbangannya, sehingga seorang wirausaha ini adalah seseorang yang merdeka lahir dan batin”.

(7)

peluang dengan menggunakan waktu yang disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa. Hal tersebut menunjukan bahwa wirausaha tidak hanya mengandalkan modal saja.

2.2.2. Hubungan Ilmu Kewirausahaan dan Wirausahawan

Fahmi (2013: 5) berpendapat bahwa ilmu kewirausahaan dan wirausahaan ada hubungan kuat diantara keduanya. Seorang wirausahawan tidak akan bisa menjadi besar jika membangun dan mengembangkan usahanya hanya secara praktis. Untuk menuju kesuksesan secara umum membutuhkan 2 (dua) hal, yaitu : 1. Reference, yaitu rujukan yang bersumber dari media cetak dan elektronik serta

pendapat para ahli.

2. Experience, yaitu pengalaman yang diperoleh selama menjalankan usaha. Artinya dengan pengalaman tersebut bisa belajar banyak hal.

Tentunya di samping itu juga butuh berbagai bidang lainnya, seperti mitra bisnis, modal usaha, karyawan, motivasi, kedisiplinan, kejujuran, dan sebagainya.

(8)

2.2.3. Tipe Wirausaha dan Profil Wirausaha

Berdasarkan dari lingkungan mana wirausahawan berasal Vries dalam Sjabadhyni (2001: 265) menggolongkan tiga tipe wirausaha, yaitu:

1. Wirausaha craftsmans, berasal dari pekerja kasar dengan pengalaman dalam teknologi rendah, genius dalam hal mekanik, mempunyai pengalaman di bidang industri, dan tidak termasuk dalam manajemen ataupun organisasi buruh tertentu.

2. Wirausaha Oportunistik, berasal dari golongan kelas menengah sampai chief executive, banyak berhubungan dengan manajemen diatasnya dan dikenal oleh manajemen.

3. Wirausaha dengan bekal pengalaman teknologi tinggi dan memiliki pendidikan formal yang tinggi.

Selanjutnya Alma (2011: 35) mengungkapkan tipe utama dari wirausaha, yaitu :

1. Wirausaha Ahli (craftman)

(9)

2. The Promoter

The Promoter adalah seseorang individu yang tadinya mempunyai latar belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampilan yang sudah dimiliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan yang baru dirintis.

3. General Manager

General Manager adalah seseorang individu yang ideal secara sukses bekerja pada sebuah perusahaan, banyak menguasai keahlian bidang produksi, pemasaran, permodalan, dan pengawasan.

Jika diperhatikan wirausaha yang ada di masyarakat menurut Zimmerer dan Scarborough dalam Suryana (2011: 37) mengelompokkan beberapa profil wirausaha sebagai berikut:

1. Women Entrepreneur, yaitu wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan wanita menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

(10)

3. Immigrant Entrepreneur, yaitu kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal, kaum pendatang tersebut lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part Time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang hanya bekerja setengah waktu, biasanya dilakukan karena hobi dan kegiatannya hanya bersifat sampingan. Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang atau part time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.

5. Home Based Entrepreneur, yaitu wirausaha yang memulai usahanya dari rumah atau tempat tinggal.

6. Family Owned Business, yaitu usaha yang dilakukan atau dimiliki oleh beberapa anggota keluarga secara turun temurun.

7. Capreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usahanya secara bersama-sama. Capreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu bisnis yang sudah ada.

Roopke dalam Suryana (2009: 76) mengelompokkan wirausaha berdasarkan perannya, antara lain:

1. Wirausaha rutin

(11)

teknologinya sendiri. Wirausaha rutin mendapat keuntungan berupa gaji yang dibayarkan setiap bulannya oleh sebuah tempat usaha.

2. Wirausaha arbitrase

Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan dan pemanfaatan. Kelebihan wirausaha tipe ini adalah tidak menciptakan membuat suatu barang, tidak membutuhkan modal pribadi yang besar dan hanya melakukan spekulasi terhadap perbedaan harga jual dan harga beli. 3. Wirausaha inovatif

Wirausaha yang menciptakan ide dan kreasi baru yang berbeda. Wirausaha kelompok ini cenderung menjadi promotor suatu usaha, tidak hanya memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga menciptakan pasar, pengelolaan manajeman dan pamasaran.

2.3Teori tentang Motivasi Kewirausahaan

(12)

2.3.1. Pengertian Motivasi

Motivasi didefinisikan oleh Hasibuan (2003: 95) adalah “Pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan”. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal tersebut, mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan.

Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu (Winardi, 2002: 33).

Chung & Megginson dalam Gomes (2001: 180) menjelaskan, motivasi melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Faktor-faktor organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself).

(13)

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Wirausaha selalu memfokuskan kreasi baru dalam mengadu untung, kepemilikan bisnis, membutuhkan tujuan, pengambil risiko, dan keinovatifan aspirasi untuk pertumbuhan. Mcclelland’s dalam Grunnhagen dan Mittelstaedt (2005: 207) menyatakan ”achievement motive”, yaitu pernyataan individu untuk menjadi entrepreneur (pengusaha). Welsh dan White dalam Grunnhagen dan Mittelstaedt (2005: 207) dalam hal ini pengusaha berdiri bukan karena dari sisi insentif keuangan tapi dari motivasi intrinsik dan keinginan untuk tanggungjawab.

Lohdahl dan Kejner dalam Grunnhagen dan Mittelstaedt (2005: 207) mengembangkan konstruk dari job involvement yang didefinisikan sebagai derajat karyawan terlibat dan komitmen dalam pekerjaan yang dikerjakan. Motivasi pengusaha datang dari emotional fulfillment. Untuk memiliki bisnis sendiri, untuk menjadi bos, muncul dari impian jangka panjang seorang pengusaha.

Pengenalan motif kewirausahaan mungkin dapat menjadi salah satu titik awal untuk membakitkan semangat kewirausahaan. Motif tersebut antara lain: 1. Motif berprestasi (the need for achievement): mendorong individu berprestasi

dengan patokan prestasi dirinya sendiri atau orang lain. Satu motif untuk berwirausaha yang penting.

2. Motif berafiliasi (the need for affiliation): mendorong individu untuk berinteraksi dengan orang lain yang mengandung kepercayaan, afeksi dan empati.

(14)

Dengan mengenali motif setiap individu dalam berwirausaha, maka alasan berwirausaha menjadi lebih jelas. Pada umumnya individu berwirausaha dengan alasan:

1. Merdeka secara finansial, artinya bebas dari standar upah yang distandarisasi. 2. Merdeka waktu, artinya bebas dari pekerjaan rutin yang membosankan dan

tanpa tantangan.

3. Mewujudkan impian, artinya dapat dengan bebas mengatur/melaksanakan konsep atau ide sesuai keinginannya.

Meskipun motivasi kewirausahaan yang dimiliki individu cukup tinggi, motivasi kewirausahaan harus tetap dijaga, karena penurunan motivasi dapat menjadi salah satu faktor kegagalan berwirausaha. Penurunan motivasi berwirausaha juga dapat terjadi ketika individu mengalami kegagalan untuk pertama kalinya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut tidak siap secara mental menjadi wirausaha yang tangguh (Setyorini, 2010: 6).

2.3.3. Teori-Teori Motivasi

Teori motivasi telah muncul sejak dasawarsa 1950 saat konsep-konsep motivasi ditulis dan menjadi acuan banyak pihak. Tiga teori motivasi (klasik) dikenal dengan teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori motivasi higienis dari Frederick Herzberg, dan teori X dan Y dari Douglas McGregor. 1. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow

(15)

tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya.

Sumber Gambar : Fahmi (2013: 21)

Gambar 2.1 : Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus,

tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya. b. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan

perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.

c. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.

(16)

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Bila satu tingkat kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan muncul tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Namun ini tidak berarti tingkat kebutuhan yang lebih rendah harus terpenuhi 100% atau sangat memuaskan. Bisa saja kebutuhan lebih rendah belum memuaskan sekali, sudah muncul tingkatan yang lebih tinggi. Hal ini terasa sekali pada negara yang sedang berkembang yang masyarakatnya ingin cepat sekali memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, yang kemudian merupakan gejala efek demonstrasi (Alma, 2011: 89).

2. Teori Motivasi Hygiene dari Frederick Herzberg

Teori motivasi hygiene ini berkaitan dengan motivasi dan kepuasan kerja. Herzberg melakukan penelitian di daerah Pittsburgh dengan mewawancarai 200 akuntan dan insinyur untuk memberikan komentar pada dua statement, dalam mewawancarai ditanyakan hal-hal apa saja yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan dalam bekerja.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivator adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

(17)

sedangkan ketidakpuasan kerja disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.

Faktor motivator berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan.

Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah: a. Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas). b. Recognition (penghargaan).

c. Work it self (pekerjaan itu sendiri). d. Responsibility (tanggung jawab).

e. Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri). f. Advancement (kesempatan untuk maju).

Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa puas bagi suatu pekerjaan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan pekerjaan.

Faktor hygiene adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan, berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:

a. Working condition (kondisi kerja).

b. Interpersonal relation (hubungan antar pribadi).

c. Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya).

(18)

Herzberg juga menyatakan bahwa motivator menyebabkan seseorang untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan faktor hygiene dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan menuju kearah tidak ada ketidakpuasan (Alma, 2011: 93). Tabel 2.1 Perbandingan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dan Teori

Motivasi Hygiene Herzberg

3. Teori X dan Y dari Douglas McGregor

(19)

a. Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :

1) Tidak menyukai bekerja.

2) Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.

3) Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.

4) Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.

5) Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi.

b. Teori Y

(20)

serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan teori Y mengenai manusia adalah sbb :

1) Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.

2) Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3) Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.

4) Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.

5) Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.

(21)

(drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Pasalnya, keberhasilan berwirausaha tidak dengan seketika diperoleh. Seorang wirausahawan yang baik memang memiliki motivasi bukan hanya untuk dirinya saja, namun bisa memberikan efek pengaruh pada diri orang lain untuk bisa bangkit menjadi seorang wirausahawan juga, karena salah satu ukuran kesuksesan seseorang pada saat ia bisa memberikan motivasi dan semangat pada orang lain untuk berbuat dan berkarya (Fahmi, 2013: 22).

2.4Teori tentang Karakteristik Kewirausahaan 2.4.1. Karakteristik Kewirausahaan

Ciri-ciri umum kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai aspek kepribadian seperti jiwa, watak, sikap dan perilaku seseorang. Ciri-ciri kewirausahaan meliputi enam komponen penting, yaitu : percaya diri, berorientasi pada hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitasan, dan berorientasi pada masa depan.

(22)

Tabel 2.2 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan

No Karakteristik Watak

1. Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat,

ketidakbergantungan terhadap orang lain dan individualistis.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, bertekad kerja keras dan inisiatif.

3. Berani mengambil risiko dan menyukai tantangan

Mampu mengambil risiko yang wajar. 4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi

dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik.

5. Keorisinalitasan Inovatif, kreatif, dan fleksibel.

6. Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.

Sumber : Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2013 : 22)

1. Percaya diri dan optimis

Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini dalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu). Karakteristik kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis, tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi mempertimbangkan secara kritis.

(23)

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seorang wirausaha tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi kemudian. Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika berusaha menyingkirkan prestise.

Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus mengutamakan pekerjaannya, dengan pekerjaan yang dilakukan secara maksimal maka akan mendapatkan sebuah prestasi atau hasil yang didapatkan.

3. Pengambilan risiko

Anak muda sering dikatakan menyukai tantangan. Inilah salah satu faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh risiko dan tantangan. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa dalam wirausaha yang penuh tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya. Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan.

Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus bisa mengambil risiko. Kesulitan dalam mengembangkan atau menjalankan usaha adalah sebuah risiko yang akan dihadapi. Wirausahawan harus memiliki pertimbangan dan perhitungan matang untuk mengatasi risiko yang menghadang.

4. Kepemimpinan

(24)

Berdasarkan paparan tersebut, sifat kemimpinan harus melekat pada diri wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan memimpin jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin pekerjanya agar dapat menjalankan usaha dengan baik.

5. Keorisinilan

Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil ialah sifat tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi atau komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru.

Berdasarkan paparan tersebut, sifat keorisinilan behubungan dengan mengkombinasikan berbagai hasil usaha yang ada dengan hal yang asing. Menciptakan inovasi sangat penting untuk bersaing demi melancarkan sebuah usaha, karena inovasi akan menciptakan sebuah kreasi atau hal baru yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah usaha.

6. Berorientasi ke masa depan

(25)

Berdasarkan paparan tersebut, orientasi ke masa depan harus diperhatikan. Sebuah usaha tidak semata-mata musiman, usaha dijalankan untuk selamanya. Strategi yang matang akan membuat sebuah usaha akan berjalan berkelanjutan.

Berdasarkan definisi karakteristik tersebut, seorang wirausaha mempunyai sifat yang harus melekat pada dirinya. Seorang wirausaha dapat menjalankan usahanya jika mempunyai percaya diri yang tinggi, harus bisa mengkodisikan bidang usaha untuk maju, bisa memimpin pekerja, dan bisa merencanakan usaha secara matang juga mengutamakan pekerjaan daripada hasil (Buchari Alma, 2004: 39-40).

Menurut Murphy & Peck dalam Alma (2004: 82-85), menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh wirausaha dalam mengembangkan profesinya.

1. Mau kerja keras (Capacity for Hard Work)

Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. Demikianlah setiap pengusaha yang sukses selalu menempuh saat-saat harus banting tulang dalam merintis perusahaannya. Sikap kerja keras harus dimiliki seorang wirausahawan.

(26)

2. Bekerjasama dengan orang lain (Getting Things Done With and Through People)

Perbanyaklah teman di bawah atau di atas, dengan bekerjasama dengan orang lain, maka tujuan akan mudah tercapai. Inilah yang disebut

“manajemen” yaitu, ilmu atau seni menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan paparan tersebut, sebuah usaha tidak mungkin dijalankan sendiri. Seorang wirausaha harus bekerjasama dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih. Kemampuan seseorang pasti ada batasnya, sehingga dibutuhkan orang lain untuk membantu sebuah usaha. Kerjasama dengan orang lain juga dibutuhkan sifat saling percaya.

3. Penampilan yang baik (Good Appearance)

Dalam hal ini bukan berarti penampilan body face atau muka yang elok dan paras cantik tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur, disiplin. Banyak orang tertipu dengan wajah elok tetapi ternyata orang itu penipu ulung.

Berdasarkan paparan tersebut, dengan berperilaku baik maka akan membuat orang lain percaya dengan kemampuan seorang wirausaha. Perilaku baik akan menciptakan keakraban dan menjauhkan perasaan curiga baik dengan pekerja atau rekan bisnis sehingga menciptakan kondisi harmonis. 4. Yakin (Self Confidence)

(27)

Berdasarkan paparan tersebut, keyakinan akan membantu seorang wirausaha mempertahankan pendapat atau langkah yang diambil. Keyakinan yang kuat dapat mengatasi segala macam permasalahan dalam berwirausaha karena ada dorongan kuat dari dalam individu itu sendiri. 5. Pandai membuat keputusan (Making Sound Decision)

Jika dihadapkan pada alternatif, harus memilih, maka buat pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi, bisa pendapat orang lain, setelah itu ambil keputusan, jangan ragu.

Berdasarkan paparan tersebut, pembuatan keputusan yang cermat dapat menghadapi atau mencegah sebuah permasalahan. Pertimbangan harus diingat, pertimbangan yang kurang matang tidak akan menjadikan keputusan sempurna.

6. Mau menambah ilmu pengetahuan (College Education)

Zaman sekarang pendidikan adalah nomor satu. Tenaga tak terdidik harganya murah dan sebaliknya. Pendidikan ini bukan berarti masuk perguruan tinggi, melainkan pendidikan dalam bentuk kursus atau membaca buku. Akan tetapi, hal terpenting adalah tambahan ilmu pengetahuan.

(28)

7. Ambisi untuk maju (Ambition Drive)

Harus punya semangat tinggi, mau berjuang untuk maju. Orang yang gigih dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan, biasanya banyak berhasil dalam kehidupan.

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa semangat tinggi untuk maju akan membawa hasil keberhasilan. Ambisi harus ada agar seseorang mempunyai semangat untuk berusaha keras. Kita tidak hanya fokus dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi harus memikirkan untuk memajukan bidang usaha yang dijalankan.

8. Pandai berkomunikasi (Ability to communicate)

Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi sebuah pemikiran dalam bentuk ucapan, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perhatian orang lain. Komunikasi baik, diikuti perilaku jujur, konsisten dalam berbicara akan sangat membantu mengembangkan usaha.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah hal yang penting. Komunikasi yang baik juga akan membuat orang yang bekerja dalam sebuah usaha merasa nyaman.

(29)

Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti yang di uraikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan

No Nilai-Nilai Perilaku

1. Komitmen Menyelesaikan tugas hingga selesai.

2. Risiko moderat Tidak melakukan tindakan spekulatif, melainkan pada perhitungan yang matang.

3. Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin 4. Objektivitas Melakukan pengamatan secara nyata untuk

memperoleh kejelasan.

5. Umpan balik Menganalisa data kinerja waktu untuk memandu kegiatan

6. Optimisme Menunjukan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi berat

7. Uang Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir.

8. Manajemen proaktif Mengelola berdasarkan pada perencanaan masa depan

Sumber: Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23).

(30)

mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata, jelas, dan objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatan. Dengan semangat optimism yang tinggi karena ada hasil yang diharapkan, seorang wirausahawan selalu mengelola uang secara secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya, bukan tujuan akhir (Suryana, 2013: 24).

2.4.2. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan

Sukses tidaknya seorang wirausahawan dalam mengelola bisnis atau usahanya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor banyaknya modal yang dimiliki, dan fasilitas atau koneksi/kedekatan dengan sumbu kekuasaan yang dinikmati. Akan tetapi yang lebih menonjol adalah karena adanya faktor bahwa bisnis atau udahanya dapat dikelola oleh orang yang berjiwa wirausaha dan tahu persis tentang apa, mengapa, dan bagaimana bisnis itu harus berjalan dan dikelolanya.

(31)

modern dan prinsip-prinsip bisnis, bisnisnya berjalan dari generasi ke generasi, bahkan pada generasi ketiga pun masih tetap eksis dan berkembang baik. Hal ini jelas bahwa yang menjamin berhasil atau suksesnya seorang wirausahawan dalam mengemudikan bisnisnya terletak pada, apakah orang yang bersangkutan memiliki jiwa wirausaha atau tidak (Saiman, 2014: 52). Rye merumuskan karakteristik sukses bagi seorang wirausahawan sebagaimana Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan No Karakteristik Kesukses Ciri Kesukses yang Menonjol

1. Pengendalian diri Mereka ingin mengendalikan semua usaha yang mereka lakukan.

2. Mengusahakan

terselesaikannya urusan

Mereka menyukai aktivitas yang menunjukan kemajuan yang berorientasi pada tujuan. 3. Mengarahkan diri sendiri Mereka memotivasi diri sendiri dengan suatu

hasrat yang tinggi untuk berhasil. 4. Mengelola dengan

sasaran

Mereka cepat memahami rincian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai alasan. 5. Penganalisa kesempatan Mereka akan menganalisa semua pilihan untuk

memastikan kesuksesannya meminimalkan risiko.

6. Pengendalian pribadi Mereka mengendali pentingnya kehidupan pribadi terhadap hidup bisnis.

7. Pemikir kreatif Mereka akan selalu mencari cara yang lebih baik dalam melakukan suatu usaha.

8. Pemecar masalah Mereka akan selalu melihat pilihan-pilihan untuk memecahkan setiap masalah yang menghadang.

9. Pemikir objektif Mereka tidak takut untuk mengakui jika melakukan kekeliruan.

Sumber: Rye dalam Saiman (2014: 53)

(32)

sehingga mampu merencanakan dan mengendalikan bisnis secara objektif dan tidak mengandalkan diri pada pertolongan ataupun fasilitas yang ada di luar kemampuannya atau mengandalkan fasilitas/kemudahan dari pihak lain.

2.4.3. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan

Kegagalan yang sering dialami oleh seorang wirausahawan dapat disebabkan karena faktor ketidakmampuan dalam mengelola usahanya. Kegagalan yang sering dialami atau terjadi karena tidak dapat mengantisipasi terhadap faktor-faktor ketidakpastian dalam usahanya di kemudian hari. Hal yang menjadi sorotan pada umumnya berfokus pada pertanyaan mengapa wirausahawan dapat sukses, akan tetapi jarang sekali yang bertanya mengapa wirausahawan dapat gagal. Karakteristik dan ciri kegagalan yang menonjol bagi seorang wirausahawan dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan No Karakteristik Kegagalan Ciri Kegagalan yang Menonjol

1. Pengalaman manajemen Pemahaman umum mereka terhadap disiplin-disiplin manajemen yang utama rata-rata kurang.

2. Perencanaan keuangan Mereka meremehkan kebutuhan modal bisnis. 3. Lokasi usaha Mereka memilih lokasi awal yang buruk untuk

perusahaan.

4. Pengendalian bisnis Mereka gagal mengendalikan aspek-aspek utama dalam bisnisnya.

5. Pembelanja besar Mereka menghabiskan pengeluaran awal yang tinggi yang sebenarnya dapat ditunda/tidak perlu.

6. Manajemen piutang Mereka menimbulkan masalah arus kas yang buruk karena kurangnya perhatian pada piutang.

7. Dedikasi Mereka meremehkan waktu dan dedikasi pribadi yang diperlukan untuk memulai bisnis.

8. Memperluas berlebihan Mereka memulai suatu program perluasan sebelum mereka siap.

(33)

Dari karakteristik kegagalan tersebut Saiman (2014: 54) menyimpulkan bahwa kegagalan utama dalam berwirausaha diantaranya;

1. Karena pengetahuan dan pengalaman manajemen yang minim.

2. Perencanaan dan penggunaan uang perusahaan yang buruk (sering kali tidak ada pemisah antara uang untuk operasional dan biaya perusahaan dengan pengeluaran pribadi/keluarga) tidak memisahkan antara kebutuhan pribadi dengan kebutuhan bisnisnya.

3. Pengendalian bisnis yang kurang memadai, dengan kata lain pengendalian bisnis yang longgar dan mungkin dipaksakan.

4. Pemilihan lokasi tempat usaha awal yang buruk, berfokus pada pusat pemerintahan agar memperolah berbagai kemudahan atau fasilitas dan menentukan lokasi sesuai dengan selera pribadi pemilik atau feng shui.

5. Perencanaan ekspansi usaha baru yang buruk, misalnya membuka usaha baru diluar usaha kompetensinya atau diluar inti bisnisnya.

6. Tidak memiliki kemampuan menyusun rencana usaha. 7. Lemahnya pengelolaan usaha.

8. Keterbatasan akses kepada perbankan. 9. Keterbatasan dalam akses pasar.

10.Minimnya penguasaan teknologi dan informasi.

2.5Produktivitas Usaha

(34)

yang dicapai dalam usaha merupakan indikator seberapa efisien usaha tersebut dalam mengkombinasikan sumber daya.

2.5.1. Pengertian Produktivitas Usaha

Produktivitas telah banyak didefinisikan oleh berbagai kalangan maupun lembaga, diantaranya Tarwaka et al (2004: 137) mendefinisikan “Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas”. Irawan (2011: 2) mendefinisikan “Produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil kegiatan yang sesungguhnya dengan hasil kegiatan yang seharusnya (antara realisasi dan target)”. Secara sederhana produktivitas ditunjukan oleh rasio antara output dan input.

Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.

Ada yang menyatakan bahwa produktivitas ialah kuantitas atau volume dari produk atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi banyak pandangan menyatakan produktivitas bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas produk yang dihasilkan, yang harus juga dipakai sebagai pertimbangan mengukur tingkat produktivitas. Seperti yang dinyatakan Killian dalam Alma (2011: 85) sebagai berikut :

(35)

output per man hour in anyone, company or organization. Productivity refer to the ratio of output to input by industry of section of the economy” (Produktivitas berarti kualitas output maupun kuantitas. Produktivitas mengacu pada output per

jam, baik itu perusahaan atau organisasi. Produktivitas mengacu pada rasio output

ke input dengan industri bagian dari perekonomian).

Pandangan Killian termasuk pandangan tradisional dan ada yang termasuk pandangan modern terntang produktivitas. Pandangan tradisional memfokuskan pada perbandingan antara output fisik dan resources inputs, sedangkan pandangan yang lebih modern pendapat Schermerhorn dalam Alma (2011: 85) sebagai berikut: “Productivity is a summary measure of the quantity and quality of work performance with resource utilization considered” (Produktivitas adalah ukuran ringkasan dari kuantitas dan kualitas kinerja dengan pemanfaatan sumber daya).

Sutermeister dalam Alma (2011: 85) berpendapat sebagai berikut : Productivity is defined for our purpose as output per employee hour quality considered

(Produktivitas didefinisikan untuk tujuan sebagai output per jam kualitas

karyawan).

Jadi dalam menentukan produktivitas tidak hanya dilihat faktor

kuantitasnya saja, tetapi juga faktor kualitasnya dengan pemanfaatan sumber daya.

Jika seseorang menghasilkan 20 unit produk bulan yang lalu, dan sekarang

dihasilkan 22 unit, maka dikatakan produktivitasnya meningkat 10%. Jika

seseorang menghasilkan 20 unit produk bulan lalu dan sekarang tetap 20 unit,

tetapi dalam kualitas yang lebih baik, maka dikatakan produktivitasnya juga

(36)

2.5.2. Pengukuran Produktivitas Usaha

Berdasarkan dari definisi yang telah diuraikan sebelumnya, maka produktivitas dapat diukur menurut tiga tingkatan (Alma 2011: 86), yaitu :

1. Individu 2. Kelompok 3. Organisasi

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber Gambar: Alma (2011: 86)

Gambar 2.2. Pengukuran Produktivitas Tiga Tingkat

Menurut Alma (2011: 86) ketiga kelompok tersebut yang terdapat dalam organisasi bisnis dapat diukur produktivitasnya. Ada tiga ukuran produktivitasnya yang harus dipertimbangkan dalam mengelola organisasi, yaitu:

1. Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan apa yang telah digariskan.

2. Efektivitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti kuantitas dan kualitas.

Organisasi

Kelompok Kerja

Individu

(37)

3. Efisiensi, bagaimana perbandingan output dibagi input, dimana pengukuran output termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas.

Produktivitas seringkali rancu dengan istilah produksi, atau bahkan ada yang mengartikan sama dengan kata produksi, padahal kedua istilah itu sangat jauh berbeda dalam pengertian, indikator maupun ukurannya. Produksi adalah proses yang dilakukan baik dengan atau tanpa menggunakan mesin untuk menghasilkan keluaran atau output, sedangkan produktivitas adalah tingkatan output yang dihasilkan dari penggunaan seluruh input dan sumber daya yang digunakan. Ukuran produksi biasanya digunakan dalam bentuk kapasitas produksi dan standar output yang dihasilkan per satuan waktu atau siklus waktu untuk menghasilkan satu unit produk.

Jadi, tingkat hasil produksi yang tinggi belum tentu menunjukan produktivitas yang tinggi pula, bisa jadi produktivitasnya malah semakin rendah, tergantung dari efiensi penggunaan input dan sumber daya yang digunakan. Tinggi atau rendahnya tingkat produktivitas berkaitan dengan efisiensi dari sumber-sumber daya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa (output) David L. Bain dalam Poniman dan Hidayat (2015: 110). Dengan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa), sehingga rumusan produktivitas adalah sebagai berikut;

(38)

2.5.3. Variabel yang Mempengaruhi Produktivitas

Ada beberapa variabel menurut Alma (2011: 87) yang mempengaruhi tingkat produktivitas suatu usaha atau organisasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber Gambar: Alma (2011: 87)

Gambar 2.3. Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Produktivitas

Dari Gambar 2.3 tersebut terlihat ada tiga kekuatan internal yang berpengaruh pada produktivitas, yaitu proses majerial, kepemimpinan majerial, dan motivasi (Alma, 2011:87), yaitu :

1. Proses Majerial, yaitu menyangkut perihal merencanakan organisasi, mengintegrasikan dan mengawasi segala kegiatan, dengan demikian pekerjaan dapat dijalankan dengan lancar dan sempurna. Jika organisasi strukturnya tidak benar, pekerjaan semrawut, pengawasan lemah, maka tingkat produktivitasnya akan menurun.

2. Kepemimpinan Majerial, yaitu berhubungan dengan tujuan usaha, penyediaan kondisi kerja, ruangan, ventilasi, peralatan yang dapat mendorong pekerja berkerja lebih giat dan semangat.

Produktivitas Motivasi

Serikat Peraturan

Pemerintah

Proses Majerial

Kepemimpinan Mejerial

(39)

3. Motivasi, yaitu faktor-faktor yang dapat momotivasi karyawannya untuk bekerja lebih produktif, meningkatkan prestasi, mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi.

Kemudian ada tiga kekuatan eksternal yang mempengaruhi produktivitas (Alma, 2011:88), yaitu:

1. Peraturan Pemerintah, yaitu peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini dapat menurunkan produktivitas, maupun meningkatkan produktivitas.

2. Serikat, yaitu organisasi karyawan, serikat kerja. Hal ini juga dapat menurunkan produktivitas maupun meningkatkan produktivitas. Hal ini harus dijaga bagaimana terjalinnya hubungan harmonis antara manajemen dengan karyawan melalui serikat pekerjanya.

3. Inovasi, ini menyangkut penemuan baru dalam bidang teknologi yang menyebabkan alat produksi lama menjadi kuno, tidak efisien, ketinggalan mode. Siapa yang lebih cepat menerapkan teknologi baru, biasanya akan mendahului saingannya dan dapat memenangkan persaingan yang terjadi dipasar.

Dari uraian tersebut jelas bahwa produktivitas tidak hanya bagaimana pekerja harus bekerja keras, tetapi yang penting bekerja sama, dengan manajemen, dengan pemimpin yang luwes (smarter), membuat pekerjaan lebih mudah, sederhana, cepat dan efisien.

(40)

peraturan pemerintah, memiliki pandangan yang jauh kedepan, menghadapi kumpulan pekerja. Seorang wirausaha harus mampu bekerja sama dan memotivasi pekerja dan yang paling penting ialah gaya kepemimpinan yang dibawakan oleh wirausaha, bagaimana seorang wirausaha mampu memotivasi pekerjanya untuk meningkatkan produktivitas.

2.6 Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang dimaksud dengan usaha pemuda adalah usaha yang dikelola oleh pemuda. Motivasi wirausahawan adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu usaha. Faktor motivator/yang terkandung dalam usaha itu sendiri (intrinsik) ialah usaha itu sendiri/kesukaan terhadap usaha yang dilakukan, peluang untuk berkembang, keberhasilan yang diraih dan pengakuan dari orang lain. Sedangkan Faktor hygiene/faktor yang berada di sekitar pelaksanaan usaha (ekstrinsik) adalah penghasilan, rasa aman, hubungan antar manusia dan kehidupan pribadi.

(41)

terbuka terhadap saran serta kritik), keorisinalitasan (kreatif dan inovatif), beorientasi pada masa depan (memiliki visi).

Sedangkan produktivitas adalah ukuran ringkasan dari kuantitas dan kualitas kinerja dengan memanfaatkan sumber daya, yaitu hasil produksi secara kuantitas dan hasil produksi secara kualitas.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut ;

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

Orang yang bekerja memiliki status sosial yang lebih terhormat daripada orang yang tidak bekerja. Ada dua sektor usaha yang dapat dipilih ketika memulai suatu usaha, yaitu sektor usaha formal dan sektor usaha informal. Sektor usaha formal diantaranya adalah bekerja di instansi pemerintah atau swasta, bekerja di sebuah instansi mendapatkan pendapatan rutin yang dibayarkan setiap bulan oleh instansi terkait. Sedangkan sektor usaha informal diantaranya dengan berwirausaha.

Ketika seseorang memutuskan berwirausaha, perlu diperhatikan beberapa faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal dari individu tersebut. Faktor internal tersebut antara lain motivasi

Motivasi Kewirausahawan (X1)

Karakteristik Kewirausahaan (X2)

(42)

kerja yang dimiliki seseorang, pengalaman dan pengetahuan yang menunjang produktivitas kerja, kepribadian baik yang mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru serta mampu menerima saran dan kritikan dari orang lain dengan baik. Sedangkan faktor eksternal yang juga menentukan antara lain lingkungan keluarga dan tempat kerja. Jika suasana keluarga harmonis maka akan memotivasi seseorang untuk bekerja lebih giat dan lebih produktif lagi, tapi apabila lingkungan keluarga tidak mendukung, akan berdampak negatif pada kinerja seseorang. Begitu juga dengan lingkungan tempat kerja baik situasi kerja secara fisik maupun hubungan dengan mitra kerja. Jika suasana tempat kerja nyaman serta kondusif dan hubungan dengan mitra kerja terjalin baik akan meningkatkan produktivitas orang tersebut dan jika suasana kerja sudah tidak nyaman, kurang kondusif serta adanya konflik dengan teman kerja pastinya akan menghambat keberhasilan dan menurunkan produktivitas seseorang.

(43)

2.7Hipotesis Penelitian

Untuk membuat suatu hipotesa maka perlu mengetahui apa itu hipotesis, Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2005 : 51).

Dari penelitian dapat diambil suatu hipotesa tentang diterima atau ditolaknya suatu penelitian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. H1 Terdapat pengaruh motivasi wirausahawan dan karakteristik wirausahawan terhadap produktivitas usaha pemuda di Kota Medan.

Gambar

Gambar 2.1 : Hirarki Kebutuhan Maslow
Tabel 2.1 Perbandingan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dan Teori Motivasi   Hygiene Herzberg
Tabel 2.2 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan
Tabel 2.3. Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Seperti tercantum dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana Pasal 133 ayat (1), dimana dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

Hasil dari penelitian pada variabel trading volume activity sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Emanuel (2005) yang menyatakan bahwa

Apabila ada peneliti atau penulis yang mempublikasi dua artikel atau lebih, yang memba- has sifat atau karakter yang berbeda dari kelompok ternak yang dipelihara pada waktu yang

Faktor-faktor lain yang diasumsikan mempengaruhi kepercayaan konsumen seperti yang dikemukakan oleh Morgan dan Hunt (1994) antara lain, shared value yakni perilaku, tujuan

Peneliti ingin mengetahui unsur pembangun atau intrinsik yang ada di dalam novel tersebut, antara lain: tema yang ada, amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang,

When you hear that sound, it feels like you are welcomed like a special guest, because gamelan in java means to welcome a king, for traditional dance and for a mystical event.. Beside

Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments perawat didapat bahwa 97,5% perawat dalam kategori pengetahuan baik, namun tidak sejalan dengan hasil

Data mining yang didukung oleh pengetahuan merupakan perhatian dalam data mining, diarahkan pada jenis pengetahuan yang dianggap berguna dibandingkan dengan