• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Chapter III VI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka penelitian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moment perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Dengan variabel independen yang diteliti adalah pengetahuan cuci tangan five-moment dan variabel dependen pelaksanaan cuci tangan five-moment (sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, setelah m menyentuh lingkungan sekitar).

Skema 3.1 : Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moments perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Pengetahuan perawat tentang cuci tangan

- Definisi - Tujuan - Manfaat

- Langkah-langkah - Five Moments

Pelaksanaan cuci tangan five-moment perawat

- Sebelum menyentuh pasien - Sebelum melakukan prosedur - Setelah terpapar dengan

cairan tubuh pasien - Setelah menyentuh pasien

- Setelah menyentuh

(2)

3.2. Defenisi Operasional

Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

N o

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahua

n cuci tangan

perawat

Segala informasi yang diketahui perawat meliputi cuci tangan five moments diruang rawat inap RS USU

Kuisioner Baik Skor (12-16)

2. Pelaksanaan cuci tangan five

moments perawat

Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun / antiseptik di bawah air yang mengalir selama 40-60 detik atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol selama 20-30

detik. Cuci tangan sebelum kontak dengan

pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah

(3)

2. Sebelum melakukan tindakan prosedur bersih/ aseptik

3. Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien

(4)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

4.2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jumlah perawat yang berkerja di ruang rawat inap berjumlah 65 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Arikunto, 2013). Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak:

= di bulatkan menjadi 40 orang.

(5)

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik inklusi pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja diruang rawat inap dan perawat yang bersedia sebagai responden.

4.2.3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik convenience sampling, dimana setiap responden available terhadap peneliti (Swarjana, 2012). Sample pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas diruang rawat inap RS USU.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(6)

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek etika sebagai berikut:

4.4.1. Perizinan

Penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan lulus sidang proposal penelitian oleh pihak penguji sidang proposal FKep USU serta mendapatkan izin dari pihak Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) dan Direktur Utama RS USU.

4.4.2. Lembar persetujuan (informed consent)

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada kepala ruangan untuk melakukan pengambilan data dan menyampaikan kepada perawat agar perawat mengerti maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Jika perawat bersedia dengan menandatangani informed consent, pengambilan data dapat dilakukan. Namun jika perawat menolak, maka peneliti harus menghormati hak perawat.

4.4.3. Tanpa nama (anonimity)

(7)

4.4.4. Kerahasiaan (confidentiality)

Menjelaskan kepada perawat bahwa kerahasiaan data yang diperoleh dari perawat dijamin terjaga oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4.5. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat terdiri dari 3 bagian yaitu lembar demografi, lembar kuisioner dan lembar observasi.

4.5.1. Lembar data demografi

Lembar data demografi perawat terdiri dari: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama masa kerja perawat di rumah sakit

4.5.2. Lembar kuisioner pengetahuan cuci tangan perawat

Pada kuesioner ini berisi tentang pengetahuan perawat dalam cuci tangan five-moments, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan. Jumlah pertanyaan ada 16 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 16, dengan kriteria skor yakni: Benar : 1, Salah : 0. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori yaitu:

(8)

4.5.3. Lembar observasi pelaksanaan five moments perawat

Lembar observasi pelaksanaan cuci tangan five moments bertujuan untuk menggambarkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan five moments sesuai yang ditetapkan WHO. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 5 pernyataan dengan masing-masing indikasi terdapat tindakan-tindakan yang mengacu dengan tinjauan pustaka. Skala yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah skala Guttman dengan jenis pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika perawat melaksanakan salah satu dari lima indikasi dalam five moments diberi nilai 1 dan apabila perawat tidak melaksanakan diberi nilai 0. Perawat dikatakan melaksanakan cuci tangan enam five moments apabila total nilai 5.

4.6. Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Validitas

(9)

4.6.2. Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, serta menunjukkan apakah hasil pengukuran tetap konsisten atau tidak bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih pada gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas pada instrument ini hanya dilakukan pada kuesioner pengetahuan perawat, sementara pada lembar observasi cuci tangan five moments tidak dilakukan karena merupakan ketetapan dari WHO.

Uji reliabilitas pada instrument ini dilakukan pada 10 perawat yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan KR-21. Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,70 maka instrument dinyatakan reliabel (Polit & Beck, 2012). Hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini adalah 0,748. Oleh karena itu kuesioner yang digunakan peneliti dapat dikatakan reliabel.

4.7. Pengumpulan Data

(10)

Peneliti melakukan observasi dalam sekali pengamatan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments. Penelitian ini berlangsung hingga indikasi pada 5 momen yang dinilai terpenuhi. Pada penelitian ini, proses observasi tidak diketahui perawat pelaksana. Setiap pengamatan yang dilakukan peneliti tidak berkelanjutan, yang berarti perawat yang diamati hanya satu kali pengamatan.

Setelah memperoleh data dari hasil observasi peneliti memberikan kuesioner pengetahuan perawat tentang cuci tangan five moments. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden tentang proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk mengisi data demografi serta menjawab pertanyaan penelitian. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data kuesioner. Apabila lembar data belum diisi secara lengkap, peneliti meminta responden untuk melengkapi data demografinya dan mengumpulkan kembali lembar tersebut.

4.8. Analisis Data

(11)

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini analisa data dilakukan dengan metode statistik univarat yaitu digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (pengetahuan perawat tentang cuci tangan moments) dan variabel dependen (pelaksanaan cuci tangan five-moments perawat). Untuk menganalisa data tersebut digunakan program komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase. 4.8.2. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Untuk melakukan analisis data mengenai hubungan pengetahuan cuci tangan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments, penulis menggunakan teknik statistik analisis korelasi dengan uji Rank Spearment.

(12)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments dan hasil observasi yang dilakukan peneliti di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Penyajian data melalui penyebaran kuesioner meliputi jenis kelamin, usia perawat, pendidikan terakhir, lama masa kerja, dan pengalaman mengikuti pelatihan cuci tangan.

5.1.1. Analisis Univariat 5.1.1.1. Karakteristik Perawat

(13)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentasi (%)

Usia Lama masa kerja

<5 Tahun

5.1.1.2. Pengetahuan Perawat

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diperoleh bahwa frekuensi pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments pada kategori cukup sebesar 2,5% dan mayoritas pengetahuan perawat baik sebesar 97,5%.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments di RS USU Mei 2017 (n=40)

Kategori Frekuensi (f) Persentasi (%)

Cukup

(14)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban perawat pada variabel pengetahuan perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)

No Peryataan

4 Langkah cuci tangan yang dilakukan di rumah sakit? 11 Lama proses melakukan langkah mencuci

tangan dengan air mengalir

36 90 4 10 12 Momen pertama dalam cuci tangan five

moments

39 97,5 1 2,5 13 Momen kelima dalam cuci tangan five

moments

37 92,5 3 7,5 14 Momen kedua dalam cuci tangan five

moments

38 95 2 5 15 Momen ketiga dalam cuci tangan five

moments

29 72,5 11 27,5 16 Momen keempat dalam cuci tangan five

moments

25 62,5 15 37,5

(15)

pengetahuan baik sebanyak 50% hasil ini lebih banyak dari perawat dengan masa kerja >10 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10%.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017 (n=40)

Karakteristik Pengetahuan

Baik % Cukup %

Usia 21-25 9 22,5 0 0

26-30 18 45 1 2,5

31-35 7 17,5 0 0

>35 5 12,5 0 0

Total 39 97,5 1 2,5

Jenis Kelamin Laki-laki 1 2,5 0 0

Perempuan 38 95 1 2,5

Total 39 97,5 1 2,5

Pendidikan Ners 17 42,5 1 2,5

Sarjana Keperawatan 4 10 0 0

D3 Keperawatan 18 45 0 0

Total 39 97,5 1 2,5

Lama masa kerja <5 Tahun 20 50 0 0

5-10 Tahun 15 37,5 1 2,5

>10 Tahun 4 10 0 0

Total 39 97,5 1 2,5

5.1.1.3. Pelaksanaan Perawat

(16)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)

Pelaksanaan cuci tangan five moments Frekuensi (f) Persentasi (%) Dilaksanakan

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pelaksanaan cuci tangan perawat tertinggi pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80,0% sedangkan pelaksanaan cuci tangan perawat terendah terdapat pada moment kelima yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien sebesar 55,0%.

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi perawat dalam cuci tangan five moments berdasarkan setiap momen di RS USU Mei 2017 (n=40) Tindakan Cuci Tangan five moments

Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi

(f) (%) (f) (%)

Sebelum menyentuh pasien (Momen 1) Sebelum melakukan tindakan prosedur bersih/ aseptik (Momen 2)

Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien (Momen 3)

Setelah menyentuh pasien (Momen 4) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien (Momen 5)

25

(17)

dan terendah terdapat pada perawat dengan pendidikan terakhir sarjana keperawatan sebanyak 5%. Lama masa kerja perawat pada kelompok <5 tahun melakukan cuci tangan five moments 22,5%, sedangkan perawat dengan lama masa kerja >10 tahun yang melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%.

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017 (n=40)

Pelaksanaan cuci tangan five moments Dilakukan % Tidak

(18)

Tabel 5.8. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)

Pengetahuan Pelaksanaan Total

Dilakukan Tidak dilakukan

f % f %

Cukup 0 0 1 2,5 2,5

Baik 17 42,5 22 55 75,5

Total 17 42.5 23 57,5 100

5.1.2. Analisis Bivariat

5.1.2.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moment Perawat

Berdasarkan pada tabel 5.9. menunjukkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat yaitu, nilai p = 0.397. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat.

Tabel 5.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)

(19)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat

Cuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan air dan sabun atau larutan sabun, baik non-mikroba maupun antimikroba (WHO, 2009). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes, 2007).

(20)

seseorang yang lebih senior, meragukan hasil dari pelaksanaan cuci tangan, tidak setuju dengan rekomendasi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2016) menyatakan bahwa hasil observasi perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 35,3%. Perawat sebagai petugas kesehatan yang selalu berada 24 jam di sekitar pasien harusnya dapat mengaplikasikan prosedur cuci tangan yang benar agar dapat mengeliminasi mikroba yang ada pada tangan secara efektif dan mengurangi kontaminasi silang dari perawat ke pasien demi mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Schaffer, dkk, 2000).

Pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara didapatkan moment pertama sebesar 62,5%, moment kedua sebesar 67,5%, moment ketiga sebesar 80%, moment keempat sebesar 75%, dan moment kelima sebesar 55%. Pelaksanaan cuci tangan paling tinggi terdapat pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80%. Hal ini dapat terjadi karena tangan perawat terlihat kotor dan perawat memproteksi diri sendiri apabila terpapar cairan tubuh pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri dan Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa 67% perawat melakukan cuci tangan pada momen ketiga.

(21)

darah atau nanah). Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri & Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan perawat lebih sedikit dilakukan setelah perawat menyentuh peralatan sekitar pasien, perawat kurang menyadari mereka dapat membuat pasien terkontaminasi kuman dari tindakan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

Setelah moment kelima didapat hasil moment pertama juga rendah yaitu sebesar 62,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian Widyanita & Listiowati (2014) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pada moment pertama lebih rendah. Hal ini dikarenakan padatnya kegiatan perawatan pasien ditiap ruangan sehingga beberapa perawat melakukan kunjungan dari satu ruangan keruangan lain tanpa melakukan cuci tangan. Hal ini sejalan dengan Potter & Perry (2005) yang menyatakan bahwa perawat sering mengabaikan cuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang berulang dari satu pasien ke pasien lain.

(22)

harus dilakukan sebelum mengenakan sarung tangan dan setelah sarung tangan dilepas.

Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan usia perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mayoritas 25% berada pada kategori umur 26-30 tahun yang berarti usia tersebut masih dapat menerima suatu bentuk aturan-aturan rumah sakit. Robbin (2002) menyatakan bahwa faktor usia pada pelaksanaan kinerja sangat erat kaitannya, alasannya adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa pelaksanaan kinerja menurun akibat bertambahnya usia. Pekerja yang berusia tua dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru, di lain pihak ada kualitas positif pada pekerja yang berusia tua, meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu. Rentang usia 26-30 tahun berada pada usia dewasa dini. Pada rentang usia dewasa dini dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas cuci tangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut (Melfa, Sri & Amir, 2012)

(23)

awal untuk melihat kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Dengan latar belakang pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu pembinaan dalam proses berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya (Hasibuan, 2001). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan cerminan untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kemampuan dasar yang ada padanya.

(24)

5.2.2. Pengetahuan cuci tangan five moment perawat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dalam cuci tangan five moments dalam kategori baik yaitu sebesar 97,5%. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap objek tertentu, dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pada penelitian ini pengetahuan perawat tentang cuci tangan sangat penting untuk terbentuknya pelaksanaan cuci tangan five moments oleh perawat karena pengetahuan merupakan elemen yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Perawat harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Memecah rantai penularan salah satunya dengan tindakan aseptik yaitu penggunaan antiseptik dan desinfektan yang merupakan upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dengan cara membunuh bakteri jahat penyebab infeksi dan mencegah infeksi silang antara perawat dan pasien. Teknik aseptik dapat mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, bertujuan membasmi mikroorganisme pada permukaan hidup dan benda mati dan sebagai salah satu proses pencegahan infeksi dasar (Yulianti, 2011).

(25)

sebanyak 82 perawat (86,3%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat telah mengerti tentang cuci tangan. Keadaan ini dikarenakan perawat telah mendapatkan informasi yang cukup tentang cuci tangan dengan informasi yang diperoleh maka seseorang akan memiliki pengetahuan. Penelitian Wulandari & Sholikah (2017) menyatakan bahwa pengetahuan perawat tentang five moments dalam kategori baik sebesar 75,9%. Pengetahuan perawat dalam cuci tangan baik bisa terjadi karena setiap perawat ataupun petugas kesehatan sudah diorientasi oleh pihak rumah sakit.

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011) diantaranya adalah pendidikan dan umur. Pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan data demografi pendidikan terakhir terdapat 42,5% perawat dengan pendidikan ners berpengetahuan baik dan 2,5% perawat pengetahuan cukup, hasil ini termasuk dalam kategori usia 26-30 tahun. Mubarak (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh perawat tentang cuci tangan five moments.

(26)

berusia pada rentang 26-30 tahun memiliki pengetahuan tentang cuci tangan five moments dalam kategori baik sebesar 45% dan kategori cukup sebesar 2,5%. Dilihat dari usia perawat berada pada rentang 26-30 tahun, dimana rentang ini termasuk ke dalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini adalah masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat (Hurlock, 2007).

(27)

5.2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci tangan Five Moments Perawat

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perawat yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 2,5% tidak melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 2,5%. Perawat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 97,5% diantaranya yang melaksanakan cuci tangan five moments sebanyak 42,5% dan perawat yang tidak melaksanakan cuci tangan five moments sebanyak 55%. Hasil uji analisis Spearmen didapatkan bahwa nilai Significancy p sebesar 0,397 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Hasil ini tidak sejalan dengan peryataan WHO menyatakan bahwa pengetahuan cuci tangan yang baik merupakan salah satu pendorong untuk melakukan cuci tangan sesuai dengan rekomendasi.

(28)

perilaku cuci tangan yang baik, diantaranya status petugas kesehatan yaitu non dokter, dan juga pengenalan penggunaaan handrub berbasis alkohol. Sedangkan untuk perilaku cuci tangan yang buruk dapat dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas cuci tangan yang baik seperti wastafel, kran air, sabun cuci tangan dan handuk atau tisu kering. Namun keadaan ini tidak membuat pelaksanaan cuci tangan perawat dalam cuci tangan five moments baik karena fasilitas yang tersedia di lingkungan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara cukup memfasilitasi perawat dalam cuci tangan. Setiap ruangan pasien maupun ruangan perawat sudah tersedia wastafel dan hand rub disetiap bed pasien.

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five moments yaitu faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal yang dapat mempengaruhi antara lain adalah pengetahuan tentang mencuci tangan seperti pernah mengikuti seminar tentang cuci tangan, sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan five moments antara lain kurangnya fasilitas cuci tangan, kurangnya pengawasan komite pengedali infeksi, evaluasi terhadap perilaku perawat terhadap pelaksanaan cuci tangan, kurangnya tenaga dan pasien yang banyak, iritasi kulit dan kurangnya komitmen dari institusi tentang cuci tangan yang baik.

(29)

perlu diperhatikan diantaranya penyediaan hand rub berbasis alkohol selain wastafel dan sabun antiseptik disetiap titik perawatan, pendidikan dan pelatihan kepada petugas kesehatan secara teratur dan berkala, evaluasi dan umpan balik berupa monitoring, persepsi dan pengetahuan petugas kesehatan secara teratur, adanya pengingat di tempat kerja untuk promosi dan meningkatkan kepedulian petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian seluruh perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara sudah pernah mengikuti pelatihan cuci tangan five moments namun pelatihan serta pendidikan tersebut tidak dilakukan evaluasi dan umpan balik berupa monitoring dikarenakan perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara hanya mengikuti pelatihan cuci tangan five moments satu kali. Suatu studi mengungkapkan pelaksanaan cuci tangan meningkat setelah intensif promosi cuci tangan, tetapi 6 bulan kemudian pelaksanaan cuci tangan menurun pada level awal sebelum dilaksanakannya program tersebut. Waktu adalah kunci yang menjadi faktor penting penghambat pelaksanaan cuci tangan (Wilson, J. 2006). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan perawat tidak sejalan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments.

(30)
(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pengetahuan cuci tangan five moments perawat di RS USU termasuk pada kategori baik sedangkan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat masih rendah. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan cuci tangan five moments. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments baik, namun perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments masih rendah, dan perlu evaluasi dan umpan balik berupa monitoring terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

(32)

6.2.2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit diharapkan melakukan pelatihan secara berkala dan pengawasan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments.

6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments di RS USU Mei 2017 (n=40)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban perawat pada variabel pengetahuan perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, usia,
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di RS USU Mei 2017 (n=40)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, responsif dan pro- aktif dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial sesuai dengan prinsip etika

[r]

Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk uraian, lalu dintreprestasikan atau ditafsirkan untuk dilakukan pembahasan dan dianalisis secara kualitatif, kemudian

Detection of Ace-1 gene with insecticides resistance.pdf 01.. Detection of Ace-1 gene with

Implemenatasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah PIK-R masih kurang berhasil dikarenakan kurangnya komunikasi, pengetahuan sumber daya manusia

Perkara-perkara ini mengilhami pengkaji untuk melakukan kajian tentang pencapaian nilai-nilai keusahawanan holistik (NKH) di kalangan pelajar SMV yang pada akhirnya akan

Penelitian ini menggunakan simulasi computational fluid dynamics (CFD) untuk menganalisis performa tungku pada bagian geometri cerobong gas bakar, dan lubang

Kita harus bersatu melawan penjajah Belanda!” begitu pidato Kepala Kampung Katiagan yang baru dengan lantang di tengah penduduk Kampung Katiagan.. Penduduk Kampung Katiagan