• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.2. Pengertian Tingkat Suku Bunga

2.2.2.1. Teori Tingkat Suku Bunga

Teori ini berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh

ekonom Inggris John Maynard Keyness, yang telah mengkritik

teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat suku bunga. Menurut Keyness, teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. la mengembangkan teori preferensi likuiditas ini untuk menjelaskan suku bunga untuk jangka pendek. Tingkat suku

bunga menurut Keyness adalah harga yang di keluarkan debitur

untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. (Edward dan Khan, 1985)

Di dalam teori ini terdapat dua macam investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk uang tunai. Keynes mengatakan bahwa, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional, meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga.

Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga

merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. (Sunariyah, 2004:80)

Ada beberapa fungsi suku bunga yaitu :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk di investasikan.

b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan – perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah member tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. c. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk

mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. (Sunariyah, 2004 : 81)

Ada banyak teori tentang tingkat suku bunga. Berikut ini disampaikan beberapa diantaranya:

    Teori Effek Fisher menjelaskan bahwa tingkat suku bunga pada dua negara yang berbeda akan terjadi akibat adanya perbedaan tingkat inflasi yang diharapkan. IFET didasarkan pada teori effek Fisher yang pada prinsipnya mirip dengan IRPT, karena menggunakan perbedaan tingkat suku bunga dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan kurs valas. Jadi perbedaan tingkat suku bunga yang terjadi antara beberapa negara baik menurut PPPT maupun International Fisher Effect Theory antara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi (Khalwaty, 2000).

Berikut kurva yang menggambarkan terjadinya tingkat bunga keseimbangan di pasar investasi (loanable funds)

dalam suatu periode.

Gambar 1: Kurva Permintaan Dana Tabungan Suku bunga (%)                                          S i Si 0 I Investaasi

Sumber : Fabozzi, 1990, Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, hal 20.

Hubungan antara total tabungan dengan suku bunga digambarkan sebagai kurva penawaran yang bergerak ke atas (S), yang menghubungkan jumlah investasi pada sisi vertikal. Permintaan total terhadap pinjaman (pendapatan pinjaman yang tidak di konsumsi) dalam suatu perekonomian, sebagai fungsi dari suku bunga, terlihat sebagai garis yang menurun ke bawah (I).

     Penawaran akan dana investasi (S) bertemu dengan permintaan dana investasi (I) di pasar dana investasi (loanable funds) dan disitu tercipta tingkat bunga keseimbangan yang diberi lebel Si. Faktor penentu utama dari bentuk kurva S adalah rate of time preference para penabung, dan faktor penentu utama dari kurva I adalah marginal product dari capital. Jadi tingkat bunga berubah, yang satu kerena perubahan subyektif para pelaku ekonomi, yang lain karena perubahan teknologi (Boediono, 1996 : 82).

    Pada masa sekarang masyarakat cenderung untuk menabung karena faktor pendapatan dan faktor keamanan. 2. Teori Keynes ( liquidity preference )

   Teori ini menganalisis suku bunga keseimbangan melalui interaksi penawaran dengan permintaan uang. Keynes mengansumsikan bahwa sebagian besar individu memegang kekayaan hanya dalam bentuk “uang” dan “obligasi” menurut Keynes uang ekivalen dengan valuta dan rekening dan giro (demand deposit), yang tidak membayar bunga (bunga sangat sangat rendah), tetapi sangat likuid dan bisa digunakan bagi transaksi. Obligasi menurut Keynes mewakili kategori yang luas dan meliputi asset-aset keuangan jangka panjang yang membayar bunga, tidak likuid dan memiliki sejumlah resiko karena harga asset-aset ini bervariasi dan berhubungan terbalik dengan tingkat suku bunga. (Fabozzi, 1999 : 209)

    Menurut teori ini ada tiga motif (yakni, transaksi berjaga-jaga dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang, yang diberi nama liquidity preference. Artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan dari konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Keinginan tetap likuid inilah bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara ketersediaan orang membayar harga uang tersebut

(tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1996 : 20)

    Hubungan negatif antara suku bunga dengan permintaan terhadap uang digambarkan sebagai kurva D yang menghubungkan suku bunga dengan jumlah uang dalam perekonomian, pada tingkat pendapatan dan ekspektasi tertentu. Berikut kurva yang menggambarkan keseimbangan dalam pasar uang menurut Keynes.

Gambar 2 : Kurva Keseimbangan Dalam Pasar Uang Suku bunga (%)

i

i

      0 MS D Penawaran Uang Sumber : Fabozzi, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku

Satu, Salemba Empat, Jakarta hal 210

      Penawaran uang sebagai garis vertikal, MS, dan garis diatas “MS” mengindikasikan bahwa kuantitas tidak bervariasi dengan perubahan suku bunga. Keseimbangan

dalam pasar untuk menghendaki total permintaan uang sama dengan total penawarannya. Dalam kurva diatas suku bunga keseimbangan adalah Suku bunga equilibrium bisa berubah jika terjadi perubahan dalam variabel apapun yang mempengaruhi kurva permintaan atau penawaran. Pada sisi permintaan, Keynes mengemukakan dua variabel penting yakni, tingkat pendapatan dan tingkat harga barang dan jasa. Kenaikan penghasilan, cateris paribus, menaikan nilai likuiditas uang serta menggerakkan kurva permintaan kekanan sehingga menaikkan suku bunga ekuilibrium.

Keynes berpendapat bahwa, peningkatan penawaran uang akan menggerakkan kurva penawaran kekanan, dan menurunkan suku bunga ekuilibrium, begitupun sebaliknya penurunan penawaran uang akan menaikkan suku bunga. (Fabozzi, 1999 : 210).

Dokumen terkait