• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1 Tujuan Penelitian 1 Tujuan Penelitian

7. Teori Agens

Pada kebanyakan organisasi, otoritas pengambilan keputusan didelegasikan dari level yang lebih tinggi dalam organisasi ke level yang lebih rendah. Kontrak seringkali dipakai untuk mengalokasikan sumber daya dan output ketika hubungan delegasi tersebut ada.

Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak diantara faktor-faktor produksi dan

26 hubungan diantara prinsipal dan agen. Dalam kerangka kerja teori agensi, baik prinsipal maupun agen membuat keputusan yang semata-mata dimotivasi oleh kepentingan pribadi. Kepentingan prinsipal diasumsikan sejalan dengan motif maksimalisasi laba perusahaan. Sementara itu kepentingan pribadi agen mungkin saja sejalan dengan kepentingan perusahaan atau malah bertentangan.

Menurut Rudledge dan Karim (1998) ketika kepentingan agen bertentangan dengan kepentingan perusahaan, agen memiliki insentif untuk melalaikan tugas (incentive to shirk). Insentif tersebut mendorong agen membuat keputusan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Model agensi berasumsi bahwa untuk bertindak atas insentif mengabaikan kepentingan perusahaan, agen harus memiliki kesempatan. Ketersediaan informasi dapat menjadi sarana bagi kesempatan tersebut. Masalah adverse selection kemudian muncul ketika agen termotivasi untuk tidak menyajikan informasi privat agar dapat mengimplementasikan keputusan yang bertentangan dengan keseluruhan kepentingan perusahaan. Jika perusahaan dan agen memiliki ketersediaan informasi yang sama (simetri informasi), maka perusahaan dapat membuktikan apakah agen bertindak sejalan dengan seluruh kepentingan perusahaan. Agen tidak akan memiliki kesempatan untuk mengabaikan atau membuat keputusan yang bertentangan dengan seluruh kepentingan perusahaan.

27 Ketika agen memiliki informasi privat yang tidak tersedia bagi perusahaan (asimetri informasi), perusahaan tidak lagi dapat menguji apakah keputusan agen sejalan dengan kepentingan perusahaan. Hal ini memberikan kesempatan bagi agen untuk mengabaikan kepentingan perusahaan dengan membuat keputusan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Ketika agen berada pada kondisi incentive to shirk dan opportunity to shirk yang dalam hal ini adalah keberadaan informasi privat, maka adverse selection dapat terjadi.

Harrell dan Harrison (1994) menemukan bahwa ketika agen (manajer proyek) memiliki insentif untuk melalaikan tugas maupun informasi privat, maka agen akan berperilaku yang mengarah pada kepentingan pribadi dan tidak memaksimalisasi keuntungan yang diharapkan perusahaan. Perilaku agen yang mendasarkan pada kepentingan pribadi menjelaskan mengapa beberapa manajer mengalokasikan penambahan sumber daya untuk proyek, meskipun prospek ekonomi mengindikasikan bahwa proyek tersebut seharusnya dihentikan.

Menurut Gudono (2009: 176) Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidak lengkapan informasi pada saat melakukan kontrak. Gudono (2009: 178) menyebutkan jika manajer memiliki keunggulan informasi dibandingkan pemilik perusahaan sedangkan kepentingan manajer dan pemilik perusahaan berbeda maka akan terjadi masalah anatara pemilik

28 perusahaan dengan manajer dimana manajer akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri namun merugikan pemilik perusahaan. 8. Self Justification Theory

Self Justification Theory adalah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan Eskalasi Komitmen. Meskipun banyak teori berbeda telah digunakan untuk menjelaskan Eskalasi Komitmen, self-justification theory dipilih sebagai penjelasan yang paling relevan untuk Eskalasi Komitmen pada level pengambilan keputusan individu (Brockner,1992). Teori ini menyatakan bahwa ketika manajer proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek itu berlangsung, maka mereka akan menaikkan komitmen yang mereka miliki dalam upaya kembali ke proyek atau untuk mendemonstrasikan rasionalitas pokok dari sejumlah tindakan irasional.

Self-justification theory menjelaskan bahwa manajer yang terlibat dari awal pada suatu proyek akan cenderung melanjutkan proyek tersebut walaupun keadaan ekonomi menunjukkan bahwa proyek tersebut mengalami kerugian dibandingkan dengan manajer yang tidak terlibat dari awal.

Self Justification theory menyatakan bahwa manajer yang bertanggung jawab untuk investasi sebelumnya tidak akan mengakui pada diri mereka sendiri atau orang lain bahwa penggunaan sumber daya mereka sebelumnya adalah salah. Mereka akan cenderung untuk meningkatkan komitmen karena harus membenarkan diri mereka sendiri

29 terhadap keputusan sebelumnya yang mereka buat. (Chong dan suryawati, 2010).

Staw (1976) menyebutkan bahwa self justification dapat dijelaskan dengan teori kognitif disonan. Teori tersebut menjelaskan bahwa ketika individu telah membuat keputusan awal mengenai suatu tindakan tertentu, umpan balik negatif merupakan disonan bagi keputusan awal tersebut. Sehingga meningkatkan komitmen terhadap keputusan awal tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurang disonansi, dengan keyakinan bahwa keuntungan akan dapat diraih dengan tindakan/ keputusan yang saat ini diambil.

Brockner (1992) berpendapat bahwa adanya umpan balik negatif dan kebutuhan untuk membenarkan keputusan awal mereka adalah dua kondisi yang menyebabkan orang melakukan eskalasi. Orang akan cenderung membenarkan keputusan awal mereka dan cenderung berkomitmen terhadap keputusan awal tersebut yang disebut Eskalasi Komitmen.

Bazerman (1994) dalam Tri Koroy (2008) mengusulkan untuk mengurangi Eskalasi Komitmen yang disebabkan karena pembenaran diri perlu dilakukan sistem pemantauan yang membantu memeriksa persepsi pembuat keputusan sebelum keputusan atau pilihan berikutnya yang dibuat dapat terbukti bermanfaat.

30 B.Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai intention turnover dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kepuasan kerja, konflik peran, keadilan organisasi, kepuasan gaji dan lainnya telah banyak diteliti oleh penelitian- penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intention turnover. Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intention turnover.

31 Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Mengenai Negative Framing, Adverse Selection, Eskalasi Komitmen dan Locus of Control

No. Penelitian (Tahun)

Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Maria dan Milka(2012)

Pengaruh Adverse Selection dan Negative Framing terhadap eskalasi komitmen Variabel negative framing, adverse selection dan Eskalasi Komitmen Variabel locus of control

1. Adverse Selection berpengaruh terhadap kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen

2. sementara tidak dijumpai adanya pengaruh negative framing terhadap eskalasi komitmen

3. kedua variabel tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan manajer untuk tetap

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

32 Tabel 2.1 (Lanjutan) No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan 2. Chong dan Syarifuddin (2010) Escalation of comitment to unprofitable projects : An experimental investigation of the effect of conformity pressure and self- esteem

Variabel Eskalasi Komitemen

Variabel adverse selection dan locus of control

Menggunakan variabel tekanan dan harga diri

Pembuat keputusan cenderung melakukan eskalasi ketika terdapat conformity pressure (tekanan) dan self-esteem (harga diri) yang tinggi yaitu dengan melanjutkan projek yang mengindikasikan kegagalan.

3. Yahya dan Surya (2012)

Pengaruh Framing Effect Sebagai Determinan

Escalation of Commitment Dalam Keputusan Investasi: Dampak dari Working Experiences Variabel Framing effect dan Eskalasi Komitmen Variabel adverse selection ,locus of control dan pengalaman kerja

Terdapat pengaruh yang positif antara framing effect dengan eskalasi

komitmen.Kecenderungan eskalasi komitmen yang semakin tinggi seiring dengan semakin berpengalamannya seorang manajer

33 Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan 4. Erlinda dan Sukirno (2014) Pengaruh Framing Effect Terhadap Pegambilan keputusan Investasi dengan Locus of Control sebagai variabel Pemoderasi Variabel Framing effect dan Locus of Control

Variabel Adverse selection dan Eskalasi Komitmen

Pengambil keputusan yang berada pada positif framing tidak akan melakukan investasi sedangkan pada posisi negative framing, pengambil keputusan akan melanjutkan investasi. Tidak terdapat pengaruh Locus of Control pada pengambilan keputusan investasi

5. Carol, Ruben dan Nupur (2014)

Culture-Related Factors Affect Sunk Cost Bias

Variabel Esklasi Komitmen, sunk cost, decition-making (Pengambilan keputusan) Variabel Locus of Control , Adverse selection,

Cognitive bias dan environment

Eskalasi komitmen terjadi pada manajer yang cenderung

individualis, seperti yang terjadi di Negara Amerika, di mana

masyarakatnya cenderung indivudualis.

34 Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan 6. Ting-Peng Liang dkk. (2013) Escalation of commitment in sofware projects : an examination of two theories Variabel eskalasi komitmen, Framing Effect,Teori self- justification Variabel locus of control, sofware project management, Penelitian dilakukan di luar negeri

Self-justification dan Framing keduanya berpengaruh terhadap Eskalasi komitmen dalam proyek sofware tetapi Self –justification pengaruhnya lebih kuat.

7. Irfan dan Febria (2015)

Negative framing, rigid thingking and the escalation of commitment on decision making: Experimental study Variabel Negative Framing, Eskalasi Komitmen Variabel Rigid Thingking, Locus of Control dan Adverse selection

Negative Framing, Rigid thingking maupun keduanya berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen.

35 Tabel 2.1 (Lanjutan) No. Penelitian (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

8. Endah Suwarni (2011)

Eskalasi dan De- Eskalasi Komitmen pada Individu yang berkarakter internal locus of control dalam Kasus Investasi Bertahap Variabel eskalasi komitmen dan Locus of control Variabel Locus of control tidak sebagai variabel pemoderasi, kasus investasi bertahap

1. Subyek yang mempunyai locus of control tinggi/internal locus of control lebih tinggi tingkat eskalasi komitmennya daripada subyek yang mempunyai locus of control rendah/external locus of control ketika memperoleh informasi kinerja investasi masa lalu negatif.

2. pemberian informasi investasi alternatif yang lebih

menguntungkan pada subyek yang mempunyai internal locus of control dapat memperkecil tingkat eskalasi komitmennya.

36 Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian (Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan 9. Andi Irfan (2010) Pengaruh Locus of Control terhadap Hubungan Antara Justice dan Tingkat Eskalasi Komitmen dalam Penganggaran Modal Variabel Locus of Control dan Eskalasi Komitmen Variabel Locus of Control tidak dijadikan variabel pemoderasi, variabel justice

Hipotesis prosedur dan distribusi yang fair berpengaruh positif terhadap tingkat

Eskalasi Komitmen dan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Eskalasi Komitmen. Kemudian dengan adanya Locus of Control yang dimiliki oleh setiap karyawan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Eskalasi Komitmen.

10. Alexandra, Wall dan Gernot (2012)

Sunk costs and the need for justification: an experimental study on de-escalation Variabel Eskalasi Komitmen, Pengambilan Keptusan, sunk cost Variabel Locus of Control, Teori Justifkasi, Penelitian dilakukan di luar negeri

Hasil penelitian tersebut memberikan kontribusi yang luas mengenai effek sunk cost pada akuntabilitas dan need for justification ( pembenaran diri sendiri) dalam terjadinya eskalasi komitmen.

37 C. Dasar Perumusan Hipotesis

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta metode penelitian, maka perumusan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Negative Framing terhadap Eskalasi Komitmen

Dalam teori prospek dijelaskan bagaimana manajer membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yang diframing negative. Ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif dalam bentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti dengan harapan kelak mendapat pengembalian yang positif meskipun probabilitas nilai dari keputusan untuk memperbaiki kerugian adalah nol.(Ratih, 2010:35).

Teori prospek juga menjelaskan mengapa manajer mengadopsi framing negative dalam pengambilan keputusan eskalasinya, sunk cost

mendorong manajer untuk memilih melakukan eskalasi.( whyte, 1986 dalam irfan dan febria, 2015).

Dalam Penelitiannya Irfan dan Febria (2015: 45) mengungkapkan bahwa manajer akan melakukan eskalasi komitmen apabila dihadapkan dengan negative framing. Pada penelitian Erlinda dan Sukirno (2014: 8) menemukan bahwa negative framing berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen. Penelitian Maria dan Milka (2012: 221) tidak memberikan bukti bahwa negative framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen

38 sedangkan penelitian Liang, dkk (2012: 159) mengungkapkan bahwa framing berpengaruh terhadap eskalasi komitmen.

Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh Negative Framing terhadap Eskalasi Komitmen.

2. Pengaruh Adverse Selection terhadap Eskalasi Komitmen

Adverse selection terjadi pada kondisi asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal (pemilik Perusahaan) dengan agen (manajer), sehingga menyulitkan prisipal untuk memonitor dan mengontrol tindakan agen, sebaliknya dengan adanya asimetri informasi tersebut, manajer akan berkesempatan untuk melalaikan tugasnya.

Kanodia, et.al. (1989) dalam Maria dan Milka (2012: 218) menguji adverse selection dalam konteks evaluasi proyek. Dalam studi tersebut manajer memilih untuk melanjutkan atau menghentikan suatu proyek tergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya. Mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yang dianggap gagal, justru akan merusak reputasi dan peluang karirnya dimasa yang akan datang.

Stephen dkk (2001: 41) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kondisi adverse selection berpengaruh secara signifikan terhadap eskalasi komitmen, mereka membandingkan dua kebudayaan yang ada di USA dan Canada, di dapatkan bahwa eskalasi komitmen lebih cenderung terjadi pada manajer di USA yang lebih individualis (adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen) daripada manajer di Kanada.

39 Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut :

H2 : Terdapat pengaruh Adverse Selection terhadap Eskalasi Komitmen.

3. Pengaruh Negative Framing dan Adverse Selection secara bersama-sama terhadap Eskalasi Komitmen

Suatu umpan balik negatif yang diterima oleh manajer atas proyek yang ditanganinya maka manajer akan melihat kemungkinan untuk menghentikan atau melanjutkan proyek investasi tersebut. Peran kondisi adverse selection di sini adalah ketika manajer tersebut memiliki informasi privat dan ada kesempatan untuk melalaikan tugas (incentive to shirk) bagi manajer tersebut, maka manajer tersebut akan cenderung mengejar kepentingannya sendiri dengan melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan dan berharap mendapat mendapat pengembalian positif dimasa yang akan datang untuk memperbaiki kerugian diawal investasi proyeknya.

Dalam penelitiannya Erlinda dan Sukirno (2014: 9) menyatakan bahwa Negative framing dan Adverse selection secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap eskalasi komitmen. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria dan Milka (2012: 221) yang juga menemukan adanya pengaruh yang positif antara negative framing dan adverse selection terhadap eskalasi komitmen. Berdasarkan argumentasi dan

penelitian sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

40 H3 : Terdapat pengaruh Negative Framing dan Adverse Selection secara

bersama – sama terhadap Eskalasi Komitmen

4. Pengaruh Locus Of Control memoderasi pengaruh Negative Framing dan Adverse Selection secara bersama – sama terhadap Eskalasi Komitmen.

Locus of Control merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Terdapat dua jenis Locus of Control yang dimiliki oleh seseorang, yaitu internal Locus of Control dan eksternal Locus of Control. internal Locus of Control adalah seseorang yang percaya bahwa keberhasilan ditentukan oleh kemampuan dari dirinya sendiri, sedangkan eksternal Locus of Control adalah seorang yang percaya bahwa keberhasilan ditentukan oleh orang lain, takdir atau faktor-faktor lainnya diluar dirinya.

Locus of Control dapat mempengaruhi setiap manajer dalam pengambilan keputusan, dimana manajer yang bertipe eksternal Locus of Control memiliki kecenderungan tingkat sensisitifitas lebih tinggi dan manajer yang bertipe internal Locus of Control memiliki kecenderungan tingkat sensitifitas yang lebih rendah.

Jika manajer dihadapkan pada pada kasus pengambilan keputusan dalam kondisi Negative Framing dan Adverse Selection secara bersama- sama terhadap Eskalasi Komitmen, maka manajer yang memiliki tingkat sensitifitas lebih tinggi atau bertipe eksternal Locus of Control akan menurunkan tingkat Eskalasi Komitmen daripada manjer yang memiliki tingkat sensitifitas lebih rendah atau bertipe internal Locus of Control.

41 Berdasarkan argumentasi tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

H4 : Terdapat Locus Of Control memoderasi pengaruh Negative Framing

dan Adverse Selection secara bersama – sama terhadap Eskalasi Komitmen

Dokumen terkait